• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Muara Teweh, 1 Desember Bupati Barito Utara, NADALSYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Muara Teweh, 1 Desember Bupati Barito Utara, NADALSYAH"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya penyusunan dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Barito Utara Tahun 2018 dapat diselesaikan oleh Kelompok Kerja (Pokja) AMPL sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan dalam pelaksanaan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Pemutakhitan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Barito Utrara merupakan hasil evaluasi dan kaji ulang sekaligus pemutakhitran data sanitasi yang tertuang dalam dokumen SSK sebelumnya dan dijadikan pedoman semua pihak dalam mengelola sanitasi secara komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif untuk menyusun kosep perencanaan dan pembangunan sanitasi ke depan dalam rangka mempercepat target-target pencapaian layanan sektor sanitasi.

Penyusunan Pemutakhitan SSK Barito Utara ini difasilitasi oleh fasilitator PPSP Provinsi Kalimantan Tengah yang ditugaskan oleh pemerintah pusat, provinsi maupun daerah bersama Kelompok Kerja AMPL Kabupaten Barito Utara.

Pemutakhitan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) sangat dibutuhkan karena kemajuan layanan sanitasi daerah memerlukan waktu jangka panjang dan oleh karena itu, Pemutakhitan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merinci berbagai usulan kegiatan pengembangan layanan sanitasi Kabupaten yang disusun sesuai tahun rencana pelaksanaannya.

Kami menyadari bahwa penyusunan dokumen Pemutakhitan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Barito Utara ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan perbaikan dari berbagai pihak, terutama yang berpengalaman dalam bidang Sanitasi sangat kami harapkan untuk kesempurnaan dalam penyusunan dokumen Pemutakhitan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK).

Atas segala perhatian yang telah diberikan oleh semua pihak dalam penyusunan Pemutakhitan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Barito Utara ini, kami ucapkan terima kasih dengan harapan semoga dokumen ini bermanfaat bagi pembangunan dan pengembangan sektor sanitasi di Kabupaten Barito Utara.

Muara Teweh, 1 Desember 2018 Bupati Barito Utara,

(3)

ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR PETA ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR ISTILAH ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1-I

1.1 Latar Belakang ... 1-I 1.2 Metodologi Penyusunan ... 4-I 1.3 Dasar Hukum ... 8-I 1.4 Sistematika Penulisan ... 10-I

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI ... 1-II

2.1 Gambaran Wilayah ... 1-II 2.2 Kemajuan Pelaksanaan SSK ... 12-II 2.3 Area Berisiko dan Permasahan Sanitasi... 41-II

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI ... 1-III

3.1 Visi dan Misi Sanitasi ... 1-III 3.2 Pentahapan Pengembangan Sanitasi... 2-III 3.3 Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah ... 15-III

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI ... 1-IV

4.1 Air Limbah Domestik ... 1-IV 4.2 Persampahan ... 2-IV 4.3 Drainase ... 3-IV

BAB V KERANGKA KERJA LOGIS ... 1-V

5.1 Matriks KKL Pengelolaan Air Limbah Domestik ... 2-V 5.2 Matriks KKL Pengelolaan Persampahan ... 3-V 5.3 Matriks KKL Pengelolaan Drainase ... 5-V

(4)

iii

BAB VI PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI ... 1-VI

6.1 Ringkasan ... 1-VI 6.2 Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Dengan Sumber Pendanaan Pemerintah ... 3-VI 6.3 Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Dengan Sumber Pendanaan Non Pemerintah .. 4-VI 6.4 Antisipasi Funding Gap ... 5-VI

BAB VII MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK ... 1-VII

(5)

iv

Tabel 2.1 Nama,luas wilayah per-Kecamatan Jumlah Kelurahan ... ... 4-II Tabel 2.2 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Kawasan Perkotaan Saat ini dan Proyeksinya

Untuk 5 tahun ... ... 5-II Tabel 2.3 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Kawasan Pedesaan Saat ini dan Proyeksinya

Untuk 5 tahun ... ... 5-II Tabel 2.4 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga dan Proyeksinya untuk 5 tahun ... ... 6-II Tabel 2.5 Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun ... 7-II Tabel 2.6 Nama dan Luas Wilayah per-Kecamatan serta Jumlah Kelurahan ... ... 7-II Tabel 2.7 Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Air Limbah Domestik ... ...13-II Tabel 2.8 Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Pengelolaan Persampahan ... 15-II Tabel 2.9 Kemajuan Pelaksanaan Untuk Drainase Lingkungan ... 17-II Tabel 2.10 Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini Kabupaten/Kota

untuk Klasifikasi Wilayah Perkotaan ... 23-II Tabel 2.11 Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini Kabupaten/Kota

untuk Klasifikasi Wilayah Perkotaan ... 24-II Tabel 2.12 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik ... 25-II Tabel 2.13 Rekafitulasi Shit Flow Diagram ... 29-II Tabel 2.14 Penanganan Sampah Saat Ini di Kabupaten/Kota untuk Klasifikasi Wilayah Perkotaan... 33-II Tabel 2.15 Penanganan Sampah Saat Ini di Kabupaten/Kota untuk Klasifikasi Wilayah Perdesaan... 34-II Tabel 2.16 Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan ... 35-II Tabel 2.17 Lokasi Genangan ... 36-II Tabel 2.18 Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase Perkotaan ... 39-II Tabel 2.19 Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik ... 43-II Tabel 2.20 Permasalahan Air Limbah Domestik ... 44-II Tabel 2.21 Area Berisiko Persampahan ... 47-II Tabel 2.22 Permasalahan Pengelolaan Persampahan ... 48-II Tabel 2.23 Area Berisiko Sanitasi Drainase ... 50-II Tabel 2.24 Permasalahan Drainase Perkotaan ... 51-II Tabel 3.1 Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Barito Utara ... 1-III Tabel 3.2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Barito Utara ... 4-III Tabel 3.3 Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Barito Utara (sheet rekapan tahapan

pengembangan) ... 7-III Tabel 3.4 Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kabupaten Barito Utara ... 8-III Tabel 3.5 Tujuan dan Sasaran Air Limbah Domestik ... 10-III

(6)

v

Tabel 3.6 Tujuan dan Sasaran Persampahan (digabung antara sheet rekapitulasi eksisting dan tahapan pengembangan di instrumen SSK) ... 11-III Tabel 3.7 Tujuan dan Sasaran Drainase Perkotaan ... 11-III Tabel 3.8 Skenario Pencapaian sasaran jangka menengah Air Limbah Domestik, persampahan dan

drainase Perkotaan ... 13-III Tabel 3.9 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Barito Utara untuk Sanitasi ... 16-III Tabel 3.10 Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan ... 17-III Tabel 3.11 Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan ... 18-III Tabel 3.12 Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten untuk Kebutuhan Operasional/

Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2023 ... 19-III Tabel 3.13 Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK ... 20-III Tabel 5.1 Matriks Kerangka Kerja Logis Pengelolaan Air Limbah Domestik ... ... 2-V Tabel 5.2 Matriks Kerangka Kerja Logis Pengelolaan Persampahan... ... 3-V Tabel 5.3 Matriks Kerangka Kerja Logis Pengelolaan Drainase ... ... 5-V Tabel 6.1 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi untuk 5 tahun ...1-VI Tabel 6.2 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi untuk 5 tahun

per Sumber Anggaran ... ...1-VI Tabel 6.3 Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBD Kabupaten Barito Utara ... ...3-VI Tabel 6.4 Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBD Provinsi ... ...3-VI Tabel 6.5 Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBN ... ...4-VI Tabel 6.6 Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan DAK ... ...4-VI Tabel 6.7 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Swasta/CSR ... ...5-VI Tabel 6.8 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Swasta/CSR ... ...5-VI Tabel 6.9 Funding Gap ... ...5-VI Tabel 7.1 Capaian Strategis ... ...3-VII Tabel 7.2 Infastruktur dan Akses ... ...9-VII Tabel 7.3 Pelaporan dan Jadwal Monitoring Implementasi SSK ... ...10-VII

(7)

vi

Peta 2.1 Peta Wilyah Kajian SSK Kabupaten Barito Utara ... ... 2-II Peta 2.2 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Barito Utara ... ... 9-II Peta 2.3 Rencana Pola Ruang Kabupaten Barito Utara ... ...11-II Peta 2.4 Peta Cakupan Akses Dan Sistem Layanan Air Limbah Domestik ... 22-II Peta 2.5 Peta Cakupan Akses Dan Sistem Layanan Persampahan... 32-II Peta 2.6 Peta Lokasi Genangan ... 38-II Peta 2.7 Peta Area Berisiko Air Limbah ... 42-II Peta 2.8 Peta Area Berisiko Persampahan ... 46-II Peta 2.9 Peta Area Berisiko Drainasi ... 49-II Peta 3.1 Peta Zonasi Air Limbah ... 5-III Peta 3.2 Peta Zonasi Persampahan ... 8-III

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skematik Kedudukan SSK terhadap Dokumen Perencanaan Lainnya ... ....3-I Gambar 1.2 Skema Alur Kerja Penyusunan SSK Pemutakhiran ... 5-I Gambar 2.1 Diagram Sistem Pengelolaan Air Limbah di Kabupaten Barito Utara ... 19-II Gambar 2.2 Shift Flow Diagram (SFD) ... 28-II Gambar 2.3 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Sampah ... 30-II Gambar 2.4 Diagram Saluran Drainase ... 40-II Gambar 3.1 Grafik Pencapaian Sasaran Air Limbah Domestik ... 14-III Gambar 3.2 Grafik Pencapaian Sasaran Persampahan ... 14-III Gambar 3.3 Grafik Pencapaian Sasaran Drainase ... 14-III

(9)

viii APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BABS : Buang Air Besar Sembarangan

Controlled Landfill : Lahan Urug Terkendali

CSR : Corporate Social Responsibility CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun DED : Detail Engineering Design

Drainase : Prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari suatu kawasan ke bandan air penerima.

DSS : Diagram Sistem Sanitasi

EHRA : Environment and Health Risk Assessment Enu : Enumerator (petugas pengumpulan data) IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah

IPLT : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Jamban : Fasilitas pembuangan tinja

KKL : Kerangka Kerja Logis Masterplan : Rencana Induk Monev : Monitoring dan Evaluasi

Open dumping : Sampah ditimbun di areal tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Pokja : Kelompok Kerja

Prohisan : Promosi Higiens dan Sanitasi

PPSP : Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman QA : Quality Assurance (Penjaminan Kualitas)

RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

Sanitary Landfill : Metode pengurugan sampah ke dalam tanah, dengan menyebarkan sampah secara lapis per

lapis pada sebuah site (lahan) yang telah disiapkan, kemudian dilakukan pemadatan dengan alat berat, dan pada akhir hari operasi, urugan sampah tersebut kemudian ditutup dengan tanah penutup.

Saluran primer : Saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan menyalurkannya ke badan penerima air

Saluran sekunder : Saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier dan menyalurkannya ke saluran primer

(10)

ix

Saluran tersier : Saluran yang menerima air dari sistem drainase lokal dan menyalurkannya ke saluran drainase sekunder

Sistem off-site : Sistem pembuangan air limbah dimana air limbah dibuang serta diolah secara terpusat di Instalasi Pengolahan Limbah Kota.

Sistem on-site : Sistem pembuangan air limbah secara individual yang diolah dan dibuang di tempat. SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

SMART : Specific, Measurable, Achievable, Rational, Timebound

SWOT : Strength, Weakness, Opportunity, Threat

Tangki septik : Ruang kedap air yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah tangga TPA : Tempat Pemrosesan Akhir

TPS : Tempat Pemrosesan Sementara TPST : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah

(11)

x 2. Analisis SWOT Sanitasi

- Sektor Air Limbah - Sektor Persampahan - Sektor Drainase

3. Rencana Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi Jangka Menengah 4. Ringkasan Eksekutif Hasil Kajian EHRA

5. Ringkasan Eksekutif Hasil Kajian Non EHRA 6. Ringkasan Eksekutif Kajian Komunikasi dan Media

7. Daftar Program/Kegiatan dan Pengelolaan Sanitasi oleh Masyarakat

8. Ringkasan Eksekutif Kajian Peran Serta Swasta Dalam Penyedian Layanan Sanitasi 9. Kajian Sanitasi Sekolah

(12)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

1 | B A B I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kondisi sanitasi di Indonesia masih relatif buruk dan jauh tertinggal dari sektor-sektor pembangunan lainnya. Salah satu penyebabnya adalah bahwa sanitasi yang merupakan salah satu pelayanan dasar masih kurang mendapat perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Sistem air bersih dan sanitasi yang baik akan menghasilkan manfaat ekonomi, melindungi lingkungan hidup, dan vital bagi kesehatan manusia. Hingga kini masyarakat tidak selalu menyadari pentingnya kebersihan sehingga berakibat masih tingginya angka kejadian diare, penyakit kulit, penyakit usus,stunting, dan penyakit-penyakit lain yang berasal dari air di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Selain akses yang buruk terhadap air bersih, kegagalan untuk mendorong perubahan perilaku khususnya di kalangan keluarga berpenghasilan rendah dan penduduk di daerah kumuh telah memperburuk situasi air bersih dan sanitasi di Indonesia.

Sanitasi merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih atau dapat juga dikatakan adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan, dalam hal ini sanitasi menitik beratkan kegiatan kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.

Mengatasi Permasalahan limbah domestik, sampah, drainase pada sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan. Kondisi sanitasi yang tidak layak, akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan masyarakat terutama di daerah permukiman padat, kumuh, miskin dan dilewati aliran sungai. Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Kabupaten Barito Utara mempunyai kebijakan pembangunan yang berkelanjutan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tahun 2005-2025. Dokumen PSSK ini akan menjadi salah satu bahan masukan program sanitasi kedalam RPJMD tahun 2018-2023 yang sedang disusun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Utara, juga mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019.

Pada tahun 2018 Pemerintah telah memasuki periode ke tiga tahun 2015- 2019 RPJMN. Yang menetapkan target baru yaitu 100-0-100 (universal Access) atau akses sanitasi layak diakhir tahun 2019. Target provinsi Kalimantan Tengah 76% akses sanitasi layak, 26 % akses sanitasi

(13)

2 | B A B I

dasar. Target untuk kabupaten Barito Utara sendiri Target Universal Access adalah 70% akses sanitasi Layak dan 30% akses sanitasi dasar. Pemerintah daerah Kabupaten Barito Utara menjawab tantangan target pembangunan sanitasi tersebut dengan melaksanakan tindak lanjut pelaksanaan PPSP untuk mendorong percepatan implementasi pembangunan sanitasi sebagaimana direncanakan.

Pemutakhiran SSK merupakan tindak lanjut dari dokumen sanitasi Buku Putih Sanitasi dan SSK yang telah disusun pada tahun 2015 yang bertujuan untuk menjaga keberlanjutan perencanaan sanitasi yang mengakomodasi pencapaian target universal access. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kab./ Kota (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kab./ Kota. Pemutakhiran SSK ini untuk mengoperasionalkan urusan wajib, sekaligus menjadi wujud perhatian yang lebih dari Pemerintah Daerah Kab/ Kota terhadap pengelolaan sanitasi terutama untuk berkontribusi dalam pencapaian RPJMD dari sektor sanitasi. Pemutakhiran perlu dilakukan mengingat beberapa kondisi di bawah ini: a. Peningkatan kualitas dokumen dari SSK yang disusun sebelumnya sehingga diharapkan adanya

kelengkapan data atau validitas data yang akurat.

b. Adanya kebutuhan untuk mempercepat implementasi terutama terkait dengan pencapaian target Universal Access di tahun 2019.

c. PPSP dapat menjadi payung bagi arah pembangunan sanitasi dengan mengkonsolidasikan dan memfokuskan arah pembangunan dari seluruh program pembangunan sanitasi yang ada untuk mencapai target dan sasaran pembangunan sanitasi permukiman yang telah ditetapkan. Diharapkan juga, melalui program ini target pembangunan sanitasi permukiman hingga tahun 2019 dapat terpenuhi.

Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (PSSK), Kabupaten Barito Utara merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan.

Pengembangan layanan sanitasi kota harus didasari oleh suatu rencana pembangunan sanitasi jangka menengah (5 tahunan) yang kompehensif dan bersifat strategis. Rencana pembangunan jangka menengah sektor sanitasi yang juga disebut Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) itu memang dibutuhkan mengingat banyaknya kabupaten khususnya di Provinsi Kalimantan Tengah yang memerlukan waktu bertahun-tahun (multi years) untuk memenuhi layanan sanitasi yang memenuhi prinsip layanan Sanitasi secara menyeluruh dan tepat sasaran. Strategi Sanitasi

(14)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

3 | B A B I

juga dibutuhkan sebagai panduan Satuan Organisasi Perangkat Daerah (SOPD) dan para pelaku pembangunan sanitasi lainnya dalam bersinergi mengembangkan layanan sanitasinya.

Pembangunan sanitasi masih banyak dilakukan secara parsial, masing-masing institusi melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri-sendiri sesuai dengan Renstra masing-masing SOPD. Oleh karena itu dibentuklah Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi diharapkan dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek dan dapat mengintegrasikan semua program sanitasi yang terdapat pada SOPD dalam suatu Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Barito Utara.

SSK yang disusun oleh Pokja Sanitasi ini mengacu kepada 4 karakteristik utama yang tercermin dalam prosesnya maupun produknya, yaitu:

1) Intersektor dan terintegrasi;

2) Mensinkronkan pendekatan „top down‟ dengan „bottom up‟; 3) Skala Kabupaten;

4) Berdasarkan data empiris (dari studi-studi pendukung PSSK.

RPJMD menjadi dasar dokumen induk penyusunan SSK agar sesuai dengan alur rencana pembangunan berjangka 5 tahunan tersebut. Disamping itu SSK juga menjadi acuan bagi penyusunan Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM). karena memuat indikasi program yang telah memiliki kemungkinan penganggaran yang kuat khusus sektor sanitasi.

Keterkaitan dokumen PSSK dengan RTRW dan RPJMD adalah substansi SSK mendukung visi dan misi pembangunan yang tertuang dalam RTRW dan RPJMD sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1

OPD Kabupaten Barito Utara Skematik Kedudukan SSK terhadap Dokumen Perencanaan Lainnya

(15)

4 | B A B I

Hubungan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten dengan RPJMD

RPJMD sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dipergunakan sebagai dasar bagi pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten ini merupakan penjabaran operasional dari RPJMD Kabupaten Barito Utara periode Tahun 2018-2023 yang tengah disusun, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sanitasi yang bersifat lintas sektor, komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif sesuai dengan konsep dasar pemikiran RPJMD.

Pada RPJMD Kabupaten Barito Utara periode Tahun 2018-2023 terkait sanitasi dituangkan pada Misi 1 dan 2, yaitu Misi ke-1 yaitu peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi. Membangun dan membenahi infrastruktur (jalan, jembatan, listrik termasuk sanitasi, air bersih, sampah, ruang terbuka hijau dan lain-lain), dalam menunjang pelayanan publik, transportasi, serta pengentasan kemiskinan dan pengangguran, Misi ke-2 : Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan. Melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, dan pendidikan diharapkan terwujud masyarakat yang sehat dan prosuktif.

Hubungan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten dengan Renstra OPD

Renstra OPD sebagai turunan dari RPJMD Kabupaten Barito Utara Periode Tahun 2018-2023 juga dipergunakan sebagai bahan acuan teknis Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten. Dengan demikian, maka implementasi pembangunan sanitasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan OPD terkait penyelenggara program sanitasi.

Hubungan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Barito Utara

RTRW Kabupaten Barito Utara dipergunakan sebagai sumber dalam menentukan wilayah kajian. Hal ini berkaitan dengan pola ruang, sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan yang sangat memerlukan rencana pengembangan infrastruktur umum termasuk sektor sanitasi yang erat hubungannya dengan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten. Pada RTRW Kabupaten Barito Utara memuat berbagai macam informasi berbagai macam jaringan infarastruktur daerah termasuk sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan yang meliputi sistem jaringan air limbah, drainase, sistem jaringan layanan persampahan.

1.2. METODOLOGI PENYUSUNAN

Pemutakhiran SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Barito Utara secara bersama-sama dengan skema pembagian tugas sesuai dengan tupoksi masing-masing OPD anggota,melalui tahapan panjang sesuai alur program dalam perencanaan sanitasi. Secara garis besar tahapan

(16)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

5 | B A B I

tersebut terbagi dalam 5 (lima) bagian yang ditempuh secara berurutan dan tidak dapat diselesaikan secara acak ataupun dimulai dari belakang sehingga prosesnya harus ditempuh secara teratur dari depan.

Masing-masing tahapan diselesaikan dengan metode sendiri-sendiri karena hasil yang diharapkan dalam tiap tahapan adalah spesifik dan akan mempengaruhi tahapan kerja berikutnya tetapi mengarah pada satu sasaran yang sama yaitu pengembangan program kerja sanitasi untuk 5 tahun ke depan.

Skema 1.2 : Alur Kerja Penyusunan SSK Pemutakhiran 1.2.1. Tahap Internalisasi dan Penyamaan Persepsi

Tahapan ini adalah membangun kesamaan persepsi anggota Pokja Sanitasi mengenai pentingnya pembangunan sanitasi di Kabupaten Barito Utara serta perlunya pemutakhiran SSK yang pernah disusun dengan hasil berupa jadwal dan rencana kerja Pokja Sanitasi dalam pelaksanaan pemutakhiran SSK.Dituliskan sebagai narasi Bab I.

1.2.2. Tahap Pemetaan Kondisi dan Kemajuan Pembangunan Sanitasi

Proses kerja pada tahap ini meliputi penetapan wilayah kajian, penyepakatan profil wilayah dan profil sanitasi Kabupaten Barito Utara, pemetaan kondisi sanitasi saat ini dan permasalahan yang dihadapi, penetapan area resiko sanitasi beserta indeks resiko sanitasi yang menyertainya. Hasil dari tahap ini adalah

a. Tersusunnya wilayah zonasi kajian SSK dan profil wilayah Kabupaten Barito Utara. b. Tersedianya hasil study EHRA dan 6 kajian primer yang lain.

c. Tersusunnya profil sanitasi Kabupaten Barito Utara dengan terisinya data instrumen profil sanitasi.

d. Disepakatinya permasalahan mendesak yang dihadapi pemerintah kabupaten untuk masing-masing sub sektor sanitasi.

Internalisasi dan Penyamaan Persepsi Pemetaan Kondisi dan Kemajuan Pembangunan Sanitasi Skenario Pembangunan Sanitasi Konsolidasi Penganggaran dan Pemasaran Sanitasi Finalisasi

(17)

6 | B A B I

e. Didapatnya peta area beresiko beserta indeks resiko sanitasi. Hasil dari tahap ini dituliskan dalam bentuk Bab II.

1.2.3. Tahap Skenario Pembangunan Sanitasi

Sasaran tahap ini adalah tersusunnya indikasi program dan kegiatan percepatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Barito Utara untuk waktu 5 tahun mendatang, sedang hasil dari kegiatan di tahap ini adalah sebagai berikut :

a. Disepakatinya visi dan misi sanitasi

b. Ditetapkannya zona dan sistem sanitasi serta cakupan layanannya c. Perumusan tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi

d. Disusunnya strategi pengembangan sanitasi.

e. Disepakatinya daftar Indikasi Program dan Kegiatan Pengembangan Sanitasi. f. Disusunnya matriks monitoring dan evaluasi capaian SSK.

Hasil pembahasan tahap ini dituliskan dalam Bab III, Bab IV, Bab V,Bab VI dan Bab VII.

1.2.4. Tahap Konsolidasi Penganggaran dan Pemasaran Sanitasi

Tujuan tahap ini adalah mendapatkan kesepahaman dan kesamaan persepsi tentang program, kegiatan dan indikasi pendanaan sanitasi kepada SOPD terkait baik di tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Pusat.

Disamping itu juga membangun kesepahaman dan dukungan terhadap rencana penganggaran sanitasi yang diminta dari berbagai pemangku kepentingan baik swasta (CSR), kelompok masyarakat, lembaga donor, pemerintah (Kabupaten, Provinsi, Pusat).

Adapun hasil dari tahap ini adalah :

a. Teridentifikasinya program, kegiatan dan besaran pendanaan yang diperlukan untuk mencapai sasaran.

b. Terbangunnya komitmen program, kegiatan dan indikasi sumber pendanaan pembangunan sanitasi di tingkat Kab./ Kota.

c. Dibahasnya daftar program, kegiatan dan indikasi sumber serta besaran pendanaan pembangunan sanitasi di tingkat Provinsi dan Pusat.

d. Teridentifikasinya sumber pendanaan indikatif dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, maupun sumber lainnya.

e. Teridentifikasinya program, kegiatan dan indikasi besaran pendanaan yang belum ada sumber pendanaan (funding gap).

(18)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

7 | B A B I

Tahap Konsolidasi Penganggaran dan Pemasaran Sanitasi dituliskan pada Bab V, Bab VI dan Bab VII

1.2.5. Tahap Finalisasi

Finalisasi adalah proses untuk menyempurnakan atau melengkapi penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK dan sekaligus untuk mendapatkan pengesahan dari Kepala Daerah, hasil dari tahap ini adalah :

a. Tersusunnya dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Barito Utara. b. Teranggarkannya program dan kegiatan di dalam dokumen penganggaran. c. Pengesahan Pemutakhiran SSK Kabupaten Barito Utara oleh Bupati.

Dari kelima tahapan tersebut terdapat tahapan kritis dimana pada proses ini harus mengumpulkan data dari sumber-sumber yang dapat dipercaya, yaitu pada tahapan kedua “Pemetaan Kondisi dan Kemajuan Pembangunan Sanitasi”, dari data inilah dapat dikaji kondisi pengembangan sanitasi dan dari sini pula akan disusun rencana dan penganggaran sanitasi untuk 5 tahun kedepan. Untuk menyusun dokumen ini data-data yang diperlukan adalah :

a. Studi dan Kajian Primer

Study primer disini adalah proses pengumpulan data dari sumber/pelaku secara langsung untuk mengetahui kondisi sanitasi saat ini dari berbagai tinjauan (latar belakang) sektoral tertentu, metode yang digunakan ialah “survey” dan “observasi”.

Dalam hal ini study primer yang dilakukan adalah :  Study EHRA (environment healt risk assesment);

 Kajian peran swasta dalam penyediaan layanan sanitasi;  Konsolidasi kelembagaan terkait sanitasi;

 Pemetaan keuangan dan perekonomian daerah;  Kajian komunikasi dan media;

 Kajian peran masyarakat;  Kajian sanitasi sekolah; b. Data Sekunder

Kebutuhan data terkait kondisi sanitasi saat ini selain data primer ditambahkan pula data-data sekunder dari SOPD terkait ataupun dokumen resmi yang dimiliki pemerintah kabupaten yang sesuai dengan kebutuhan untuk diolah menjadi fakta yang realistis. Bentuk dari data ini bisa file atau catatan dan data dari program/kegiatan atau proyek terkait sanitasi dari stakeholder yang berkompeten maupun dokumen lain.

(19)

8 | B A B I

Dalam hal ini data yang digunakan antara lain Barito Utara Dalam Angka (BPS), Kecamatan Dalam Angka (BPS), Dokumen RPJMD, Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah, Realisasi APBD Kabupaten Barito Utara, data AMPL dari program di SOPD Kabupaten Barito Utara

c. Persepsi SOPD

Selain dua data diatas masih ditambahkan pula pendapat subjektif dari anggota Pokja Sanitasi yang mewakili SOPD terkait sanitasi yang dirasa mengetahui situasi dan kondisi kesehatan lingkungan permukiman di wilayah Kabupaten Barito Utara. Pendapat masing-masing anggota akan saling melengkapi dan membentuk gambaran kondisi sanitasi yang ada saat ini.

1.3. DASAR HUKUM

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Barito Utara (pemutakhiran) 2018 ini berpijak dari semangat untuk mengembangkan potensi pembangunan sanitasi secara lebih baik pada 5 tahun kedepan, adapun peraturan perundang-undangan yang mendasari rencana pengembangan sanitasi dalam buku ini di tingkat nasional, provinsi maupun daerah meliputi ;

Kegiatan pengembangan sanitasi di Kabupaten Barito Utara didasarkan pada peraturan dan produk hukum yang meliputi :

1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

7. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 Tahun 1997 Tentang Kualitas Air Bersih;

8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum;

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2007 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Pemukiman (KSNP-SPALP);

(20)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

9 | B A B I

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 19/2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar TPA Sampah;

12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 3/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan PS Persampahan;

13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 01/PRT/M/2014 tentang SPM Bidang PU dan Penataan Ruang;

14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 04/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik;

15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2017 Tentang Penyenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik;

16. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 Tentang Program Kali Bersih;

17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik;

18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 845-25/Kep/Bangda//2018 Tentang Penetapan Kabupaten/Kota Sebagai Pelaksana Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2018.

19. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 845/ 9287/ SJ Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengelolaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Daerah

20. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah No 04 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Tengah 2005 s/d 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 Nomor 04, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 34).

21. Peraturan RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 - 2021

22. Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah nomor 56 Tahun 2014 tentang BASNO

23. Keputusan Bupati Barito Utara Nomor 188.45/150/2018 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Kabupaten Barito Utara

24. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Barito Utara;

25. Peraturan Bupati Barito Utara Nomor 38 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Barito Utara.

(21)

10 | B A B I 1.4. SISTIMATIKA PENULISAN

Sistematika yang digunakan dalam penulisan dokumen Pemutakhiran SSK ini terperinci dalam 7 Bab dan pada tiap bab memiliki bahasan yang spesifik tetapi saling terkait satu bab dengan lainnya, sehingga didapatlah susunan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Menerangkan tentang latar belakang perlu disusunnya buku ini, metodologi dan cara disusunnya dokumen ini, peraturan-peraturan yang mendasari dokumen dan susunan dari buku ini

Bab II : Profil Sanitasi Saat Ini

Bab ini pada dasarnya adalah bahasan pemutakhiran data terkait profil sanitasi serta mengidentifikasi sejauh mana kemajuan yang telah dicapai dalam pembangunan sanitasi dari rencana yang telah disusun didalam SSK sebelumnya. Proses ini akan menghasilkan informasi terhadap kemajuan yang dicapai Kab./ Kota dalam pembangunan sanitasi berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya.

Bab III : Kerangka Pengembangan Sanitasi

Berisi tentang visi - misi sanitasi dan kerangka kerja logis dari Kabupaten Barito Utara untuk mengembangkan sektor sanitasi kedepan beserta tahapan pengembangan sanitasi dalam sistem dan zona disertai perkiraan kemampuan pendanaan sanitasi daerah dalam tiap sub sektor sanitasi terkait.

Bab IV : Strategi Pengembangan Sanitasi

Berisi tentang strategi pengembangan sanitasi meliputi air limbah domestik, pengelolaan persampahan dan drainase perkotaan.

Merupakan kajian tentang posisi sanitasi Kabupaten Barito Utara saat ini menurut analisa SWOT berdasar isue strategis dan permasalahan mendesak yang kemudian menghasilkan strategi yang akan digunakan dalam membangun sanitasi 5 tahun mendatang pada setiap sub sektor sanitasi

Bab V : Kerangka Kerja Logis

Menjelaskan tentang matriks alur berpikir penentuan kebijakan untuk menangani permasalahan pembangunan sanitasi permukiman yaitu pengelolaan air limbah domestik, persampahan dan drainase.

Bab VI : Program, Kegitan Dan Indikasi Pendanaan Sanitasi

Berisi ringkasan, kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan pemerintah, kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan non pemerintah serta antisipasi funding gap.

(22)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

11 | B A B I Bab VII : Monitoring dan Evaluasi Capaian SSK

Menerangkan tentang capaian strategis, capaian kegiatan serta evaluasi atas SSK terdahulu yang pernah disusun tahun 2015 menjadi kerangka monitoring, serta persiapan dalam pengimplementasian pemutakhiran SSK ini untuk tahun depan. Dibahas pula pembagian tugas untuk melakukan monev terhadap pelaksanaan SSK ini dan mekanisme pendokumentasian kegiatannya termasuk jadwal pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan monitoring evaluasi sendiri.

(23)

1 | B A B I I

BAB II

PROFIL SANITASI SAAT INI

2.1 . Gambaran Wilayah

2.1.1. Kondisi Umum

Topografi dan morfologi daerah Kabupaten Barito Utara terdiri dari sebelah Selatan ke Timur merupakan dataran agak rendah sedangkan ke arah Utara dengan bentuk daerah lipatan, patahan yang dijajari oleh pegunungan Muller/Schwaner. Bagian wilayah dengan kelerengan 0-2% terletak dibagian selatan tepi sungai Barito yaitu kecamatan Montallat dan Teweh Tengah seluas 165 km2 (1,46%). Bagian wilayah dengan kemiringan 2-15% tersebar di semua kecamatan seluas

4.785 km2 (42,35%). Kemiringan 15-40% tersebar di semua kecamatan seluas 4.275 km2 (37,83%)

dan bagian wilayah dengan kemiringan di atas 40% seluas 2.075 km2 (18,36%).

Kabupaten Barito Utara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah yang berada di tengah-tengah pulau Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 1140

20'3,32''– 115050'47'' Bujur Timur dan 0049'00'' Lintang Utara –10 27'00'' Lintang Selatan, dengan

batas-batas :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kapuas dan Murung Raya. Pada tahun 2012 wilayah Barito Utara dimekarkan lagi sebanyak tiga kecamatan pemekaran yaitu Kecamatan Teweh Selatan, Teweh Baru dan Lahei Barat. Sehingga jumlah keseluruhan menjadi 9 (sembilan) kecamatan secara admnitratif:

(24)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

2 |

B A B I I

(25)

3 | B A B I I

Pengembangan Wilayah kabupaten Barito Utara berdasarkan rencana penataan tata ruang (RTRW). Tujuan yang ingin dicapai dari pengembangan wilayah Kabupaten Barito Utara adalah : Mewujudkan tata ruang wilayah Kabupaten Barito Utara dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan daerah dalam jangka panjang dengan senantiasa memperhatikan aspek kelestarian lingkungan, efisiensi alokasi investasi, dan bersinergi dengan kegiatan pembangunan lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat". Sedangkan sasaran yang diharapkan dari pengembangan wilayah Kabupaten Barito Utara.

Dalam rangka perencanaan spasial di Indonesia, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan adanya dokumen rencana tata ruang yang terdiri dari rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) untuk jangka waktu 20 tahun, serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) untuk jangka waktu 20 tahun yang dikaji ulang setiap 5 tahunnya. Disamping rencana umum, diperlukan juga adanya rencana rinci yang terdiri dari rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang kawasan strategis provinsi, serta rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota. Gambaran Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Utara dapat dilihat pada Gambar 1.1

2.1.2. Wilayah Kajian SSK

Wilayah kajian SSK adalah seluruh wilayah administrasi dari Kabupaten Barito Utara. Penentuan wilayah kajian dari penyusunan pemutakiran SSK adalah dengan penentuant arget area dilakukan secara geografi dan demografi berdasar kajian studi primer dan studi ehra, data sekunder dan kesepakatan Pokja Sanitasi Kabupaten Barito Utara.

Untuk wilayah kajian sanitasi Kabupaten Barito Utara, disepakati Pokja Sanitasi berdasarkan kriteria wilayah perkotaan, rencana kawasan strategis, kepadatan penduduk, angka kemiskinan daerah/wilayah yang dialiri sungai dan daerah tergenang banjir. Selain itu, untuk mendukung target capaian sasaran Universal access 100-0-100 pada tahun 2019, maka kajian wilayah sanitasi meliputi 9 kecamatan 103 kelurahan/desa yaitu :

(26)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

4 | B A B I I Tabel 2.1 Nama,luas wilayah per-Kecamatan Jumlah Kelurahan

NO Nama Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah (sesuai RTRW)

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(Ha) (%) thd total administrasi (Ha) (%) thd luas administrasi

1 Kecamatan Montalat 10 55,300.0 5.95% 3,207.0 0.34% 2 Kecamatan Gunung Timang 16 89,000.0 9.57% 16,527.0 1.78% 3 Kecamatan Gunung Purei 11 146,800.0 15.78% 35,020.0 3.77% 4 Kecamatan Teweh Timur 12 59,222.0 6.37% 9,733.0 1.05% 5 Kecamatan Teweh Tengah 10 158,536.0 17.05% 2,953.0 0.32% 6 Kecamatan Lahei 13 161,848.0 17.40% 21,978.0 2.36% 7 Kecamatan Teweh Baru 10 81,278.0 8.74% 3,419.0 0.37% 8 Kecamatan Teweh Selatan 10 48,564.0 5.22% 2,945.0 0.32% 9 Kecamatan Lahei Barat 11 129,452.0 13.92% 2,779.0 0.30%

T O T A L 103 930,000.0 98,561.0

Berikut ini adalah jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga (KK) saat ini dan proyeksinya 5 tahun yang diklasifikasikan dalam wilayah perkotaan dan wilayah perdesaan seperti yang terlihat pada tabel 2.2 dan tabel 2.3.

Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga kawasan perkotaan saat ini dan proyeksinya dalam 5 tahun seperti yang terlihat pada tabel 2.3. Diiketahui pula jumlah penduduk wilayah perkotaan saat ini dan proyeksi 5 tahun mendatang per kecamatan, dimana yang masuk wilayah perkotaan saat ini dan 5 tahun kedepan adalah kecamatan Teweh Tengah dengan jumlah penduduk di tahun 2018 sebesar 35,064 Jiwa/ 8,766 KK dan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2023 sebesar 37,398 Jiwa / 9,350 KK untuk Kecamatan Teweh Tengah dengan jumlah penduduk pada hasil Instrumen SSK seperti terlihat pada tabel di bawah ini :

(27)

5 | B A B I I Sumber : Instrumen SSK 2018

Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Kawasan Perdesaan Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun, diketahui jumlah penduduk wilayah perdesaan saat ini dan proyeksi 5 tahun mendatang per kecamatan, dimana jumlah penduduk perdesaan terbesar saat ini berada di Kecamatan Teweh Baru dengan jumlah penduduk sebesar 24,062 Jiwa/ 6,016 KK dan proyeksi 5 tahun kedepan yaitu tahun 2022 dengan jumlah penduduk sebesar 25,664 Jiwa/ 6,416 KK dan jumlah penduduk perdesaan terkecil saat ini berada di Kecamatan Gunung Purei dengan jumlah penduduk sebesar kk dan proyeksi 5 tahun kedepan yaitu tahun 2022 dengan jumlah penduduk sebesar 2,652 Jiwa/ 663 KK, dan data Jumlah Penduduk serta Kepala Keluarga Kawasan Perdesaan Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun dari hasil Instrumen SSK, selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Sumber : Instrumen SSK 2018

Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK

1 Kecamatan Montalat - - - -2 Kecamatan Gunung Timang - - - -3 Kecamatan Gunung Purei - - - -4 Kecamatan Teweh Timur - - - -5 Kecamatan Teweh Tengah 35,064 8,766 35,825 8,956 36,212 9,053 36,603 9,151 36,999 9,250 37,398 9,350 6 Kecamatan Lahei - - - -7 Kecamatan Teweh Baru 2,304 576 2,354 589 2,379 595 2,405 601 2,431 608 2,457 614 8 Kecamatan Teweh Selatan - - - -9 Kecamatan Lahei Barat - - -

-37,368 9,342 38,180 9,545 38,592 9,648 39,009 9,752 39,430 9,857 39,856 9,964 PERKOTAAN : 2023 Tahun 2018 2019 2020 2021 2022

Tabel Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Kawasan Perkotaan Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun

No Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk dan KK Kawasan Perkotaan

Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK

1 Kecamatan Montalat 11,672 2,918 11,925 2,981 12,054 3,014 12,184 3,046 12,316 3,079 12,449 3,112 2 Kecamatan Gunung Timang 10,710 2,678 10,943 2,736 11,061 2,765 11,180 2,795 11,301 2,825 11,423 2,856 3 Kecamatan Gunung Purei 2,547 637 2,602 651 2,630 658 2,659 665 2,688 672 2,717 679 4 Kecamatan Teweh Timur 6,491 1,623 6,632 1,658 6,704 1,676 6,776 1,694 6,849 1,712 6,923 1,731 5 Kecamatan Teweh Tengah 9,448 2,362 9,653 2,413 9,757 2,439 9,863 2,466 9,969 2,492 10,077 2,519 6 Kecamatan Lahei 12,382 3,096 12,651 3,163 12,788 3,197 12,926 3,231 13,065 3,266 13,206 3,302 7 Kecamatan Teweh Baru 15,436 3,859 15,771 3,943 15,942 3,985 16,114 4,028 16,288 4,072 16,464 4,116 8 Kecamatan Teweh Selatan 10,896 2,724 11,133 2,783 11,253 2,813 11,374 2,844 11,497 2,874 11,621 2,905 9 Kecamatan Lahei Barat 10,036 2,509 10,254 2,563 10,365 2,591 10,477 2,619 10,590 2,647 10,704 2,676

89,618 22,405 91,564 22,891 92,553 23,138 93,553 23,388 94,563 23,641 95,584 23,896 PEDESAAN 2021 2022 2017 2018 2019 2020 Tahun

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Kawasan Pedesaan Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun

No Nama Kecamatan

(28)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

6 | B A B I I

Hasil Instrumen SSK menunjukan jumlah penduduk terbesar saat ini berada di Kecamatan Teweh Tengah dengan jumlah penduduk sebesar 67,298 Jiwa/ 16,825 KK. Proyeksi 5 tahun ke depan sampai dengan tahun 2022 dengan jumlah penduduk sebesar 70,253 Jiwa/ 17,563 KK. Jumlah penduduk terkecil saat ini berada di kecamatan Gunung Purei dengan jumlah penduduk sebesar 2,549 Jiwa/ 637 KK. Proyeksi 5 tahun kedepan sampai dengan tahun 2022 dengan jumlah penduduk sebesar 2,661 Jiwa/ 665 KK. Jumlah penduduk serta Kepala Keluarga Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun dari hasil Instrumen SSK, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini :

Sumber : Instrumen SSK 2018

Kepadatan penduduk kabupaten Barito Utara dari hasil Instrumen SSK dimana dapat di ketahui bahwa wilayah dengan kepadatan tertinggi berada saat ini dan proyeksinya untuk lima tahun kedepan yaitu berada di Kecamatan Teweh Tengah dengan kepadatan penduduk saat ini sebesar 15 jiwa/ha. Jumlah penduduk degan kepadatan paling rendah tingkat kepadatannya adalah Kecamatan Gunung Purei yaitu dengan kepadatan saat ini yakni sebesar 0 jiwa/ha.

Kepadatan penduduk didasarkan pada jumlah penduduk yang menghuni suatu wilayah dibagi luas wilayah terbangun dari luas administrasi yang ada pada wilayah tersebut. Jumlah kepadatan penduduk yang ada pada suatu wilayah akan mempengaruhi tingkat prioritas pelayanan maupun sistem penanganan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun dapat dilihat padat tabel 2.5 di bawah ini :

Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK

1 Kecamatan Montalat 11,672 2,918 11,925 2,981 12,054 3,014 12,184 3,046 12,316 3,079 12,449 3,112 2 Kecamatan Gunung Timang 10,710 2,678 10,943 2,736 11,061 2,765 11,180 2,795 11,301 2,825 11,423 2,856 3 Kecamatan Gunung Purei 2,547 637 2,602 651 2,630 658 2,659 665 2,688 672 2,717 679 4 Kecamatan Teweh Timur 6,491 1,623 6,632 1,658 6,704 1,676 6,776 1,694 6,849 1,712 6,923 1,731 5 Kecamatan Teweh Tengah 44,512 11,128 45,479 11,370 45,970 11,396 46,466 11,519 46,968 11,643 47,475 11,869 6 Kecamatan Lahei 12,382 3,096 12,651 3,163 12,788 3,197 12,926 3,231 13,065 3,266 13,206 3,302 7 Kecamatan Teweh Baru 17,740 4,435 18,125 4,531 18,321 4,574 18,519 4,623 18,719 4,673 18,921 4,730 8 Kecamatan Teweh Selatan 10,896 2,724 11,133 2,783 11,253 2,813 11,374 2,844 11,497 2,874 11,621 2,905 9 Kecamatan Lahei Barat 10,036 2,509 10,254 2,563 10,365 2,591 10,477 2,619 10,590 2,647 10,704 2,676

126,986 31,747 129,744 32,436 131,145 32,683 132,561 33,036 133,993 33,393 135,440 33,860 TOTAL Tahun 2020 2019

Jumlah Penduduk dan KK Total

2021 2022 2017 2018

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga dan Proyeksinya untuk 5 tahun

(29)

7 | B A B I I Tabel 2.5 Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun

No. Kecamatan Tingkat Pertumbuhan (%)

Kepadatan Penduduk (Orang/Luas Area Terbangun) Ha

Tahun

n n+5 n+10

1 Kecamatan Montalat 1.08% 4 4 4

2 Kecamtan Gunung Timang 1.08% 1 1 1

3 Kecamatan Gunung Purei 1.08% 0 0 0

4 Kecamatan Teweh Timur 1.08% 1 1 1

5 Kecamatan Teweh Tengah 1.08% 15 15 15

6 Kecamatan Lahei 1.08% 1 1 1

7 Kecamatan Teweh Baru 1.08% 5 5 5

8 Kecamatan Teweh Selatan 1.08% 4 4 4

9 Kecamatan Lahei Barat 1.08% 4 4 4

Sumber : Instrumen SSK 2018

Jumlah penduduk miskin yang ada di Kabupaten Barito Utara per-Kecamatan yang bersumber dari data sekunder yang tersaji pada Instrumen SSK diperoleh berasal dari data KK penerima BLM tunai dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.6 Nama dan Luas Wilayah per-Kecamatan serta Jumlah Kelurahan

NO Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK)

1 Kecamatan Montalat 532

2 Kecamtan Gunung Timang 704

3 Kecamatan Gunung Purei 173

4 Kecamatan Teweh Timur 618

5 Kecamatan Teweh Tengah 820

6 Kecamatan Lahei 342

7 Kecamatan Teweh Baru 1,005

8 Kecamatan Teweh Selatan 583

9 Kecamatan Lahei Barat 833

T O T A L 5,610

Sumber : Instrumen SSK 2018

Jumlah Keluarga miskin terbanyak berada pada Kecamatan Teweh Baru sebesar 1.005 KK dan terendah di Kecamatan Gunung Purei sebanyak 173 KK.

(30)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

8 | B A B I I 2.1.2. Tata Ruang Wilayah

Perubahan tuntutan dan keinginan masyarakat, baik karena perubahan kualitas hidup

sebagai akibat kemajuan pembangunan maupun pengaruh perkembangan teknologi dan globalisasi menuntut pemerintah bersama masyarakat dan komponen lainnya untuk terus berupaya meningkatkan pembangunan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumberdaya dapat diarahkan secara berhasil guna dan berdaya guna. Peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang perlu dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Sehubungan dengan hal dimaksud, Rencana Tata Ruang sangat penting untuk dijadikan pedoman bagi perencanaan pembangunan agar penataan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan secara aman, tertib, efisien dan efektif. maksud dan tujuan RTRW Kabupaten Barito Utara Sendiri adalah sebagai berikut :

1. Menjadikan ruang wilayah kabupaten yang dikembangkan dan dilestarikan pemanfaatannya secara optimal dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan manusia demi menciptakan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

2. Melengkapi muatan RTRW seperti yang digariskan dalam UUPR agar dapat lebih efektif digunakan sebagai pedoman pembangunan daerah.

3. Meningkatkan kemampuan aparat daerah dalam hal perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

4. Mewujudkan konsistensi RTRW dengan kebijakan penataan ruang di atasnya.

Adapun dalam tujuan kegiatan pekerjaan penyesuaian Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Barito Utara Tahun 2011 – 2031, maka sasaran adalah sebagai berikut:

a. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);

b. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kabupaten;

c. Acuan dalam mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah pembangunan; d. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten;

e. Pedoman penyusunan rencana rinci tata ruang kabupaten (RDTR);

(31)

9 | B A B I I

(32)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

10 |

B A B I I

(33)

11 | B A B I I 2.1.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah

Pola Ruang Kabupaten Barito Utara salah satunya rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang sebagai kawasan Funsi Budidaya dan lindung. Apaun cakupan penjelasan hal tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Taman Wisata Cagar Alam

Pada sebagian kecamatan di kabupaten Barito Utara merupakan kawasan wisata dan patut dilindungi karena bagian dari kawasan konsevasi alam. Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c, adalah Kawasan Cagar Alam Pararawen I dan II dengan luas 5.927,76 (lima ribu sembilan ratus dua puluh tujuh koma tujuh puluh enam) hektar yang terdapat di Kecamatan Teweh Tengah.

2. Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan Perlindungan di Barito Utara seluas 27.663,30 (dua puluh tujuh ribu enam ratus enam puluh tiga, tiga puluh) hektar terdiri atas:

a. kawasan perairan; Kawasan perairan sebagaimana dimaksud dengan luas 7.426,46 (tujuh ribu empat ratus dua puluh koma empat puluh enam) hektar meliputi DAS Barito, Sub DAS Lahei, Sub DAS Teweh, Sub DAS Pendreh, Sub DAS Lemo, Sub DAS Montallat dan danau- danau serta anak-anak sungai.

b. kawasan sempadan sungai; dan Kawasan sempadan sungai dengan luas 19.316,44 (sembilan belas ribu tiga ratus enam belas koma empat puluh empat) hektar, terdapat di kiri kanan DAS Barito, Sub DAS Lahei, Sub DAS Teweh, Sub DAS Pendreh, Sub DAS Lemo, Sub DAS Montallat dan anak-anak sungai, dengan ketentuan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter di kiri kanan sungai besar (DAS dan Sub DAS) dan 50 (lima puluh) meter di kiri-kanan anak sungai yang berada di luar kawasan permukiman; dan untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 15-20 meter.

c. kawasan sekitar danau/waduk. Kawasan sekitar danau/waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan luas 920,40 (sembilan ratus dua puluh koma empat puluh) hektar, terdapat di danau pada Wilayah Kecamatan Teweh Selatan, dengan ketentuan sekurang-kurangnya 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau.

(34)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

12 |

B A B I I

Peta 2.3.

(35)

13 | B A B I I 2.2. Kemajuan Pelaksanaan SSK

Kegiatan pemutakhiran SSK Kabupaten Barito Utara tahun ini merupakan review dari dokumen yang di susun sebelumnya berupa Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Tahun 2014 serta Memorandum Program Sanitasi (MPS) Tahun 2015 yang digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai kemajuan pelaksanaan SSK dalam implementasi terhadap sektor sanitasi yaitu Sektor Air Limbah, Persampahan dan Drainase yang sudah di rencanakan tahun sebelumnya.

2.2.1. Air Limbah Domestik

Pengolahan air limbah domestik yang ada di kabupaten Barito Utara relatif membaik berkat komitmen Pemerintah Daerah melalui OPD terkait yang menangani air limbah. Pada tahun 2019, kabupaten Barito Utara menunjukkan berkurangnya praktik BABS dari 54,7% di tahun 2014 khususnya di wilayah perkotaan menjadi 47% pada tahun 2018.

Pemerintah daerah berupaya menekan angka BABS yang sampai dengan tahun 2019 yang ditargetkan 0% khususnya di wilayah perkotaan di wilayah bantaran sungai seperti jamban terapung yang pembuangan limbah tinjanya langsung ke badan sungai dan tidak menggunakan tanki septik serta masyarakat yang tinggal di darat tetapi sanitasinya belum sesuai standar teknis.

Salah satu permasalahan yang dihadapi kabupaten Barito Utara adalah belum tersedianya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) untuk menampung dan mengolah lumpur tinja dari tangki septik (IPAL, MCK dan Tangki septik warga) melalui truk tinja yang pada saat ini dioperasionalkan oleh pihak swasta. Rencana pembangunan IPLT dilaksanakan di kawasan TPA Km.13 Desa Ipu, Lahei seluas ± 0,6 ha yang rencana diusulkan pembangunannya pada tahun 2019 melalui dana APBN. Pada tahun 2017-2018 telah dibangun beberapa MCK di wilayah kelurahan di ibukota kabupaten dan IPAL komunal berbasis mayarakat di satu tempat yaitu desa Hajak, Teweh Baru.

Pengangkutan lumpur tinja di wilayah kota masih dilayanai oleh jasa penyedot lumpur swasta (Bpk. Eman) dan limbahnya dibuang ke areal terbuka sehingga berpotensi mencemari lingkungan. Hal ini menjadi salah satu isu strategis sanitasi yang mendesak untuk ditangani di kabupaten Barito Utara menuju Universal Acces 2019.

Rencana jangka menengah, Barito Utara memiliki IPLT yang mampu menampung limbah dari masyarakat maupun IPAL, MCK dan tangki septik limbah warga secara terintegrasi guna mengantisipasi volume limbah seiring pertumbuhan penduduk di wilayah dalam dan luar kota sepanjang jalan negara menuju bandara baru Terinsing yang telah berpotensi sebagai kawasan permukiman baru.

(36)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

14 | B A B I I

Tabel 2.7 Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Air Limbah Domestik

Sumber: Pokja Sanitasi Kabupaten Barito Utara dan Buku SSK Tahun 2014 dan instrumen SSK 2018

SSK (Periode sebelumnya) Tahun 2014 - 2018 Kemajuan SSK

Tujuan Sasaran (tahun 2014) Data Dasar Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Status Saat Ini (tahun 2018)

1 2 3 4 5 6

Tewujudnya kehidupan masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat serta Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

Berkurangnya praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dari 54.7% pada tahun 2014 menjadi 0% pada tahun 2019

BABS 54,7% di wilayah perkotaan dan perdesaan (Hasil Study EHRA dan instrument SSK)

BABS 53,37% BABS 51,02% BABS 49,6% BABS 47 %

Tersedianya regulasi yang mengatur tentang pengelolaan air limbah

Tersedianya landasan hukum berupa Perda dll yang mengatur operasional penanganan air limbah dan retribusi pengelolaannya

Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada

Tersedianya sarana dan prasarana air limbah domestik

Tersedianya kendaraan operasional sedot tinja (Truk) dari tidak ada

menjadi 2 unit hingga tahun 2019 Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Terbangunnya IPLT untuk

pemrosesan air limbah domestik kabupaten dari tidak ada menjadi 1 unit hingga tahun 2019.

(37)

15 | B A B I I 2.2.2. Persampahan

Penanganan persampahan di kabupaten Barito Utara hingga saat ini masih melayani wilayah ibukota kabupaten dan sekitarnya yaitu kelurahan Melayu dan Lanjas serta wilayah luar kota yang relatif terjangkau unit pengangkut yaitu di jalan arteri dan jalan kolektor serta sebagian jalan di komplek perumahan, sementara gang di permukiman padat menggunakan mobil Pick Up dan Motor Roda 3 (Tiga).

Secara umum kondisi pengelolaan sampah di Barito Utara belum maksimal mengingat terbatasnya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan walaupun TPA yang ada di KM. 13 Desa Ipu sudah menggunakan sistem Sanitary Landfill. Keterbatasan Jumlah TPST dan belum adanya TPS 3R menjadi masalah sendiri khusunya di ibukota kabupaten. Rencana ke depan, Pemerintah Daerah merencanakan membangun TPS 3R di komplek CBD Dermaga, kelurahan Lanjas, sebagai wujud nyata pemerintah daerah dalam melaksanakan regulasi persampahan nasional.

Keberadaan sarana penampungan sampah sementara (TPS) di beberapa tempat menimbulkan polemik di sebagian masyarakat karena fasilitas berupa bangunan permanen TPS relatif sulit untuk dibersikah dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah yang melebihi daya tampung TPS dan bahan berbahaya lainnya. Keadaan ni memaksa pemerintah daerah untuk merubah bangunan permanen TPS menjadi sarana portable (bak sampah besar) yang relatif mudah dioperasionalkan dan dibersihkan.

Retribusi jasa layanan sampah yang menjadi satu paket dengan penarikan jasa layanan PDAM masih perlu disempurnakan karena menimbulkan polemik ketidakpuasan sebagian masyarakat yang tidak terlayani jasa pengangkutan sampah tetapi masih tetap diwajibkan membayar retribusi sampah. Bentuk penyempurnaannya adalah pengenaan retribusi sampah hanya kepada warga yang terlayani pengangkutan sampah.

(38)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

16 | B A B I I

Tabel 2.8 Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Pengelolaan Persampahan

SSK (Periode sebelumnya) Tahun 2014- Tahun 2018 Kemajuan SSK

Tujuan Sasaran (tahun 2014) Data Dasar Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Status Saat Ini (tahun 2018)

1 2 3 4 5 6

Terlaksana dengan efisien regulasi pengelolaan persampahan

Ditegakannya teknis operasional dan sanksi hukum bagi pelanggar peraturan pengelolaan sampah

Tersedia dan berlaku Tersedia dan

berlaku Tersedia dan berlaku Tersedia dan berlaku Tersedia dan berlaku

Tersedianya dana untuk sektor persampahan baik dari pusat, provinsi maupun dari pihak swasta.

Tersedianya anggaran untuk sektor persampahan setiap tahunnya

Rp.3.347.500.000 Rp.4.253.450.000 Rp.4.897.500.000 Rp.5.694.800.000 Rp.6.345.500.000

Tersedianya sarana dan prasarana persampahan yang memadai

Tersedianya armada pengangkutan sampah dari 3 unit dump truck menjadi 10 unit dump truck hingga tahun 2023

3 Unit 4 Unit 5 Unit 6 Unit 8 Unit

Tersedianya armada pengangkutan sampah dari 3 unit motor roda 3 menjadi 18 unit Motor Roda 3 pada tahun 2023

3 Unit 3 Unit 3 Unit 5 Unit 5 Unit

Meningkatkan fungsi TPA yang

sudah ada pada tahun 2016 Open Dumping Open Dumping Open Dumping Open Dumping Sanitary Landfill

(39)

17 | B A B I I 2.2.3. Drainase Lingkungan

Sistem drainase perkotaan yang ada di Kabupaten Barito Utara cenderung menggunakan sistem alami yaitu mengalir oleh gaya gravitasi dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah melalui alur-alur alam dan saluran buatan sesuai dengan topografinya. Sebagaian bentuk saluran yang terlayani dalam perkotaan adalah saluran terbuka umumnya terletak di tepi pinggiran jalan, sedangkan saluran yang lain adalah merupakan saluran tertutup yang sebagian terletak dijalan – jalan permukiman kota lama atau pusat kota, dan sudah mulai baik.

Saluran induk drainase khususnya di ibukota kabupaten menggunakan sungai alam Bengaris yang membelah kota Muara Teweh dari hulu hingga bermuara ke sungai Barito. Meskipun telah dilakukan upaya perbaikan alur sungai, tetapi masih saja mengalami penurunan daya tampung yang disebabkan oleh meningkatnya aktifitas deforestasi kawasan hulu, perubahan fungsi areal resapan menjadi bangunan permanen rumah tinggal, serta pengurugan kawasan resapan air oleh pihak tertentu sebagai lahan komersial.

Oleh beberapa sebab di atas, maka terjadi peningkatan luas genangan khusus di Muara Teweh dari semula sekitar 85 ha pada tahun 2014 menjadi 342 ha pada tahun 2018 pada musim penghujan maksimum. Luas genangan di luar wilayah perkotaan seluas 1857,8 ha yang tersebar di 9 Kecamatan. Walaupun luas genangan di luar ibukota masih relatif luas, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap aktifitas dan derajad kesehatan masyarakat karena mayoritas pusat genangan berada di lahan kosong jauh dari pusat pemukiman warga yang jumlah KK nya relatif masih sedikit tetapi luas administrasinya luas, sehingga cukup diskenario untuk penanganan jangka panjang. Pemerintah daerah perlu bersinergi dengan semua pemangku kepentingan dalam mengatasi masalah ini.

(40)

2018

Pemutakhiran Strategi Sanitasi (PSSK)

Kabupaten Barito Utara

18 | B A B I I Tabel. 2.9 Kemajuan Pelaksanaan Untuk Drainase Lingkungan

Sumber: Pokja sanitasi Kabupaten Barito Utara 2018

SSK (Periode sebelumnya) Tahun 2014- Tahun 2018 Kemajuan SSK

Tujuan Sasaran (tahun 2014) Data Dasar Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Status Saat Ini (tahun 2018)

1 2 3 4 5 6

Tersedianya dana untuk sektor drainase baik dari pusat, provinsi maupun dari pihak swasta.

Tersedia anggaran drainase untuk setiap tahunnya

Rp.2.166.370.000 Rp.1.394.900.000 Rp.1.298.649.888 Rp.1.133.499.240 Rp.1.400.650.000

Tersedianya sarana dan prasarana drainase yang memadai dan terintegrasi

Berkurangnya luas genangan di Kabupaten Barito Utara (wilayah perkotaan) sampai 2023 menjadi 0 Ha.

85 Ha 50 Ha 150 Ha 250 Ha 342 Ha di wilayah

perkotaan (ibukota kabupaten)

Tersedianya regulasi drainase yang berwawasan lingkungan.

Tersedianya perencanaan sistem drainase skala kabupaten pada tahun 2019

outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten

outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten

outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten

outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten

outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten

Gambar

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Kawasan Pedesaan Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga dan Proyeksinya untuk 5 tahun
Tabel 2.5 Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Tabel 2.10. Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini Kabupaten/Kota  untuk Klasifikasi Wilayah Perkotaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa transparansi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat korupsi pada

Qtrap digunakan untuk mendeteksi email-email yang masuk apakah mengandung kata-kata tertentu yang dilarang atau tidak. Jika mengandung kata-kata yang dilarang, maka program ini

 Kedua jenis adat nan teradat dan Adat Istiadat tersebut adalah peraturan pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang telah diciptakan oleh nenek-moyang, dimana dua macam jenis huruf

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyesaikan

Rekapitulasi total anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan sanitasi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, baik berdasarkan sumber anggaran (APBD Kabupaten, APBD Provinsi,

Dari judul-judul skripsi terdahulu penulis ada menemukan penelitian yang hampir serupa dengan penelitian ini, namun berbeda dalam hal permasalahan dan

Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 1 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bengkulu Tahun 2019-2023,.. Peraturan Walikota Bengkulu Nomor

kelompok asal mempelajari submateri pelajaran yang akan menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individual; c) Pembentukan Kelompok