• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkungan Hidup

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 70-76)

2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

2.3.1.8. Lingkungan Hidup

Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan lingkungan hidup salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut:

a. Persentase Penaatan Peraturan Perundangan di Bidang Lingkungan Hidup

Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup antara lain disebabkan karena pengelolaan lingkungan tidak dilakukan dengan baik dan benar. Berbagai peraturan dan perundangan di bidang lingkungan hidup mensyaratkan ketentuan teknis dan administrasi yang harus ditaati oleh seluruh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan.

Dalam pengendalian pencemaran air, ketentuan teknis yang harus dipenuhi antara lain: dimilikinya sarana pengolah air limbah yang berfungsi baik sehingga air limbah memenuhi baku mutu sebelum dibuang, dibuangnya air limbah melalui saluran khusus, dipasangnya alat ukur debit air limbah, dan diujinya kualitas air limbah setiap bulan; sementara ketentuan administrasi yang harus dipenuhi antara lain:

II-71

dimilikinya izin pembuangan air limbah, dilakukannya pelaporan hasil pengujian kualitas air limbah dan pencatatan harian debit air limbah.

Dalam pengendalian pencemaran udara, ketentuan teknis yang harus dipenuhi antara lain: dimilikinya sarana pengendalian pencemaran udara dan kelengkapannya yang berfungsi baik sehingga emisi cerobong memenuhi baku mutu sebelum dibuang, serta diujinya kualitas udara emisi dan ambien setiap 6 (enam) bulan, sementara ketentuan administrasi antara lain dilakukannya pelaporan hasil pengujian. Dalam pengendalian pengelolaan limbah B3, ketentuan teknis antara lain: dimilikinya tempat penyimpanan sementara limbah B3 yang berizin dan dilakukannya pengelolaan limbah B3, sementara ketentuan administrasi antara lain dimilikinya izin TPS limbah B3 dan dilakukannya pelaporan pengelolaan limbah B3.

b. Kawasan Lindung

Kawasan Lindung merupakan kawasan dengan fungsi utama adalah melindungi pelestarian fungsi daya alam, sumber daya buatan serta nilai budaya dan sejarah bangsa.

Kawasan ini harus dilindungi dari kegiatan produksi dan kegiatan manusia, dilindungi yang dapat mengurangi atau merusak fungsi lindungnya. Secara umum tujuan dan penentuan arahan kebijakan dalam pemanfaatan kawasan lindung adalah mengurangi resiko kerusakan lingkungan hidup dan kehidupan sebagai akibat dari kegiatan pembangunan.

Pengelolaan kawasan lindung meliputi perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ruang. Kegiatan perencanaan mencakup penetapan batas-batas kawasan yang berfungsi lindung dengan menggunakan kriteria tertentu. Kawasan lindung yang dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari :

1). Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung dikelola oleh negara sangat penting dalam menjaga kualitas air sungai, ketersediaan air sungai, serta pelestarian berbagai flora dan fauna sepanjang daerah aliran

II-72

sungai termasuk peningkatan produktivitas lahan, terletak di Kecamatan Bumijawa, Kecamatan Bojong, Kecamatan Balapulang, Kecamatan Margasari seluas 2.961,41 ha.

2). Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahnya

Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya adalah kawasan resapan air.

Kawasan resapan air adalah daerah yang memiliki kemampuan tinggi meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuiver) yang berguna sebagai penyedia sumber air. Lokasi di Kabupaten Tegal :

a) Kecamatan Balapulang dengan luas kurang lebih 549 (lima ratus empat puluh sembilan) hektar;

b) Kecamatan Jatinegara dengan luas kurang lebih 1.766 (seribu tujuh ratus enam puluh enam) hektar;

c) Kecamatan Kedungbanteng dengan luas kurang lebih 319 (tiga ratus sembilan belas) hektar;

d) Kecamatan Lebaksiu dengan luas kurang lebih 806 (delapan ratus enam) hektar; dan

e) Kecamatan Pangkah dengan luas kurang lebih 517 (lima ratus tujuh belas) hektar.

3). Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/

kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Di seluruh kecamatan di Kabupaten Tegal kawasan ini luasnya kurang lebih 33.593 (tiga puluh tiga ribu lima ratus sembilan puluh tiga) hektar tersebar.

4). Kawasan Suaka Alam

Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suaka alam untuk melestarikan lingkungan dan melindungi keanekaragaman biota serta ekosistem. Gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan

II-73

pembangunan pola umumnya. Sebagaimana Tabel 2.45 di bawah ini.

Tabel 2.45.

Kawasan Suaka Alam di Kabupaten Tegal Tahun 2013

No Kawasan Suaka Alam Luas Lokasi

1 Cagar Alam 2 ha a. Cagar alam Guci, Bumijawa

6,6 ha b. Cagar alam sub vak 18c, 19b, Jatinegara 2 Kawan Suaka alam laut

10,6 ha Kawasan konservasi perairan Karang Jeruk kecamatan Kramat

3 Pantai berhutan bakau Pantai berhutan bakau berlokasi di kecamatan Warureja

4 Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan

a. Situs purbakala di desa Semedo kecamatan Kedungbanteng

b. Makam Sunan Amangkurat di desa Pesarean kecamatan Adiwerna;

c. Makam Ki Gede Sebayu di desa Danawarih kecamatan Balapulang;

d. Randu Alas di desa Slawi Kulon kecamatan Slawi; dan

e. Makam Purbaya di desa Kalisoka Kecamatan Dukuhwaru.

Sumber : Bappeda Kabupaten Tegal Tahun 2014

c. Pencemaran

Pencemaran di Kabupaten Tegal meliputi pencemaran air dan pencemaran udara. Pencemaran air pada tahun 2009 dan 2010 seluas 1 ha, kondisi tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2011 yaitu seluas 4 ha. Pencemaran udara pada tahun2 009 seluas 1 ha, kondisi ini pada tahun 2012 dan 2013 seluas 2 ha.

d. Plasma Nutfah dan Terumbu Karang

Plasma nutfah dilindungi dan terancam punah di Kabupaten Tegal adalah plasma nutfah sebanyak 12 jenis hewan, sedangkan plasma nutfah endemik pada tahun 2009 sampai dengan 2013 adalah sebanyak 6 jenis. Luas terumbu karang dari tahun 2009 sampai dengan 2013 adalah 10,635 ha, dengan kondisi terumbu karang baik 11,20% dan kondisi terumbu karang buruk 88,80%

sebagaimana Tabel 2.46 berikut ini.

II-74

Tabel 2.46.

Jumlah Plasma Nutfah dan Terumbu Karang di Kabupaten Tegal Tahun 2009-2013

No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

1 a. Plasma nutfah dilindungi

1). Hewan 12 12 12 12 12 2). Tumbuhan 0 0 0 0 0

b. Plasma nutfah Terancam Punah

1). Hewan 12 12 12 12 12 2). Tumbuhan 0 0 0 0 0

c. Plasma nutfah endemik

1). Hewan 6 6 6 6 6 2). Tumbuhan 0 0 0 0 0

2 Terumbu Karang

a. Luas Terumbu Karang (ha) 10,635 10,635 10,635 10,635 10,635

b. Kondisi Terumbu Karang (%)

1). Baik 11,20 11,20 11,20 11,20 11,20 2). Sedang 0 0 0 0 0

3). Rusak 88,80 88,80 88,80 88,80 88,80 Sumber : Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tegal , 2013.

e. Persentase Penanganan Sampah

Salah satu masalah yang dihadapi di Kabupaten Tegal adalah masalah persampahan. Salah satu masalah persampahan yang cukup rumit dalam penyelesaiannya adalah pengadaan dan pengelolaan fasilitas tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) yang layak, baik secara teknis maupun nonteknis. Keberadaan TPSA selain dapat menampung timbunan sampah yang dihasilkan juga harus dapat meminimalisasi bahaya yang mungkin timbul akibat penimbunan sampah tersebut.

Pada tahun 2013 Kabupaten Tegal hanya mempunyai 1 (satu) buah TPSA yaitu TPSA Penujah, yang terletak di Desa Penujah Kecamatan Kedungbanteng. Jumlah total timbunan sampah yang dihasilkan adalah sebanyak 669,52m3 per hari. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 637,64m3 per hari. Dari jumlah tersebut, yang tertangani/terangkut ke TPSA hanya sebesar 436,86 m3. Dengan demikian masih tersisa sampah sebesar 232,66 (34,75%) yang belum terangkut/terbuang ke TPSA.

II-75

Berikut adalah kondisi persampahan di Kabupaten Tegal secara lengkap dalam kurun waktu 2009-2013 sebagaimana Tabel 2.47 di bawah ini.

Tabel 2.47.

Persentase Volume Sampah Yang Terangkut Per Hari di Kabupaten Tegal Tahun 2010-2013 (m3)

No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

1. Jumlah volume sampah

yang terangkut (m3) 347,42 377,37 396,25 416,06 436,86 2. Jumlah volume sampah

yang dihasilkan (m3) 532,45 578,35 607,28 637,64 669,52 3. Persentase sampah terangkut 65,25 65,25 65,25 65,25 65,25

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum KabupatenTegal Tahun 2014

f. Rasio Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) Per Satuan Penduduk

Sebelum sampah diangkut/dibuang ke TPSA, terlebih dahulu sampah dikumpulkan di beberapa lokasi TPSS yang sudah ditentukan. Jumlah TPSS di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 sebanyak 39 buah (berlokasi di pasar dan pabrik). Daya tampung setiap TPSS tersebut hanya sebesar 19.94 ton. Berikut adalah gambaran rasio tempat pembuangan sampah terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Tegal, sebagaimana Tabel 2.48 di bawah ini.

Tabel 2.48

Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah Penduduk di Kabupaten Tegal Tahun 2009-2013

No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

1. Jumlah TPSS (unit) 40 43 41 39 39

2. Jumlah Daya Tampung TPS

(ton) 19.94 19.94 19.94 19.94 19.94

3. Jumlah Penduduk (jiwa) 1.420.760 1.394.839 1.400.256 1.409.406 1.415.009 4. Rasio Daya Tampung TPS

per 1.000 penduduk 0,01403 0,01429 0,01424 0,01414 0,01409 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tegal Tahun 2014

II-76

2.3.1.9. Pertanahan

Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan pertanahan antara lain dilihat dari jumlah permohonan sertifikat dan jumlah penyelesaian sertifikat di Kabupaten Tegal. Permohonan dan penyelesaian sertifikat secara umum memiliki tren yang meningkat, baik permohonan dan penyelesaian sertifikat hak milik, hak guna bangunan, hak tanggungan, maupun hak pakai. Indikator ini bertujuan untuk menggambarkan tertib administrasi sebagai kepastian di dalam kepemilikan lahan. Semakin besar persentase luas lahan bersertifikat menggambarkan semakin besar tingkat ketertiban administrasi kepemilikan lahan di suatu daerah. Berikut adalah data jumlah permohonan dan penyelesaian sertifikasi di Kabupaten Tegal sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, sebagaimana Tabel 2.49 di bawah ini.

Tabel 2.49

Jumlah Permohonan dan Penyelesaian Sertifikat di Kabupaten Tegal Tahun 2009 - 2013

No. Jenis

Sertifikat

2009 2010 2011 2012 2013

Bidang Luas (ha) Bidang Luas (ha) Bidang Luas (ha) Bidang Luas (ha) Bidang Luas (ha) 1. Permohonan

a. Hak Milik 19.306 4.398,5 16.414 3.420,9 12.976 3.756,8 19.173 9.319,3 20.613 224.363 b. Hak Guna Bangunan 860 197,1 618 278,3 300 809,3 1.134 1.255,9 1.176 582,9

c. Hak Pakai 18 44,33 27 797,1 12 146,4 48 104,6 80 190.9

d. Hak Tanggungan 2.800 N/A 3.396 N/A 4.707 N/A 4.711 N/A 4.706 N/A

e. Roya 1.533 N/A 1.771 N/A 2.397 N/A 2.824 N/A 2.433 N/A

2. Penyelesaian

a. Hak Milik 17.826 4.375,4 9.395 3.893,1 16.356 6.551,9 19.462 16.353,8 17.801 7.733,4 b. Hak Guna Bangunan 860 195,2 616 322,7 337 236,7 834 737,4 1.368 428,8

c. Hak Pakai 18 44,3 20 775,9 25 182,8 30 98,4 76 171,1

d. Hak Tanggungan 2.800 N/A 3.396 N/A 4.728 N/A 4.823 N/A 7.145 N/A

e. Roya 1.533 N/A 1.676 N/A 2.268 N/A 2.429 N/A 2.588 N/A

Sumber : Kabupaten Tegal dalam Angka Tahun 2013

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 70-76)

Dokumen terkait