• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.2 Penyajian Data

4.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal

4.2.2.2 Lingkungan Industri

Lingkungan Mikro merupakan lingkungan yang dekat dengan perusahaan sehingga secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Porter (2000) merumuskan lingkungan industri suatu perusahaan terdiri atas beberapa faktor

a. Pesaing

Berdasarkan hasil penelitian, lembaga PPPM-HKI yang membudidayakan ternak ayam kapung organik belum memiliki pesaing pada bidang usaha yang sama. Budi daya ayam kampung secara intensif dengan menerapkan prinsip

organik merupakan hal yang baru bagi masyarakat di Kabupaten Simalungun dan Kotamadya siantar. Namun hal ini bukan berarti produk ayam kampung organik ini tidak memiliki pesaing di pasar.

Persaingan yang dihadapi oleh ayam kampung organik di pasar adalah produk ayam kampung organik hasil budi daya secara ekstensif/konvensional, persaingan dengan ayam kampung jenis ini adalah dari segi harga dan kualitas. Harga yang ditawarkan ayam kampung organik terhadap konsumen berdasarkan perolehan biaya produksi, sehingga harga produsen ayam kampung organik dapat berubah apabila terjadi perubahan harga pada kebutuhan bahan baku produksi, terutama bahan baku pakan. Sedangkan harga ayam kampung yang dihasilkan oleh budi daya konvensional diatur oleh harga pasar. Hal lain yang menjadi kendala dalam pemasaran ayam kampung organik adalah rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat/konsumen dengan keberadaan ayam kampung organik ini di pasar.

Pesaing berikutnya yang tidak kala penting adalah jumlah produk ayam pedaging/broiler di pasar yang semakin tidak terkendali dan harga yang jauh lebih murah. Keberadaan produk ini merupakan sebagai produk subtitusi untuk pemenuhan konsumsi daging ayam. Kecenderungan lain konsumen untuk memilih mengkonsumsi ayam pedaging/broiler adalah berdasarkan pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi ayam kampung. Konsumen sering kali tertipu dengan daging ayam kampung yang dikonsumsi yaitu daging yang alot. Hal ini disebabkan oleh umur ayam yang sudah tua/apkir yang berasal dari ayam kampung hasil budi daya konvensional.

b. Pelanggan (Pembeli)

Konsumen ayam kampung organik sebagian besar berasal dari golongan kelas menengah ke atas, yaitu konsumen yang sudah mengerti akan pentingnya mengkonsumsi makanan sehat dan berkualitas bagus. Kekuatan tawar menawar pembeli atau konsumen cukup kuat untuk konsumen yang telah mengetahui kualitas produk dan keunggulan yang dimiliki. Namun demikian, walaupun konsumen yang telah mengetahui informasi tentang ayam kampung organik dengan jelas dapat mengubah pilihan dari ayam kampung organik ke ayam kampung yang biasa atau ayam pedaging disebabkan jumlah yang masih terbatas di pasar khususnya pasar tradisional.

Ayam kampung organik dianggap sebagai komoditi unggulan yang menyehatkan untuk dikonsumsi. Keunggulan lainnya adalah harga produk di pasaran masih terjangkau walaupun lembaga telah menargetkan konsumen kelas menengah ke atas sebagai target utama. Hal ini dilakukan untuk menarik semakin banyak pelanggan dan menjaga stabilitas permintaan di masa yang akan datang.

c. Pemasok.

Pemasok merupakan komponen penting yang berkaitan dengan kelancaran produksi. Kekuatan tawar menawar pemasok dapat mempengaruhi intensitas persaingan ketika jumlah bahan baku yang dipasok terbatas dengan harga tinggi. Keberadaan pemasok sangat menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi. Lembaga PPPM-HKI dalam memenuhi kebutuhan bahan baku produksi terutama bahan baku pakan menjalin kerjasama dengan usaha “Maju Bersama” di

Kotamadya Pematangsiantar sebagai pemasok tetap bahan baku pakan dan kekurangan DOC ditandai dengan adanya MOU di kedua pihak.

Berdasarkan MOU, bahan baku pakan yang akan dipasok akan mengutamakan kualitas dan kealamian bahan baku. Demikian juga dengan DOC, jenis DOC yang dipasok harus sesuai dengan standar yang telah disetujui dengan jaminan bahwa mortalitas DOC rendah. Sebagai keuntungan yang didapatkan oleh “Maju Bersama” adalah, lembaga menjamin usaha tersebut untuk menjadi pemasok tunggal seluruh anggota tetap dan aktif peternak ayam kampung organik untuk setiap kebutuhan yang diperlukan untuk budi daya.

d. Produk subtitusi

Produk subtitusi merupakan produk pengganti dengan fungsi sama dalam penggunaannya. Produk ayam pedaging/broiler merupakan produk subtitusi dari ayam kampung yang dijadikan konsumen untuk memenuhi kebutuhan akan daging. Salah satu masalah yang dihadapi oleh produsen ayam kampung organik adalah jumlah produk subtitusi tersebut di pasaran yang semakin tidak terkendali sehingga kehadiran produk ayam kampung menjadi tersamarkan oleh banyaknya produk dan pedagang yang menjual serta harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga ayam kampung terutama ayam kampung organik.

e. Ancaman Pendatang Baru

Keuntungan merupakan motivasi utama suatu perusahaan beroperasi dan berkembang dalam suatu industri dan kecenderungan yang terjadi adalah ketertarikan perusahaaan lain untuk memasuki industri yang sama. Masuknya perusahaan lain dalam suatu usaha yang sama berimplikasi terhadap kondisi

perusahaan yang lebih dulu beroperasi karena akan terjadi perebutan pangsa pasar dan sumber daya produksi yang terbatas. Namun, tidak semua perusahaan baru dapat masuk dalam industri. Hal ini dikarenakan adanya hambatan masuk (barrier to entry) industri, sehingga kemampuan perusahaan untuk menghadapi hambatan tersebut menentukan apakah perusahaan tersebut bisa masuk ke dalam industri. Porter (1997) menyebutkan terdapat enam hal yang menjadi hambatan bagi perusahaan baru untuk masuk ke dalam industri. Enam hal tersebut diantaranya yaitu:

1) Skala Ekonomis

Untuk memulai usaha ayam kampung organik tidak harus beroperasi pada skala ekonomi besar. Akan tetapi, untuk dapat bersaing skala usaha yang lebih besar lebih efektif dan efisien. Selain itu dalam operasional membutuhkan SDM yang menguasai bidang peternakan organik sehingga hal ini masih menjadi hambatan utama pendatang baru untuk masuk dalam usaha ini.

2) Diferensiasi Produk

Produk ayam kampung organik dengan secara fisik tampak sama dengan ayam kampung lainnya dari proses pemeliharaan konvensional. Hal yang membedakan adalah dari segi kualitas daging yang berkaitan dengan aspek keamanan pangan yang diperoleh dari penerapan prinsip organik pada pemeliharaan intensif yang dilakukan oleh peternak. Mutu terjamin alami dan sehat merupakan salah satu keunggulan produk dibandingkan produk sejenis yang dihasilkan oleh peternak lain.

3) Kebutuhan Modal

Modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha ayam kampung ini jika dimulai dari skala kecil masih terjangkau. Namun modal yang paling utama dalam memulai usaha ayam kampung organik adalah keahliaan/SDM peternak dan komitmen untuk melaksanakan budi daya ayam kampung sesuai dengan prinsip organik. Biaya modal yang dibutuhkan sesuai dengan skala peternakan yang akan dilaksanakan.

4) Biaya Beralih Pemasok

Biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru cukup besar. Hal ini dikarenakan biasanya pemasok telah memiliki hubungan yang cukup baik dengan peternak yang berhubungan dengan jaminan ketersediaan bahan baku pakan. Hubungan yang baik tersebut dapat menjadi hambatan bagi pendatang baru dalam memulai usaha.

5) Akses Saluran Distribusi

Pada industri tertentu, perusahaan biasanya memiliki akses saluran distribusi tetap untuk memasarkan produk. Saluran distribusi merupakan hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki saluran distribusi untuk memasarkan produk. Untuk memiliki akses saluran distribusi sendiri, pendatang baru harus mengeluarkan biaya besar untuk membangun saluran distribusi.

Usaha ayam kampung organik sudah memiliki saluran distribusi tetap dan terhubung dengan baik. Saluran distribusi yang dimiliki adalah pedagang pengumpul besar dengan jumlah penjualan tetap yang cukup besar setiap bulannya. Saluran distribusi lainnya adalah rumah makan dan restoran, kedua

saluran distribusi tersebut terhubung dengan peternak skala menengah untuk memenuhi kebutuhan daging.

6) Biaya Pengalihan.

Usaha ayam kampung organik memiliki keunggulan pada biaya yang tidak dimiliki pendatang baru. Keunggulan tersebut adalah kemitraan yang aktif dalam melakukan diskusi dan pelatihan sehingga memberikan efek positif dalam pengembangan usaha. Peluang yang dimiliki oleh pendatang baru dalam usaha ini adalah belum adanya pelabelan dan sertifikasi produk. Jika pendatang baru memiliki label dan sertifikat organik yang sah, maka akan mudah mengalihkan konsumen, namun untuk mendapatkan sertikat organik bukan hal yang mudah.