• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber : SPPIP Kota Bogor 2011

C. Permasalahan, Dan Tantangan Pengembangan Permukiman ASPEK KEWILAYAHAN

1. Locally Based Demand

2. Pembangunan Berkelanjutan dengan Pendekatan Tridaya

3. Penataan Ruang

Selain pendekatan tersebut, dalam penanganan kawasan permukiman kumuh diperlukan langkah-langkah penanganan yang menyangkut manusianya maupun fisik lingkungan kawasannya. Secara lebih nyata, beberapa factor yang harus dilaksanakan antara lain :

1. Peningkatan peran serta masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh.

2. Peningkatan dan pengadaan prasarana dan sarana dasar. 3. Peningkatan kapasitas masyarakat.

4. Pengembangan kelembagaan.

5. Peningkatan kegiatan ekonomi. 2. Rumah Susun

Secara umum, beberapa permasalahan yang di jumpai dalam pelaksanaan pembangunan Rusuna dan Rusunawa antara lain:

1. Sulitnya menyediakan tanah yang sesuai untuk pembangunan Rusuna dan Rusunawa di tengah Kota, karena ketersediaan tanah perkotaan yang langka dan mahal.

2. Masih belum membudayanya tinggal di hunian bersusun di kalangan masyarakat menengah ke bawah di Kota Bogor

3. Fasilitas pendukung seperti prasarana dan sarana yang kurang memadai 4. Kemampuan pembiayaan atau investasi pembangunan Rusuna dan

Rusunawa yang masih rendah .

5. Penggunaan teknologi bangunan dan desain bangunan yang masih konvensional sehingga menyebabkan biaya bangunan Rusuna dan Rusunawa per meter persegi masih relatif mahal.

6. Kebijakan dan peraturan yang ada di instansi vertikal seperti PLN dalam mendukung program nasional pembangunan rusuna.

7. Peraturan atau legalitas yang menjadi dasar pelaksanaan operasional rusuna cukup membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya, seperti penyusunan Perda rumah susun, penentuan tarif sewa.

Tabel 7.26 Permasalahan Rumah Susun Kota Bogor

No. Kondisi Sistem yang Ada

Target Nasional

Rencana Strategi Pembangunan Kota

Besaran Permasalahan Keterangan

A Teknis Penyediaan lahan untuk

pembangunan rumah susun sederhana sewa

Mengarahkan pembangunan perumahan vertikal di WP D

Luas lahan yang dibutuhkan

B Kelembagaan Meningkatkan kelembagaan

pengelolaan rumah susun sederhana sewa

Jumlah personil dan fasilitas pendukung

C Keuangan Keterbatasan anggaran

pembebasan lahan

Jumlah APBD Kota Bogor dibandingkan kebutuhan pengadaan lahan

D Promosi Meningkatkan promosi bagi

MBR untuk menghuni rumah susun

Tingkat hunian rumah susun

frekuensi promosi rumah susun serderhana sewa

Dalam kerangka penyelesaian masalah penyediaan Rumah susun di Kota Bogor diperlukan keterpaduan antara pemerintah pusat dan pemerintah Kota Bogor. Biaya yang besar untuk pembangunan dapat dicarikan alternatif dengan melibatkan pihak ketiga dalam pembiayaan. Selain itu, diperlukan alokasi ruang untuk pembangunan rumah susun sederhana sewa dengan mengalokasikan asset-aset pemerintah kota maupun alokasi dari fasos fasum pengembang perumahan.

Secara kelembagaan, denga terbentuknya UPTD Rumah susun pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang memberikan peluang yang luas untuk membangun jaringan dengan berbagai pihak untuk pembiayaan pembangunan dan pengembangan serta pemeliharaan rumah susun.

7.2 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman A. Arah Pengembangan Berdasarkan RTRW Kota Bogor

Kecenderungan perkembangan perumahan/permukiman yang terjadi saat ini adalah kearah pusat kota dan sepanjang jalan-jalan utama, hal ini dikarenakan tingkat aksesibilitasnya disepanjang jalan tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya.

Adapun yang dapat memacu agar perkembangan tidak terpusat disepanjang jalan utama dan Pusat Kota adalah dengan melakukan pengembangan dan peningkatan jalan lingkar yang menghubungkan daerah-daerah belum terbangun dan potensial sebagai kawasan pengembangan, serta dilakukan peningkatan

jalan-jalan lingkungan, diharapkan dengan dilakukannya

pengembangan/peningkatan jalan tersebut akan sangat mendorong arah perkembangan permukiman kota.

Pembentukan umum lingkungan perumahan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

 Rencana pengembangan penyebaran/distribusi penduduk, hal ini karena adanya keterkaitan antara kepadatan penduduk dengan luas kapling perumahan.

 Peningkatan kualitas perumahan, sehingga membentuk lingkungan perumahan yang sehat dan nyaman, tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara) serta tersedianya air bersih dan air minum.

 Mempunyai aksesibilitas yang baik sehingga pencapaian dari dan ke kawasan lainnya relatif mudah untuk dicapai.

 Penetapan pusat pelayanan sebagai komponen pengikat disetiap unit lingkungan perumahan yang mempunyai jarak tempuh relatif dekat.

 Pemanfaatan ruang terbuka sebagai suatu orientasi kegiatan disetiap unit lingkungan perumahan yang dijadikan unsur pengikat dan dapat diwujudkan dalam bentuk taman dan fasilitas sosial yang sifatnya lokal.

Pengembangan rencana perumahan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) type kapling (besar, sedang dan kecil).

 Perumahan kapling besar dan sedang dikembangkan di Kota Bogor bagian selatan diantaranya, Sub Wilayah Kota Pamoyanan (C2) dan Sub Wilayah Kota Genteng (C3).

 Perumahan kapling sedang dan kecil dikembangkan di Kota Bogor bagian utara diantaranya, Bagian Wilayah Kota (BWK) Barat (A) dan Bagian Wilayah Kota Utara (B), sedangkan Sub Wilayah Kota Mekarwangi (A1) khususnya bagian selatan dikembangkan perumahan kapling sedang dan besar.

Tabel 7.28 Fungsi Penggunaan Lahan Tiap Bagian Wilayah Kota (BWK)

No Sub BWK Fungsi Kawasan

1 Wilayah Mekarwangi (A1) - Kawasan Perumahan Kapling Sedang dan Kecil - Sebagai Pusat Bagian Wilayah Kota (BWK)

- Kegiatan Perdagangan dan Jasa Komersial (Skala Primer). - Kawasan Dry Port (Pergudangan)

- Kawasan Stoplet (Stasiun KA)

2 Wilayah Bubulak (A2) - Kawasan Perumahan Kapling Sedang dan Kecil - Kawasan Konservasi

- Kawasan Terminal (Type B) - Kawasan Wisata (Situ Gede)

- Perkantoran Pemerintah dan Swasta (Skala Primer) 3 Wilayah Menteng (A3) - Kawasan Perumahan Kapling Sedang dan Kecil

- Perdagangan dan Jasa Komersial (Skala Primer) - Kawasan Olah Raga

- Kawasan Komplek Militer 4 Wilayah Tanah Baru bagian

Utara (B1)

- Kawasan Perumahan Kapling Sedang dan Kecil - Perdagangan dan Jasa Komersial (Skala Primer) 5 Wilayah Cibogor (B2) - Kawasan Perumahan Kapling Sedang dan Kecil

- Perkantoran Pemerintahan dan Swasta (Skala Primer) - Fasilitas Pelayanan Umum (Skala Primer)

- Stasiun KA

- Kawasan Wisata (Kebun Raya - Istana Bogor) 6 Wilayah Tanah Baru bagian

Selatan (B3)

- Sebagai Pusat (bagian Wilayah Kota (BWK) - Kawasan Perumahan Kapling Sedang dan Kecil - Kawasan Perkantoran Pemerintahan dan Swasta - Kegiatan Perdagangan dan Jasa Primer

- Kawasan Terminal (Type A)

- Kawasan Industri Sedang/Kecil (Bebas Polusi) 7 Wilayah Katulampa (C1) - Kawasan Perumahan Kapling Sedang dan Besar

- Kegiatan Perdagangan dan Jasa Komersial (Skala Primer) - Kawasan Objek wisata (Batu Tulis).

8 Wilayah Pamoyanan (C2) - Kawasan Perumahan Kapling Besar dan Sedang - Kawasan Konservasi / Jalur Hijau

- Kegiatan Perdagangan dan Jasa Komersial (Skala Primer) 9 Wilayah Genteng (C3) - Kawasan Perumahan Kapling Sedang dan Besar

- Kegiatan Perdagangan dan Jasa Komersial (Skala Pimer) - Sebagai Pusat Bagian Wilayah Kota (BWK)

- Kawasan Konservasi / Jalur Hijau