• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1 Pengembangan Permukiman 7.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, Dan Tantangan Pengembangan Permukiman A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman Isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:  Me

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "7.1 Pengembangan Permukiman 7.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, Dan Tantangan Pengembangan Permukiman A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman Isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:  Me"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

7.1 Pengembangan Permukiman

7.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, Dan Tantangan Pengembangan Permukiman

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

 Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

 Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

 Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.

 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

 Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

 Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.  Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam

pengembangan kawasan permukiman.

(2)

memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

Penjabaran isu-isu strategis ini difokuskan pada bidang keciptakaryaan, seperti kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan. Isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kota Bogor meliputi :

 Tingginya kebutuhan akan perumahan sedangkan lahan yang tersedia terbatas yaitu hanya 52 % dari luas Kota Bogor

 Pengembangan perumahan di Kota Bogor tidak dapat hanya berupa hunian horizontal namun harus dimulai dengan pengembangan hunian vertikal yang menjangkau semua lapisan masyarakat

 Menurunnya kualitas lingkungan perumahan dan permukiman  Muculnya permukiman kumuh perkotaan

 Belum optimalnya sistem pembiayaan dan pasar perumahan

 Pengembangan permukiman yang tidak terkendali pada kawasan lindung (sempadan sungai) dan kawasan rawan bencana

 Belum terintegrasinya pengembangan kawasan perumahan dan permukiman dengan pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman

 Ketidakseimbangan antara penyediaan infrastruktur dan utilitas kota dengan dinamika aktivitas kota sehingga tingkat pelayanan menjadi tidak optimal

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman 1. Perumahan

Permukiman di kota Bogor berdasarkan cara membangunnya dapat diklasifikasikan menjadi perumahan terstruktur dan permukimkan swadaya. Permukiman terstruktur adalah perumahan yang dibangun oleh pemerintah/ swasta/ developer/ kelompok masyarakat secara bersama dan membentuk kelompok beberapa unit rumah. Biasanya perumahan terstruktur ini secara luasan kavling, tipe rumah atau bentuk rumah sama. Perumahan terstruktur ini biasanya dilengkapi dengan fasilitas pelayanan untuk kepentingan penduduk kompleks perumahan tersebut.

Sedangkan permukiman swadaya adalah kawasan permukiman dimana

(3)

model rumah tidak ada aturannya, masyarakat membangun dan merancang sendiri rumah sesuai dengan keinginan mereka. Pada kawasan ini sarana dan prasarana permukiman dibangun oleh pemerintah.

Perkembangan penduduk Kota Bogor sebagai salah satu kota di Metropolitan Jabodetabek, akan terus meningkat dengan pesat. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2031 yang mencapai kurang lebih 1,8njuta jiwa maka kebutuhan lahan untuk perumahan akan meningkat pula. Sedangkan luas wilayah Kota Bogor hingga 20 tahun mendatang tidak akan berubah yaitu seluas 11.850 Ha. Hal ini perlu pengaturan yang baik karena alokasi ruang untuk Kota Bogor tidak hanya terbatas pada pengembangan permukiman saja namun juga harus dapat menampung kegiatan lain sebagai tempat usaha, ruang untuk konservasi dan RTH serta ruang untuk infrastruktur jalan dan utilitas lainnya.

Luas perumahan di Kota Bogor pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 7.1 Luas Perumahan Kota Bogor Per Kelurahan

KECAMATAN KELURAHAN Perumahan Swadaya Perumahan terstruktur

Luas % Luas %

Kec. Bogor barat Kel. Balumbangjaya 35,47 26,42% 1,16 0,86%

Kec. Bogor barat Kel. Bubulak 34,68 21,34% 5,96 3,67%

Kec. Bogor barat Kel. Cilendek barat 45,33 35,97% 17,78 14,11% Kec. Bogor barat Kel. Cilendek timur 34,35 28,06% 27,02 22,07%

Kec. Bogor barat Kel. Curug 22,51 18,73% 16,95 14,10%

Kec. Bogor barat Kel. Curugmekar 27,92 18,66% 59,98 40,08% Kec. Bogor barat Kel. Gunungbatu 58,86 50,90% 7,23 6,25%

Kec. Bogor barat Kel. Loji 51,70 39,18% 10,79 8,18%

Kec. Bogor barat Kel. Margajaya 27,75 28,13% 0,46 0,47% Kec. Bogor barat Kel. Menteng 61,95 27,35% 33,94 14,98% Kec. Bogor barat Kel. Pasirjaya 54,74 39,74% 10,48 7,61% Kec. Bogor barat Kel. Pasirkuda 46,17 35,94% 4,39 3,42% Kec. Bogor barat Kel. Pasirmulya 29,78 34,15% 12,71 14,58%

Kec. Bogor barat Kel. Semplak 49,57 34,61% 0,01 0,01%

Kec. Bogor barat Kel. Sindangbarang 57,07 32,75% 1,90 1,09% Kec. Bogor barat Kel. Situgede 43,39 15,25% 2,54 0,89%

Total kecamatan bogor barat 681,25 29,07% 213,30 9,10%

(4)

KECAMATAN KELURAHAN Perumahan Swadaya Perumahan terstruktur

Luas % Luas %

Kec. Bogor selatan Kel. Empang 62,38 73,03% 0,00 0,00% Kec. Bogor selatan Kel. Genteng 18,75 9,42%

Kec. Bogor selatan Kel. Harjasari 44,91 32,30%

Kec. Bogor selatan Kel. Kertamaya 22,82 5,51% 14,41 3,48% Kec. Bogor selatan Kel. Lawanggintung 21,20 27,51% 3,24 4,20% Kec. Bogor selatan Kel. Muarasari 31,51 19,26%

Kec. Bogor selatan Kel. Mulyaharja 64,36 12,18% 31,39 5,94% Kec. Bogor selatan Kel. Pakuan 24,01 22,01% 27,27 25,00% Kec. Bogor selatan Kel. Pamoyanan 56,61 12,21% 1,09 0,23% Kec. Bogor selatan Kel. Rancamaya 23,07 10,14% 14,48 6,36% Kec. Bogor selatan Kel. Ranggamekar 46,32 27,92% 10,29 6,20%

Total kecamatan bogor selatan 648,61 19,64% 123,59 3,74%

Kec. Bogor tengah Kel. Babakan 76,67 66,04% 4,71 4,06% Kec. Bogor tengah Kel. Babakanpasar 18,79 59,83%

Kec. Bogor tengah Kel. Cibogor 23,20 49,58% Kec. Bogor tengah Kel. Ciwaringin 50,68 61,24% Kec. Bogor tengah Kel. Gudang 20,82 68,95% Kec. Bogor tengah Kel. Kebon kalapa 36,82 74,72% Kec. Bogor tengah Kel. Pabaton 33,82 54,00% Kec. Bogor tengah Kel. Paledang 44,00 25,95% Kec. Bogor tengah Kel. Panaragan 24,86 73,09% Kec. Bogor tengah Kel. Sempur 29,71 65,07%

Kec. Bogor tengah Kel. Tegalega 45,58 40,42% 36,76 32,60%

Total kecamatan bogor tengah 404,94 51,84% 41,47 5,31%

Kec. Bogor timur Kel. Baranangsiang 78,18 27,85% 92,85 33,08% Kec. Bogor timur Kel. Katulampa 52,09 11,94% 62,58 14,35% Kec. Bogor timur Kel. Sindangrasa 37,14 32,40% 5,09 4,44% Kec. Bogor timur Kel. Sindangsari 44,32 38,63% 1,28 1,11% Kec. Bogor timur Kel. Sukasari 44,20 69,26%

Kec. Bogor timur Kel. Tajur 28,31 62,84%

Total kecamatan bogor timur 284,24 26,94% 161,80 15,34%

Kec. Bogor utara Kel. Bantarjati 68,94 37,46% 44,23 24,03%

Kec. Bogor utara Kel. Cibuluh 64,46 32,64% 5,88 2,98%

Kec. Bogor utara Kel. Ciluar 33,37 13,74% 22,97 9,46%

Kec. Bogor utara Kel. Cimahpar 35,65 11,05% 17,86 5,54% Kec. Bogor utara Kel. Ciparigi 71,65 32,80% 42,15 19,30% Kec. Bogor utara Kel. Kedunghalang 59,33 33,32% 28,33 15,91% Kec. Bogor utara Kel. Tanahbaru 71,73 19,37% 19,45 5,25% Kec. Bogor utara Kel. Tegalgundil 48,44 27,16% 65,21 36,57%

Total kecamatan bogor utara 453,56 23,97% 246,07 13,01%

(5)

KECAMATAN KELURAHAN Perumahan Swadaya Perumahan terstruktur

Luas % Luas %

Kec. Tanah sareal Kel. Kayumanis 57,63 20,38% 10,20 3,61%

Kec. Tanah sareal Kel. Kebonpedes 89,80 66,05% 0,00%

Kec. Tanah sareal Kel. Kedungbadak 73,23 31,36% 37,74 16,16% Kec. Tanah sareal Kel. Kedungjaya 38,97 40,41% 18,88 19,58%

Kec. Tanah sareal Kel.

Kedungwaringin 48,50 31,40% 41,28 26,73%

Kec. Tanah sareal Kel. Kencana 47,72 15,04% 20,21 6,37% Kec. Tanah sareal Kel. Mekarwangi 56,54 15,66% 77,01 21,33% Kec. Tanah sareal Kel. Sukadamai 30,93 24,71% 14,30 11,42% Kec. Tanah sareal Kel. Sukaresmi 52,39 24,43% 0,01 0,01% Kec. Tanah sareal Kel. Tanahsereal 69,98 59,57% 5,55 4,72%

Total kecamatan tanah sareal 643,76 27,74% 258,82 11,15%

Total kota bogor 3.116,35 26,65% 1.045,04 8,94%

Sumber: SPPIP Kota Bogor Tahun 2011

Tabel 7.2 Luas Perumahan Kota Bogor 2010

No KECAMATAN

Perumahan

Non Perumahan

Luas Wilaya

h Perumahan

Swadaya

Perumahan

terstruktur Total Perumahan

Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) %

1 Kecamatan Bogor

Tengah 404,94 49,81% 41,47 5,10% 446,41 54,91% 366,60 45,09% 813 2 Kecamatan Bogor Barat 681,25 20,74% 213,30 6,49% 894,55 27,23% 2.390,45 72,77% 3.285

3 Kecamatan Tanah

Sareal 643,76 34,17% 258,82 13,74% 902,57 47,91% 981,43 52,09% 1.884 4 Kecamatan Bogor Utara 453,56 25,60% 246,07 13,89% 699,63 39,48% 1.072,37 60,52% 1.772 5 Kecamatan Bogor Timur 284,24 28,00% 161,80 15,94% 446,03 43,94% 568,97 56,06% 1.015

6 Kecamatan Bogor

Selatan 648,61 21,05% 123,59 4,01% 772,19 25,06% 2.308,81 74,94% 3.081 Total Kota Bogor 3.116,35 26,30% 1.045,04 8,82% 6.161,39 35,12% 7.688,61 64,88% 11.850

(6)

Gambar 7.1 Grafik Perbandingan Luas Wilayah Kecamatan Dengan Luas Perumahan Eksisting

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa luas perumahan saat ini yang paling luas berada pada Kecamatan Bogor Tengah dengan jumlah 54,91% dari luas kecamatan, sedangkan luas perumahan paling kecil saat ini berada pada Kecamatan Bogor Selatan dengan jumlah 25,06% dari luas kecamatan. Total luas perumahan untuk Kota Bogor saat ini sejumlah 35,12% dari luas kota keseluruhan. a. Kecamatan Bogor Tengah, dengan luas wilayah 813 Hektar, hampir 54,91

persen dari luas wilayah Kecamatan merupakan perumahan yaitu seluas 446,41 Hektar.

b. Kecamatan Bogor Barat, dengan luas wilayah terbesar di Kota Bogor (3285 Hektar), penggunaan lahan untuk perumahan sekitar 27,23% luas wilayah Kecamatan atau sekitar 894,55 Hektar.

c. Kecamatan Tanah Sareal, dengan luas wilayah 1884 hektar, penggunaan lahan perumahan sekitar 47,91 % dari luas wilayah Kecamatan atau seluas 902,57 Hektar.

d. Kecamatan Bogor Utara, dengan luas wilayah 1772 Hektar, untuk penggunaan lahan perumahan sekutar 39,48% atau seluas 699,63 Hektar.

e. Kecamatan Bogor Timur, dengan luas wilayah 1015 Hektar, meliputi 43,94% berupa perumahan atau seluas 446,03 hektar.

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500

Bogor Tengah

Bogor Barat

Tanah Sareal

Bogor Utara

Bogor Timur

Bogor Selatan

Luas Wilayah 813 3,285 1,884 1,772 1,015 3,081

Perumahan 446.41 894.55 902.57 699.63 446.03 772.19

Luasa

n

(H

ekt

ar

)

(7)

f. Kecamatan Bogor Selatan, dengan luas wilayah terbesar kedua, setelah Kecamatan Bogor Barat, penggunaan lahan perumahan sekitar 25,6% atau seluas 772,19 Hektar.

Gambar 7.2 Grafik Luasan Perumahan dan Non Perumahan

Dalam grafik dan tabel diatas terlihat perbandingan luasan penggunaan lahan perumahan dan non perumahan untuk setiap Kecamatan:

a. Kecamatan Bogor Tengah, perbandingan peruntukan perumahan dan non perumahan adalah 55 % : 45%, sehingga dapat diketahui bahwa untuk Kecamatan Bogor Tengah dominan peruntukan perumahan.

b. Kecamatan Bogor Barat, dominasi peruntukan lahannya adalah non perumahan (72,77% atau 2390,45 Hektar), Hal ini dapat dilihat bahwa di Wilayah Kecamatan Bogor Barat masih banyak terdapat lahan terbuka dan areal persawahan.

c. Kecamatan Tanah Sareal, Perbandingan penggunaan lahan perumahan dan non perumahan adalah 47,91% berbanding 52,09%, hampir berimbang luasan untuk peruntukan lahan di Kota Bogor.

0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00 2500.00

Bogor Tengah

Bogor Barat

Tanah Sareal

Bogor Utara

Bogor Timur

Bogor Selatan

Perumahan 446.41 894.55 902.57 699.63 446.03 772.19

non Perumahan 366.60 2390.45 981.43 1072.37 568.97 2308.81

Lu

as (Ha)

(8)

d. Kecamatan Bogor Utara, dominasi penggunaan lahannya adalah non perumahan dengan 60,52% berbanding 39,48% untuk penggunaan lahan perumahan..

e. Kecamatan Bogor Timur, perbandingan penggunaan lahan antara perumahan dan non perumahan relatif berimbang yakni 43,94% berbanding 56,06% untuk penggunaan lahan non perumahan.

f. Kecamatan Bogor Selatan, kawasan Bogor Selatan dengan topografi yang relatif tinggi, didominasi penggunaan lahan non perumahan yakni 74,94%

Untuk banyaknya rumah di Kota Bogor, diasumsikan dengan menggunakan data bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 pada Bogor Dalam Angka 2010. Berdasarkan data Bogor Dalam Angka tahun 2010 tersebut bahwa pada tahun 2010 terdapat 249.911 unit rumah. Kondisi ini mengalami kenaikan cukup tinggi dibandingkan data hasil BPS tahun 2005 yang mengungkapkan bahwa stok rumah pada tahun 2005 sebesar 126.473 unit (Laporan Akhir RP4D, 2007).

Tabel 7.3 Jumlah Bangunan Kota Bogor Per Kelurahan

Kelurahan

Jumlah Bangunan Tempat

Tinggal

Bukan Tempat Tinggal

Campura

n Jumlah 010. Bogor Utara

1. Bantarjati 5,895 901 548 7,344

2. Tegal Gundil 6,720 443 589 7,752

3. Tanah Baru 5,526 437 696 6,659

6. Cimahpar 4,340 241 270 4,851

5. Ciluar 3,723 206 323 4,252

6. Cibuluh 5,073 550 393 6,016

7. Kedunghalang 5,110 439 658 6,207

8. Ciparigi 6,441 311 518 7,270

020. Bogor Barat

1. Pasirmulya 1,115 128 57 1,300

2. Pasirkuda 3,155 260 345 3,760

(9)

Kelurahan

Jumlah Bangunan Tempat

Tinggal

Bukan Tempat Tinggal

Campura

n Jumlah

6. Gunungbatu 4,262 452 394 5,108

5. Loji 2,825 228 366 3,419

6. Menteng 3,682 366 342 4,390

7. Cilendek Timur 3,973 113 247 4,333

8. Cilendek Barat 4,166 365 331 4,862

9. Sindangbarang 3,833 495 281 4,609

10. Margajaya 1,423 197 172 1,792

11. Balungbangjaya 2,887 152 217 3,256

12. Situgede 1,938 119 187 2,244

13. Bubulak 3,098 211 277 3,586

16. Semplak 2,353 240 293 2,886

15. Curugmekar 3,336 202 242 3,780

16. Curug 3,057 108 182 3,347

030. Bogor Timur

1. Sindangsari 2,368 345 257 2,970

2. Sindangrasa 3,190 113 320 3,623

3. Tajur 1,629 236 136 2,001

6. Katulampa 7,763 317 411 8,491

5. Baranangsiang 6,406 726 558 7,690

6. Sukasari 2,772 584 216 3,572

040. Bogor Selatan

1. Mulya Harja 4,404 392 464 5,260

2. Pamoyanan 3,081 369 412 3,862

3. Ranggamekar 2,947 226 284 3,457

6. Genteng 1,537 132 134 1,803

5. Kertamaya 1,465 104 74 1,643

6. Rancamaya 1,280 81 63 1,424

7. Bojongkerta 1,774 225 307 2,306

8. Harjasari 3,427 362 410 4,199

(10)

Kelurahan

Jumlah Bangunan Tempat

Tinggal

Bukan Tempat Tinggal

Campura

n Jumlah

10. Pakuan 1,471 181 206 1,858

11. Cipaku 2,936 234 266 3,436

12. Lawang Gintung 2,023 164 134 2,321

13. Batutulis 2,245 235 257 2,737

16. Bondongan 2,710 202 431 3,343

15. Empang 3,610 367 443 4,420

16. Cikaret 3,860 305 439 4,604

050. Bogor Tengah

1. Paledang 2,279 1,440 310 4,029

2. Gudang 1,605 520 159 2,284

3. Babakan Pasar 2,130 1,529 270 3,929

6. Tegal Lega 4,368 530 328 5,226

5. Babakan 2,268 591 191 3,050

6. Sempur 1,743 132 218 2,093

7. Pabaton 700 359 75 1,134

8. Cibogor 1,590 2,059 164 3,813

9. Panaragan 1,654 87 98 1,839

10. Kebon Kalapa 2,388 1,293 435 4,116

11. Ciwaringin 1,661 149 171 1,981

060. Tanah Sareal

1. Kedungwaringin 5,280 268 425 5,973

2. Kedungjaya 2,997 217 317 3,531

3. Kebonpedes 4,789 305 595 5,689

6. Tanahsareal 1,978 153 276 2,407

5. Kedungbadak 6,425 458 658 7,541

6. Sukaresmi 2,601 203 266 3,070

7. Sukadamai 3,380 164 279 3,823

8. Cibadak 7,152 281 501 7,934

9. Kayumanis 3,237 180 301 3,718

(11)

Kelurahan

Jumlah Bangunan Tempat

Tinggal

Bukan Tempat Tinggal

Campura

n Jumlah

11. Kencana 4,574 214 475 5,263

Kota Bogor 228,01

6 25,081 21,895 274,992

Sumber: Bogor Dalam Angka 2010, BPS Kota Bogor dalam SPPIP Kota Bogor

2011

(12)

Sumber : SPPIP Kota Bogor 2011

(13)

2. Rumah Tidak Layak Huni

Dari banyaknya bangunan rumah di atas, terdapat rumah-rumah yang kualitasnya rendah untuk dihuni atau disebut Rumah Tidak Layak Huni (RTHLH). Untuk rumah tidak layak huni, berdasarkan pendataan tahun 2011 adalah sebanyak 2.528 unit. Namun tidak menutup kemungkinan akan bertambah, karena belum semua kelurahan melakukan pendataan secara lengkap.

Tabel 7.4 Rumah Tidak Layak Huni Tahun 2011

No. Kecamatan No Kelurahan RTLH

1 Bogor Selatan 503

1 Mulyaharja 27

2 Pamoyanan 46

3 Ranggamekar 65

4 Genteng -

5 Kertamaya 29

6 Rancamaya -

7 Bojongkerta 61

8 Harjasari -

9 Muarasari 71

10 Pakuan -

11 Cipaku 37

12 Lawanggintung -

13 Batutulis 74

14 Bondongan 65

15 Empang -

16 Cikaret 28

2 Bogor Timur 150

1 Sindangsari 43

2 Sindangrasa -

3 Tajur 20

4 Katulampa 31

5 Baranangsiang 33

6 Sukasari 23

3 Bogor Utara 229

1 Bantarjati 27

2 Tegalgundil 28

3 Tanahbaru 29

(14)

No. Kecamatan No Kelurahan RTLH

5 Ciluar 0

6 Cibuluh 43

7 Kedunghalang 40

8 Ciparigi 39

4 Bogor Tengah 690

1 Paledang 104

2 Gudang 45

3 Babakan Pasar 55

4 Tegallega 0

5 Babakan 25

6 Sempur 87

7 Pabaton 37

8 Cibogor 156

9 Panaragan 23

10 Kebonkalapa 100

11 Ciwaringin 58

5 Bogor Barat 581

1 Pasirmulya 23

2 Pasirkuda 35

3 Pasirjaya 27

4 Gunungbatu 32

5 Loji 0

6 Menteng 42

7 Cilendek Timur 27

8 Cilendek Barat 36

9 Sindangbarang 48

10 Margajaya 49

11 Balungbangjaya 31

12 Situgede 31

13 Bubulak 122

14 Semplak 28

15 Curugmekar 0

16 Curug 50

6 Tanah Sareal 375

1 Kedungwaringin 0

2 Kedungjaya 0

3 Kebonpedes 283

4 Tanahsareal 0

(15)

No. Kecamatan No Kelurahan RTLH

6 Sukaresmi 0

7 Sukadamai 20

8 Cibadak 0

9 Kayumanis 38

10 Mekarwangi 0

11 Kencana 0

TOTAL 2.528

Sumber : Hasil Pendataan BKM pada Program BSPS Kemenpera 2011

3. Rumah Susun

Untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan rumah yang

liveable

dan optimalisasi pemanfaatan lahan di perkotaan, Pemerintah Kota Bogor telah bekerja sama dengan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah untuk merealisasikan rencana pembangunan rusunawa.

Rumah susun sederhana sewa tersebut dikenal dengan sebutan Rusunawa Menteng karena berlokasi di Kelurahan Menteng yang terletak di bagian wilayah tengah kota pada kawasan perumahan Bumi Menteng Asri dengan aksesibilitas yang cukup tinggi terhadap kegiatan kota lainnya serta sesuai dengan peruntukan di dalam RDTRK Bogor Barat.

Saat ini, Rusunawa yang akan dioperasikan sebanyak 2 blok kembar (

twin blok

) secara bertahap dari 4 blok kembar yang direncanakan pada tanah seluas + 1,6 Ha milik Pemerintah Kota Bogor dengan dana pembangunan yang berasal dari dana APBN diarahkan khususnya bagi pekerja tingkat bawah di kota Bogor yang belum memiliki rumah sebagai tempat tinggal. Tahapan pembangunan Rusunawa Menteng antara lain dibangun sejak tahun 2004 sampai tahun 2008 ini. Adapun secara jelas tahapan pembangunan terdiri dari :

1) Twin block satu dibangun pada tahun 2004/2005. Status pengelolaan sudah diserahterimakan kepada Pemerintah Kota dari Pemerintah Pusat. Kapasitas 80 unit hunian dengan luas ruang hunian masing-masing seluas 27 M2 per unit. 2) Twin block dua dibangun pada tahun 2005. Status pengelolaan sudah

diserahterimakan kepada Pemerintah Kota dari Pemerintah Pusat.

(16)

4) Twin block empat dibangun pada tahun 2007/2008. Status pengelolaan belum diserahterimakan kepada Pemerintah Kota dari Pemerintah Pusat.

Setiap twin block terdiri dari empat lantai hunian dan lantai dasar diperuntukkan bagi kantor pengelola, balai pertemuan, dan balai pengobatan, mushala, ruang serba guna, fasilitas penunjang lainnya (area komersil). Fasilitas umum lainnya seperti Sekolah Dasar, tempat bermain dan lapangan olahraga. Utilitas penunjang terdiri dari air bersih (PDAM) dan Listrik (PLN) serta jaringan gas.

Biaya tarif sewa rumah susun per unit sangat variatif, hal ini berdasarkan pada posisi keberadaan lantai. Tarif biaya per unit antara lain :

 Lantai satu, biaya sewa sebesar Rp. 250.000./bulan  Lantai dua, biaya sewa sebesar Rp. 225.000./bulan  Lantai tiga, biaya sewa sebesar Rp. 200.000./bulan  Lantai empat, biaya sewa sebesar Rp. 175.000./bulan

Kelompok sasaran penghuni Rusuna adalah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang bekerja disektor formal dengan penghasilan dibawah UMK, diantaranya tenaga kontrak di lingkungan Pemerintah Kota atau dilingkungan kerja lainnya. Diprioritaskan untuk yang sudah berkeluarga dengan jumlah anak maksimal dua anak.

Identifikasi kawasan prioritas permukiman untuk ketiga tipologi permasalahan di atas dirumuskan berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan, rencana dan studi yang telah ada seperti kebijakan pembangunan kota, rencana tata ruang kota, masterplan infrastruktur yang ada, studi permukiman (studi kumuh, RP4D) dan sebagiannya serta masukan dari hasil diskusi dengan stakeholder Kota Bogor.

Kawasan Padat Kumuh

(17)
(18)

No. WP / Kelurahan

Data lokasi kawasan permukiman padat - kumuh Data Kelurahan

Luas kawasan Permukiman

Padat (Ha)

Luas Kawasan Terbangun

(Ha)

Jumlah Bangunan di

Kawasan Permukiman

Padat

Kepadatan Bangunan/Ha

Koefisien Wilayah Terbangun

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk

WP A

1 Menteng 12,65 10,450 574 45 82,61% 16.407 Rendah

2 Kebon Kalapa 13,38 9,131 836 62 68,25% 11.147 Sangat Padat

3 Sempur (Lebak kantin) 9,68 7,139 497 51 73,69% 9.107 Padat

4 Panaragan– Paledang 20,51 17,525 1.324 65 85,34% 7.305 Sangat Padat

5 Tegallega (Babakan Fakultas) 15,47 10,532 1.114 72 68,10% 18.667 Padat

6 Babakan Pasar (Pulo Geulis) 7,82 7,398 750 96 94,65% 10.164 Sangat Padat

7 Bondongan 20,31 12,028 1.260 62 59,28% 13.306 Padat

8 Empang 9,69 5,025 642 66 51,91% 17.263 Sangat Padat

9 Batutulis 17,04 9,723 980 58 57,07% 9.072 Padat

10 Sukasari 9,98 7,511 807 81 75,26% 11.961 Sangat Padat

11 Gudang 5,66 541 96 97,50% 7.682 Sangat Padat

WP B

1 Gunungbatu 31,33 16,870 1.417 45 53,75% 18.534 Sedang

2 Pasirjaya 20,14 12,616 1.393 69 62,59% 20.222 Rendah

(19)

No. WP / Kelurahan

Data lokasi kawasan permukiman padat - kumuh Data Kelurahan

Luas kawasan Permukiman

Padat (Ha)

Luas Kawasan Terbangun

(Ha)

Jumlah Bangunan di

Kawasan Permukiman

Padat

Kepadatan Bangunan/Ha

Koefisien Wilayah Terbangun

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk

WP C

1 Kebon Pedes 17,72 13,281 1.014 57 74,98% 21.672 Sangat Padat

2 Kedungjaya 12.083 Padat

3 Kedungbadak 25.314 Padat

WP D

1 Bantarjati 21,22 12,752 1.171 55 60,12% 26.060 Padat

2 Cibuluh 22,92 22,059 1.092 48 96,26% 15.836 Sedang

3 Ciluar 12,31 9,814 820 67 79,79% 13.103 Rendah

4 Cimahpar 22,64 14,185 1.170 52 62,67% 15.234 Rendah

(20)

NO WP / KELURAHAN

KLASIFIKASI JALAN TERDEKAT

AKSESIBILITAS INTERNAL KAWASAN

1 Menteng Kolektor Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

2 Kebon Kalapa Arteri Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

3 Sempur - lebak kantin Arteri Lebar jalan lingkungan 1-1,5 m, dibeberapa lokasi lebar

jalan kurang dari 1m, perkerasan jalan semen

4 Panaragan Arteri

Ketinggian permukaan tidak rata, lebar jalan lingkungan 1 m, dibeberapa lokasi lebar jalan kurang dari 1m, perkerasan jalan semen, dan sebagian masih tanah

5 Paledang Arteri

Ketinggian permukaan tidak rata, lebar jalan lingkungan 1 m, dibeberapa lokasi lebar jalan kurang dari 1m, perkerasan jalan semen, dan sebagian masih tanah

6 Tegallega (Babakan

Fakultas) Arteri

Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan semen, dapat dilalui sepeda motor

7 Babakan Pasar (Pulo

Geulis) Arteri

Lebar jalan lingkungan 1-1,5 m, dibeberapa lokasi lebar jalan kurang dari 1m, perkerasan jalan semen

8 Bondongan Arteri Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

9 Empang Arteri Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

10 Batutulis Kolektor Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

11 Sukasari Arteri Lebar jalan lingkungan 1-1,5 m, dibeberapa lokasi lebar

jalan kurang dari 1m, perkerasan jalan semen

12 Gudang Arteri Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

WP B

1 Gunungbatu Kolektor Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

2 Pasirjaya Kolektor Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

3 Loji Kolektor Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

WP C

1 Kebon Pedes Kolektor Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

2 Kedungjaya Kolektor Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

3 Kedungbadak Kolektor Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

WP D

1 Bantarjati Kolektor Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

2 Cibuluh Kolektor Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

3 Ciluar Kolektor Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

4 Cimahpar Kolektor Jalan lingkungan dengan lebar 1- 1,5 m, perkerasan

semen, dapat dilalui sepeda motor

(21)

Tabel 7.6 Kondisi Infrastruktur Kawasan Padat Kumuh Master Plan Air

Limbah dan Output EHRA Air Limbah Kota

Bogor Tahun 2010)

Persampahan (Sumber : Review

Master Plan Persampahan

Kota Bogor Tahun 2008 dan

(22)

No Master Plan Air

Limbah dan Output EHRA Air Limbah Kota

Bogor Tahun 2010)

Persampahan (Sumber : Review

Master Plan Persampahan

Kota Bogor Tahun 2008 dan

Output EHRA

86,8% kurangnya Akses

Sanitasi rumah memiliki) = 80,55% rumah memiliki) = 68,54% rumah memiliki) = 78,29% rumah memiliki) = 70,04% rumah memiliki) = 76,84% rumah memiliki) = %

(23)

No Master Plan Air

Limbah dan Output EHRA Air Limbah Kota

Bogor Tahun 2010)

Persampahan (Sumber : Review

Master Plan Persampahan

Kota Bogor Tahun 2008 dan

Output EHRA rumah memiliki) = % rumah memiliki) = Kedungbadak : 89,55%

3 Kedungjaya Cakupan

pelayanan rumah memiliki) = % rumah memiliki) = 95,49%

Badan air sungai sebagai badan

Cakupan Pelayanan

(24)

No Master Plan Air

Limbah dan Output EHRA Air Limbah Kota

Bogor Tahun 2010)

Persampahan (Sumber : Review

Master Plan Persampahan

Kota Bogor Tahun 2008 dan

Output EHRA rumah memiliki) = 69,34%

Sumber : SPPIP Kota Bogor 2011

Kawasan Pengembangan Terbatas

(25)

Tabel 7.6 Data Bangunan dan Penduduk Kawasan Pengembangan Terbatas

No

. WP / Kelurahan

Data lokasi kawasan permukiman padat - kumuh Data Kelurahan

Luas kawasan Permukiman

Padat (Ha)

Luas Kawasan Terbangun

(Ha)

Jumlah Banguna n di Kawasan Permuki

man Padat

Kepadatan Bangunan

/Ha

Koefisien Wilayah Terbangun

Jumlah Pendudu

k

Kepadatan Penduduk

WP B

1 Balumbang jaya 101.71 20.24 81.47 812 6.94 10441 Rendah

2 Situgede 215.88 43.36 172.52 1555 13.77 8741 Rendah

WP E

3

Sindangrasa-sindangsari 136.88 47.10 89.78 1952 17.50

13036 7280

Padat Sedang

4 Muarasari 45.98 23.57 22.41 862 5.84 10003 Rendah

5 harjasari 107.83 30.09 77.74 847 6.61 14969 Sedang

6 Genteng 103.13 8.10 95.04 269 1.96 7526 Rendah

7 Kertamaya 79.27 21.24 58.03 676 6.56 5115 Rendah

8 pamoyanan 46.98 9.51 37.47 467 3.12 12693 Rendah

Tabel 7.7 Aksesibilitas Kawasan Pengembangan Terbatas

WP / KELURAHAN KLASIFIKASI JALAN

TERDEKAT AKSESIBILITAS INTERNAL KAWASAN

WP B

1 Balumbangjaya Kolektor Sekunder Jalan local dengan lebar < 6 m , kondisi baik 2 Situgede Kolektor sekunder Jalan local dengan lebar < 6 m , kondisi baik

WP E

3 Sindangrasa Arteri Jalan local dengan lebar < 5m , kondisi baik, orientasi aksesibilitas jalan belum baik

4 Sindangsari Arteri Jalan local dengan lebar < 5 m , kondisi baik, orientasi aksesibilitas jalan belum baik

5 Muarasari Arteri Jalan local dengan lebar < 5 m , kondisi baik, orientasi aksesibilitas jalan belum baik

6 Harjasari Arteri Jalan local dengan lebar < 5 m , kondisi baik, orientasi aksesibilitas jalan belum baik

7 Genteng Kolektor Jalan local dengan lebar < 6 m , kondisi baik 8 Kertamaya Kolektor Jalan local dengan lebar < 6 m , kondisi baik 9 Pamoyanan Kolektor Jalan local dengan lebar < 6 m , kondisi baik

(26)

Tabel 7.8 Kondisi Infrastruktur Kawasan Pengembangan Bogor Juni 2009)

Air Limbah

(Sumber : Master Plan Air Limbah dan Output EHRA

Air Limbah Kota Bogor Tahun

2010)

Persampahan

(Sumber : Review Master Plan Persampahan Kota

Bogor Tahun 2008 dan Output EHRA Sampah 2010)

Sanitasi

(Sumber : Strategi Sanitasi Kota Bogor

Tahun2010)

B WP B

1 Balumbang

Jaya Cakupan SPAH

(Sistem memiliki) = 66,47%

2 Situgede Daerah memiliki) = 60,46%

E WP E

1 Sindangrasa Cakupan

Pelayanan

Zona area beresiko sanitasi tinggi

2 Sindangsari Cakupan

Pelayanan

Zona area beresiko sanitasi tinggi memiliki) = 43,32%

4 Harjasari memiliki) = 61,87%

5 Genteng memiliki) = 51,40%

(27)

No Bogor Juni 2009)

Air Limbah

(Sumber : Master Plan Air Limbah dan Output EHRA

Air Limbah Kota Bogor Tahun

2010)

Persampahan

(Sumber : Review Master Plan Persampahan Kota

Bogor Tahun 2008 dan Output EHRA Sampah 2010)

Sanitasi

(Sumber : Strategi Sanitasi Kota Bogor

Tahun2010)

Juni 2011 13,40%

memiliki) = 52,20%

7 Pamoyanan memiliki) = 55,67%

Sumber : SPPIP Kota Bogor 2011

Kawasan Pengembangan Permukiman Baru

Pengembangan permukiman baru dapat dilakukan pada semua WP yang ada di Kota Bogor. Namun dalam penentuan kawasan prioritas permukiman, arahan pengembangan permukiman baru lebih ditekankan kepada kawasan permukiman baru sesuai arahan RTRW yaitu pada WP C dan WP D. Perkemnbangan permukiman baru pada kedua WP ini sejak 5 tahun terakhir telah mulai berkembang, namun masing-masing perumahan terstruktur yang ada maupun permukiman swadaya berkembang sendiri-sendiri. Infrastruktur jalan sebagai penghubung di dalam kawasan dan keluar akwasan belum terintegrasi dengan baik. Demikian pula dengan infrastruktur perkotaan seperti drainase, air limbah dan persampahan.

(28)

Tabel 7.10 Data Bangunan Kawasan Pengembangan Permukiman Baru

No. WP / Kelurahan

Data lokasi kawasan permukiman padat - kumuh

Luas kawasan Permukiman

Padat (Ha)

Luas Kawasan Terbangun

(Ha)

Jumlah Bangunan di

Kawasan Permukiman

Padat

Kepadatan Bangunan/Ha

Koefisien Wilayah Terbangun

WP C

1 Kayumanis-Mekarwangi 307.784 76.254 233.530 1013 9.534

2 Kedungbadak-Sukaresmi 273.742 95.198 178.544 3022 32.893

3 Cibadak 189.317 97.240 92.077 3119 30.483

4 Sukadamai-Kedungjaya 156.180 71.068 83.112 1887 20.363

WP D

5 Ciparigi-Kedunghalang 199.156 108.374 90.782 3956 38.495

6 Ciluar-Tanah Baru-Cimahpar 290.548 103.493 187.055 4707 51.839

WP E

7 Katulampa 205.562 81.259 126.303 1512 13.728

Sumber : SPPIP Kota Bogor 2011

Tabel 7.11 Aksesibilitas Kawasan Pengembangan Permukiman baru NO. WP / KELURAHAN KLASIFIKASI

JALAN TERDEKAT AKSESIBILITAS INTERNAL KAWASAN

WP C

1 Kayumanis –Mekarwangi Kolektor Akses saat ini tidak akan memadai sebagai jalan kolektor

2 Kedungbadak – Sukaresmi Kolektor Akses saat ini tidak akan memadai sebagai jalan kolektor

3 Cibadak Kolektor Jalan local dengan lebar < 6 m , kondisi baik, orientasi aksesibilitas jalan belum baik

4 Sukadamai-Kedungjaya Kolektor Akses saat ini tidak akan memadai sebagai jalan kolektor

WP D

5 Ciparigi-Kedunghalang Kolektor Akses saat ini tidak akan memadai sebagai jalan kolektor

6 Ciluar- Tanah baru – Cimahpar Kolektor Akses saat ini tidak akan memadai sebagai jalan kolektor

WP E

7 Katulampa Kolektor Jalan local dengan lebar < 6 m , kondisi baik, orientasi aksesibilitas jalan belum baik

(29)

Tabel 7.12 Kondisi Infrastruktur Kawasan Pengembangan Permukiman Baru Bogor Juni 2009)

Air Limbah

(Sumber : Master Plan Air Limbah dan Output EHRA

Air Limbah Kota Bogor Tahun

2010)

Persampahan

(Sumber : Review Master Plan Persampahan Kota

Bogor Tahun 2008 dan Output EHRA Sampah 2010)

Sanitasi

(Sumber : Strategi Sanitasi Kota Bogor

Tahun2010) Sukaresmi : 90,96%

5 Cibadak Cakupan Sukadamai 28.9%

(30)

No Bogor Juni 2009)

Air Limbah

(Sumber : Master Plan Air Limbah dan Output EHRA

Air Limbah Kota Bogor Tahun

2010)

Persampahan

(Sumber : Review Master Plan Persampahan Kota

Bogor Tahun 2008 dan Output EHRA Sampah 2010)

Sanitasi

(Sumber : Strategi Sanitasi Kota Bogor

Tahun2010)

7 Kedungjaya Cakupan

Pelayanan memiliki) = Ciparigi: 91,37%

Badan air sungai sebagai badan

Zona Area Beresiko Sanitas Sangat

Zona Area Beresiko Sanitas Sangat memiliki) = 69,34%

(31)

No

Lokasi Calon Kawasan

Prioritas

Eksisting Drainase

(sumber: master plan

drainase Kota Bogor

2007 dan Output EHRA

Drainase 2010)

Air Minum

(Sumber: Perkembangan

Pelanggan PDAM Kota Bogor Juni 2009)

Air Limbah

(Sumber : Master Plan Air Limbah dan Output EHRA

Air Limbah Kota Bogor Tahun

2010)

Persampahan

(Sumber : Review Master Plan Persampahan Kota

Bogor Tahun 2008 dan Output EHRA Sampah 2010)

Sanitasi

(Sumber : Strategi Sanitasi Kota Bogor

Tahun2010)

Luapan Sungai Ciliwung

42,75%

(32)

Sumber : SPPIP Kota Bogor 2011

(33)

C. Permasalahan, Dan Tantangan Pengembangan Permukiman ASPEK KEWILAYAHAN

1. Potensi dan Permasalahan Permukiman di Wilayah Pengembangan A a. Potensi dan Permasalahan Bidang Permukiman

Tabel 7.13 Potensi dan Permasalahan Umum Permukiman di WP A Permasalahan Potensi/Peluang

Pengembangan

Tantangan dan Kebutuhan

Pengembangan Lokasi

Permukiman padat yang berkembang di lembah-lembah sekitar Sungai Ciliwung dan Cisadane menyebabkan sukarnya membuat jalan tembus antar dua bagian wilayah / koridor jalan.

Potensi peremajaan tinggi karena nilai lahan tinggi  untuk kegiatan komersial atau mix-used, dengan tetap bias menampung penduduk untuk tinggal (rumah vertical)

 Mengajak masyarakat bekerja sama dalam meremajakan kawasan tersebut

 Membuka akses/ jalan tembus kolektor baru  Merencanakan

kawasan mix-used  Skala investasi besar

 Bukaan akses jalan Pajajaran dengan Suryakencana  Suryakencana dengan

jalan Bondongan

Tabel 7.14 Potensi dan Permasalahan Khusus Permukiman di WP A Tipologi

Permukiman Permasalahan

Potensi/Peluang

perdagangan dan jasa ke kawasan

perumahan heritage

Dapat menjadi kawasan wisata kuliner kota

 Menjaga agar bentuk dan fasade bangunan tetap

 Meminimalkan dampak tranportasi di lingkungan

perumahan  Pembatasan jumlah

kegiatan perdagangan dan jasa di kawasan tersebut permanen dan baik tetapi kurangnya ruang terbuka di dalam kawasan, akses kurang baik

Perbaikan lingkungan/ kampung

 Menjaga agar kawasan ini tidak menjadi kawasan kumuh

 Secara bertahap meningkatkan kualitas permukiman:

- Perbaikan dan pelebaran jalan

- Pengadaan RTH skala lingkungan

- Pengadaan gedung serba guna

(34)

Tipologi

Permukiman Permasalahan

Potensi/Peluang

 Mengajak masyarakat bekerja sama dalam meremajakan kawasan tersebut  Membuka akses/jalan

tembus kolektor baru  Merencanakan

kawasan mix-used

 Skala investasi besar

Di sekitar Suryakencana, Pajajaran, Pulo Geulis (pusat perdagangan lama) : Kel Babakan Pasar

Perumahan terstuktur

Lahan-lahan kosong di sekitar perumahan terstuktur

berpeluang menjadi kantong-kantong permukiman padat tidak teratur

 bisa diarahkan menjadi kawasan permukiman terstruktur/ formal

 oleh pengembang  konsolidasi lahan

oleh kelompok swadaya masyarakat (tidak individual)

integrasi antar kawasan perumahan terstuktur yang ada dengan permukiman sekitar baik yang ada maupun yang akan berkembang

Kel Baranangsiang ( sisi Tol Jagorawi)

b. Potensi dan Permasalahan Infrastruktur

Tabel 7.15 Potensi dan Permasalahan Infrastruktur di WP A Sektor Permasalahan Kriteria Potensi/Peluang

Pengembangan Lokasi Air Minum Belum terpenuhi

semua oleh unit sambungan rumah

Berdasarkan data Kepadatan Pelanggan Corporate Plan PDAM Juni 2009

Menjadi daerah target PDAM dalam

meningkatkan cakupan layanan SR

Kepadatan Pelanggan 25-50% : Tegallega, Sempur, Kebon Kelapa

Belum adanya jaringan transmisi dan distribusi

Berdasarkan data masterplan SPAM

Menjadi daerah target PDAM dalam

meningkatkan cakupan jaringan transmisi dan distribusi

Sebagian WP A (Batutulis, Bondongan, Empang)

Belum terlayani oleh PDAM maupun Non PDAM

Berdasarkan data masterplan SPAM

Menjadi target layanan peningkatan

pembangunan sistem penyediaan air minum dengan mengunakan sumber air ekonomis (mata air) & air tanah dalam untuk sumber air minum komunal

Kebon Kelapa, masterplan SPAM dan RTRW

Prioritas daerah layanan Non PDAM

Katulampa, Kebon Kelapa, Cilendek Barat

Area rawan pemenuhan air bersih dan air minum

Studi EHRA Cilendek Barat, Cilendek

Timur

Air Limbah Derah rawan pelayanan air limbah

Studi EHRA berdasarkan kondisi air limbah domestic < 40%

Kel. Gudang, Babakan Pasar, Bondongan, Katulampa

(35)

Sektor Permasalahan Kriteria Potensi/Peluang

Pengembangan Lokasi tingkat pelayanan

persampahan < 50%

berdasarkan tingkat pengangkutan sampah Drainase  Daerah genangan

akibat luapan sungai cisadane  Daerah genangan

akibat luapan sungai ciliwung  Adanya daerah genangan lain

Berdasarkan masterplan Drainase

 Kelurahan panaragan, paledang

Area rawan banjir dan memiliki masalah drainase lingkungan

Studi EHRA DENGAN spah < 50%

Tegallega,Sempur, Babakan

Pasar,Bondongan, Panaragan,Cibogor. Sanitasi Zona area Beresiko

Sanitasi Total Tahun 2010

Strategi Sanitasi Kota Bogor (Hasil Anailisi Studi EHRA Kota Bogor Tahun 2010)

Menjadi daerah target Perbaikan sanitasi wilayah

Zona Area Beresiko Sanitas Sangat Tinggi : Panaragan, Empang Zona Area Beresiko Sanitasi Tinggi : Babakan Pasar, Paledang, Gudang, Sukasari Akses Terhadap

Sanitasi dasar (% Memliki Jamban)

Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009

Akses Pelayanan Sanitasi Dasar

Empang (68,54%), Panaragan (47,79%), Kebon Kelapa (35,16%), Gudang (50,06%), Paledang (55,11)

2. Potensi dan Permasalahan Permukiman di Wilayah Pengembangan (WP) B a. Potensi dan Permasalahan Bidang Permukiman

Tabel 7.14 Potensi dan Permasalahan Umum Permukiman di WP B Permasalahan Potensi/Peluang

Pengembangan

Tantangan dan Kebutuhan

Pengembangan Lokasi

Lahan kosong yang ada akan beubah menjadi kawasan permukiman

Pengembangan permukiman swadaya dengan kepadatan rendah

 Mengendalikan perkembangan permukiman sesuai arahan RTRW

 integrasi antar kawasan permukiman swadaya yang ada maupun yang akan berkembang

 Kel Situgede

 Balumbangjaya

 Margajaya

 Bubulak

Masih banyak lahan kosong  pengembangan RTH, tendon air masih memungkin untuk diterapkan sesuai standar yang berlaku

 Menerapkan ketentuan RTH, tendon air dalam persyaratan perijinan

 Penerapan konsep kasiba dan lisiba dalam mengintegrasikan kawasan

Pengembangan “permukiman pedesaan atau agro”

(36)

Tabel 7.15 Potensi dan Permasalahan Khusus Permukiman di WP B Tipologi

Permukiman Permasalahan

Potensi /Peluang Pengembangan

Tantangan dan Kebutuhan

Pengembangan Lokasi Perumahan

swadaya kepadatan tinggi

Bangunan sudah permanen dan baik tetapi kurangnya ruang terbuka di dalam kawasan, akses kurang baik

Perbaikan

lingkungan/kampung

 Menjaga agar kawasan ini tidak menjadi kawasan kumuh

 Secara bertahap meningkatkan kualitas permukiman:

- Perbaikan dan pelebaran jalan

- Pengadaan RTH skala lingkungan

- Pengadaan gedung serba guna

- Perbaikan sistem persampahan

- Peningkatan kualitas bangunan yang ada memiliki kecenderungan

 integrasi antar kawasan perumahan terstuktur yang ada dengan permukiman sekitar baik yang ada maupun yang akan berkembang

 menjaga agar tidak menjadi kawasan kumuh

b. Potensi dan Permasalahan Infrastruktur

Tabel 7.16 Potensi dan Permasalahan Infrastruktur di WP B Sektor Permasalahan Kriteria Potensi/Peluang

Pengembangan Lokasi Air Minum Belum terpenuhi

semua oleh unit sambungan rumah

Berdasarkan Data Kepadatan Pelanggan Corporate Plan PDAM Juni 2009

Menjadi daerah target PDAM dalam Corporate Plan PDAM Juni 2009

Prioritas daerah layanan Non PDAM

Situ Gede, Balumbang Jaya, Sindang Barang, Margajaya Persampahan Daerah dengan

tingkat pelayanan < 50%

Studi EHRA berdasarkan tingkat pengangkutan sampah

Situ Gede, Bubulak,

Drainase Area rawan banjir dan memiliki masalah drainase lingkungan

Studi EHRA DENGAN spah < 50%

(37)

Sektor Permasalahan Kriteria Potensi/Peluang

Pengembangan Lokasi Sanitasi Zona area Beresiko

Sanitasi Total Tahun 2010

Strategi Sanitasi Kota Bogor (Hasil Anailisi Studi EHRA Kota Bogor Tahun 2010)

Menjadi daerah target Perbaikan sanitasi

3. Potensi dan Permasalahan Permukiman di Wilayah Pengembangan (WP) C a. Potensi dan Permasalahan Bidang Permukiman

Tabel 7.17 Potensi dan Permasalahan Umum Permukiman di WP C Permasalahan Potensi /Peluang Pengembangan Tantangan dan Kebutuhan

Pengembangan Lokasi Dengan berkembangan

permukiman ke arah utara WP C maka akses saat ini tidak akan memadai sebagai jalan kolektor

 Banyak ijin lokasi yang sudah keluar  dapat dilakukan join planning dan join development antar pengembang

 Lahan kosong masih tersedia untuk dibuat alignmen jalan yang baik

membuka jalan kolektor baru , agar tidak bergantung kepada yang ada (poros antar

keluarahan yang relatif sempit)

 Kayumanis

 Mekarwangi

 Kencana

Lahan kosong yang ada akan beubah menjadi kawasan permukiman

 Masih banyak lahan kosong 

pengembangan RTH, tendon air masih memungkin untuk diterapkan sesuai standar yang berlaku

 Menerapkan ketentuan RTH, tendon air dalam

persyaratan perijinan

 Penerapan konsep kasiba dan lisiba dalam

mengintegrasikan kawasan

Seluruh WP C

Tabel 7.18 Potensi dan Permasalahan Khusus Permukiman di WP C Tipologi

Permukiman Permasalahan

Potensi /Peluang di sekitar perumahan terstuktur

berpeluang menjadi kantong-kantong permukiman padat tidak teratur

 bisa diarahkan menjadi kawasan permukiman terstruktur/ formal  oleh pengembang

 konsolidasi lahan oleh kelompok swadaya masyarakat (tidak individual)

integrasi antar kawasan perumahan terstuktur yang ada dengan permukiman sekitar baik yang ada maupun yang akan berkembang

 Curug

 Cibadak

 Sukadana

 Kedungwaringin

 Cilendek Timur

 Cilendek Barat

 Curug Mekar permanen dan baik tetapi kurangnya ruang terbuka di dalam kawasan, akses kurang baik

Perbaikan

lingkungan/kampung

 Menjaga agar kawasan ini tidak menjadi kawasan kumuh

 Secara bertahap meningkatkan kualitas permukiman:

- Perbaikan dan pelebaran jalan

- Pengadaan RTH

(38)

Tipologi

Permukiman Permasalahan

Potensi /Peluang

- Pengadaan gedung serba guna

- Perbaikan sistem persampahan

- Peningkatan kualitas bangunan

- Pembangunan rusun

b. Potensi dan Permasalahan Infrastruktur

Tabel 7.19 Potensi dan Permasalahan Infrastruktur di WP C Sektor Permasalahan Kriteria Potensi/Peluang

Pengembangan Lokasi Air Minum Belum terpenuhi

dengan semua unit sambungan rumah

Berdasarkan Data Kepadatan Pelanggan Corporate Plan PDAM Juni 2009

Menjadi daerah target PDAM dalam Barat, Kedung Jaya, Kedung Badak Daerah tidak

terlayani PDAM

Berdasarkan MasterPlan SPAM

Prioritas daerah layanan Non PDAM

Kencana

Area rawan pemenuhan air bersih dan air minum

Studi EHRA Cilendek Barat, Cilendek

Timur

Persampahan Daerah dengan tingkat pelayanan < 50%

Studi EHRA berdasarkan tingkat pengangkutan sampah

Kencana, mekarwangi, Kayumanis

Drainase Area rawan banjir dan memiliki masalah drainase lingkungan

Studi EHRA DENGAN spah < 50%

Kedung Jaya, Kebon Pedes, Kedung Waringin,

Sanitasi Zona area Beresiko Sanitasi Total Tahun 2010

Strategi Sanitasi Kota Bogor (Hasil Anailisi Studi EHRA Kota Bogor Tahun 2010)

Menjadi daerah target Perbaikan sanitasi wilayah

Zona Area Beresiko Sanitas Sangat Tinggi : Curug, Cilendek Barat, Cilendek Timur Zona Area Beresiko Sanitasi Tinggi : Mekarwangi, Kencana, Sukadamai, Sukaresmi, Kedungwaringin

(39)

Tabel 7.20 Potensi dan Permasalahan Umum Permukiman di WP D Permasalahan Potensi/Peluang Pengembangan Tantangan dan Kebutuhan

Pengembangan Lokasi Dengan

berkembangan permukiman ke arah timur maka akses saat ini tidak akan memadai sebagai jalan kolektor

 Banyak ijin lokasi yang sudah keluar

 dapat dilakukan join planning dan

join development antar pengembang

 Lahan kosong masih tersedia untuk dibuat alignmen jalan yang baik

 membuka jalan kolektor baru , agar tidak bergantung kepada yang ada (poros antar keluarahan yang relatif sempit)

Tanah Baru Cimahpar Ciluar

Lahan kosong yang ada akan beubah menjadi kawasan permukiman

 Masih banyak lahan kosong 

pengembangan RTH, tendon air masih memungkin untuk diterapkan sesuai standar yang berlaku

 Menerapkan ketentuan RTH, tandon air dalam persyaratan perijinan

 Penerapan konsep kasiba dan lisiba dalam mengintegrasikan kawasan

Tanah Baru Cimahpar Ciluar Cibuluh

Tabel 7.21 Potensi dan Permasalahan Khusus Permukiman di WP D Tipologi

Permukiman Permasalahan

Potensi /Peluang

Pengembangan Arah Penanganan Lokasi Perumahan

terstuktur

Lahan-lahan kosong di sekitar perumahan terstuktur berpeluang menjadi kantong-kantong permukiman padat tidak teratur

 bisa diarahkan menjadi kawasan permukiman terstruktur/ formal

 oleh pengembang

 konsolidasi lahan oleh kelompok swadaya masyarakat (tidak individual)

 integrasi antar kawasan perumahan terstuktur yang ada dengan permukiman sekitar baik yang ada maupun yang akan berkembang

 menjaga agar tidak menjadi kawasan kumuh

 Tegal Gundil permanen dan baik tetapi kurangnya ruang terbuka di dalam kawasan, akses kurang baik

Perbaikan

lingkungan/kampung

 Menjaga agar kawasan ini tidak menjadi kawasan kumuh

 Secara bertahap meningkatkan kualitas permukiman:

- Perbaikan dan pelebaran jalan

- Pengadaan RTH skala lingkungan

- Pengadaan gedung serba guna

- Perbaikan sistem persampahan

- Peningkatan kualitas bangunan

 Kel Bantarjati

Peremajaan kawasan menjadi perumahan vertikal

 Mengajak masyarakat bekerja sama dalam meremajakan kawasan tersebut

 Membuka akses/ jalan tembus kolektor baru

 Skala investasi besar

(40)

b. Potensi dan Permasalahan Infrastruktur

Tabel 7.22 Potensi dan Permasalahan Infrastruktur di WP D Sektor Permasalahan Kriteria Potensi/Peluang

Pengembangan Lokasi Air

Minum

Belum terpenuhi semua oleh unit sambungan rumah

Berdasarkan Data Kepadatan Pelanggan Corporate Plan PDAM Juni 2009

Menjadi daerah target PDAM dalam

pemenuhan air bersih dan air minum

Studi EHRA Kedung Halang,

Ciparigi, Ciluar.

Drainase Area rawan banjir dan memiliki masalah drainase lingkungan

Studi EHRA DENGAN spah < 50%

Cibuluh,

Cimahpar,Kedung Halang

Sanitasi Zona area Beresiko Sanitasi Total Tahun 2010

Strategi Sanitasi Kota Bogor (Studi EHRA Kota Bogor Tahun 2010)

Menjadi daerah target Perbaikan sanitasi wilayah

Kedunghalang, Ciparigi, Ciluar, Cibuluh, Cimahpar

5. Potensi dan Permasalahan Permukiman di Wilayah Pengembangan (WP) E a. Potensi dan Permasalahan Bidang Permukiman

Tabel 7.23 Potensi dan Permasalahan Umum Permukiman di WP E Permasalahan Potensi /Peluang

Pengembangan

Tantangan dan Kebutuhan

Pengembangan Lokasi Lahan kosong yang ada

berpeluang untuk berubah menjadi kawasan permukiman namun merupakan kawasan yang dibatasi perkembangannya

Pengembangan permukiman swadaya dengan kepadatan rendah

 Mengendalikan perkembangan permukiman sesuai arahan RTRW

 integrasi antar kawasan permukiman swadaya yang ada maupun yang akan berkembang

 mempertahankan RTH yang ada

 Pengembangan ”permukiman pedesaan atau agro“

 Wisata agro

Menjadikan lahan kosong menjadi kawasan produktif yang terintegrasi dengan permukiman warga

Tabel 7.24 Potensi dan Permasalahan Khusus Permukiman di WP E Tipologi

Permukiman Permasalahan

Potensi /Peluang Pengembangan

Tantangan dan Kebutuhan

(41)

Tipologi

Permukiman Permasalahan

Potensi /Peluang Pengembangan

Tantangan dan Kebutuhan

Pengembangan Lokasi swadaya infrastruktur

permukiman yang kurang baik

kosong yang menjadi potensi pengembangan jalan akses yang baik

 harga lahan relatif belum tinggi

perkembangan permukiman pedesaan menjadi permukiman perkotaan yang baik

 integrasi antar kawasan permukiman swadaya yang ada maupun yang akan berkembang melalui konsolidasi lahan

Ijin lokasi sudah masuk, perkembangan perumahan akan pesat

 Menerapkan ketentuan KDB rendah (<30%) , RTH, tandon air dalam persyaratan perijinan

 Meminimalkan permasalahan transportasi

 Membuat bukaan akses barat

Kel.

Mulyaharja/BNR

Perumahan terstuktur

 Lahan-lahan kosong di sekitar

perumahan terstuktur

berpeluang menjadi kantong-kantong permukiman padat tidak teratur

 bisa diarahkan menjadi kawasan permukiman terstruktur/ formal

 oleh pengembang

 konsolidasi lahan oleh kelompok swadaya masyarakat (tidak individual)

 integrasi antar kawasan perumahan terstuktur yang ada dengan permukiman sekitar baik yang ada maupun yang akan berkembang

Kel. Katulampa

b. Potensi dan Permasalahan Infrastruktur

Tabel 7.24 Potensi dan Permasalahan Infrastruktur di WP E Sektor Permasalahan Kriteria Potensi/Peluang

Pengembangan Lokasi Air Minum Belum terpenuhi semua

oleh unit sambungan rumah

Berdasarkan Data Kepadatan Pelanggan Corporate Plan PDAM Juni 2009

Menjadi daerah target PDAM dalam meningkatkan cakupan layanan SR

 Kepadatan Pelanggan 0-25% PDAM : Sindangsari, Harjasari, Muarasari, PDAM : Katulampa, Lawang Gintung, Pakuan,

Sindangrasa, Cikaret Daerah tidak terlayani

PDAM

Berdasarkan Data Kepadatan Pelanggan Corporate Plan PDAM Juni 2009

Prioritas daerah layanan Non PDAM

Pamoyanan

(42)

Sektor Permasalahan Kriteria Potensi/Peluang

Pengembangan Lokasi

air bersih dan air minum Sari,Bojong Kerta,

Air Limbah Derah rawan pelayanan air limbah

Studi EHRA

berdasarkan kondisi air limbah domestic < 40%

Kel.Pakuan

Persampahan Tingkat pelayanan < 50% Studi EHRA berdasarkan tingkat MasterPlan Drainase

Kelurahan sukaresmi, kedungbadak, kedung jaya, semplak, sukadamai, kedungwaringin

Area rawan banjir dan memiliki masalah drainase lingkungan

Studi EHRA DENGAN spah < 50%

Rangga Mekar,Cikaret,

Sanitasi Zona area Beresiko Sanitasi Total Tahun 2010

Strategi Sanitasi Kota Bogor (Hasil Anailisi Studi EHRA Kota Bogor Tahun 2010)

Menjadi daerah target Perbaikan sanitasi wilayah

Zona Area Beresiko Sanitas Sangat Tinggi : Katulampa, Muarasari, Saindangsari, Harjasari, Bojongkerta,

Rancamaya, Genteng, Cikaret

Zona Area Beresiko Sanitasi Tinggi : Tajur, Kertamaya, Pamoyanan, Mulyaharja

SEKTORAL

1. Kawasan Kumuh

Permasalahan yang kerap terjadi pada pengembangan kawasan permukiman kumuh yaitu perbandingan luas lahan permukiman/rumah tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang menempati. Indikator lain yang terjadi adalah kawasan permukiman padat penduduk, rumah berhimpitan sehingga memudahkan penjalaran kebakaran, pelayanan sarana dan prasarana tidak lagi mencukupi, seperti kurangnya air bersih, sanitasi buruk, sampah berserakan, jaringan listrik yang ruwet dan tidak mencukupi bahkan terjadi pencurian listrik, jaringan telepon juga ruwet, fasilitas umum dipakai untuk kepentingan pribadi, sehingga lingkungan menjadi kurang tertib dan kotor.

Tabel 7.25 Permasalahan Permukiman Kumuh di Kota Bogor

No. Kondisi Sistem yang

Ada

Target Nasional

Rencana Strategi Pembangunan Kota

Besaran Permasalahan Keterangan

(43)

Pembangunan rumah vertikal Rehabilitasi rumah tidak layak huni

Penyehatan lingkungan

Bogor yang telah teridentifikasi

kawasan kumuh tahun 2004, 2008, prioritas kawasan pada SPPIP-RPKPP 2010

B Kelembagaan Meningkatkan kelembagaan

pemerintah dan masyarakat

dalam penanganan

permukiman kumuh

Jumlah dan kapasitas kelembagaan pemerintah dan masyarakat

C Keuangan Optimalisasi pendanaan APBD

II, APBD I dan APBN, CSR dan swadaya masyarakat

Jumlah APBD Kota Bogor dibandingkan kebutuhan penanganan permukiman kumuh

D Promosi Meningkatkan sosialisasi

kepada pemangku kepentingan tentang program-program penanganan permukiman kumuh

Pelaksanaan penanganan kualitas permukiman kumuh sangat tergantung pada kondisi lokal, baik kualitas lingkungan atau sumber daya alam dan sumber daya lingkungan terbangun, kualitas manusia, dan kualitas sosialnya. Permasalahan-permasalahan pada satu permukiman berbeda dengan Permasalahan- permasalahan-permasalahan yang ada pada permukiman lainnya. Sehingga upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh sering membutuhkan bentuk penanganan yang tidak tunggal melainkan bentuk penanganan kombinasi dari banyak bentuk penanganan.

Beberapa pendekatan yang dapat diadopsi dalam penyelenggaraan peningkatan kualitas permukiman kumuh antara lain adalah:

1.

Locally Based Demand

2. Pembangunan Berkelanjutan dengan Pendekatan Tridaya 3. Penataan Ruang

Selain pendekatan tersebut, dalam penanganan kawasan permukiman kumuh diperlukan langkah-langkah penanganan yang menyangkut manusianya maupun fisik lingkungan kawasannya. Secara lebih nyata, beberapa factor yang harus dilaksanakan antara lain :

1. Peningkatan peran serta masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh.

(44)

4. Pengembangan kelembagaan. 5. Peningkatan kegiatan ekonomi.

2. Rumah Susun

Secara umum, beberapa permasalahan yang di jumpai dalam pelaksanaan pembangunan Rusuna dan Rusunawa antara lain:

1. Sulitnya menyediakan tanah yang sesuai untuk pembangunan Rusuna dan Rusunawa di tengah Kota, karena ketersediaan tanah perkotaan yang langka dan mahal.

2. Masih belum membudayanya tinggal di hunian bersusun di kalangan masyarakat menengah ke bawah di Kota Bogor

3. Fasilitas pendukung seperti prasarana dan sarana yang kurang memadai 4. Kemampuan pembiayaan atau investasi pembangunan Rusuna dan

Rusunawa yang masih rendah .

5. Penggunaan teknologi bangunan dan desain bangunan yang masih konvensional sehingga menyebabkan biaya bangunan Rusuna dan Rusunawa per meter persegi masih relatif mahal.

6. Kebijakan dan peraturan yang ada di instansi vertikal seperti PLN dalam mendukung program nasional pembangunan rusuna.

7. Peraturan atau legalitas yang menjadi dasar pelaksanaan operasional rusuna cukup membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya, seperti penyusunan Perda rumah susun, penentuan tarif sewa.

Tabel 7.26 Permasalahan Rumah Susun Kota Bogor

No. Kondisi Sistem yang Ada

Target Nasional

Rencana Strategi Pembangunan Kota

Besaran Permasalahan Keterangan

A Teknis Penyediaan lahan untuk

pembangunan rumah susun sederhana sewa

Mengarahkan pembangunan perumahan vertikal di WP D

Luas lahan yang dibutuhkan

B Kelembagaan Meningkatkan kelembagaan

pengelolaan rumah susun sederhana sewa

Jumlah personil dan fasilitas pendukung

C Keuangan Keterbatasan anggaran

pembebasan lahan

Jumlah APBD Kota Bogor dibandingkan kebutuhan pengadaan lahan

D Promosi Meningkatkan promosi bagi

MBR untuk menghuni rumah susun

Tingkat hunian rumah susun

(45)

frekuensi promosi rumah susun serderhana sewa

Dalam kerangka penyelesaian masalah penyediaan Rumah susun di Kota Bogor diperlukan keterpaduan antara pemerintah pusat dan pemerintah Kota Bogor. Biaya yang besar untuk pembangunan dapat dicarikan alternatif dengan melibatkan pihak ketiga dalam pembiayaan. Selain itu, diperlukan alokasi ruang untuk pembangunan rumah susun sederhana sewa dengan mengalokasikan asset-aset pemerintah kota maupun alokasi dari fasos fasum pengembang perumahan.

Secara kelembagaan, denga terbentuknya UPTD Rumah susun pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang memberikan peluang yang luas untuk membangun jaringan dengan berbagai pihak untuk pembiayaan pembangunan dan pengembangan serta pemeliharaan rumah susun.

7.2 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman A. Arah Pengembangan Berdasarkan RTRW Kota Bogor

Kecenderungan perkembangan perumahan/permukiman yang terjadi saat ini adalah kearah pusat kota dan sepanjang jalan-jalan utama, hal ini dikarenakan tingkat aksesibilitasnya disepanjang jalan tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya.

Adapun yang dapat memacu agar perkembangan tidak terpusat disepanjang jalan utama dan Pusat Kota adalah dengan melakukan pengembangan dan peningkatan jalan lingkar yang menghubungkan daerah-daerah belum terbangun dan potensial sebagai kawasan pengembangan, serta dilakukan peningkatan

jalan-jalan lingkungan, diharapkan dengan dilakukannya

pengembangan/peningkatan jalan tersebut akan sangat mendorong arah perkembangan permukiman kota.

Pembentukan umum lingkungan perumahan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

(46)

 Peningkatan kualitas perumahan, sehingga membentuk lingkungan perumahan yang sehat dan nyaman, tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara) serta tersedianya air bersih dan air minum.

 Mempunyai aksesibilitas yang baik sehingga pencapaian dari dan ke kawasan lainnya relatif mudah untuk dicapai.

 Penetapan pusat pelayanan sebagai komponen pengikat disetiap unit lingkungan perumahan yang mempunyai jarak tempuh relatif dekat.

 Pemanfaatan ruang terbuka sebagai suatu orientasi kegiatan disetiap unit lingkungan perumahan yang dijadikan unsur pengikat dan dapat diwujudkan dalam bentuk taman dan fasilitas sosial yang sifatnya lokal.

Pengembangan rencana perumahan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) type kapling (besar, sedang dan kecil).

 Perumahan kapling besar dan sedang dikembangkan di Kota Bogor bagian selatan diantaranya, Sub Wilayah Kota Pamoyanan (C2) dan Sub Wilayah Kota Genteng (C3).

Gambar

Gambar 7.3 Profil Permukiman Kota Bogor
Tabel 7.4 Data Bangunan dan Penduduk Kawasan Padat Kumuh
Tabel 7.5 Aksesibilitas Kawasan Padat-Kumuh
Tabel 7.6  Kondisi Infrastruktur Kawasan Padat Kumuh
+7

Referensi

Dokumen terkait

TPAK tertinggi di Kalimantan Barat pada tahun 2013 dijumpai di Kabupaten Sintang (77,58 %) disusul kemudian Kabupaten Sekadau dan Melawi masing-masing 76,92 persen

Internet banking atau perbankan internet adalah salah satu fasilitas layanan perbankan yang ditujukan bagi nasabah untuk dapat melakukan transaksi

Berdasar hasil uji statistik, antara konsumsi junk food dengan kejadian dismenore primer diperoleh p-value = 0,334 (&gt;0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara

Faktor-faktor penyebab terjadinya kredit macet di dunia perbankan antara lain: Stabilitas dan kinerja perekonomian yang memburuk yang menyebabkan kinerja dunia

Dititrasi natrium thiosulfat dengan kalium iodide sampai terjadi perubahan warna kuning hamper hilang dan kemudian ditambahkan 1 ml indicator

Kedua, sumber-sumber yang termasuk ke dalam tradisi tertulis (written tradition) baik yang sudah klasik seperti yang berupa naskah atau manuskrip Sunda Kuna maupun

Dari gambar diatas terlihat sebuah perusahaan yang berkinerja tinggi diindustri jasa keuangan (Clulow et al. 2003), telah ditemukan bahwa asset tidak berwujud

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI TRACER STUDY BERBASIS WEB MENGGUNAKAN METODE RAPID APPLICATION DEVELOPMENT RAD PADA UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA.. PROGRAM STUDI TEKNIK