• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi/Bagian TNGGP yang Perlu Segera

III. METODE PENELITIAN

3.4. Uji Coba Model

3.4.3.3. Lokasi/Bagian TNGGP yang Perlu Segera

Untuk uji coba model dalam menentukan lokasi/bagian TNGGP yang perlu segera direstorasi dilakukan overlay terhadap peta-peta skala intensitas/bobot variabel penilaian untuk masing-masing kriteria yang dimiliki oleh kawasan TNGGP sesuai dengan model yang telah dirumuskan pada subbab 3.3.2.

3.4.4. Penentuan Acuan Restorasi TNGGP a. Metode Pengumpulan Data:

Kegiatan analisis vegetasi pada ekosistem/tipe vegetasi hutan alam yang menjadi ekosistem acuan/masih baik kondisinya difokuskan pada kawasan hutan TNGGP yang termasuk tipe ekosistem hutan submontana (ketinggian 1.000 - 1.500 mdpl), karena kerusakan hutan yang terjadi pada umumnya terdapat pada tipe ekosistem ini dan pada ketinggian tersebut terdapat kawasan hutan perluasan TNGGP yang sebelumnya merupakan kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung eks Perum Perhutani. Peta lokasi kegiatan analisis vegetasi disajikan pada Lampiran 1.

Jumlah jalur dalam pengumpulan data vegetasi adalah sebanyak 3 jalur dengan panjang jalur total 1,5 km dan jumlah petak pada masing-masing jalur sebanyak 25 petak dengan luas petak total 3 ha.

Kegiatan analisis vegetasi dilakukan pada petak-petak contoh berukuran tertentu yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan vegetasi (Gambar 8).

Keterangan:

a. Semai : anakan pohon mulai dari kecambah sampai tinggi < 1,5 m

b. Pancang : anakan pohon yang tingginya ≥ 1,5 m dengan diameter batang < 10 cm c. Tiang : pohon muda yang berdiameter ≥ 10 cm sampai diameter < 20 cm d. Pohon : pohon dewasa berdiameter ≥ 20 cm

Gambar 8 Bentuk dan ukuran petak pengamatan analisis vegetasi dengan metode jalur berpetak

Arah jalur a b c d a b c d

Adapun ukuran petak-petak contoh tersebut adalah sebagai berikut: (1) petak ukur tingkat semai dengan luasan 2m x 2m, (2) petak ukur tingkat pancang dengan luasan 5m x 5m, (3) petak ukur tingkat tiang dengan luasan 10m x 10m, dan (4) petak ukur tingkat pohon dengan luasan 20m x 20m.

b. Metode Analisis Data:

Berdasarkan data hasil analisis vegetasi diketahui komposisi dan struktur jenis vegetasi yang ada di kawasan tersebut. Kemudian setiap jenis vegetasi dihitung Kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Dominansi (D), dan Dominansi Relatif (DR) dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah individu suatu jenis Kerapatan Jenis (K) =

Luas plot pengamatan

Kerapatan suatu jenis

Kerapatan Relatif (KR) = x 100% Kerapatan seluruh jenis

Jumlah plot ditemukannya suatu jenis Frekuensi Jenis (F) =

Jumlah total plot pengamatan

Frekuensi suatu jenis

Frekuensi Relatif (FR) = x 100% Frekuensi seluruh jenis

Luas bidang dasar suatu jenis Dominansi Jenis (D) =

Luas plot pengamatan

Dominasi suatu jenis

Dominansi Relatif (DR) = x 100% Dominasi seluruh jenis

Selanjutnya dihitung nilai Indeks Nilai Penting (INP) untuk mengetahui jenis dan tingkat tumbuhan yang dominan dengan rumus sebagai berikut:

• Semai: INP = KR + FR

• Pancang, Tiang, Pohon: INP = KR + FR + DR

Untuk mengetahui derajat keanekaragaman jenis tumbuhan dilakukan dengan rumus Indeks Shannon sebagai berikut (Whittaker, 1975):

H’ = -∑ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ N i n ln N i n dimana :

H’ = Derajat keanekaragaman jenis tumbuhan N = Total INP

ni = INP suatu jenis

Adapun untuk mengetahui tingkat kemerataan jenis tumbuhan pada seluruh petak contoh pengamatan akan digunakan pendekatan Indeks Kemerataan (Fachrul, 2007) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Dmax = ln S J’ = H’ / Dmax dimana: Dmax: dominansi S : jumlah jenis J’ : nilai evenness (0-1) H’ : derajat keanekaragaman jenis tumbuhan

3.4.5. Penentuan Prioritas Jenis Terpilih di TNGGP

Untuk dapat menentukan prioritas jenis terpilih di TNGGP terlebih dahulu perlu dilakukan kegiatan analisis vegetasi pada tipe vegetasi hutan lainnya di kawasan TNGGP yang dilakukan pada tipe vegetasi Hutan Rasamala Campuran, Hutan Puspa Campuran, Hutan Damar, dan Hutan Pinus.

a. Metode Pengumpulan Data:

Untuk memperoleh data komposisi dan struktur vegetasi pada tipe vegetasi Hutan Rasamala Campuran, Hutan Puspa Campuran, Hutan Damar, dan Hutan Pinus di kawasan hutan TNGGP sama seperti metode pengumpulan data pada subbab 3.4.4. Adapun jumlah jalur analisis vegetasi pada masing- masing tipe vegetasi hutan tersebut adalah sebanyak 3 jalur dengan jumlah petak pada masing-masing jalur sebanyak 11 - 25 petak tergantung kondisi di lapangan. Secara lebih detail, jumlah jalur beserta panjang jalur dan jumlah petak beserta luas petak pada masing-masing tipe vegetasi hutan dapat dilihat pada Lampiran 2.

b. Metode Analisis Data:

Metode analisis data yang digunakan dalam kegiatan analisis vegetasi pada tipe vegetasi Hutan Rasamala Campuran, Hutan Puspa Campuran, Hutan Damar, dan Hutan Pinus di kawasan hutan TNGGP sama seperti metode analisis data pada subbab 3.4.4.

3.4.6. Prioritas Kegiatan/Tindakan Restorasi TNGGP a. Metode Pengumpulan Data:

Untuk memperoleh data/persepsi tentang kriteria, subkriteria, dan alternatif prioritas kegiatan/tindakan restorasi TNGGP sama seperti metode pengumpulan data pada subbab 3.3.1. Perumusan kriteria, subkriteria, dan alternatif prioritas kegiatan/tindakan restorasi TNGGP oleh pakar/ahli disajikan pada Lampiran 7.

b. Metode Analisis Data:

Metode analisis data untuk merumuskan prioritas kegiatan/tindakan restorasi di kawasan hutan TNGGP dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan hierarki untuk merumuskan prioritas kegiatan/tindakan restorasi di kawasan hutan TNGGP. Persoalan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria, subkriteria, dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki (Gambar 9). Penentuan kriteria tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan pakar/ahli (survai pakar) ataupun berdasarkan hasil kajian ilmiah yang telah dilakukan sebelumnya.

Gambar 9 Struktur hierarki AHP

2) Pembobotan kriteria, subkriteria, dan alternatif untuk merumuskan prioritas kegiatan/tindakan restorasi di kawasan hutan TNGGP. Pembobotan

Tujuan

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria n

Subkriteria 1 Subkriteria 2 Subkriteria n

kriteria, subkriteria, dan alternatif dilakukan dengan menggunakan teknik perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) dari metode AHP yang dilakukan oleh pengambil kebijakan. Nilai dan definisi pendapat kualitatif berdasarkan skala perbandingan Saaty (1983), sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Skala perbandingan nilai dan definisi pendapat kualitatif

Nilai Keterangan 1 A sama penting dengan B

3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B

7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 A mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Sumber: Saaty (1983)

Apabila terdapat lebih dari 1 pengambil kebijakan yang memiliki pendapat yang berbeda tentang penilaian terhadap kriteria dan alternatif, maka digunakan nilai rata-rata geometrik yang diperoleh dengan formula sebagai berikut: n n x x x x= 1 2...

dimana: x = nilai rata-rata geometrik x1, x2, xn = nilai pengambil kebijakan ke-i n = jumlah pengambil kebijakan

Nilai-nilai perbandingan relatif tersebut diolah dengan menggunakan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif yang ada.

Marimin (2005) menjelaskan bahwa matriks tersebut diolah untuk menentukan bobot dari kriteria, yaitu dengan jalan menentukan nilai eigen

(eigenvector). Prosedur untuk mendapatkan nilai eigen adalah sebagai berikut:

(1) Mengkuadratkan matriks tersebut.

(2) Menghitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian melakukan normalisasi.

(3) Proses ini dihentikan apabila perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan berturut-turut lebih kecil dari suatu nilai batas tertentu.

Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk melihat konsistensi penilaian dengan menggunakan Consistency Index (CI) dan Consistency Ratio (CR) dengan formula sebagai berikut:

1 max - - = n n CI

l

dimana: CI = Consistency Index

l

max = eigen value maksimum n = jumlah aktivitas atau pilihan

RI CI CR=

dimana: CR = Consistency Ratio

CI = Consistency Index

RI = Random Index

Indeks acak (Random Index) untuk matriks ordo 1 sampai dengan 15 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 Indeks acak (Random Index)

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59

Pada umumnya, untuk jumlah perbandingan berjumlah sembilan elemen atau kurang, maka penilaian dianggap konsisten apabila Consistency Ratio

(CR) ≤ 0,1 (Purnomo, 2005; Marimin, 2005). Kegiatan analisis data dalam AHP dilakukan dengan menggunakan softwareExpert Choice 2000.

3.4.6.1. Persepsi Masyarakat Sekitar terhadap Kegiatan Restorasi Kawasan TNGGP

a. Metode Pengumpulan Data:

Untuk memperoleh data persepsi masyarakat sekitar terhadap kegiatan restorasi kawasan TNGGP dilakukan melalui wawancara (interview) dengan masyarakat sekitar kawasan hutan TNGGP yang tinggal di dua desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu masyarakat yang tinggal di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar. Data persepsi yang dikumpulkan meliputi: pengetahuan terhadap kawasan perluasan TNGGP, manfaat kegiatan restorasi, pemilihan jenis tumbuhan dalam kegiatan restorasi, dan aturan- aturan yang diperlukan dalam kegiatan restorasi (Lampiran 22).

b. Metode Analisis Data:

Data yang diperoleh dari hasil wawancara (interview) dengan menggunakan kuesioner berupa persepsi masyarakat sekitar yang menjadi responden terhadap kegiatan restorasi kawasan TNGGP ditabulasikan dan dijelaskan secara deskriptif.

3.4.6.2. Partisipasi Masyarakat Sekitar terhadap Kegiatan Restorasi Kawasan TNGGP

a. Metode Pengumpulan Data:

Metode pengumpulan data yang digunakan sama seperti metode pengumpulan data pada subbab 3.4.6.1. Data partisipasi yang dikumpulkan meliputi: keikutsertaan yang pernah dilakukan dalam kegiatan restorasi, sponsor/penyelenggara kegiatan restorasi, sistem pengelolaan dalam kegiatan restorasi yang diinginkan, dan harapan yang diinginkan dari kegiatan restorasi. b. Metode Analisis Data:

Metode analisis data yang digunakan sama seperti metode analisis data pada subbab 3.4.6.1.

Dokumen terkait