• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Lokasi Penelitian

2.1.3 Pasar Pucok

Di dalam kehidupan sehari- hari, manusia memerlukan berbagai macam kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, manusia memerlukan berbagai sarana maupun tempat, di antaranya adalah pasar. Pasar merupakan tempat berbagai macam kebutuhan sehari- hari rumah tangga tersedia. Selain itu, pasar juga merupakan tempat para penjual dan pembeli saling bertemu untuk melakukan kegiatan jual- beli, baik barang maupun jasa. Dengan demikian, pasar muncul atau ada karena adanya kebutuhan manusia yang bermacam- macam.

Pasar biasanya berada di persimpangan jalan atau tempat- tempat yang strategis, dan juga sering kali mengambil nama dari tempat atau daerah dimana pasar itu berada (Koentjaraningrat, 1984: 187). Demikian pula dengan Pasar Pucok (Pucok merupakan nama pasar), pasar ini berada di tengah Kota Baturaja, Di pasar inilah para wanita bakul

berjualan sehari-hari. Pasar tersebut diberi nama Pasar Pucok oleh penduduk setempat karena letak atau posisi pasar berada di tempat yang berdataran tinggi, maka masyarakat setempat dan para pedagang yang berjualan di pasar tersebut memberi nama Pasar Pucok. Mengapa diberi nama Pucok dan menggunakan bahasa daerah? Pemberian nama tersebut dilatarbe lakangi oleh penduduk setempat karena , mereka mayoritas orang Sumatera (penduduk asli) dan bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa daerah, bahasa itu mereka sebut dengan istilah Bahasa Ogan (bahasa ibu penduduk Baturaja asli). Nama Ogan sendiri diambil dari nama sungai yang ada di Baturaja, yaitu sungai ogan. Kota Baturaja pun memiliki cerita tersendiri. Konon ada orang tua (sesepuh) yang setiap harinya mencari ikan di Sungai Ogan, pada saat mencari ikan itulah orang tua tersebut melihat ada bongkahan batu yang amat sangat besar dipinggir sungai. Orang tua tersebut terkejut dan menggumam dengan bahasa ogan. “ besaknyo batu ini cak rajo bae, apo ini rajonyo segalo batu” (artinya: besar sekali batu ini, seperti raja, apa ini rajanya semua batu).

Setelah saat itu banyak orang yang mengetahuinya, dan orang mengenalnya kota tersebut dengan nama Baturaja. Bongkahan batu itu sekarang ini sudah tidak terlihat seiring dengan semakin banyaknya masyarakat Baturaja yang sering datang ke Sungai, batu terebut habis terkikis oleh masyarakat setempat yang bermata pencaharian mencari batu dan pasir di sungai. Mereka terpaksa mengambil batu tersebut

karena semakin langkanya batu di sungai, yang telah habis diambil oleh para pencari batu .

Di pasar inilah para bakul kecil yang berasal dari beberapa desa yang berada di Baturaja berjualan atau melakukan transaksi. Selain bertransaksi di pasar itu pula masyarakat banyak belajar dan banyak mengetahui tentang dunia luar. Apa yang tidak mereka ketahui di rumah, mereka ketahui di pasar, karena selain berjualan mereka juga berinteraksi dengan orang-orang yang ada di pasar.

Awal mula berdirinya Pasar Pucok adalah karena adanya kebutuhan masyarakat yang berada di Baturaja. Pasar ini sudah ada sejak kira-kira tahun 1970 an. Pada waktu itu Pasar Pucok belum memiliki bangunan yang bersifat permanen dengan los-los yang berjumlah banyak, dan bakul-bakul yang ada pun hanya merupakan bakul-bakul kecil yang menjual keperluan sehari-hari, meliputi sayuran, bumbu dapur, buah-buahan dan sebagainya yang berasal dari hasil kebun sendiri, namun dari waktu-kewaktu Pasar Pucok mengalami kemajuan, dari sarana -prasarananya sampai pada pedagangnya. Hingga pada tahun 1993 pasar yang sudah semakin maju dan ramai penduduknya karena, penduduk Baturaja pun sudah semakin banyak dan dari semua desa yang ada rata -rata datang kepasar tersebut. Pasar Pucok kebakaran dan semuanya terbakar habis, dan kegitan jual beli pun sempat macet dan terhambat karena mau tidak mau lokasi dan bangunan yang ada harus

direnovasi. Akhirnya pasar pun direnovasi dan menjadi lebih bagus serta rapi hingga saat ini.

Adapun sejarah munculnya Pasar Pucok ini bermula dari seseorang yang berasal dari desa Kampung Baru yang berjualan di pinggir jalan. Pada waktu itu, dia hanya menjual sayuran dan buah-buahan yang merupakan hasil pertanian setempat. Hal ini kemudian diikuti oleh orang lain, dan lama -kelamaan tempat tersebut menjadi ramai oleh penjual atau bakul yang tidak hanya berasal dari satu desa saja. Namun kesemua bakul yang ada tersebut hanya merupakan bakul kecil ( pedagang kecil). Dengan semakin banyaknya bakul yang berjualan di tempat tersebut, mengakibatkan tempat yang ada dianggap kurang memadai lagi. Setelah beberapa tahun ( kurang lebih 6 tahun). Kemudian oleh pemerintah daerah Baturaja didirik an bangunan pasar yang permanen yang bertempat di tempat semula, karena tempat yang sudah ada dianggap tempat yang cukup strategis.

Sekarang dalam perkembangannya, Pasar P ucok merupakan sebuah pasar yang pe rmanen, artinya pasar yang memiliki prasarana fisik yang tetap. Bangunan fisik yang tersedia di Pasar Pucok berupa kios-kios dan los-los. Kios-kios-kios tersebut disewa oleh mereka yang berjualan agak besar dan mamp u. Sedangkan los- los yang ada dipakai oleh para bakul, namun demikian ba nyak juga para bakul-bakul kecil yang menata dagangannya di luar los, tapi di tempat yang sekiranya masih dapat dipakai untuk menata dagangannya dengan hanya dialasi terpal ataupun

karung-karung bekas saja (di pinggir-pinggir bangunan induk ). Bakul-bakul yang berjualan di pinggir-pinggir bangunan induk, biasanya mereka dalam berjualan barang dagangannya hanya diletakkan di atas tanah yang diberi alas ( di sebut bakul lesehan).

Berdasarkan tempat yang digunakan dalam menyajikan barang dagangan para pedagang di pasar dibedakan atas dua golongan, yaitu pedagang pasar dan pedagang kecil ( bakul cilik ). Pedagang pasar adalah mereka yang menjual barang dagangannya pada tempat-tempat yang telah ditetapkan sebagai tempat transaksi umum (los), sedangkan pedagang kecil

( bakul cilik) adalah mereka yang berjualan di luar los. Pedagang yang berasal dari desa Sumber Bahagia termasuk golongan yang kedua. Para wanita bakul ini berjualan di Pasar Pucok karena di desa mereka ( Sumber Bahagia ) tidak ada pasar, adanya hanya kalangan saja. Kalangan juga bisa disebut pasar, bedanya aktivitas yang sama dengan pasar ini hanya bisa dinikmati se tiap hari minggu saja (satu kali dalam seminggu).

Oleh karena itu mereka memilih berjualan ke Pasar Pucok. Wanita bakul yang berjualan di pasar tersebut hanya menjual barang dagangan dalam jumlah sedikit, baik yang berupa produksi sendiri seperti tempe, jajanan, ataupun yang berasal dari kulakan ( membeli dari orang lain untuk dijual lagi) seperti sayuran, bahan-bahan mentah dan sebagainya. Untuk lamanya waktu berdagang biasanya mereka

menghabiskan waktu sampai setengah hari. Mereka pulang apabila dagangan yang dibawa terjual habis. Dengan demikian, mereka tidak perlu seharian berada di pasar, sehingga mereka dapat mengurus rumah tangga. Sebelum pulang terlebih dahulu mereka berbelanja kebutuhan rumah tangga serta kebutuhan unutk persiapan perdagangan keesokan harinya, khususnya bagi mereka yang berjualan makanan jadi.

Demikian sedikit gambaran tentang Pasar Pucok, yang merupakan sebuah pasar dengan aktifitas perekonomian setiap hari, yaitu dari pagi hingga siang hari dan jenis komoditas yang diperjualbelikan, meliputi hasil pertanian seperti sayuran, buah-buahan (produksi lokal seperti pisang, pepaya, nanas dan sebagainya), bumbu dapur dan lain-lain. Setiap hari tidak kurang dari 300 orang pedaga ng yang melakukan aktivitas di Pasar P ucok, dan ada sebagian dari para bakul-bakul kecil itu berasal dari desa Sumber Bahagia .

Dokumen terkait