• Tidak ada hasil yang ditemukan

Loyalitas Kerja Karyawan Perempuan

TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.3 Eksistensi Karyawan Perempuan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero Unit Usaha Tinjowan

4.3.6 Loyalitas Kerja Karyawan Perempuan

Adapun Loyalitas kerja karyawan bisa dapat dikatakan baik dilihat dari minimnya kesalahan yang terjadi dan dilakukan karyawan saat bekerja. Tanggung jawab akan resiko masih dipegang teguh sama para karyawan perempuan dan laki-laki,pelaksana dan pimpinan setiap melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan proporsinya masing-masing. Kalau adapun kesalahan tapi dalam bentuk kecil dan resikonya pun kecil,dan tidak begitu menimbulkan kerugian yanng berari bagi perusahaan. Namun demikian para karyawan tetap bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab agar loyalitas bekerjanya pun meningkat. Hal lain terkait loyalitas kerja karena patokan upah atau gaji para karyawan berdasarkan golongan,jadi walau bagaimanapun itu otomatis terjadi pada para karyawan namun agar kenaikan tersebut dapat berjalan mulus dan sesuai dengan target pencapaian maka para karyawan harus bekerja dengan maksimal dan sebaik-baiknya.

Seperti yang diungkapkan oleh bapak Mirvan Ariza (28 tahun) selaku assisten SDM dan Umum Unit Usaha Tinjowan,sebagai berikut :

“...kalo karyawan diunit usaha Tinjowan ini,bisa dikatakan baik loyalitas bekerjanya dari pada jika harus dibandingkan dengan unit usaha lainnya..”

Dengan demikian para karyawan di Unit Usaha Tinjowan bekerja sesuai dengan bidang pekerjaannya,baik perempuan dan laki-laki dan sudah diatur perbagian kerjanya tersebut. Misalnya,pada bagian SDM dan Umum ada beberapa bidang pekerjaan,bagian tenaga kerja dan tanggungan,koordinasi surat menyurat keluar dan amsuk setiap hari,membuat laporan iuran jamsostek dan dapenbum,penggajian,pengarsipan,dan pekerjaan SDM dan Umum lainnya.

Hanya bagian kerja dilapangan yang sedikit terlihat kontras untuk pekerjaan laki-laki dan perempuan,misalnya untuk karyawan perempuan tidak untuk pekerjaan fisik seperti memanen hanya untuk pekerjaan pemeliharaan tanaman. Kalau dibagian kantor dan administrasi pekerjaan karyawan perempuan dan laki-laki sama yaitu berhubungan dengan pengarsipan,adiministrasi dan tata usaha. Untuk dipabrik tidak ada pekerja karyawan perempuan,dan karyawan perempuan tidak dipekerjakan untuk malam hari lain hal kerja tambahan seperti lembur. Seperti yang diuangkapkan oleh bapak Pardomuan S. (49 tahun) Selaku ketua SPBUN Basis Tinjowan dan Mandor 1 di afdeling IV,sebagai berikut :

“...kebetulan dan biasanya kalo perempuan itu kerjanya dibagian kantor dan kalo pun dilapangan dia dibagian pemeliharaan tanaman biasanya...”

Untuk perbedaan lainnya dalam hal tanggungan,bahwa perempuan tidak dapat menanggung dia hanya menanggung dirinya sendiri untuk karyawan perempuan. Ada syarat dan ketentuan yangg diberlakukan perusahaan untuk karyawan perempuan yang dapat menanggung,dengan alasan pokok seperti suami cacat tidak bisa bekerja dan adanya surat keterangan dari pemerintahan setempat. Namun selama ini,hanya baru

beberapa karyawan perempuan yang seperti itu,dan kebetulan karyawan disini suami-istri ada yang bekerja jadi karyawan istilahnya dua batu. Hal tersebut menentukan bahwa jika suami-istri bekerja menjadi karyawan,suami menanggung anak dan istrinya menanggung dirinya sendiri. Lain hal lagi jika suami karyawan dan istri bekerja sebagai PNS maka,suami akan menanggung dirinya sendiri,dan anak akan istri yang menanggung. Seperti penuturan ibu Chandra (53 tahun) guru SMP Yapendak Tinjowan sebagai berikut:

“...suami saya bekerja sebagai wiraswasta,saya tidak dapat menanggungnya dan anak saya. Saya hanya dianggap lajang dan menanggung diri saya sendiri. Yah,harapannya kalo bisa menanggung pinomat anaklah,apalagi untuk istri-istri yang bekerja tapi suaminya diswasta setidaknyakan meringankan beban. Tapi semua tetap telah saya syukuri alhamdulillah...”

Ditambahkan oleh penuturan ibu Mestika Hani (53 tahun) perawat di RS. Tinjowan : “...kalau kami karyawan perempuan disini itu dianggap lajang. Tidak bisa nanggung siapa-siapa. Kalo suami yang karyawan dia bisa nanggung anak dan istrinya. Jadi anak saya tanggung jawab suami,orang sayang tidak dapat menanggunggnya..”

Ibu Yatmi (55 tahun) selaku kepala sekolah Yapendak menambahkan bahwa : “...karyawan perempuan dan saya memang tidak bisa menanggung suami dan anak dan suamilah yang bertanggung jawab akan anak. Tapi kita tetap bekerja sama dan berkoordinasi dengan baik tidak mempersalahkan siapa yang menanggung ini dan itu. Kerja sama yang baiklah yang harus dilakukan...”

Sebenarnya bukan dan tidak perlu mempermasalahkan tanggungan dan siapa yang akan menanggung untuk bertanggung jawab untuk anak dan keluarga. Pilihan kerja menjadi karyawan perempuan dengan ketentuan tersebut seharusnya sudah dibicarakan terhadap suami selaku kepala rumah tangga,dan bekerja sama merupaka solusi dan upaya agar anak menjadi tanggungan bersama. Walaupun demikian maka suami dari istri yang

tidak bekerja sebagai karyawan harus bertanggung jawab dengan bekerja sama dengan istri yang menjadi karyawan perempuan agar terciptanya harmonisasi keluarga. Karyawan perempuan yang suaminya tidak bekerja sebagai karyawan biasanya bekerja sebagai PNS,wiraswasta atau berdagang dan bekerja lainnya. Dan demikian sebaliknya jika suami bekerja sebagai karyawan ada istri mereka yang bekerja sebagai PNS,maka dialah sebagai istri yang menanggung anaknya dan suami menanggung dirinya sendiri sebagai karyawan,ada yang berdagang dan wiraswasta dan sebagian besar sebagai ibu rumah tangga dan mengurus anak-anaknya.

Seperti diungkapkan bapak Tarmidi (48th) karyawan bagian pengamanan,yang istrinya bekerja sebagai Guru dan PNS :

“...tanggungan saya tidak ada. Istri saya yang menanggung dua anak saya karena dia guru PNS. Saya dianggap lajang,jadi karyawan.”

Hal serupa juga pada bapak Erwin Simangunsong juga,tidak menanggung karena istrinya menjadi seorang guru dan PNS. Alasan tersebut karena karyawan laki-laki tidak menanggung istri dan anaknya jika sang istri mendapatkan tanggungan dari pekerjaannya seperti PNS,maka dari itu karyawan laki-laki tersebut dianggap lajang dan tidak dapat menanggung anak dan istri.

Ringkasan penjelasannya sebagai berikut :

1. Suami sebagai karyawan dan istri tidak bekerja,menanggung anak sebanyak 3 orang dan seorang istri

2. Suami sebagai karyawan dan tidak menanggung anak dan istri,jika istri bekerja dan mendapatkan tanggungan. Jadi anak yang menanggung adalah istri

3. Istri sebagai karyawan dan tidak dapat menanggung suami dan anak,diangap lajang sebagai karyawan perempuan.

4. Istri sebagai karyawan dan dapat menanggung diatur dalam PKB,dengan syarat dan ketentuan yang diberlakukna PT. Perkebunan Nusantara IBV (persero) Unit Usaha Tinjowan.

5. Suami-dan istri bekerja sebagai karyawan,maka suami sebagai karyawan laki-laki yang menanggung anak,dan istrinya sebagai karyawan perempuan menanggung dirinya sendiri atau dianggap lajang.

Penjelasan informan karyawan perempuan informan 1 sampai dengan informan 6 merupakan karyawan perempuan yang menanggung dirinya sendiri. Sebagai berikut ; Informan 1 Ibu Jemina S. 54 tahun : mengambil alih tanggungan suami. single parent (janda). Suami karyawan pensiun meninggal dunia.

Informan 2 Ibu Mestika Hani, 52 tahun : menanggung dirinya sendiri. Suami wiraswasta. Informan 3 Ibu Juliana Ambarita, 46 tahun : menanggung dirinya sendiri. Suami karyawan.

Informan 4 Ibu Emna, 53 tahun : menanggung dirinya sendiri. (janda) suami karyawan pensiun meninggal dunia

Informan 5 Ibu Sri Rezeki,49 tahun : menanggung diri sendiri. Suami karyawan

Informan 6 ibu Chandra Utami,53 tahun : menanggung dirinya sendiri. Suami wiraswasta.

Informan karyawan laki-laki dan sistem tanggungan :

Informan 8, Bapak Supian : menanggung istri dan anaknya. ITB Informan 9, Bapak Suyono : menanggung istri dan anaknya. ITB

Informan 10, Bapak Tarmidi : menanggung diri sendiri. Istri guru (PNS) Informan 11, Bapak Erwinson S : menanggung diri sendiri. Istri Guru (PNS) Informan 12, Bapak Sujais : menanggung anak dan istrinya. ITB.

Intinya ada karyawan perempuan yang tidak dapat menanggung dan dianggap lajang,dan begitu juga ada karyawan laki-laki yang tidak menanggung karena istrinya bekerja sebagai PNS anak ditanggung istri.

4.3.7 Klasifikasi Informan Berdasarkan Indikator Eksistensi