IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Klaster Produks
1.1.1.1.9. LSM KAIL
LSM KAIL merupakan pihak yang berkepentingan melakukan pembinaan kelompok tani melalui kegiatan pembangunan kapasitas (capacity building). Salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh LSM KAIL adalah merehabilitasi kawasan hutan TNMB yang mengalami degradasi melalui penanaman tumbuhan obat hutan, pengembangan jaringan petani, pelatihan-pelatihan, koperasi, pembangunan industri jamu berbasis rumah tangga dan pemasaran hasil produksi petani ke luar daerah seperti Banyuwangi dan Bali. Luas kawasan yang harus direhabilitasi saat ini sebesar 2.733.5 hektar. Peranan LSM KAIL di lapangan sangat besar karena ikut mendirikan dan membina kelompok Tani Jaket Resi dan TOGA Sumber Waras di Desa Andongrejo, Curahnongko dan Curahtakir. Keberadaan LSM KAIL di lokasi penelitian sudah lebih dari 20 tahun.
1.1.1.1.10. Borek Kayu
Borek kayu merupakan pihak yang memanfaatkan peran blandong untuk memanen spesies tumbuhan yang memiliki manfaat ganda dan berpotensi sebagai bahan baku obat di masa depan, yaitu bayur dan suren, dari TNMB. Sebagian masyarakat desa di lokasi penelitian mengetahui bahwa kegiatan seorang Borek kayu adalah ilegal, tetapi aparat desa bersedia melindungi keberadaan Borek kayu di desanya. Hal ini terjadi karena Borek kayu dapat berkontribusi meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD) melalui retribusi yang dibayarkan Borek kayu.
1.1.1.2. Motivasi dan Persepsi Para Pihak
Motivasi dan persepsi para pihak dalam memanfaatkan tumbuhan obat dari TNMB dapat menggambarkan nilai kepentingan yang dimiliki oleh masing-masing pihak terhadap sumber daya tersebut. Semakin tinggi motivasi dan persepsinya maka tingkat kepentingan para pihak terhadap pemanfaatan tumbuhan obat juga semakin tinggi. Berdasarkan wawancara dengan para pihak, diperoleh hasil motivasi dan persepsi seperti yang ditampilkan ada Tabel 9.
Tabel 9. Motivasi dan Persepsi Para Pihak dalam Pemanfaatan Tumbuhan Obat
No. Para Pihak Persepsi Motivasi
1. BTN Meru Betiri Kelangsungan keanekaragaman hayati
Tugas sesuai UU 2 Disbunhut Kabupaten Jember Kelangsungan manfaat
sumberdaya hutan
Tugas sesuai UU 3 Jaket Resi Pendapatan cadangan jika
pendapatan utama menurun
Pendapatan keluarga 4. Pendarung Pendapatan utama Pendapatan keluarga 5. Pengepul Pendapatan cadangan jika
pendapatan utama menurun
Pendapatan keluarga 6. TOGA Sumber Waras Keanekaragaman hayati dan
nilai warisan
Pendapatan keluarga dan tambahan peluang ekonomi
7. Blandong Pendapatan dan kesejahteraan Pengikut 8. Perkebunan Bandealit Tingkat perhatian yang rendah
terhadap sumberdaya alam hutan
Manfaat ekonomi dari perkebunan
9. LSM KAIL Kelangsungan sumberdaya alam hutan
Perlindungan dan kesejahteraan bagi orang lain
10. Borek kayu Perdagangan kayu Manfaat ekonomi
1.1.1.3. Kepentingan dan Pengaruh Para Pihak
Nilai kepentingan, pengaruh dan kekuasan para pihak dalam pemanfaatan tumbuhan obat di TNMB dapat menunjukan posisi para pihak terhadap pihak yang lain. Analisis kategorisasi terhadap para pihak dilakukan menggunakan variabel kepentingan, pengaruh dan kekuasaan dengan mengambil nilai rata-ratanya kemudian dianalisis posisi masing-masing pihak pada kuadran analisis kategorisasi (Reed et al.
2009). Nilai masing-masing pihak berdasarkan variabel kepentingan, pengaruh dan kekuasaan disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai Kepentingan dan Pengaruh Para Pihak dalam Pemanfaatan Tumbuhan Obat
No. Para Pihak Skor Kepentingan Skor Pengaruh
1. BTN Meru Betiri 4.2 4.2 2 Disbunhut Kabupaten Jember 3.0 2.8 3 Jaket Resi 4.0 3.2 4. Pendarung 4.4 3.0 5. Pengepul 5.0 3.8
6. TOGA Sumber Waras 4.2 3.6
7. Blandong 3.2 1.6
8. Perkebunan Bandealit 3.0 1.4
9. LSM KAIL 4.4 3.8
10. Borek kayu 3.0 1.8
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 10 kemudian dibuat pemetaan kepentingan, pengaruh dan kekuasaan para pihak menggunakan analisis kategorisasi (Reed et al. 2009; Ackermann & Eden 2010; Nurrochmat et al. 2015). Pemetaan posisi para pihak berdasarkan variabel kepentingan, pengaruh dan kekuasaan akan terbagi dalam empat kuadran, yaitu sebagai key players, subjects, context setters dan crowd (Reed et al. 2009). Pemetaan posisi kepentingan-pengaruh pada para pihak dalam pemanfaatan tumbuhan obat di TNMB disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Pemetaan Posisi Kepentingan-Pengaruh Para Pihak dalam Pemanfaatan Tumbuhan Obat di TNMB
Pada Gambar 11 posisi para pihak dibagi menjadi dua yaitu sebagai key players dan sebagai subject.
1.1.1.4. Akses Para Pihak pada Tumbuhan Obat di Klaster Produksi
Menurut Ribot dan Peluso (2003), akses dapat mencerminkan hak kelola atas sumber daya alam di mana para pihak yang memiliki akses yang paling banyak biasanya akan memiliki kekuasaan yang paling besar untuk menentukan jenis pengelolaan sumber daya alam yang dikuasainya. Dalam kaitan dengan pemanfaatan tumbuhan obat di TNMB, terdapat 8 variabel akses yang diamati yaitu teknologi, kapital, market, tenaga kerja, pengetahuan, otoritas, identitas sosial dan negosiasi melalui relasi sosial. Variabel-variabel akses tersebut dihubungkan dengan permintaan para pihak terhadap tumbuhan obat sehingga permintaan tumbuhan obat dari TNMB digambarkan melalui fungsi aksesnya terhadap tumbuhan obat tersebut. Analisis terhadap permintaan tumbuhan obat hanya dilakukan pada pihak-pihak yang memiliki hubungan langsung dengan pemanfaatan tumbuhan obat di TNMB. Para
0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 BTN Meru Betiri Disbunhut Jember Jaket Resi Pendarung Pengepul
TOGA Sumber Waras Blandong Kebun Bandealit LSM Kail Borek Kayu LEGENDA: P E N G A R U H TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH K E P E N T I N G A N Subject Key players
Crowd Context setter
Analisis kategorisasi; Akses: Teknologi (-), Kapital (-), Pasar (+); Biaya-Manfaat: 1 – 9.19; Biaya Transaksi: Lump sum (ilegal); Natural insurance: Safety net & Stepping stone (rentan)
pihak yang kurang memiliki hubungan langsung dianalisis secara deskriptif. Variabel-variabel tersebut akses pemanfaatan tumbuhan obat oleh para pihak di TNMB dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Variabel Akses Pemanfaatan Tumbuhan Obat di TNMB
Para pihak X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 Yi BTNMB 1 285,30 0 16 291 0,50 0,62 4 0,00 DISBUNHUT 1 4000 413.831 4 10 0,50 0,50 3 202.460,00 JAKET RESI 1 1 3.300 5 9 0,15 0,70 23 1.650,00 PENDARUNG 1 40 0.624 5 11 0,15 0,90 1 336,25 PENGEPUL 1 0,1 12.3 2 2 0,05 0,30 1 3.500,00 TOGA 2 0,25 38.88 2 29 0,20 0,82 1 304,80 BLANDONG 1 0,06 46.295 5 1 0,10 0,50 1 241.481.481,24 BANDEALIT 2 1050 3.143.659 300 7 0,50 0,03 1 304.100,76 LSM KAIL 1 2733,50 200.000 11 10 0,50 0,60 5 0,00 BOREK 2 0,20 31.384 1 1 0,1 0,5 1 6.360,00
Analisis regresi yang digunakan terhadap 8 variabel akses pada klaster produksi di TNMB tidak dapat digunakan seluruhnya secara bersamaan. Hal ini terjadi karena jumlah variabel akses dibandingkan dengan jumlah para pihak yang terdapat di TNMB lebih besar. Oleh sebab itu, untuk melakukan analisis terhadap variabel akses dilakukan dengan cara memecah antara variabel akses yang berhubungan dengan akses terhadap kegiatan ekonomi, yaitu teknologi, kapital, market dan tenaga kerja serta variabel yang berhubungan kegiatan sosial seperti pengetahuan, otoritas, identitas sosial dan negosiasi melalui relasi sosial dianalisis secara deskriptif.
Software analisis regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS 2.2. Hasil yang diperoleh untuk variabel akses teknologi, kapital, market dan tenaga kerja yang dihubungkan dengan permintaan para pihak terhadap tumbuhan obat di TNMB disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Berganda antara Permintaan Tumbuhan Obat Terhadap Variabel Akses Ekonomi di TNMB
Korelasi Pearson Permintaan (D)
Teknologi Kapital Pasar Tenaga Kerja Permintaan (D) 1.000 -.265 .793 .888 -.216 Teknologi -.265 1.000 .148 .104 .009 Kapital .793 .148 1.000 .976 .106 Pasar .888 .104 .976 1.000 -.066 Tenaga Kerja -.216 .009 .106 -.066 1.000
Untuk mengetahui variabel akses yang mempengaruhi permintaan tumbuhan obat di TNMB maka dilakukan pengujian hipotesis pada tingkat tingkat α sebesar 0.05. Hasil uji F terhadap variabel akses disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Uji F Terhadap Variabel Akses Permintaan Tumbuhan Obat di TNMB
Model JK db RK F Sig
Regresi 34771441210.513 4 8692860302.628 454.067 0.002 Residual 38288881.432 2 19144440.716
Total 34809730091.945 6
Berdasarkan hasil uji F pada Tabel 13 diketahui bahwa α tabel lebih besar dari pada α hitung sehingga hipotesis nol (H0) ditolak. Untuk mengetahui varibel akses mana yang mempengaruhi permintaan terhadap tumbuhan obat di TNMB maka dilakukan pengujian secara bertahap terhadap variabel tersebut menggunakan uji-t pada tingkat α sebesar 0.025. Hasil uji bertahap terhadap variabel akses disajian pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Uji T-Student terhadap Permintaan Tumbuhan Obat di TNMB
Model Unstandardized Coefficient Standardized Coefficient B Standard Error B t Sig Konstanta 28496.102 7031.787 4.052 0.056 Teknologi -42828.360 3896.112 -274 -10.93 0.008 Kapital -87.096 8.443 -1.892 -10.316 0.009 Pasar 0.001 0.000 2.775 16.261 0.004 Tenaga Kerja 2490.575 572.966 0.170 4.347 0.049 Pada Tabel 14 terlihat bahwa akses terhadap teknologi, kapital dan pasar memiliki tingkat α yang lebih kecil dibandingkan α tabel sehingga hipotesis nol (H0) ditolak. Persoalan yang muncul kemudian adalah akses teknologi dan kapital memiliki nilai negatif, hanya akses terhadap pasar yang memiliki nilai positif. Hal ini berarti bahwa meskipun akses terhadap teknologi dan kapital berbeda nyata, tetapi penambahan satu satuan akses tersebut justru menurunkan permintaan terhadap tumbuhan obat di TNMB. Hal ini terjadi karena penggunaan teknologi maupun kapital di TNMB sesungguhnya masih dipengaruhi oleh variabel yang lain. Penggunaan alat-alat sederhana seperti pacul, arit, karung bahkan investasi para pihak pada tumbuhan obat masih berupa pekerjaan sambilan. Pekerjaan utama para pihak di TNMB terpusat pada pertanian. Variabel akses yang bernilai positif terletak pada akses terhadap pasar dan tenaga kerja. Berdasarkan analisis regresi linier berganda, maka model permintaan (Y) tumbuhan obat di TNMB yang dihubungkan dengan variabel akses teknolgi (X1), kapital (X2), pasar (X3) dan tenaga kerja (X4) menjadi
Y = 28496.102 – 42828.360X1 -87.096X2 + 0.001X3 + 2490.575X4 1.1.1.5. Biaya Manfaat, Biaya Transaksi dan Natural Insurance
Kegiatan pemanfaatan tumbuhan obat akan berlangsung dengan lancar apabila para pihak merasa mendapatkan nilai manfaat baik secara ekonomi maupun sosial. Dalam pemanfaatan tersebut juga terjadi sejumlah transaksi baik berupa pencarian informasi, perlindungan maupun biaya-biaya untuk mengelola kegiatan pemanfaatan
tumbuhan obat itu sendiri dalam bentuk program-program kesejahteraan sosial. Natural insurance (jaminan alam) merupakan gambaran mengenai kemampuan stakeholder untuk meningkatkan pendapatannya melalui pendapatan cadangan yang akan digunakan apabila dibutuhkan, misalnya untuk sekolah anak. Data mengenai biaya manfaat, biaya transaksi dan natural insurance disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Biaya Manfaat, Biaya Transaksi dan Natural Insurance No. Para Pihak Biaya
Manfaat Biaya Transaksi (Rp) Jaminan Alam (Rp/Tahun) Ad valorem
Lump sum Safety net Stepping stone
1. BTN Meru Betiri 1,00 - 28.562.500 Tidak ada Tidak ada 2. DISBUNHUT
Jember
ND ND ND Tidak ada Tidak ada
3. Jaket Resi 9,19 - 4.775.000 750.000 Tidak ada
4. Pendarung 7,09 - 211.783,33 Tidak ada 131.250
5. Pengepul 1,47 - 3.075.000 Tidak ada Tidak ada
6. Toga Sumber Waras
1,37 - 10.000.000 Tidak ada 7.066.666,67
7. Blandong 6,45 - 45.720.000 8.137.500 Tidak ada
8. Kebun Bandealit 2,58 - 15.000.000 1.120.000.000 Tidak ada
9. LSM KAIL 1,40 - 1.400.000 32.000.000 Tidak ada
10. Borek Kayu 1,77 - 1.500.000 Tidak ada Tidak ada
1.2. Klaster Layanan Kesehatan