• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI KETELADANAN SECARA UMUM

C. Macam-macam Keteladanan

Abdurrahman al-Nahlawi telah mengemukakan bahwa pola pengaruh keteladanan berpindah kepada peniru melalui beberapa bentuk, dan yang paling penting ada dua hal, yaitu pemberian pengaruh keteladanan langsung yang tak disengaja, dan pemberian pengaruh keteladanan langsung yang disengaja.

a. Pemberian Pengaruh Secara Langsung

Menurut Abdurrahman al-Nahlawi juga bahwa menjelaskan suatu pengaruh tersirat terhadap keteladanan yang mana akan menjadikan tindakan pada seseorang. Oleh sebab itu memiliki suatu sifat yang dapat mendorong orang lain supaya meniru dirinya, tentunya dalam keunggulan ilmu pengetahuan, kepemimpinan, atau pun ketulusan sebagainya. Pada setiap kondisi yang demikian itu, karena terjadi secara langsung tanpa

19 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, cet 1 (Jakarta:

Balai Pustaka 1995), 117-119.

disengaja dan ini berarti bahwa setiap orang dapat memiliki suatu yang dijadikan panutan oleh orang lain. Tentunya harus senantiasa mengontrol perilakunya, dan menyadari bahwa dia akan diminta pertanggung jawaban di hadapan Allah Subḥānahu wa ta‟ālā atas suatu perbuatan yang diikuti atau ditiru oleh orang-orang yang mengaguminya.20

b. Keteladanan secara sengaja

Dalam suatu pengaruh keteladanan hal langsung yang disengaja, contohnya; seorang pendidik menyampaikan suatu bentuk bacaan yang diikuti oleh anak didiknya, oleh seorang imam tersebut membaguskan shalatnya untuk mengajarkan shalat yang sempurna. Suatu Ketika berjihad, ada seorang panglima perang yang muncul di depan barisan untuk menyebarkan pengaruh ruh keberanian, serta pengorbanan yang tampil ke garis depan dalam diri para tentara. Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu

‟alaih wɑ sallɑm telah menggunakan sebuah teknik keteladanan langsung tersebut dalam berbagai kesempatan. Pada saat Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu

‟alaih wɑ sallɑm dalam mengajarkan shalat kepada kaum Muslim, beliau naik ke tempat yang tinggi sehingga bisa terlihat oleh semua orang.

Kemudian Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm bersabda yang artinya itu:

“Shalatlah kalian sebagaimana melihat aku bahkan bisa dikatakan, seluruh kehidupan Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm adalah penjelasan terhadap syariah Islam. Maka ketika Aisyah r.a. ingin menerangkan akhlak Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm dengan ungkapan terbaiknya“Akhlaknya adalah al-Qur‟an”21

20 Abdurrahman al-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, cet. IV (Jakarta: Gema Insani 2004), 265.

21 M.Rawwas Qal‟ahji, Biografi Nabi Saw “Menyibak Tabir Kepribadian Rasul Muhammad Saw” (Dharan: Mahabbah Pustaka, 1986), 168.

Berbagai contoh praktis keteladanan dalam perilaku-perilaku mulia yang diterapkan kepada anak-anak, dalam kehidupan dan pertumbuhannya di antaranya sebagai berikut:

a. Mendidiknya agar terbiasa berwudhu setiap kali bangun tidur, dan bukan hanya mencuci muka saja.

b. Mendidiknya agar terbiasa tidur segera setelah shalat isya. Tidak boleh dibiarkan terlambat tidur agar anak bisa bangun tepat waktu shalat shubuh.

c. Mendidiknya agar terbiasa menerima tamu.

d. Melatihnya agar bisa berbelanja berbagai kebutuhan rumahnya.

e. Membiasakannya untuk berjamaah shalat di masjid tepat pada waktunya.

f. Bila memiliki anak perempuan, maka harus dibiasakan untuk memakai hijab.

g. Membiasakan untuk melakukan puasa sunnah.

h. Membiasakan untuk makan dan minum dengan tangan kanan.22 Hal yang dapat memberikan suatu keteladanan dalam setiap proses pendidikan anak, maka sepatutnya seorang pendidik memperhatikan kelebihan dan kekurangannya ketika pada metode pendidikan tersebut itu.

Pada setiap penerapannya yang dijalankan dengan pertimbangan yang baik. Tentunya orang tua juga akan sangat berhati-hati dalam memberikan suatu percontohan dalam kehidupan sehari-hari. sebab tingkah lakunya tersebut dapat dilihat dan diperhatikan anak. Di antara kelebihan metode keteladanan, adalah:

22 Muhammad sa‟id Mursi, Melahirkan Anak Masya Allah, cet. I ( Jakarta:

Cendikia, 2001), 142.

1. Supaya dapat membiasakan seorang anak didik dalam mengajarkan suatu ilmu yang dipelajarinya.

2. Perlu mencontohkan untuk seorang pendidik dalam mengevaluasi hasil dalam belajarnya.

3. Tentunya tujuan seorang pendidikan juga harus terarah serta tertuju dengan maksimal yang baik.

4. Tentunnya keteladanan juga pada suatu lingkungan di sekolah, keluarga maupun dimasyarakat harus baik, maka akan tercipta situasi yang baik bagi seorang anak.

5. Dengan adanya hubungan harmonis antara pendidik dan peserta didik.

6. walau tidak langsung seorang pendidik memperoleh dalam menerapkan sebuah ilmu yang diajarkannya.

7. Sikap semangat pengajar juga yang akan mendorong supaya berbuat suatu kebaikan yang akan dicontoh.

Adapun suatu dari kekurangan dalam metode keteladanan ke satu, karena sikap yang dicontoh tidak baik, maka cenderung untuk mengikutinya tidak baik. Ke dua, sebab teori tanpa praktek akan berdampak kepada verbalisme. Suatu pengajaran anak dalam Islam tentunya hal yang sangat penting begitupun dalam lingkungan keluarga, karena suatu pengasuhan dan bimbingan orang tua terhadap anak didiknya dapat menyebabkan untuk memulai belajar, meniru dan mengamati perilaku orang-orang dewasa di sekitarnya. Untuk menjadikan suatu panutan bagi dirinya, sebab pada anak belum awalnya belum tentu terbentuk hal kemandiriannya dalam berpikir dan bersikap sehingga anak tersebut akan tumbuh dewasa.

Adapun dari Dr. Nashih Ulwan menurutnya dalam buku pendidikan anak dalam Islam. Beliau menyebutkan macam-macam keteladanan dari seorang pendidik yang disandarkan kepada Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm suatu teladan dalam segala aspek kehidupan di antara keteladanan dalam suatu ibadah, akhlak, kedermawanan, zuhud, tawadhu, pemaaf dan kemurahan hati, kecerdasan bersiasat, kekuatan fisik, siasat yang cerdik, serta keteguhan memegang prinsip.23

c. Keteladanan dalam ibadah

Suatu sikap teladan Nabi dalam bidang ibadah diriwayatkan dari al-Mughirah bin Syu‟bah bahwa Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm melakukan shalat malam sampai kaki beliau bengkak. Ketika dikatakan kepada beliau, bukankah Allah Subḥānahu wa ta‟ālā telah mengampunimu. Demikian hati Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm selalu terkait dengan Allah Subḥānahu wa ta‟ālā, beliau sangat menyenangi ibadah dan bermunajat. Bangun di malam hari untuk shalat, beliau menempati kedudukan tertinggi dalam ibadah dan melakukan semua perintah Allah Subḥānahu wa ta‟ālā berupa tahajud, ibadah, tasbih, dzikir dan doa. Menghiasi diri dengan amalan-amalan sunnah sebagaimana firman Allah Subḥānahu wa ta‟ālā dalam al-Qur‟an:24

وًب ٍدَّجىهىػتىػف ًلٍيَّلا ىنًمىك ىكَّل نةىلًفىنَّ ّ

هسىع ّ اندٍويمٍَّمَّ انماىقىم ىك بىر ىكىثىعٍػبَّػي ٍفىا ل ّ

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang Terpuji. (Qs. al-Isrā„/ 17: 79)25 Adapun halnya dalam sikap teladan orang tua suatu hal kebiasaan bagi anaknya untuk melaksanakan ibadah, sebab seorang anak dapat

23‟Abdūllah Nᾱshiḥ ‟Ulwᾱn, Pendidikan Anak dalam Islam, 518.

24 ‟Abdūllah Nᾱshiḥ ‟Ulwᾱn, Pendidikan Anak dalam Islam, 519-520.

25 Kementerian Agama R.I, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, 405.

mengamati sikap orang tuanya serta cenderung akan mengikuti aktivitas orang-orang dewasa disekitarnya .

d. Keteladanan Dalam Berakhlak

Suatu hal Keteladanan Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm adalah berakhlak serta memiliki hubungan dari setiap akhlak beliau yang mulia sebagai berikut:

1. Karena Keteladanan kedermawanan akan tampak dari suatu pribadi Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm seperti halnya dalam memberi tanpa akan takut miskin.

2. Keteladanan pada sifat zuhud, seperti halnya Abdullah bin Mas‟ud r.a berkata, aku masuk menjumpai Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm ketika beliau telah tidur di atas selembar tikar yang nampak di badan beliau yang mulia.

Adapun menurut Ibnu Jarir telah meriwayatkan bahwa Aisyah berkata, Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm tidak pernah merasakan kenyangnya sepotong roti gandum selama tiga hari berturut-turut semenjak beliau datang ke Madinah sampai beliau meninggal dunia.

kehendaki.

Karena Keteladanan seorang pengajar yang diajarkan oleh Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm dalam suatu sifat zuhud bukanlah berarti Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm itu miskin serta tidak memiliki makanan. Semestinya beliau ingin hidup mewah, bergelimangan kesenangan dunia beliau bisa melakukannya. Dunia itu pasti datang tunduk patuh kepadanya. Akan tetapi sebaliknya jika beliau menghendaki kehidupan yang zuhud dan menahan diri, karena beberapa tujuan berikut :

a. Suatu pembelajaran mengenai makna tolong menolong dengan sepenuh hati dan untuk mementingkan orang lain.

b. Sebab Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm karena keinginannya bahwa generasi setelahnya mengikuti kehidupan yang sederhana.

c. Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm pembelajaran terhadap orang-orang munafik, kafir dan yang memusuhi Islam bahwa beliau mengajak manusia bukan untuk menumpuk harta, melainkan hanyalah membawa pahala dari Allah semata.

e. Keteladanan dalam sifat tawadhu

Ketika orang-orang yang sezaman bersama Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu

‟alaih wɑ sallɑm bahwa beliau akan selalu memuliakan salam kepada para sahabatnya, dan selalu menghadapkan seluruh tubuhnya kepada orang yang berbicara kepadanya. Sebagaimana firman Allah:

ىٍيًْنًمٍؤيمٍلا ىنًم ىكىعىػبَّػتا ًنىمًل ىكىحاىنىج ٍضًفٍخاىك ّ

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman. (Qs.al-Syu‟arā / 26 : 215)26

f. Keteladanan Dalam Sifat Pemaaf Dan Kemurahan Hati

Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm telah mencapai tingkat tertinggi dari sifat pemaaf dan kerendahan hatinya. Oleh sebab itu beliau melawan orang-orang Arab yang sifatnya kasar, namun dengan kerendahan Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm disaat memperlakukan orang yang telah memarahinya tetapi beliau mendapatkan

26 Al-Qur‟an dan Tafsir, Jilid: 1 (Jakarta: Departemen Agama, 2009). 245

kemenangan, karena dari perlakuan beliau itu, terhadap penduduk Mekah yang sangat menyakiti, ketika menindas sampai mengusirnya dari Negerinya sendiri, serta telah menuduh sampai mengatakan kebohongan dan kepalsuan bahkan berniat akan membunuh rasul, namun dengan kemurahannya beliau itu nampak ketika penaklukan kota Mekah, saat pasukan kaum muslimin sudah memenuhi Mekah, karena dengan sifat pemaaf serta pemurah rasul itu meliputi seluruh penduduk Negeri. Sebab kebiasaan para pemimpin di muka bumi yang akan membunuh musuh-musuh yang telah merugikannya, namun apa yang dilakukan seorang Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm ketika mengumpulkan mereka dengan keamanan lalu mengatakan “pergilah, kalian bebas”. Tentu tidak mungkin beliau sampai mencapai derajat tertinggi dari suatu sifat kemurahan hatinya , sedangkan Allah Subḥānahu wa ta‟ālā telah menurunkan ayat-Nya:

ىٍيًْلًههٍلْا ًنىع ٍضًرٍعىاىك ًؼٍريعٍلًبِ ٍريمٍأىك ىوٍفىعٍلا ًذيخ

“Jadilah Engkau Pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.(Qs. al-A‟rāf / 8 : 199).

g. Keteladanan Dalam Bersiasat

Karena dengan keteladanan Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm tentang suatu kecerdasannya itu dalam bersiasat. Sebab beliau menjadi sebuah teladan pada siasatnya yang cerdik untuk semua kalangan baik mereka yang beriman kepadanya dan yang tidak, namun jika Nabi Muhammad ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm tidak disifati dengan suatu

kecerdasan bersiasat yang Allah Subḥānahu wa ta‟ālā menganugerahkan untuknya nabi pastilah beliau tidak dapat mampu dalam menegakan negara Islam di Madinah, dan juga tidak akan mampu membuat semenanjung Arab datang kepada beliau untuk menunjukan kecintaan dan loyalitas mereka, tentu mungkin beliau tidak menjadi teladan yang baik dalam bersiasat dan berinteraksi, sedangkan beliau menjadi pelaksana dari Tuhannya untuk bersiasat dan berinteraksi dengan sempurna. Perintah Allah Subḥānahu wa ta‟ālā kepada Nabi berikut ini:

ىتٍنًل ًهٌللّا ىنًٌم وةىٍحْىر اىمًبىف ٍميىلَ

ىكًلٍوىح ٍنًم اٍو ضىفٍػن ىلْ ًبٍلىقٍلا ىظٍيًلىغ اًّظىف ىتٍنيك ٍوىلىك ّ ّ

ًرٍمىٍلْا ًفِ ٍميىٍرًكاىشىك ٍميىلَ ٍرًفٍغىػتٍساىك ٍميهٍػنىع يفٍعاىف ًهٌللّا ىىلىع ٍلَّكىوىػتىػف ىتٍمىزىع اىذًاىف ّ

ىهٌللّا َّفًا ّ

ىٍيًْلًٌكىوىػتيمٍلا بًييُ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Qs. Āli- Imrān / 3: 159)

h. Keteladanan Memegang Prinsip

Karena dengan keteladanan seorang Rasulullah ṣɑllā Allᾱhu ‟alaih wɑ sallɑm memegang prinsip, karena memang sifat tersebut adalah salah satu akhlak yang mulia. Dalam keteguhan hati pamannya itu mungkin yang akan menyerahkan kepada kaum Quraisy dan menelantarkannya. lalu mengatakan sebagai pengemban risalah Islam yang abadi untuk menunjukan kepada dunia, bagaimana seharusnya teguh memegang keyakinan.

“Demi Allah wahai pamanku, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan ditangan kiriku, aku tidak akan pernah meninggalkan dakwah ini, Aku tidak akan meninggalkan sampai Allah menjadikannya menang atau aku binasa karenanya.”27

Lalu temannya itu berdiri sambil menangis tersedu-sedu, melihat tekadnya yang kuat dan keteguhannya dijalan dakwah sampai tidak peduli apapun yang terjadi, sang paman berkata, “pergilah wahai anak saudaraku”,katakanlah apa yang ingin engkau katakana , demi Allah, aku tidak akan pernah menyerah kamu selamanya.

27 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, 518.

37 BAB III BIOGRAFI A. Profil Buya Hamka

Hamka adalah julukan dari seorang penafsir indonesia, ia dibawa ke dunia di sebuah kota Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908.

Hamka juga seorang sastrawan Indonesia, sama seperti ulama‟ dan latihan politik juga. dia mungkin pergi ke sekolah kota hanya, selama tiga tahun sekolah ketat sebelumnya di Padang Panjang dan Parabek bukittinggi untuk waktu yang sangat lama. Terlepas dari itu, dengan berkat ini, ia dalam bahasanya dapat mendominasi bahasa Arab, yang dapat memiliki pilihan untuk melihat secara umum tulisan Arab, termasuk interpretasi dan komposisi barat. Mengikuti yayasan Muhammadiyah dimulai pada tahun 1928 dalam pandangan panjang. Awal tahun 1928, ia mengetahui tentang cabang Muhammadiyah di padang panjang.

1. Riwayat Hidup Hamka

Haji Abdul Malik Karim Amrullah juga seorang sastrawan Indonesia, Hamka menemukan julukan seperti Buya, itulah hal yang tersirat dari seruan individu Minangkabau yang mendapat dari kata ayah, abuya dalam metode Arab ayahku, atau individu yang dihormati. Ayahnya juga adalah seorang Syekh Abdul Karim Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Pembangunan Islah (tajdid) di Minangkabau, setelah kembali dari Makkah pada tahun 1906.1

Buya Hamka juga merupakan individu otodidak (terlatih sendiri) di berbagai bidang sains seperti cara berpikir, menulis, sejarah, humanisme dan masalah legislatif, baik Islam maupun Barat. Dengan kemampuan

1 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya (Yogyakarta: Kalam Mulia, 2009), 349.

Arabnya yang tinggi, ia memiliki pilihan untuk penelitian yang dibuat oleh peneliti dan seniman Timur Tengah yang signifikan, misalnya, Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, „Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti.2

Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang panjang pada tahun 1929. Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam Jakarta dan Universitas Muhammadiyah. Padang panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta dan tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).

Hamka merupakan sosok dari sebuah tokoh-tokoh pergerakan, ketika Hamka masih muda, juga telah melihat mendengar langsung pembahasan pemulihan dan pengembangan dari ayahnya dan sahabat ayahnya. Pada usia muda Buya Hamka dinyatakan disebut gelandangan atau tidak ada arah tujuan. Ayahnya bahkan memanggilnya “Si Bujang Jauh”. Pada 1924, dalam pada usia 16 tahun, ia pergi ke Jawa untuk mempertimbangkan latihan tentang perkembangan Islam lanjutan kepada H. Oemar Said Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo (Pengurus

2 Hamka, Kenang-kenangan Hidup (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), 24.

Muhammadiyah 1944-1952), RM. Surjopranoto (1871-1959), KH.

Fakhruddin (ayah KH. Abdur Rozaq Fakhruddin) pergi ke kursus pengembangan di Abdi Dharma Bekerja di Kecamatan Yogyakarta.

Setelah beberapa waktu di sana, Hamka pergi ke Pekalongan dan bertemu saudaranya dengan pernikahan, A.R. Sutan Mansyur, sekitar saat itu ia adalah pimpinan Muhammadiyah dari cabang Pekalongan. Di kota itu Hamka berkesempatan mengenal tokoh-tokoh lingkungan Muhammadiyah. Pada Juli 1925 Hamka kembali ke Padangpanjang dan dibantu membangun Tabligh Muhammadiyah di rumah ayahnya di lapangan, Padangpanjang. Sejak saat itu ke depan Hamka muda mulai bekerja dalam sebuah komunitas Muhammadiyah.

Dari perjalanan pendidikannya yang sangat singkat dapat diketahui bahwa Hamka memiliki semangat otodidak yang tinggi. Latar belakang kehidupannya yang nakal, cepat berubah ketika ia sadar hingga kemudian mampu mengubah jalan hidupnya yang suram terarah menjadi sosok yang perlu diteladani. Tercapainya hal ini tidak terlepas dengan peranan tokoh-tokoh yang meng-ilhami pemikirannya, karena dari merekalah Hamka mendapatkan pencerahan tentang konsep agama diluar yang selama ini dipahami sehingga ia dapat menerapkan ilmu-ilmu yang lebih mempunyai kecenderungan pandangan kepada peperangan terhadap keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan.

Hamka mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bid„ah, tarekat, dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majelis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi

Muhammadiyah, menggantikan S.Y Sutan Mangkuto pada 1946. Ia menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 Yogyakarta pada 1950.3

Latihan politik Buya Hamka pada tahun 1925, ketika ia masih menjadi individu dari kelompok ideologi Islam Sarekat. Pada tahun 1945, untuk membantu melawan kedatangan penjajah Belanda ke Indonesia.

Jika terjadi wacana dan pergi dengan latihan gerilya di backwoods di Medan. Pada tahun 1947, Buya Hamka ditunjuk sebagai Direktur Front Perlindungan Publik Indonesia.

Dan pada tahun 1955 Buya Hamka masuk Konsitusi melalui dengan partai Masyumi dan menjadi pembicara utama dalam pilihan raya umum.

Pada masa itulah pemikiran Hamka yang sering bertentangan dengan kerasnya sebuah politik tersebut. Dan adapun ketika partai-partai tersebut beraliran nasionalis dan komunis yang berkeinginan untuk Pancasila adalah sebagai dasar negara. Dalam wacana di Konstituen Kumpul-kumpul, Hamka untuk mengusulkan undang-undang pokok tentang Pancasila termasuk kalimat komitmen untuk melakukan syariat Islam, bagi para pengikutnya sebagaimana terkandung dalam perjanjian Jakarta.

Terlepas dari itu, alasan Hamka dengan tegas disyaratkan oleh sebagian besar individu dari Pertemuan Konstituen, termasuk Presiden Soekarno.

Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka dipenjarakan oleh Presiden Soekarno karena dituduh mendukung Malaysia. Semasa dipenjarakan, beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, Hamka diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional Indonesia, anggota

3 Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 227.

Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia. Pada tahun 1978, Hamka lagi-lagi berbeda pandangan dengan pemerintah. Pemicunya adalah keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef untuk mencabut ketentuan libur selama puasa Ramadhan, yang sebelumnya sudah menjadi kebiasaan. Perjalanan politiknya bisa dikatakan berakhir ketika Konsitusi dibubarkan melalui Dekrit Presiden Soekarno pada 1959. Masyumi kemudian diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Meski begitu, Hamka tidak pernah menaruh dendam terhadap Soekarno.

Idealisme Hamka kembali diuji ketika tahun 1980 Menteri Agama Alamsyah Ratu prawira negara meminta MUI mencabut fatwa yang melarang perayaan Natal bersama. Sebagai Ketua MUI,7 Hamka langsung menolak keinginan itu. Sikap keras Hamka kemudian ditanggapi Alamsyah dengan rencana pengunduran diri dari jabatannya. Mendengar niat itu, Hamka lantas meminta Alamsyah untuk mengurungkannya. Pada saat itu pula Hamka memutuskan mundur sebagai Ketua MUI.4 Hamka juga pernah menjadi pengawas Majalah Pedoman, Panji Masyarakat, dan majalah Gema Islam. Hamka juga menyampaikan karya-karya masuk akal Islam dan karya-karya menarik seperti buku dan cerpen. Karya masuk akal yang paling penting adalah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan di antara buku-bukunya yang memperoleh pertimbangan umum dan berubah menjadi bahan bacaan abstrak di Malaysia dan Singapura termasuk Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Keamanan Ka‟bah, dan Merantau Ke Deli. Serta dinamis dalam masalah ketat dan politik, Hamka adalah seorang penulis, esais, dan pengorbit. Sejak 1920-an, Hamka telah

4 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran kalam Tafsir al-Azhar: Sebuah Telaah Atas Pemikiran Hamka Dalam Teologi Islam (Jakarta: Permadani, 2003), 54.

menjadi penulis untuk beberapa surat berita, misalnya, Pelita Andalas, tangisan Islam, bintang, dan kemajuan Muhammadiyah. Pada tahun 1928 ia berubah menjadi manajer editorial penghibur majalah The Advancement Society. Pada tahun 1932, ia menjadi berwenang dan mendistribusikan majalah al-Mahdi di Makassar.

2. Intelektual Hamka

Hamka juga merupakan sosok yang berfungsi dalam segala pembangunan, misalnya, di bidang agama dan sosial dan politik, dalam isu pemerintahan Hamka dimulai pada tahun 1925 ketika ia berubah menjadi individu dari kelompok ideologis Sarekat Islam Pada tahun 1947, Hamka terpilih sebagai eksekutif Front Perlindungan Publik Indonesia. Selain dinamis dalam isu ketat dan politik, Hamka adalah seorang penulis, pengarang, pengawas dan penyalur. Sejak tahun 1920-an, Hamka telah menjadi penulis untuk beberapa makalah, seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, ia menjadi manajer majalah The Advancement Society. Pada tahun 1932, ia menjadi manajer editorial dan mendistribusikan majalah al-Mahdi di

Hamka juga merupakan sosok yang berfungsi dalam segala pembangunan, misalnya, di bidang agama dan sosial dan politik, dalam isu pemerintahan Hamka dimulai pada tahun 1925 ketika ia berubah menjadi individu dari kelompok ideologis Sarekat Islam Pada tahun 1947, Hamka terpilih sebagai eksekutif Front Perlindungan Publik Indonesia. Selain dinamis dalam isu ketat dan politik, Hamka adalah seorang penulis, pengarang, pengawas dan penyalur. Sejak tahun 1920-an, Hamka telah menjadi penulis untuk beberapa makalah, seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, ia menjadi manajer majalah The Advancement Society. Pada tahun 1932, ia menjadi manajer editorial dan mendistribusikan majalah al-Mahdi di

Dokumen terkait