• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Multiple Intelligence

2. Macam-macam Multiple Intelligence

Menurut Gardner dalam Suparno (2004 : 25) terdapat sembilan inteligensi yaitu : (1) inteligensi linguistik, (2) inteligensi matematis-logis, (3) inteligensi ruang, (4) inteligensi kinestetik-badani, (5) inteligensi musikal, (6) inteligensi interpersonal, (7) inteligensi intrapersonal, (8) inteligensi lingkungan/naturalis, dan (9) inteligensi eksistensial. Setiap inteligensi mempunyai ciri tertentu antara lain sebagai berikut :

a. Inteligensi linguistik

Menurut Suparno (2004: 26) Gardner menjelaskan inteligensi linguistik sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, siswa umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibanding dengan siswa lainnya (Umar, dkk, 2009: 12).

Menurut Campbel (2006: 12) orang yang memiliki kecerdasan linguistik yang bagus, memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) mendengar dan merespon setiap suara, ritme, warna dan berbagai uangkapan kata; (2) menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis dari orang lainnya; (3) belajar melalui menyimak, membaca, menulis, dan diskusi; (4) menyimak secara efektif, memahami, menguraikan, menafsirkan dan mengingat apa yang diucapkan; (5) membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan, dan mengingat apa yang telah dibaca; (6) berbicara secara efektif kepada berbagai pendengar, berbagai tujuan, dan mengetahui cara

berbicara secara sederhana, fasih, persuasif, atau bergairah pada waktu-waktu yang tepat; (7) menulis secara efektif, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, dan menggunakan kosakata yang efektif; (8) memperlihatkan kemampuan untuk mempelajari bahasa lainnya; (9) menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis dan membaca untuk mengingat, berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, mempengaruhi, menciptakan pengetahuan, menyusun makna, dan menggambarkan bahasa itu sendiri; (10) berusaha untuk mengingatkan pemakaian bahasanya sendiri; (11) menunjukkan minat dalam jurnalisme, puisi, bercerita, debat, berbicara, menulis atau menyunting; dan (12) menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru atau karya tulis orisinil atau komunikasi oral.

Sujiono dan Sujiono (2010: 57) mengungkapkan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan linguistik meliputi: (1) mengajak anak berbicara sejak bayi; (2) membacakan cerita atau dongeng yang bisa dilakukan sebelum tidur; (3) bermain huruf supaya anak dapat mengenal huruf sejak kecil; (4) merangkai cerita bergambar; (5) berdiskusi tentang berbagai hal; (6) bermain peran sesuai peristiwa apa yang sudah dialami anak; dan (7) ajak anak untuk bernyanyi dan menyimak lirik lagu berdasarkan lagu yang mereka dengarkan.

b. Inteligensi matematis-logis

Inteligensi matematis-logis adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, kepekaan pada pola logika, abstraksi, ketagorisasi, dan perhitungan (Suparno, 2004: 26). Gardner (dalam Campbel, 2006: 41) menjelaskan bahwa kecerdasan matematis-logis

mencakup 3 bidang yang saling berhubungan yaitu: matematika, ilmu pengetahuan (sains) dan logika. Siswa yang mempunyai inteligensi matematis-logis yang tinggi menyenangi berfikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Siswa ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berfikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki (Umar, dkk, 2009: 11).

Menurut Campbel (2006: 41) karakteristik orang yang memiliki inteligensi matematis-logis adalah sebagai berikut: (1) merasakan berbagai tujuan dan fungsi mereka dalam lingkungannya, (2) mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab dan akibat, (3) menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan secara nyata, baik obyek maupun konsep-konsep, (4) menunjukkan keterampilan pemecahan masalah secara logis, (5) memahami pola-pola dan hubungan-hubungan, (6) mengajukan dan menguji hipotesis, (7) menggunakan bermacam-macam keterampilan matematis seperti memperkirakan, perhitungan alogaritme, menafsirkan statistik, dan menggambarkan informasi visual dalam bentuk grafik, (8) menyukai operasi yang kompleks seperti kalkulus, fisika, pemograman komputer, atau metode penelitian, (9) berfikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti, memuat hipotesis, merumuskan berbagai model, mengembangkan contoh-contoh tandingan dan membuat argumen-argumen yang kuat, (10) menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah matematis, (11) mengungkapkan ketertarikan dalam karir-karir seperti akuntansi, teknologi komputer, hukum, mesin dan ilmu kimia, dan (12)

menciptakan model-model baru atau memahami wawasan baru dalam ilmu pengetahuan alam atau matematika.

Cara mengembangkan kecerdasan logis-matematis menurut Sujiono dan Sujiono (2010: 58) adalah sebagai berikut: (1) menyelesaikan puzzle; (2) mengenalkan geometri dengan cara menunjukkan bangun-bangun/ datar berwarna; (3) mengenalkan bilangan melalui nyanyian; (4) bermain tebak-tebakan angka; (5) pengenalan pola dengan cara menyusun atau mengurutkan; dan (6) memperbanyak pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika. c. Inteligensi Ruang-Visual atau Inteligensi Spasial

Menurut Gardner dalam Suparno (2004: 31) inteligensi ruang-visual atau inteligensi spasial adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat yang termasuk didalamnya kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan, menggambar suatu benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata. Orang yang berinteligensi ruang yang baik dapat dengan mudah membayangkan benda dalam ruang berdimensi tiga dan mengenal relasi benda-benda dalam ruang. Pendapat yang senada diungkapkan oleh Umar,dkk (2009: 13) kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan spasial merupakan hal yang menonjol pada jenis kecerdasan spasial. Siswa yang demikian akan unggul, misalnya dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan.

Adapun karakteristik orang yang memiliki kecerdasan spasial menurut Campbel (2006 : 107) adalah: (1) belajar dengan melihat dan mengamati, (2) mengarahkan dirinya pada benda-benda secara efektif dalam ruangan, (3) menggunakan gambar visual sebagai alat bantu di dalam mengingat informasi, (4) belajar dengan grafik atau melalui media-media visual, (5) menikmati gambar-gambar tak beraturan, (6) menikmati bentuk hasil tiga dimensi, (7) melihat hal atau benda dengan cara yang berbeda, (8) merasakan pola-pola yang lembut maupun rumit, (9) menciptakan gambaran nyata atau visual dari suatu informasi, (10) cakap dalam mendesain secara abstrak atau representasional, (11) mengekspresikan ketertarikan atau keahlian pada karir yang berorientasi visual, dan (12) menciptakan bentuk-bentuk baru dari media visual atau karya seni lain.

Pengembangan inteligensi spasial pada anak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) melatih anak mencorat-coret; (2) menggambar dan melukis; (3) membuat prakarya atau kerajinan tangan; (4) mengunjungi berbagai tempat guna memperkaya pengalaman visual anak; (5) melakukan permaian konstruktif dan kreatif; dan (6) mengatur dan merancang sesuatu (Sujiono dan Sujiono, 2010: 58)

d. Inteligensi kinestetik-badani

Menurut Gardner dalam Suparno (2004 :31) inteligensi kinestetik adalah kemampuan menggunakan bahasa tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Termasuk keterampilan koordinasi dan fleksibilitas tubuh. Orang yang mempunyai kecerdasan ini, dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Mereka mudah memainkan mimik, drama, dan peran.

Menurut Campbel (2006: 76) karakteristik orang yang memiliki inteligensi kinestetik yang baik akan: (1) menjelajahi lingkungan dan sasaran melalui sentuhan dan gerakan; (2) mengembangkan kerjasama dan rasa terhadap waktu; (3) belajar dengan terlibat secara langsung; (4) menikmati pengalaman secara konkrit; (5) menunjukkan keterampilan dalam menggerakkan suatu kelompok; (6) menjadi sensitif dan responsif terhadap lingkungan secara fisik; (7) mendemonstrasikan keahlian atau berakting; (8) mendesmonstrasikan keseimbangan, keterampilan, dan keteliltian dalam tugas-tugas fisik; (9) mempunyai keterampilan untuk memperbaiki segala sesuatu; (10) mengerti dan hidup dalam standar kesehatan fisik; (11) mengekspresikan ketertarikan dalam berkarir seperti seorang atlet, penari, dan pembuat gedung; dan (12) menemukan pendekatan baru dalam kemamuan fisik.

Sujiono dan Sujiono (2010: 59) mengungkapkan cara-cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan inteligensi kinestetik/badani adalah sebagai berikut: (1) menari; (2) bermain peran/drama; (3) latihan keterampilan fisik; dan ( 4) berolahraga.

e. Inteligensi musikal

Gardner dalam Suparno (2004: 32) menjelaskan inteligensi musikal sebagai kemampuan untuk mengambangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Termasuk kepekaan terhadap ritme, melodi, dan intonasi. Orang yang mempunyai inteligensi musikal akan dengan mudah mengungkapkan gagasannya dalam bentuk musik.

Adapun karakteristik orang yang memiliki inteligensi musikal yang dapat berkembang dengan baik menurut Campbel (2006: 147) sebagai berikut: (1)

mendengarkan dan merespon dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi; (2) menikmati dan mencari kesempatan untuk mendengarkan musik atau suara-suara alam ppada suasana belajar; (3) merespon musik baik secara kinestetik maupun secara estetik; (4) mengenali dan mendiskusikan berbagai gaya musik, aliran dan variasi budaya yang berbeda; (5) mengoleksi musik dan informasi mengenai musik dalam berbagai bentuk dan dapat memainkan alat musik; (6) mengembangkan kemampuan bernyanyi atau memainkan instrumen baik secara mandiri maupun kelompok; (7) menggunakan notasi musik; (8) mengembangkan referensi kerangka berfikir pribadi untuk mendengarkan musik; (9) menikmati improvisasi musik; (10) dapat memberikan interpretasi menurut pendapat pribadi mengenai komposer musik; (11) mengungkapkan ketertarikan untuk berkarir di bidang musik; dan (12) dapat menciptakan komposisi asli atau instrumen musik.

Menurut Sujiono dan Sujiono (2010: 60) terdapat beberapa cara yang dapat digunakan guna mengembangkan inteligensi musikal yaitu: (1) kembangkan pemahaman anak tentang musik; (2) buatlah kegiatan-kegiatan yang dapat dikembangkan dalam kecerdasan musikal; (3) berilah pengalaman empiris dan praktis terhadap karya yang dihasilkan anak; dan (4) ajak anak untuk menyanyikan lagu dengan syair sederhana dan irama serta birama yang mudah untuk diikuti.

f. Inteligensi interpersonal

Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intense, motivasi, watak, sikap orang lain (Suparno, 2004: 39). Secara umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan

kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Orang yang memiliki inteligensi yang tinggi biasanya sangat mudah bekerjasama dan berkomunikasi dengan orang lain.

Menurut Campbel (2006: 173) karakteristik orang yang memiliki inteligensi interpersonal yang bagus antara lain: (1) terikat dengan orang tua dan berinteraksi dengan orang lain; (2) membentuk dan menjaga hubungan sosial; (3) mengetahui dan menggunakan cara-cara yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain; (4) merasakan perasaan, pikiran, motivasi, tingkah laku dan gaya hidup orang lain; (5) berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif; (6) mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain; (7) memahami dan berkomunikasi secara efektif, baik secara verbal maupun nonverbal; (8) menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan grup yang berbeda; (9) menerima perspektif yang bermacam-macam dalam masalah sosial dan politik; (10) mempelajari keterampilan yang berhubungan dengan mediator; (11) tertarik pada karir yang berorientasi interpersonal seperti mengajar, pekerjaan sosial, konseling, manajemen atau politik; dan (12) membentuk proses sosial atau model yang baru.

Menurut Sujiono dan Sujiono (2010: 61) cara mengembangkan inteligensi interpersonal pada anak, yakni (1) mengembangkan dukungan kelompok; (2) menetapkan aturan tingkah laku; (3) memberi kesempatan bertanggung jawab di rumah; (4) bersama-sama menyelesaikan konflik; (5) melakukan kegiatan sosial di lingkungan; (6) menghargai perbedaan pendapat antar anak dengan teman sebaya; (7) menumbuhkan sikap ramah dan memahami keragaman

budaya lingkungan sosial; dan (8) melatih kesabaran dan menunggu giliran dengan berbicara serta mendengarkan pembicaraan orang lain terlebih dahulu. g. Inteligensi intrapersonal

Menurut Gardner (dalam Suparno, 2004: 40) inteligensi intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan diri sendiri dan kemampuan bertindak secara adaptatif. Orang yang memiliki inteligensi ini sadar akan tujuan hidupnya, mudah mengatur perasaan dan emosinya. Selain itu, ia juga mudah untuk berkonsentrasi dengan baik.

Menurut Campbel (2006: 203) inteligensi intrapersonal dapat berkembang dengan baik pada seseorang yang memiliki karakteristik seperti berikut: (1) sadar akan wilayah emosinya; (2) menemukan cara-cara dan jalan keluar untuk mengekspresikan perasaan dan pemikirannya; (3) mengembangkan model diri yang akurat; (4) termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan tujuannya; (5) membangun dan hidup dengan suatu sistem nilai agama; (6) bekerja mandiri; (7) penasaran tentang makna kehidupan, relevansi dan tujuannya; (8) mengatur secara kontinyu pembelajaran dan perkembangan tujuan personal; (9) berusaha mencari dan memahami pengalaman batinnya sendiri; (10) mendapatkan wawasan dalam kompleksitas diri dan eksistensi manusia; (11) berusaha untuk mengaktualisasikan diri; dan (12) memberdayakan orang lain.

Menurut Sujiono dan Sujiono (2010: 61) terdapat tujuh cara dalam mengembangkan inteligensi intrapersonal pada anak antara lain: (1) menciptakan citra diri positif; (2) memberikan gambaran citra diri yang baik pada anak; (3) ciptakan suasana serta situasi dan kondisi yang kondusif di

rumah dan di sekolah yang mendukung pengembangan kemampuan intrapersonal dan penghargaan diri anak; (4) berilah kegiatan anak yang dapat menuangkan isi hatinya dalam bentuk tulisan maupun gambar; (5) bercakap-cakap tentang kelemahan, kelebihan dan minat anak; (6) membayangkan diri di masa datang; dan (7) mengajak berimajinasi untuk menjadi satu tokoh dalam sebuah cerita.

h. Inteligensi lingkungan/naturalis

Menurut Gardner (dalam Suparno, 2004; 40) inteligensi lingkungan adalah kemampuan manusiawi untuk mengenal tanaman, binatang, dan bagian-bagian lain dari lingkungan seperti awan atau batu-batuan. Orang yang memiliki inteligensi lingkungan yang tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah, dapat berhubungan baik dengan alam, mudah membuat identifikasi dan klasifikasi tanaman dan binatang.

Sujiono dan Sujiono (2010: 62) menguraikan cara mengembangkan inteligensi lingkungan pada anak, yaitu: (1) memberi kesempatan kepada anak untuk mengetahui kemampuan yang ada pada dirinya; (2) membuat kegiatan-kegiatan yang mengikutsertakan anak pada lingkungan; (3) ajak anak untuk berkarya ke kebun binatang dan atau lingkungan yang lain.

b. Inteligensi eksistensial

Inteligensi eksistensial merupakan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia (Suparno, 2004: 41). Menurut Sujiono dan Sujiono (2010: 63) inteligensi eksistensial adalah kecerdasan dalam memandang makna dan hakikat kehidupan ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

berkewajiban menjalankan perintahnya dan menjauhi semua larangannya. Kesimpulan dari kedua definisi di atas adalah inteligensi eksistensial adalah kemampuan individu untuk memandang makna hidup.

Cara-cara untuk mengembangkan inteligensi eksistensial menurut sujiono dan Sujiono (2010: 63) adalah sebagai berikut: (1) memberikan teladan dalam bentuk nyatayang diwujudkan perilaku baik lisan maupun tulisan; (2) mengenalkan kegiatan keagamaan: (3) mengajarkan secara nyata kepada anak sikap toleransi kepada sesama sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Dokumen terkait