• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan media konvensional tematik kelas IV berbasis multiple intelligence - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan media konvensional tematik kelas IV berbasis multiple intelligence - USD Repository"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

MULTIPLE INTELLIGENCE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Risa Veti Perdani NIM: 101134173

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGEMBANGAN MEDIA KONVENSIONAL TEMATIK KELAS IV BERBASISMULTIPLE INTELLIGENCE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Risa Veti Perdani NIM: 101134173

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya.

2. Kedua orang tua saya, Suraji dan Rismiyati yang telah setia mendampingi, mendoakan, mencukupi kebutuhan kuliah, mendidik dan memberikan motivasi kepada saya hingga selesai kuliah.

3. Adik saya, Tamara Kusuma Riski yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada saya.

4. Kedua kakak sepupu saya, Yayan Wahyu Herawan dan Aris Wijanarko yang selalu memotivasi dan menginspirasi dalam hidup saya.

5. Andang Sidik Prasetya yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada peneliti.

(6)

v

HALAMAN MOTTO

“Menjadi yang berbeda itu lebih baik daripada menjadi yang sempurna, karena

kesempurnaan itu tidak dimiliki oleh manusia melainkan Tuhan YME”

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

Perdani, Risa Veti. (2014).Pengembangan Media Konvensional Tematik Kelas IV Berbasis Multiple Intelligence. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci : penelitian dan pengembangan, media pembelajaran konvensional,

multiple intelligence

Perubahan kurikulum mengakibatkan belum adanya media konvensional yang menunjang sesuai kurikulum 2013. Pencapaian tujuan kurikulum 2013 dapat dikembangkan denganmultiple inteligencemenurut teori Gardner. Pengembangan prototipe media konvensional tematik ini mengakomodasi multiple intelligence. Tujuan dari pengembangan media ini adalah untuk: (1) menghasilkan media konvensional tematik, (2) menilai kualitas prototipe media konvensional tematik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (reseach and development) dari Borg and Gall. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif berupa skor rentang skala 1 s.d 4 dan data kualitatif berupa komentar. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif kemudian dikonversikan ke data kualitatif dengan menggunakan skala Likert.

(10)

ix

ABSTRACT

Perdani, Risa Veti. (2014). The Development of Thematic Conventional in the Fourth Grade Based on Multiple Intelligence. Tesis. Yogyakarta: Primary Teacher School Education, Sanata Dharma University.

Keywords : research and development, conventional learning media, multiple intelligence

The effect of curriculum’s changing makes no conventional medium yet that appropiate with curriculum’s 2013. According to Gardner’s theory, goal achievement of curriculum’s 2013 can be developed with multiple intelligence. This development of conventional thematic prototype media accomodated

multiple intelligence. The Aim of this media development are: (1) to produce conventional thematic media, (2) to value conventional thematic prototype media.

This research is based on the development of Borg & Gall’s research. The technique of data collection is questionaires and interview. The datas are divided into quantitive and data qualitative. The quantitative data in scale 1 until 4 and the qualitative data resulted based on comments from respondents. The technique of analysis uses descriptive qualitative analysis which is converted into data uses Likert scale.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limapahan rahmatnya sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Media Konvensional Tematik Berbasis Multiple Intelligence dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya doa, bimbingan, bantuan, dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, dengan tulus perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD. 3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. selaku Wakaprodi PGSD.

4. Rumawan, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan kebijaksaan sejak awal penulisan hingga skripsi ini selesai.

5. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan kebijaksaan sejak awal penulisan hingga skripsi ini selesai.

6. Sunata, S.Pd, MM.M.Pd selaku Kepala SD Negeri Baran I Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah. 7. Suhartini, S.Pd, MM.M.Pd selaku Kepala SD Negeri Kerdonmiri I

Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

8. Jumbadi, S.Pd selaku Kepala SD Negeri Gelaran 2 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah. 9. Kedua orang tua saya, Suraji dan Rismiyati yang selalu memberikan kasih

(12)
(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identitas Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F..Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 6

G. Manfaat Pengembangan ... 7

H. Asumsi Keterbatasan Pengembangan... 8

I..Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Media Pembelajaran ... 10

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 10

2. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran ... 11

3. Ciri-ciri Media Pembelajaran ... 12

4. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 13

5. Fungsi Media Pembelajaran ... 14

6. Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran... 14

7. Faktor Pemilihan Media Pembelajaran... 15

(14)

xiii

B. Model Pembelajaran Terpadu ... 16

1. Hakekat Model Pembelajaran Terpadu ... 16

2. Ciri–ciri Pembelajaran Terpadu... 17

3. Model–model Pembelajaran Terpadu... 18

4. Pembelajaran Tematik (Webbed)... 18

a. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 18

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 19

c. Landasan Pembelajaran Tematik... 21

d. Manfaat Pembelajaran Tematik... 22

e. Kekuatan Model Pembelajaran Tematik ... 22

f. Kelemahan Model Pembelajaran Tematik ... 23

C. Multiple Intelligence ...23

1. PengertianMultiple Intelligence... 23

2. Macam-macamMultiple Intelligence... 25

3. KeunggulanMultiple Intelligence... 35

D. Kajian Penelitian yang Relevan ... 35

1. Penelitian Tentang Media Pembelajaran... 35

2. Penelitian Tentang Pembelajaran Tematik... 37

3. Penelitian TentangMultiple Intelligence... 38

E. Kerangka Berfikir... 39

F. Pertanyaan Penelitian ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian... 42

B. SettingPenelitian... 42

C. Rancangan Pengembangan... 43

D. Prosedur Pengembangan ... 46

E. Teknik Pengujian Instrumen ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data... 51

G. Instrumen Penelitian... 51

H. Teknik Analisis Data... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Penelitian ... 56

1. Kajian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar... 56

2. Data Hasil Analisis Kebutuhan ... 57

3. Produksi Media Konvensional Tematik Kelas IV BerbasisMultiple Intelligence ...59

(15)

xiv

Multiple Intelligence... 61

4. Hasil Validasi dan Revisi Produk ... 72

a. Data Hasil Validasi Ketiga Pakar per Item Pada Setiap Aspek .... 72

b. Data Hasil Validasi Pakar Pembelajaran Tematik ... 78

c. Data Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran ... 79

d. Data Hasil Validasi Guru Kelas IV ... 81

e. Revisi Produk ... 82

B. Pembahasan... 83

BAB V PENUTUP... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Keterbatasan Penelitian ... 90

C. Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(16)

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Literature Map dari Penelitian Terdahulu... 39 Bagan 3.1 Langkah-langkah Penggunaan MetodeResearch and Development... 46 Bagan 3.2 Tahap Pengembangan Media Konvensional Tematik Kelas IV Berbasis

(17)

xvi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Diagram Batang Skor Rata-rata per Aspek dari Hasil Penilaian Ketiga Pakar ... 74 Diagram 4.2 Diagram Batang Skor Rata-rata per Item Aspek Isi dari Hasil Penilaian

Ketiga Pakar... 75 Diagram 4.3 Diagram Batang Skor Rata-rata per Item Aspek Bahasa dari Hasil

Penilaian Ketiga Pakar... 76 Diagram 4.4 Diagram Batang Skor Rata-rata per Item Aspek Tampilan dari Hasil

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 12

Gambar 2.2 Jaringan TemaWebbed... 19

Gambar 4.1 Patung Profesi ... 62

Gambar 4.2 Kotak Penyimpanan Patung profesi ... 62

Gambar 4.3 Contoh Kartu Kewajiban Di Sekolah... 63

Gambar 4.4 Kotak Penyimpanan Kartu Flanel ... 64

Gambar 4.5 KartuFlashcard... 65

Gambar 4.6 Kotak Penyimpanan KartuFlashcard... 65

Gambar 4.7 Kartu Ciri Bangun Datar ... 66

Gambar 4.8 Kotak Penyimpanan Aneka Bangun Datar... 67

Gambar 4.9 Papan Permainan Monopoli Profesi... 68

Gambar 4.10 Kartu Profil Profesi ... 69

Gambar 4.11 Kartu Jajargenjang ... 69

Gambar 4.12 Kartu Trapesium... 70

Gambar 4.13 Kartu Bintang Bernilai 1 dan ½ ... 70

Gambar 4.14 Pion Permainan Monopoli Profesi ... 71

Gambar 4.15 Dadu Permainan Monopoli Profesi ... 71

(19)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk... 53

Tabel 3.2 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala Lima Menurut Widoyoko (2009: 238)... 54

Tabel 4.1 Kriteria Skor Skala Lima Menurut Widoyoko (2009: 238) ... 72

Tabel 4.2 Hasil Validasi Tiga Pakar per Item pada Setiap Aspek ... 72

Tabel 4.3 Hasil Validasi Pakar Pembelajaran Tematik... 78

Tabel 4.4 Komentar Pakar Pembelajaran Tematik dan Tindak Lanjut ... 79

Tabel 4.5 Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran... 80

Tabel 4.6 Komentar Pakar Media Pembelajaran dan Tidak Lanjut ... 81

Tabel 4.7 Hasil Validasi Guru Kelas IV ... 81

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Desain Produk... 94

Lampiran 2 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 105

Lampiran 3 Data Hasil Analisis Kebutuhan... 106

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian ... 112

Lampiran 5 Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian... 118

Lampiran 6 DataExpert Judgment... 120

(21)

1 PENDAHULUAN

Dalam bab I ini akan diuraikan (1) latar belakang masalah, (2) identifikasi masalah, (3) pembatasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian, (6) spesifikasi produk yang dikembangkan, (7) manfaat pengembangan, (8) asumsi dan keterbatasan pengembangan, dan (9) definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Penjelasan atas UU.RI.No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Majid, 2014) dikemukakan bahwa pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Berdasarkan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi dan tujuan.

(22)

terjadi perubahan sistem ketatanegaraan, maka dapat berakibat pada perubahan sistem pemerintahan dan sistem pendidikan, bahkan sistem kurikulum yang berlaku. Perubahan sistem kurikulum ini dialami pula di Indonesia. Kurikulum yang terakhkir diterapkan di sekolah adalah kurikulum KTSP. Kini kurikulum KTSP diperbaharui dengan kurikulum baru yang dikenal dengan kurikulum 2013.

Menurut Mohammad Nuh dalam Muzamiroh (2013: 111) kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dirancang sebagai upaya mempersiapkan generasi Indonesia 2045 yaitu tepatnya 100 tahun Indonesia merdeka, sekaligus memanfaatkan populasi usia produktif yang jumlahnya sangat melimpah agar menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana demografi. Kurikulum 2013 dilakukan dengan pendekatan berbasis sains, yaitu mendorong siswa agar mampu berfikir lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, menalar, dan mengakomodasikan dengan obyek pelajaran secara langsung yakni fenomena alam, sosial, seni, dan budaya (Muzamiroh, 2013). Mendikbud dalam Muzamiroh (2013: 133) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 lebih bersifat tematik integratif atau tematik terpadu yang berarti terdapat mata pelajaran yang akan terkait satu sama lain atau penggabungan mata pelajaran. Penggabungan mata pelajaran tersebut mengacu pada model pembelajaran tematik.

(23)

keterampilan sosial siswa, misalnya: kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Selama proses pembelajaran guru perlu menyadari bahwa keberhasilan belajar tidak hanya berupa nilai yang diperoleh dari sekolah, melainkan juga bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hal itu sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gardner (dalam Suparno 2004: 17) keberhasilan belajar siswa tidak hanya berhasil dalam menjawab tes IQ, namun juga mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang nyata dalam situasi yang bermacam-macam. Seorang siswa akan mudah menangkap materi yang disampaikan guru apabila materi tersebut disampaikan dengan mempertimbangkan kemampuan intellegensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Macam-macam inteligensi tersebut antara lain: (1) inteligensi linguistik, (2) inteligensi matematis-logis, (3) inteligensi ruang, (4) inteligensi kinestetik-badani, (5) inteligensi musikal, (6) inteligensi interpersonal, (7) inteligensi intrapersonal, (8) inteligensi lingkungan/naturalis, dan (9) inteligensi eksistensial.

Pencapaian tujuan pembelajaran tidak terlepas dari kegiatan belajar yang dilakukan siswa di dalam kelas dan fasilitas yang diberikan guru sebagai sarana dalam pembelajaran. Salah satu contoh fasilitas pembelajaran yang hendaknya digunakan guru dalam pembelajaran adalah media pembelajaran. Bringgs (dalam Sadiman 2010 : 6) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Dale (dalam Azhar 2011: 10) mengatakan bahwa media membantu siswa memahami materi yang disajikan secara abstrak dengan menggunakan indera yang mereka miliki selama proses pembelajaran.

(24)

sebagian besar guru di sekolah yang diteliti belum mengikuti pelatihan kurikulum 2013. Selain itu, semua guru dan kepala sekolah belum memahami model pembelajaran berbasis mulitiple intelligence. Sekolah belum menerapkan pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 sehingga belum memiliki perangkat pembelajaran kurikulum 2013 yang berbasis mulitiple intelligence. Yang dimaksud perangkat pembelajaran tersebut adalah: (1) bahan ajar, (2) Lembar Kerja Siswa (LKS), (3) media pembelajaran konvensional dan media ICT, dan (4) perangkat penilaian.

Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran pada kelas IV di SD Negeri Kledokan, Kelurahan Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta tanggal 8 Februari 2014 menyatakan bahwa proses kegiatan belajar mengajar (KBM) belum menerapkan kurikulum 2013. Kegiatan belajar dilaksanakan secara tradisional menggunakan papan tulis sebagai media untuk membantu guru menyampaikan materi pelajaran sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukan eksplorasi lingkungan sekitar. Metode ceramah yang digunakan guru hanya mengakomodasi inteligensi linguistik sehingga siswa yang memiliki inteligensi lain sulit untuk mengembangkan inteligensi yang dimilikinya. Oleh sebab itu, diperlukan pengembangan media pembelajaran tematik berbasis mulitiple intelligence untuk membantu siswa memahami materi pelajaran sesuai inteligensi yang dimilikinya.

(25)

Pengakomodasian teori multiple intelligence pada media konvensional ini akan membantu siswa belajar dengan mengoptimalkan inteligensi yang dimilikinya sehingga siswa dapat belajar secara bermakna serta dapat mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah hidup sehari-hari.

B. Identifikasi Masalah

1. Kurangnya pemahaman guru tentang kurikulum 2013, model pembelajaran tematik terpadu, serta perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

2. Belum adanya media konvensional tematik yang mengakomodasi multiple intelligence .

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diberikan supaya penelitian dapat terarah dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti membatasi hal-hal sebagai berikut :

1. Materi yang disajikan dengan bantuan media konvensional tematik berbasis

multiple intelligence merupakan materi sub tema 1 tentang Jenis-jenis Pekerjaan untuk siswa kelas IV semester 1.

2. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah media konvensional tematik berbasis multiple intelligence yang meliputi patung profesi, papan flanel,

flashcard, aneka bangun datar, dan monopoli profesi. D. Rumusan Masalah

(26)

1. Bagaiamana cara pengembangan prototipe media konvensional tematik berbasis

multiple intelligence untuk siswa kelas IV SD semester 1 pada materi sub tema 1 tentang Jenis-jenis Pekerjaan?

2. Bagaimana kualitas prototipe media konvensional tematik berbasis mulltiple intelligence yang dikembangkan berdasarkan ahli pembelajaran, ahli media, dan guru kelas IV meliputi aspek isi, bahasa, dan tampilan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui cara pengembangan prototipe media konvensional tematik berbasis

multiple intelligence untuk siswa kelas IV SD semester 1 pada materi sub tema 1 tentang Jenis-jenis Pekerjaan.

2. Mengetahui kualitas prototipe media konvensional tematik berbasis multiple intelligence yang dikembangkan berdasarkan ahli pembelajaran, ahli media, dan guru kelas IV meliputi aspek isi, bahasa, dan tampilan.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang akan dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut ini:

1. Media konvensional pembelajaran tematik berbasis multiple intelligence

memuat materi sub tema 1 tentang Jenis-jenis Pekerjaan mengacu pada kurikulum 2013.

2. Media konvensional pembelajaran tematik berbasis multiple intelligence yang dikembangkan meliputi: patung profesi, papan flanel,flashcard, aneka bangun datar, dan monopoli profesi.

(27)

4. Media papan flanel berisikan materi mengenai hak dan kewajiban seorang pekerja. Siswa diharapkan mampu membedakan hak dan kewajiban pekerja. 5. Media flashcard berisikan bermacam-macam gambar jenis pekerjaan, tempat

bekerja, kondisi geografis, dan barang yang dihasilkan oleh suatu jenis pekerjaan. Siswa diharapkan mampu membedakan jenis-jenis pekerjaan berdasarkan kondisi geografis dan barang yang dihasilkan.

6. Media aneka bangun datar berisikan berbagai macam bangun datar meliputi: segitiga, persegi, persegi panjang, dan lingkaran. Siswa diharapkan mampu mengenal sifat-sifat bangun datar dan menghitung keliling dan luas.

7. Media monopoli profesi terdiri dari papan monopoli profesi, kartu identitas pekerjaan, kartu jajar genjang dan trapesium, bintang, dadu, dan pion.

8. Media monopoli profesi dilengkapi dengan pertanyaan tentang jenis pekerjaan dengan mangakomodasi sembilan jenis kecerdasan.

9. Media konvensional pembelajaran tematik berbasis multiple intelligence

mengembangkan sembilan jenis kecerdasan siswa meliputi: (1) inteligensi linguistik, (2) inteligensi matematis-logis, (3) inteligensi ruang, (4) inteliensi kinestetik, (5) inteligensi musikal, (6) inteligensi interpersonal, (7) inteligensi intrapersonal, (8) inteligensi naturalis, dan (9) inteligensi eksistensial.

G. Manfaat Pengembangan

Pengembangan media konvensional tematik berbasis multiple intelligence yang dilakukan oleh peneliti memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Bagi peneliti

(28)

jenis-jenis pekerjaan kelas IV SD dalam penelitian dan pengembangan atau

Research and Development (R&D).

2. Bagi guru

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman bagi guru-guru SD untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna serta dapat mengembangkan berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh siswa melalui penggunaan media konvensional tematik berbasismultiple intelligence pada kelas IV sub tema 1 Jenis-jenis Pekerjaan.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat menambah bahan bacaan dan referensi terkait dengan media konvensional tematik berbasis multiple intelligence di kelas IV SD.

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1. Asumsi Pengembangan

Pengembangan media konvensional pembelajaran tematik berbasis multiple intelligence perlu dikembangkan bagi sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 yang dilaksanakan secara tematik dengan mengakomodasimultiple intelligence.

2. Keterbatasan Pengembangan

a. Pengembangan media konvensional tematik berbasis multiple intelligence ini terbatas pada kelas sub tema 1 tentang Jenis-jenis Pekerjaan.

b. Pengembangan media konvensional tematik berbasis multiple intelligence ini terbatas pada tahap revisi produk berdasarkan hasil validasi ahli.

I. Definisi Operasional

(29)

2. Media adalah segala sesuatu yang membantu pengirim pesan mengirimkan pesan kepada penerima pesan.

3. Pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran.

4. Multiple intelligence adalah inteligensi ganda yang dikemukakan oleh Howard Gardner yakni inteligensi linguistik, inteligensi matematis-logis, inteligensi ruang, inteligensi kinestetik-badani, inteligensi musikal, inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, inteligensi lingkungan/naturalis, dan inteligensi eksistensial.

5. Patung profesi adalah gambar dalam papan yang dapat berdiri.

6. Papan flanel adalah sebuah papan yang digunakan untuk menempelkan sesuatu. 7. Flashcard adalah kumpulan beberapa kartu yang berisi gambar.

8. Aneka bangun datar adalah kumpulan berbagai jenis bangun datar meliputi persegi, persegi panjang, dan segitiga.

(30)

10

LANDASAN TEORI

Dalam bab II ini akan membahas mengenai (1) kajian pustaka, (2) kajian penelitian yang relevan, (4) kerangka berfikir, dan (5) pertanyaan-pertanyaan penelitian.

A. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media

Menurut Sadiman (2010 : 6) kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari katamedium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Bringgs (dalam Sadiman 2010 : 6) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Contohnya seperti buku, film, kaset, dan film bingkai. Rumumpuk (dalam Sumantri, 2001 : 153) mendefinisikan media sebagai setiap alat, baik

hardware maupun softwareyang diperlukan sebagai media komunikasi dan yang tujuannya meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran tersebut.

(31)

2. Landasan Teoritis Penggunaan Media

Menurut Bruner (dalam Azhar, 2011: 7) ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu: (a) pengalaman langsung (enactive), (b) pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan (c) pengalaman abstrak (symbolic).

a. Pengalaman langsung (enactive) adalah tahap mengerjakan, yaitu dengan menggunakan benda nyata secara langsung. Sebagai contoh, kata “simpul”

mempunyai makna bahwa siswa akan secara langsung menggunakan tali untuk membuat tali simpul.

b. Pengalaman pictorial/gambar (iconic) merupakan tahap pengilustrasian benda

dengan menggunakan gambar, video, foto, atau lukisan. Kata “simpul” dapat

disajikan dalam bentuk gambar, video, foto, atau lukisan sehingga siswa dapat belajar mempelajari dan memahami tali simpul melalui gambar, video, foto, atau lukisan tersebut.

c. Pengalaman abstrak merupakan tahap pencocokan mengenai apa yang dilihat atau didengar oleh siswa dengan gambar atau melalui pengalaman langsung.

Apabila siswa mendengar kata “simpul” maka secara abstrak ia akan memiliki gambaran mengenai tali simpul dengan menghubungkan pengalaman langsung dan gambar ilustrasi.

(32)

penciuman dan peraba (Azhar, 2011: 10). Adapun gambar kerucut pengalaman Dale adalah sebagai berikut :

Gambar: 2.1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale.

Kerucut pengalaman Dale diatas merupakan elaborasi yang dirinci dari konsep tiga tingkatan yang dikemukakan oleh Bruner. Hasil belajar diperoleh mulai dari pengalaman langsung, benda tiruan, sampai kepada lambang verbal. Semakin tinggi puncak kerucut maka media juga semakin abstrak.

3. Ciri-ciri Media

Gerlach dan Ely (dalam Azhar, 2011: 12) mengungkapkan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu untuk melakukannya. a. Ciri Fiksatif

(33)

b. Ciri Manipulatif

Ciri manipulatif merupakan rekayasa suatu kejadian yang memiliki durasi waktu yang lama menjadi peristiwa yang digambarkan menjadi sebentar sehingga memungkinkan untuk ditampilkan kepada siswa dalam pembelajaran.

c. Ciri Distributif

Ciri distributif merupakan pendistribusian suatu kejadian atau peristiwa pada suatu ruang sehingga dapat digunakan dalam waktu dan tempat yang berbeda secara bersamaan.

Pengembangan media konvensional pembelajaran tematik berbasis multiple intelligenceditekan pada ketiga ciri di atas. Ciri fiksatif tampak pada penggunaan media yang menampilkan kembali suatu kejadian dan ciri manipulatif tampak pada penggunaan gambar-gambar yang mencerminkan berbagai jenis pekerjaan dan kegiatannya. Sedangkan ciri distributif tampak pada penggunaan media yang dapat digunakan dalam waktu dan tempat yang berbeda.

4. Jenis-jenis Media

(34)

5. Fungsi Media

Levie dan Lentz (dalam Azhar, 2011: 17) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:

a) Fungsi Atensi

Fungsi atensi media merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada materi pembelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pembelajaran.

b) Fungsi Afektif

Fungsi afektif dapat digunakan untuk membangkitkan emosi dan sikap siswa yang timbul melalui penggunaan media pembelajaran terhadap materi pembelajaran.

c) Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif dapat digunakan untuk memudahkan penerimaan pesan atau materi pembelajaran kepada siswa sehingga memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran.

d) Fungsi Kompensatoris

Fungsi kompensatoris adalah untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami materi pembelajaran yang disajikan secara verbal. 6. Prinsip Pemilihan Media

Pemutusan penggunaan suatu media tertentu dalam proses belajar mengajar hendaknya perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip dan faktor-faktor yang dalam pemelihan suatu media. Menurut Sumantri (2001: 156) prinsip-prinsip pemilihan media tersebut, yaitu :

(35)

b) Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa;

c) Memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru, baik dalam pengadaan maupun penggunaannya;

d) Memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat;

e) Memilih media harus mamahami karakteristik dari media itu sendiri 7. Faktor Pemilihan Media

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media menurut Sumantri (2001: 156) adalah:

a) Objektivitas, artinya pemilihan media hendaknya memperhatikan kegunaan dan relevansinya dengan materi pelajaran dan karakter siswa;

b) Program pembelajaran, artinya pemilihan media harus disesuaikan dengan program pembelajaran yang akan dilakukan karena tidak semua media dapat digunakan untuk semua program pembelajaran;

c) Situasi dan kondisi, artinya pemilihan media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dalam kegiatan belajar mengajar seperti metode pembelajaran, materi pembelajaran serta lingkungan sekolah dan kelas;

d) Kualitas teknik, yaitu kesiapan operasional media sebelum digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

(36)

8. Manfaat Media

Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Azhar, 2011: 24) mengemukakan manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu:

a) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

b) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-semata menggunakan

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga;

d) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

B. Model Pembelajaran Terpadu

1. Hakikat Model Pembelajaran Terpadu

(37)

Menurut Ujang Sukandi (dalam Trianto, 2011: 7) pembelajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Prastowo (2013: 106) mengungkapkan pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik dalam intra pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu merupakan model pembelajaran yang menggabungkan beberapa materi pelajaran dalam suatu tema sehingga siswa dapat belajar secara menyeluruh dan bermakna.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu

Menurut Depdikbud (dalam Trianto 2011: 165), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu: (a) holistik, (b) bermakna, (c) otentik, dan (d) aktif.

a. Holistik

Kejadian atau peristiwa dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus atau menyeluruh sehingga membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada dalam kehidupan mereka.

b. Bermakna

(38)

c. Otentik

Pembelajaran terpadu memungkinkan pemahaman prinsip dan konsep kegiatan belajar secara langsung sehingga siswa dapat menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya.

d. Aktif

Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus belajar.

3. Model-model Pembelajaran Terpadu

Fogarty (dalam Hernawan, dkk, 2009: 1.21) mengemukakan bahwa terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4)

sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10)networked.

Penelitian ini menggunakan model webbed atau tematik terpadu sebagai model dalam pembelajaran. Alasannya, model webbed atau tematik terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

4. Pembelajaran Tematik (Webbed) a. Pengertian Pembelajaran Tematik

(39)

pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 4). Sedangkan menurut Trianto (2007: 45) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran.

Contoh atau ilustrasi model pembelajaran tematik seperti yang ditunjukkan dengan gambar sebagai berikut:

Gambar : 2.2. Jaringan TemaWebbed

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai sebuah model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakterik-karakteristik. Menurut Depdiknas (2006: 6) karakteristik-karakteristik tersebut antara lain:

1) Berpusat pada siswa

(40)

2) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Pengalaman langsung menghadapkan siswa pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untum memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Pemisahan antar mata pelajaran dalam pembelajaran tematik tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat dengan kehidupan siswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran sehingga siswa mampu memahami konsep-konsep secara utuh. Penyajian konsep yang seperti ini dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat fleksibel dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan pelajaran yang lain, bahkan mengaitkannya dengan lingkungan yang dekat dengan siswa.

6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

(41)

c. Landasan Pembelajaran Tematik

Menurut Depdiknas (2006: 5) landasan pembelajaran tematik mencakup 3 hal yaitu, landasan filosofis, psikologis, dan yuridis. Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progesivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah, dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau pembentukan manusia. Manusia membangun pengetahuannya melalui interaksi dalam objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari seorang guru kepada siswa melainkan interpretasi masing-masing siswa itu sendiri. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan, potensi, dan motivasi yang dimilikinya.

Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan psikologi perkembangan siswa dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama untuk menentukan materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana materi pembelajaran tematik disampaikan kepada siswa dan bagaiamana pula siswa harus mempelajarainya (Depdiknas, 2006).

(42)

di Sekolah Dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap siswa pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V pasal 1-b) (Depdiknas, 2006).

d. Manfaat Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat, yaitu: (1) penggabungan beberapa kompetensi dasar, indikator, dan materi pelajaran akan menghemat waktu karena tidak akan terjadi tumpang tindih materi atau bahkan dapat dikurangi atau dihiangkan, (2) siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab materi pelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, (3) pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa memperoleh pengertian mengenai proses dan materi tidak terpecah-pecah, dan (4) dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat (Depdiknas, 2006: 6).

e. Kekuatan Model Pembelajaran Tematik

(43)

mata pelajaran dan topik diajarkan secara logis dan alami; (3) mengajarkan siswa untuk belajar berbagai aspek kehidupan; (4) guru dapat membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang; (5) memfokuskan proses belajar dibanding hasil belajar; (6) berpusat pada siswa; dan (7) membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide sehingga meningkatkan pemahaman. Beberapa kekuatan diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran tematik mengembangkan keterampilan proses seorang siswa dalam pembelajaran.

f. Kelemahan Model Pembelajaran Tematik

Kelemahan model pembelajaran tematik dapat dilihat dari enam aspek menurut Trianto (2009: 90) adalah sebagai berikut:

1) Aspek pendidik

Guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik harus memiliki wawasan yang luas dan memiliki berbagai informasi dari berbagai pengetahuan. Apabila hal tersebut tidak dimiliki oleh seorang guru, maka pembelajaran akan sulit terwujud.

2) Aspek peserta didik

Pembelajaran akan sulit terwujud apabila siswa harus memiliki kemampuan akademik dan kratifitas yang baik agar mampu menganalisis, menemukan, dan menghubungkan konsep.

3) Aspek sarana dan sumber pembelajaran

(44)

4) Aspek kurikulum

Guru perlu diberi kewenangan untuk mengembangkan materi, metode, dan penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik

5) Aspek penilaian

Menuntut guru untuk menyediakan teknik dan prosedur panilaian dan pengukuran yang komprehensif.

6) Aspek suasana pembelajaran

Pengajaran sebuah tema cenderung menekankan atau mengutamakan gabungan materi sesuai dengan selera, pemahaman, dan latar belakang pendidikan guru.

C. Multiple Intelligence

1. PengertianMultiple Intelligence

(45)

2. Macam-macamMultiple Intelligence

Menurut Gardner dalam Suparno (2004 : 25) terdapat sembilan inteligensi yaitu : (1) inteligensi linguistik, (2) inteligensi matematis-logis, (3) inteligensi ruang, (4) inteligensi kinestetik-badani, (5) inteligensi musikal, (6) inteligensi interpersonal, (7) inteligensi intrapersonal, (8) inteligensi lingkungan/naturalis, dan (9) inteligensi eksistensial. Setiap inteligensi mempunyai ciri tertentu antara lain sebagai berikut :

a. Inteligensi linguistik

Menurut Suparno (2004: 26) Gardner menjelaskan inteligensi linguistik sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, siswa umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibanding dengan siswa lainnya (Umar, dkk, 2009: 12).

(46)

berbicara secara sederhana, fasih, persuasif, atau bergairah pada waktu-waktu yang tepat; (7) menulis secara efektif, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, dan menggunakan kosakata yang efektif; (8) memperlihatkan kemampuan untuk mempelajari bahasa lainnya; (9) menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis dan membaca untuk mengingat, berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, mempengaruhi, menciptakan pengetahuan, menyusun makna, dan menggambarkan bahasa itu sendiri; (10) berusaha untuk mengingatkan pemakaian bahasanya sendiri; (11) menunjukkan minat dalam jurnalisme, puisi, bercerita, debat, berbicara, menulis atau menyunting; dan (12) menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru atau karya tulis orisinil atau komunikasi oral.

Sujiono dan Sujiono (2010: 57) mengungkapkan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan linguistik meliputi: (1) mengajak anak berbicara sejak bayi; (2) membacakan cerita atau dongeng yang bisa dilakukan sebelum tidur; (3) bermain huruf supaya anak dapat mengenal huruf sejak kecil; (4) merangkai cerita bergambar; (5) berdiskusi tentang berbagai hal; (6) bermain peran sesuai peristiwa apa yang sudah dialami anak; dan (7) ajak anak untuk bernyanyi dan menyimak lirik lagu berdasarkan lagu yang mereka dengarkan.

b. Inteligensi matematis-logis

(47)

mencakup 3 bidang yang saling berhubungan yaitu: matematika, ilmu pengetahuan (sains) dan logika. Siswa yang mempunyai inteligensi matematis-logis yang tinggi menyenangi berfikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Siswa ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berfikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki (Umar, dkk, 2009: 11).

(48)

menciptakan model-model baru atau memahami wawasan baru dalam ilmu pengetahuan alam atau matematika.

Cara mengembangkan kecerdasan logis-matematis menurut Sujiono dan Sujiono (2010: 58) adalah sebagai berikut: (1) menyelesaikan puzzle; (2) mengenalkan geometri dengan cara menunjukkan bangun-bangun/ datar berwarna; (3) mengenalkan bilangan melalui nyanyian; (4) bermain tebak-tebakan angka; (5) pengenalan pola dengan cara menyusun atau mengurutkan; dan (6) memperbanyak pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika. c. Inteligensi Ruang-Visual atau Inteligensi Spasial

(49)

Adapun karakteristik orang yang memiliki kecerdasan spasial menurut Campbel (2006 : 107) adalah: (1) belajar dengan melihat dan mengamati, (2) mengarahkan dirinya pada benda-benda secara efektif dalam ruangan, (3) menggunakan gambar visual sebagai alat bantu di dalam mengingat informasi, (4) belajar dengan grafik atau melalui media-media visual, (5) menikmati gambar-gambar tak beraturan, (6) menikmati bentuk hasil tiga dimensi, (7) melihat hal atau benda dengan cara yang berbeda, (8) merasakan pola-pola yang lembut maupun rumit, (9) menciptakan gambaran nyata atau visual dari suatu informasi, (10) cakap dalam mendesain secara abstrak atau representasional, (11) mengekspresikan ketertarikan atau keahlian pada karir yang berorientasi visual, dan (12) menciptakan bentuk-bentuk baru dari media visual atau karya seni lain.

Pengembangan inteligensi spasial pada anak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) melatih anak mencorat-coret; (2) menggambar dan melukis; (3) membuat prakarya atau kerajinan tangan; (4) mengunjungi berbagai tempat guna memperkaya pengalaman visual anak; (5) melakukan permaian konstruktif dan kreatif; dan (6) mengatur dan merancang sesuatu (Sujiono dan Sujiono, 2010: 58)

d. Inteligensi kinestetik-badani

(50)

Menurut Campbel (2006: 76) karakteristik orang yang memiliki inteligensi kinestetik yang baik akan: (1) menjelajahi lingkungan dan sasaran melalui sentuhan dan gerakan; (2) mengembangkan kerjasama dan rasa terhadap waktu; (3) belajar dengan terlibat secara langsung; (4) menikmati pengalaman secara konkrit; (5) menunjukkan keterampilan dalam menggerakkan suatu kelompok; (6) menjadi sensitif dan responsif terhadap lingkungan secara fisik; (7) mendemonstrasikan keahlian atau berakting; (8) mendesmonstrasikan keseimbangan, keterampilan, dan keteliltian dalam tugas-tugas fisik; (9) mempunyai keterampilan untuk memperbaiki segala sesuatu; (10) mengerti dan hidup dalam standar kesehatan fisik; (11) mengekspresikan ketertarikan dalam berkarir seperti seorang atlet, penari, dan pembuat gedung; dan (12) menemukan pendekatan baru dalam kemamuan fisik.

Sujiono dan Sujiono (2010: 59) mengungkapkan cara-cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan inteligensi kinestetik/badani adalah sebagai berikut: (1) menari; (2) bermain peran/drama; (3) latihan keterampilan fisik; dan ( 4) berolahraga.

e. Inteligensi musikal

Gardner dalam Suparno (2004: 32) menjelaskan inteligensi musikal sebagai kemampuan untuk mengambangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Termasuk kepekaan terhadap ritme, melodi, dan intonasi. Orang yang mempunyai inteligensi musikal akan dengan mudah mengungkapkan gagasannya dalam bentuk musik.

(51)

mendengarkan dan merespon dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi; (2) menikmati dan mencari kesempatan untuk mendengarkan musik atau suara-suara alam ppada suasana belajar; (3) merespon musik baik secara kinestetik maupun secara estetik; (4) mengenali dan mendiskusikan berbagai gaya musik, aliran dan variasi budaya yang berbeda; (5) mengoleksi musik dan informasi mengenai musik dalam berbagai bentuk dan dapat memainkan alat musik; (6) mengembangkan kemampuan bernyanyi atau memainkan instrumen baik secara mandiri maupun kelompok; (7) menggunakan notasi musik; (8) mengembangkan referensi kerangka berfikir pribadi untuk mendengarkan musik; (9) menikmati improvisasi musik; (10) dapat memberikan interpretasi menurut pendapat pribadi mengenai komposer musik; (11) mengungkapkan ketertarikan untuk berkarir di bidang musik; dan (12) dapat menciptakan komposisi asli atau instrumen musik.

Menurut Sujiono dan Sujiono (2010: 60) terdapat beberapa cara yang dapat digunakan guna mengembangkan inteligensi musikal yaitu: (1) kembangkan pemahaman anak tentang musik; (2) buatlah kegiatan-kegiatan yang dapat dikembangkan dalam kecerdasan musikal; (3) berilah pengalaman empiris dan praktis terhadap karya yang dihasilkan anak; dan (4) ajak anak untuk menyanyikan lagu dengan syair sederhana dan irama serta birama yang mudah untuk diikuti.

f. Inteligensi interpersonal

(52)

kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Orang yang memiliki inteligensi yang tinggi biasanya sangat mudah bekerjasama dan berkomunikasi dengan orang lain.

Menurut Campbel (2006: 173) karakteristik orang yang memiliki inteligensi interpersonal yang bagus antara lain: (1) terikat dengan orang tua dan berinteraksi dengan orang lain; (2) membentuk dan menjaga hubungan sosial; (3) mengetahui dan menggunakan cara-cara yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain; (4) merasakan perasaan, pikiran, motivasi, tingkah laku dan gaya hidup orang lain; (5) berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif; (6) mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain; (7) memahami dan berkomunikasi secara efektif, baik secara verbal maupun nonverbal; (8) menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan grup yang berbeda; (9) menerima perspektif yang bermacam-macam dalam masalah sosial dan politik; (10) mempelajari keterampilan yang berhubungan dengan mediator; (11) tertarik pada karir yang berorientasi interpersonal seperti mengajar, pekerjaan sosial, konseling, manajemen atau politik; dan (12) membentuk proses sosial atau model yang baru.

(53)

budaya lingkungan sosial; dan (8) melatih kesabaran dan menunggu giliran dengan berbicara serta mendengarkan pembicaraan orang lain terlebih dahulu. g. Inteligensi intrapersonal

Menurut Gardner (dalam Suparno, 2004: 40) inteligensi intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan diri sendiri dan kemampuan bertindak secara adaptatif. Orang yang memiliki inteligensi ini sadar akan tujuan hidupnya, mudah mengatur perasaan dan emosinya. Selain itu, ia juga mudah untuk berkonsentrasi dengan baik.

Menurut Campbel (2006: 203) inteligensi intrapersonal dapat berkembang dengan baik pada seseorang yang memiliki karakteristik seperti berikut: (1) sadar akan wilayah emosinya; (2) menemukan cara-cara dan jalan keluar untuk mengekspresikan perasaan dan pemikirannya; (3) mengembangkan model diri yang akurat; (4) termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan tujuannya; (5) membangun dan hidup dengan suatu sistem nilai agama; (6) bekerja mandiri; (7) penasaran tentang makna kehidupan, relevansi dan tujuannya; (8) mengatur secara kontinyu pembelajaran dan perkembangan tujuan personal; (9) berusaha mencari dan memahami pengalaman batinnya sendiri; (10) mendapatkan wawasan dalam kompleksitas diri dan eksistensi manusia; (11) berusaha untuk mengaktualisasikan diri; dan (12) memberdayakan orang lain.

(54)

rumah dan di sekolah yang mendukung pengembangan kemampuan intrapersonal dan penghargaan diri anak; (4) berilah kegiatan anak yang dapat menuangkan isi hatinya dalam bentuk tulisan maupun gambar; (5) bercakap-cakap tentang kelemahan, kelebihan dan minat anak; (6) membayangkan diri di masa datang; dan (7) mengajak berimajinasi untuk menjadi satu tokoh dalam sebuah cerita.

h. Inteligensi lingkungan/naturalis

Menurut Gardner (dalam Suparno, 2004; 40) inteligensi lingkungan adalah kemampuan manusiawi untuk mengenal tanaman, binatang, dan bagian-bagian lain dari lingkungan seperti awan atau batu-batuan. Orang yang memiliki inteligensi lingkungan yang tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah, dapat berhubungan baik dengan alam, mudah membuat identifikasi dan klasifikasi tanaman dan binatang.

Sujiono dan Sujiono (2010: 62) menguraikan cara mengembangkan inteligensi lingkungan pada anak, yaitu: (1) memberi kesempatan kepada anak untuk mengetahui kemampuan yang ada pada dirinya; (2) membuat kegiatan-kegiatan yang mengikutsertakan anak pada lingkungan; (3) ajak anak untuk berkarya ke kebun binatang dan atau lingkungan yang lain.

b. Inteligensi eksistensial

(55)

berkewajiban menjalankan perintahnya dan menjauhi semua larangannya. Kesimpulan dari kedua definisi di atas adalah inteligensi eksistensial adalah kemampuan individu untuk memandang makna hidup.

Cara-cara untuk mengembangkan inteligensi eksistensial menurut sujiono dan Sujiono (2010: 63) adalah sebagai berikut: (1) memberikan teladan dalam bentuk nyatayang diwujudkan perilaku baik lisan maupun tulisan; (2) mengenalkan kegiatan keagamaan: (3) mengajarkan secara nyata kepada anak sikap toleransi kepada sesama sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

3. Keunggulan Multiple Intelligences

1. Menurut Gardner (dalam Umar, dkk, 2009: 43) teori multiple intelligence

memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: (a) memiliki dukungan riset multi disiplin; (b) apabila dibandingkan dengan teori kecerdasan yang lain, jumlah kecerdasan dalam multiple intelligenceberagam sehingga akan tampak

“keadilan” dalam menentukan dominasi kecerdasan tertentu untuk tiap

individu.

2. Konsep teori multiple intelligence mempercayai bahwa tidak ada anak yang bodoh sebab setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan (Chatib, 2009: 92).

D. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian tentang Media Pembelajaran

(56)

bertujuan mengembangkan media yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar kelas rendah yang dapat memperkecil kemungkinan siswa mengalami mind in chaos dalam matematika. Penelitian ini menyimpulkan bahwa prototipe media pembelajaran matematika telah terwujud dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika yang menyenangkan serta sesuai bagi siswa dalam menghindarimind in chaos.

Kedua, Hadi Mustofa (2001) dalam penelitiannya yang berjudul Pemanfaatan Media Cetak dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis-jenis media cetak yang dimanfaatkan dalam pembelajaran IPS di kelas IV SD se-Kecamatan Sanan Wetan Kotamadya Blitar meliputi buku teks, surat kabar, majalah dan gambar. Pemanfaatan keempat media cetak tersebut oleh guru dan sekolah yang berbeda menunjukkan keragaman, tetapi buku teks menjadi media cetak yang apaling banyak digunakan. Strategi pemanfaatan media cetak dalam pembelajaran IPS di kelas V SD se-Kecamatan Sanan Wetan Kotamadya Blitar terbagi dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian juga menunjukkan keragaman. Pemanfaatan keempat media cetak tersebut yang dominan adalah dalam fase pelaksanaan, sedangkan dalam tahap perencanaan dan penilaian tidak selalu dilakukan oleh guru.

(57)

jajanan tradisional pada masyarakat terutama sejak anak-anak di era globalisasi dan pembuatan sebuah media untuk memberi informasi mengenai makanan tradisional. Kesimpulan dalam penelitian ini mengatakan bahwa dari segi materi, permainan tersebut dapat membantu generasi muda untuk semakin memahami pengklasifikasian jajanan tradisional dan media board game sendiri dibuat untuk menjawab minimnya perkembangan permaian board game di era modern ini. Selain itu, board game merupakan sarana untuk mengajak generasi muda semakin memahami mengenai arti kebersamaan dan meningkatkan intensitas interaksi antar pemain.

2. Penelitian tentang Pembelajaran Tematik

(58)

3. Penelitian tentangMultiple Intelligence

Penelitian yang dilakukan oleh Roesdiyanto (2008) yang berjudul Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Menggunakan Pendekatan Multiple Intelligence Untuk Anak TK/SD. Penelitian ini menggunakan metode

reseach and development. Tujuannya adalah untuk menghasilkan produk model pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan pendekatanmultiple intelligence

untuk anak usia dini, berupa (a) pedoman perancangan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga berbasis multiple intelligence, (b) pedoman pengorganisasian isi pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga berbasis

multiple intelligence, dan (c) pedoman evaluasi pembelajaran jasmani dan olahraga berbasismultiple intelligence.

(59)

Bagan 2.1 BaganLiterature Mapdari Penelitian Terdahulu E. Kerangka Berfikir

Kurikulum Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kini diperbaharui menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini bertujuan untuk mempersiapkan generasi Indonesia 2045 yaitu tepatnya 100 tahun Indonesia merdeka, sekaligus memanfaatkan populasi usia produktif yang jumlahnya sangat melimpah. Kurikulum 2013 dilakukan dengan pendekatan berbasis sains dengan standar kelulusan yang

Pembelajaran Tematik

(60)

terbagi dalam tiga domain yaitu, domain sikap, domain keterampilan, dan domain pengetahuan.

Pergantian kurikulum diatas, menimbulkan permasalahan yaitu belum adanya perangkat pembelajaran yang menunjang dalam pencapaian standar kelulusan tersebut. Standar kelulusan yang terbagi dalam tiga domain tersebut dapat diatasi salah satunya dengan mengembangkan kesembilan inteligensi sesuai dengan teori Gardner. Menurut Gardner dalam Suparno (2004: 17) keberhasilan belajar siswa tidak hanya berhasil dalam menjawab tes IQ, namun juga mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang nyata dalam situasi yang bermacam-macam. Seorang siswa akan mudah menangkap materi yang disampaikan guru apabila materi tersebut disampaikan dengan mempertimbangkan kemampuan inteligensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Multiple intelligence atau inteligensi ganda meliputi inteligensi matematis-logis, inteligensi ruang-spasial, inteligensi kinestik-badani, inteligensi musik, inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, inteligensi lingkungan/naturalis, dan inteligensi eksistensial (Suparno, 2004:19).

Inteligensi siswa dalam memahami pelajaran juga dapat dibantu dengan adanya media pembelajaran. Media pembelajaran berguna untuk menyampaikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan sehingga informasi mudah untuk dipahami. Materi yang disajikan secara abstrak dapat divisualisasikan sehingga siswa mudah memahami materi pelajaran. Penggunaan media ini mengingat tingkat kognitif siswa pada usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret.

(61)

intelligence tersebut diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan inteligensi yang dimilikinya dalam proses belajar serta tercapainya tujuan dari kurikulum 2013. F. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan prototipe media konvensional tematik berbasismultiple intelligence?

2. Bagaimana hasil kelayakan media pembelajaran konvensional yang berbasis

(62)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III membahas metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan metode penelitian yaitu mencakup (1) jenis penelitian; (2) setting penelitian; (3) rancangan penelitian; (4) prosedur pengembangan; (5) instrumen penelitian; (6) teknik pengumpulan data; dan (7) teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan (Research and Development/ R&D). Menurut Sugiyono (2011: 297) metode R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian jenis ini dapat menghasilkan produk yang berupa perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini berupa prototipe media konvensional tematik kelas IV berbasis multiple intelligence yakni terdiri dari: (1) papan flanel; (2) patung profesi; (3) flashcard; (4) aneka bangun datar; dan (5) monopoli profesi.

B. SettingPenelitian 1. Lokasi Penelitian

(63)

Negeri Gelaran 2; (4) SD Kanisius Sengkan; (5) SD Negeri Socokangsi; dan SD Negeri Kledokan.

Alasan pemilihan keenam SD tersebut antara lain yaitu pertama sekolah yang bersangkutan membutuhkan perangkat pembelajaran kurikulum 2013. Alasan kedua karena perijinan sekolah yang mudah. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan terhitung mulai dari bulan Oktober 2013 sampai Juni 2014.

C. Rancangan Pengembangan

Rancangan pengembangan digunakan sebagai langkah utama untuk mengembangkan produk yaitu media konvensional tematik kelas IV berbasis multiple intelligence. Peneliti menyusun rancangan pengembangan yang terdiri atas dua langkah yaitu, (1) pemilihan media, dan (2) pemilihan format. Pemilihan media digunakan untuk memilih media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sedangkan pemilihan format digunakan untuk merancang format media yang akan dikembangkan. Adapun kedua langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan Media

(64)

2. Pemilihan Format

Pemilihan format pengembangan media konvensional tematik kelas IV berbasis multiple intelligence disesuaikan dengan jenis media yang akan dikembangkan. Adapun pemilihan format untuk masing-masing media seperti:

a) Papan flanel terbuat dari kain flanel. Papan flanel digunakan untuk menempelkan kartu mengenai hak dan kewajiban sebagai anak di rumah. Media papan flanel ini mengakomodasi tiga jenis inteligensi yaitu inteligensi linguistik, inteligensi ruang-spasial, dan inteligensi kinestetik.

b) Patung profesi terbuat dari bahan kayu yang diberi penyangga pada bagian belakang sehingga dapat berdiri. Patung profesi digunakan untuk mengenalkan berbagai jenis pekerjaan di lingkungan sehari-hari. Media patung profesi ini mengakomodasi empat jenis inteligensi yaitu inteligensi linguistik, inteligensi ruang-spasial, inteligensi kinestetik, dan inteligensi intrapersonal.

c) Flashcard merupakan kartu-kartu yang berisi mengenai gambar berbagai macam pekerjaan, alat-alat yang digunakan dalam bekerja, benda yang dihasilkan, dan tempat kerja yang digunakan untuk bekerja oleh suatu jenis pekerjaan. Media flashcard

(65)

ruang, (4) inteligensi kinestetik-badani, (5) inteligensi musikal, (6) inteligensi interpersonal, (7) inteligensi intrapersonal, (8) inteligensi lingkungan/naturalis, dan (9) inteligensi eksistensial. d) Media aneka bangun datar terbuat dari kertas karton. Media ini

diberi warna dengan menggunakan cat. Adapun bangun datar tersebut adalah segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, segitiga siku-siku, persegi, dan persegi panjang. Media aneka bangun datar ini dilengkapi dengan kartu sifat sesuai dengan masing-masing bangun datar. Jenis inteligensi yang terakomodasi dalam media ini anatara lain: (1) inteligensi linguistik, (2) inteligensi matematis-logis, (3) inteligensi ruang, (4) inteligensi kinestetik-badani, (5) inteligensi interpersonal, (6) inteligensi intrapersonal, (7) inteligensi lingkungan/naturalis.

(66)

kinestetik-badani, (5) inteligensi musikal, (6) inteligensi interpersonal, (7) inteligensi intrapersonal, (8) inteligensi lingkungan/naturalis, dan (9) inteligensi eksistensial.

D. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) atau pengembangan oleh Borg and Gall dalam Sugiyono. Menurut Sugiyono (2011: 298) terdapat 10 langkah yang harus dilaksanakan dalam penelitian R&D. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

(67)

Prosedur pengembangan diatas, diadaptasikan sesuai dengan kebutuhan peneliti sebagai landasan dalam penelitian. Langkah-langkah pengembangan menggunakan metode R&D berangkat dari adanya potensi dan masalah. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data yang sesuai dengan keadaan nyata. Data tentang potensi dan masalah dapat dikumpulkan secara mandiri maupun berdasarkan penelitian orang lain yang masihup to date. Berdasarkan data tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk merancang produk yang dapat mengatasi masalah. Produk yang akan dikembangkan didesain menggunakan gambar untuk menilai dan membuatnya. Setiap desain produk perlu ditunjukkan dalam gambar sehingga memudahkan pihak lain untuk memahaminya. Desain produk kemudian divalidasi oleh pakar atau ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai apakah rancangan produk bersifat rasional. Hasil penilaian pakar atau ahli akan dapat mengetahui kelemahan dan kekuatannya. Kelemahan tersebut digunakan untuk merevisi desain produk sehingga menghasilkan produk berupa prototipe yang layak digunakan. Peneliti membatasi pengembangan media konvensional tematik kelas IV berbasis multiple intelligence dalam lima tahap. Hal tersebut dilakukan dengan alasan teknik yaitu keterbatasan waktu dan biaya penelitian.

(68)

Bagan 3.2 Tahap Pengembangan Media Konvensional

TAHAP PERTAMA

Analisis Potensi dan Masalah melalui Pengkajian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar kurikulum 2013

TAHAP KETIGA

Desain Media Konvensional Tematik berbasisMultiple Intelligence

Pembuatan media

Prototipe media konvensional tematik kelas IV berbasisMultiple Intelligenceyang meliputi patung profesi, papan flanel, flashcard, aneka bangun datar, dan monopoli profesi.

TAHAP KEEMPAT

(69)

Tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah mengkaji Kompentensi Inti dan Kompetensi Dasar guna memilih tema pelajaran yang terdapat pada kelas IV mengacu pada kurikulum

2013. Tema yang digunakan dalam penelitian adalah “Berbagai Jenis

Pekerjaan” dibatasi pada sub tema “Jenis-jenis Pekerjaan”. Pengkajian KI dan KD ini mengingat bahwa penelitian ini dilatar belakangi oleh pergantian kurikulum dari kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013.

Tahap kedua adalah analisis kebutuhan pengembangan media konvensional tematik berbasis multiple inteligence. Pada tahap analisis yang pertama, peneliti melakukan analisis pernyataan yang terkait dengan pernyataan dalam analisis kebutuhan meliputi kurikulum 2013, pembelajaran tematik, multiple intelligence, dan perangkat pembelajaran khususnya media pembelajaran. Selanjutnya, peneliti membuat kuesioner analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Berdasarkan hasil konsultasi dari pakar pembelajaran, dilakukan revisi hingga kuesioner kebutuhuan siap digunakan. Analisis kebutuhan dilakukan pada enam SD. Analisis kebutuhan ini dilakukan untuk mengetahui kepentingan pengembangan media konvensional tematik kelas IV berbasis multiple intelligence. Tahap ini menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam menentukan tahap selanjutnya.

Tahap ketiga adalah memproduksi media konvensional tematik kelas IV berbasis multiple intelligence. Media konvensional tematik kelas IV berbasis multiple intelligenceterdiri atas: papan flanel, patung profesi,

(70)

dari pembuatan RPP sesuai KI dan KD yang telah dianalisi. Selanjutnya mendesain tiap-tiap media yang akan dibuat dan pengumpulan bahan yang nantinya akan dikembangkan dalam penelitian ini. Setelah semua bahan terkumpul kemudian akan diproses sesuai desain yang telah dirancang sesuai RPP.

Tahap keempat adalah pembuatan instrumen validasi dan validasi produk. Instrumen berupa kuesioner ini nantinya akan digunakan untuk validasi produk penelitian oleh pakar pembelajaran tematik, pakar media pembelajaran, dan guru. Validasi media konvensional tematik kelas IV berbasis multiple intelligence. Proses validasi dilakukan melalui pakar pembelajaran tematik, pakar media pembelajaran, dan guru. Hasil validasi para pakar tersebut dijadikan bahan untuk merevisi produk yang akan dikembangkan.

Tahap kelima adalah revisi produk. Revisi produk dilakukan berdasarkan komentar saran dan masukan oleh ketiga pakar sehingga menjadi produk berupa prototipe media konvensional tematik kelas IV berbasismultiple intelligence.

E. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validasi Produk

Gambar

Gambar : 2.2. Jaringan Tema Webbed
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk
Tabel 3.2 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala Lima
gambar yang berfungsi sebagai penyangga. Kotak tersebut terbuat dari kayu
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Sel mikroba secara kontinyu berpropagasi menggunakan media segar yang masuk, dan pada saat yang bersamaan produk, produk samping metabolisme dan sel dikeluarkan dari

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, dapat dilakukan perbandingan terhadap rekomendasi akhir bahan pangan. Pada Tabel 4.1, bahan pangan yang memenuhi kriteria

[r]

paska Pilkada terdapat pembunuhan terhadap 3 (tiga) orang warga sipil dan 1(satu) prajurit Tentara Nasional Indonesia oleh orang tidak dikenal, Prajurit TNI yang meninggal adalah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pemberian kompos ampas tahu dan mengetahui dosis yang lebih baik untuk pertumbuhan bibit kopi

Di samping serat kapas, ada juga serat tanaman lain yang sering digunakan sebagai bahan dasar pembuat benang tenun, yaitu, antara lain, serat yute (goni) dari tanaman

Observasi yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pencatatan data secara langsung di objek wisata penelitian, lokasi penelitian dilakukan di Taman Burung Kebun

Jaksa 2 : baik saudara saksi ya kami bacakan BAP saudara saksi pada tanggal 16 april 2007 nomor 7 dan tanggal 10 april 2010 nomor 10, ya, saya bacakan, bahwa setelah selesai tugas