• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1) Majas Perbandingan

(a) Majas Asosiasi/simile/perumpamaan

Dalam novel Cinta Suci Zahrana terdiri atas 21 majas asosiasi/simile/perumpamaan, berikut contoh kutipannya:

Tetapi entah kenapa ia merasa seperti ada kabut tebal yang menyesak di dadanya sehingga rasa bahagianya tidak bisa ia rasakan seutuhnya (El Shirazy, 2013:1).

Kata seperti menjadi penanda bahwa kalimat di atas merupakan majas asosiasi. Kabut tebal yang menyesak di dada merupakan interpretasi pada kondisi batin Zahrana yang tidak tenang. Kabut tebal dibandingkan dengan sikap cuek kedua orangtuanya saat melepas dia pergi, kabut adalah sesuatu hal yang mampu menghalangi pandangan. Pada konteks di atas, kabut tebal yang menyesak di dada, adalah suatu keadaan yang membuat perasaan tidak lega.

Ia keluar dari ruangan Dekan dengan hati berbunga-bunga. Ia seperti melayang. Dunia terasa begitu indah. Ia akan jadi dosen UGM, tanpa harus melamar, tetapi ia yang dilamar. Dan ia akan disekolahkan ke Delft University of Technology, Belanda. Oh, alangkah indahnya (El Shirazy, 2013:11).

Pada kalimat di atas tergambar suatu ekspresi Zahrana yang sangat bahagia. Bahkan karena rasa bahagia yang tiada terkira tersebut, Zahrana diumpamakan dapat melayang. Melayang merupakan keadaan di atas bumi, seperti hidup antara dunia khayal dan dunia nyata. Tidak bisa dilakukan oleh manusia pada umunya tanpa bantuan alat, namun karena kebahagiaan yang dialaminya, seseorang tersebut diumpamakan mampu melakukan hal-hal di luar batas kewajaran.

Tidak kayak anak-anak yang sok nggaya pakai Honda Jazz tapi dibelikan orangtuanya. Anak-anak seperti itu tidak punya mental dan karakter, persis ayam boiler.” Kata Gugun sambil menyalakan rokoknya (El Shirazy, 2013:29).

Sikap protes Gugun terhadap anak muda yang sok nggaya pakai Honda Jazz tetapi dibelikan orang tuanya diumpamakan oleh Gugun sebagai ayam broiler. Ayam broiler ayam yang dipelihara khusus sehingga pertumbuhannya cepat. Konteks ayam broiler adalah anak manja, segala sesuatunya punya, tetapi bukan hasil kerja kerasnya sendiri melainkan meminta kepada orang tuanya.

“Nggak usah basa-basi Mbak. Jawab aja nggak enak. Mobil kayak gitu apa enaknya, kayak naik grobak dikasih mesin.”Cerocos Santi (El Shirazy, 2013:29).

Santi membandingkan mobil Gugun dengan gerobak diberi mesin, jawaban Santi tersebut merupakan cara Santi mengejek Gugun. Meskipun saling mengejek, namun keduanya menunjukkan sikap bersahabat antara kakak dan adik. Suatu kondisi mobil yang diumpamakan sebagai gerobak diberi mesin adalah tidak enak dikendarai dan bersuara gaduh. commit to user

Pasti kau diperlakukan seumpama putri kaisar. Iya kan? Kau kan tamu kehormatan (El Shirazy, 2013:58).

Pertanyaan Lina kepada Zahrana tersebut mempertegas bahwa Zahrana adalah tamu kehormatan. Kata seumpama menjadi penanda bahwa kutipan di atas termasuk majas simile. Pengarang mengumpamakan segala perlakuan yang diberikan oleh pihak Universitas Tsinghua kepada Zahrana seperti memperlakukan seorang putri kaisar. Artinya perlakuan tersebut sangat istimewa, sebagaimana kehidupan putri kaisar di dunia nyata.

Kau harus ingat, moral adalah nyawa orang hidup. Jika moral itu hilang dari seseorang, ia ibarat mayat yang bergentayangan (El Shirazy, 2013:164). Kata ibarat memperkuat bahwa kutipan di atas termasuk dalm majas perumpamaan. Moral diibaratkan sebagai nyawa orang hidup, sementara orang kehilangan moral diibaratkan mayat yang bergentayangan. Berdasarkan hal tersebut moral sangat penting di dalam kehidupan, karena moral yang baik mampu memberikan ketenangan. Sementara jika seseorang kehilangan moral, hidupnya akan menderita.

(b) Majas Metafora

Dalam novel Cinta Suci Zahrana terdiri atas 8 majas metafora, berikut contoh kutipannya:

Ibunya terus menangis. Hatinya jadi luluh. Tanpa ia sadari airmatanya meleleh (El Shirazy, 2013:7).

Kata meleleh biasanya digunakan untuk sesuatu benda yang mudah terbakar seperti lilin atau plastik, namun pada kutipan tersebut kata meleleh dibandingkan secara langsung dengan air mata. Pembaca dapat memahmi konteks airmata yang

meleleh menggambarkan suatu kondisi airmata mengalir pelan-pelan dari mata turun ke pipi.

Cinta ayah ibunya jauh lebih berarti dari seribu penghargaan yang baru saja ia raih. Cinta ayah dan ibunya adalah matahari yang susah dicari padanannya (El Shirazy, 2013:69).

Zahrana membandingkan cinta ayah ibunya seperti matahari yang susah dicari padanannya. Pada kenyataanya matahari adalah benda angkasa yang hanya berjumlah satu. Konteks cinta yang seperti matahari adalah menjadi prioritas utama, seperti halnya matahari sebagai titik pusat tata surya. Mampu memberikan kasih sayang, seperti matahari adalah bola berisi gas yang mendatangkan terang dan panas pada bumi sehingga pancarannya mampu memberikan kehangatan. Selalu memberikan semangat dengan tawa riang kebahagiaan, seperti halnya matahari yang selalu muncul pada waktu siang hari disaat cuaca cerah.

Dulu banyak mutiara yang datang kepadanya ia tolak tanpa pertimbangan. Dan kini mutiara itu tidak lagi datang. Kalau pun ada seolah-olah sudah tidak lagi tersedia untuknya. Hanya bebatuan dan sampah yang kini banyak datang dan membuatnya menderita batin yang cukup dalam (El Shirazy, 2013:186).

Mutiara adalah cara Zahrana membandingkan laki-laki yang ia tolak di masa lalu. Banyak pihak yang menginginkan agar Zahrana segera menikah setelah lulus S1. Namun karena sikap idelis yang tinggi, Zahrana menolak sejumlah pria, baik yang melamar secara langsung seperti Gugun, ataupun melalui proses penjodohan seperti Lina yang menjodohkan Andi, Yuyun yang menjodohkan kakaknya, dan pemuda lulusan IAIN Semarang pilihan langsung orangtuanya. Sementara bebatuan dan sampah adalah cara Zahrana membandingkan Pak Sukarman. Meskipun Pak Sukarman adalah seorang dekan yang cerdas dan kaya raya, namun

tindakannya sangat amoral. Mutiara adalah sesuatu yang sangat berharga, sedangkan sampah adalah sesuatu yang hina. Berdasarkan keterangan tersebut, Zahrana Nampak tidak suka dengan Pak Karman.

(a) Majas Personifikasi atau Prosopopoeia

Dalam novel Cinta Suci Zahrana terdiri atas 10 majas personifikasi, berikut contoh kutipannya:

Bunyi rintik hujan di genteng bersahutan dengan bunyi Guntur yang menyambar-nyambar. Daun-daun menari bergesekkan tertiup angin. Rerumputan meringkuk dalam basah. Air berlarian masuk selokan bersama daun-daun kering, ranting-ranting patah dan sampah (El Shirazy, 2013:37).

Bunyi rintik hujan di genteng digambarkan memiliki mulut karena saling bersahut-sahutan dengan bunyi guntur yang menyambar-nyambar. Daun-daun digambarkan memiliki sifat seperti manusia karena bisa melakukan tarian. Angin diumpamakan memiliki mulut karena dapat meniup daun-daun. Rerumputan dapat melaksanakan aktivitas meringkuk. Air, daun-daun kering, ranting-ranting patah dan sampah digambarkan beramai-ramai dapat berlari masuk ke selokan. Suatu penggambaran benda mati seolah-olah hidup dan mampu melaksanakan aktivitas selayaknya manusia.

Bangunan itu tampak berwibawa sekaligus menggemaskan. Perpaduan antara kemegahan, keanggunan, keindahan dan sekaligus kesederhanaan (El Shirazy, 2013:63).

Bangunan adalah benda mati, namun oleh pengarang digambarkan memiliki sifat seperti manusia yang berwibawa. Bangunan tersebut memiliki wibawa karena megah, anggun, indah, dan sederhana. Wibawa pada manusia adalah pembawaan diri yang mengandung kepemimpinan dan daya tarik untuk

menguasai dan mempengaruhi orang lain melalui sikap dan tingkah laku sehingga menjadi dihormati. Wibawa pada bangunan menunjukkan bahwa bangunan tersebut memiliki sejumlah pesona sehingga memiliki daya tarik yang bisa diunggulkan. Bangunan yang dimaksud pada kalimat di atas adalah Grand Auditorium kampus lama Tsinghua University. Selain itu, bangunan tersebut juga memiliki sifat menggemaskan seperti halnya manusia. Sifat menggemaskan adalah sifat yang menimbulkan rasa gemas bagi siapa saja yang melihatnya. Gemas pada makna harfiah adalah sangat suka bercampur jengkel.

Unggah-ungguh dan basa-basi berjalan (El Shirazy, 2013:193).

Unggah ungguh adalah kata benda abstrak dalam bahasa Jawa sama halnya dengan sopan santun. Basa basi adalah kata benda abstrak mengenai aturan sopan santun. Unggah-ungguh dan basa-basi sebagai kata benda abstrak merupakan benda mati yang tidak bernyawa, namun dilukiskan memiliki ciri-ciri seperti manusia yang memiliki kaki sehingga dapat berjalan.

(b) Majas Antitesis

Dalam novel Cinta Suci Zahrana terdiri atas 4 majas antitesis, berikut contoh kutipannya:

Pesawat terus menurunkan ketinggiannya (El Shirazy, 2013:34).

Pada kalimat di atas digunakan kelompok kata yang bertentangan “menurunkan ketinggiannya”. Karena suatu keadaan jika diturunkan biasanya semakin rendah, sedangkan jika dinaikkan semakin tinggi. Kalimat tersebut sudah menjadi kesepakatan bersama digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai suatu pengecualian untuk menjelaskan bahwa perjalanan pesawat

memang meninggi di udara. Terus menurunkan ketinggian adalah proses pesawat untuk mendarat, hal tersebut untuk menjelaskan bahwa pesawat mulai mengakhiri penerbangan.

Dalam hati Zahrana harus kagum pada cara Lina menasihati orang lain. Lina sedang menasihatinya dengan sangat keras tapi dengan cara yang sangat lembut (El Shirazy, 2013:168).

Kelompok kata “sangat keras” dan “sangat lembut” mengandung gagasan yang bertentangan namun digunakan untuk kalimat berimbang. Menasihati dengan sangat keras tidak hanya dengan cara membentak-bentak atau berteriak, namun bisa dilakukan dengan cara yang sangat lembut. Seperti cara yang dipilih Lina untuk menasihati Zahrana. Saat Zahrana dihadapkan pada suatu masalah, Lina memperlihatkan album kenangan saat SMA. Di dalam album kenangan tersebut, Lina mencari-cari bagian data dan pesan yang ditulis Zahrana untuk teman-temannya. Lina merasa kagum dengan pesan yang ditulis Zahrana. Setelah membaca pesan yang ditulisnya, Zahrana menjadi paham apa yang ia harus perbuat. Ia merasa bisa dengan mudah menulis pesan untuk memberikan nasihat kepada teman-temannya, maka ia harus bisa menjadikan kalimat yang ia kutip dari kalimat Jim Rohn tersebut untuk menasihati dirinya sendiri.

Sementara Zahrana merasa malu dan panas dingin, tetapi ia berusaha menutupinya dengan tetap tegar dan tersenyum (El Shirazy, 2013:99). Kata panas dingin merupakan dua kata yang memiliki arti bertentangan. Merujuk pada suatu kondisi sifat yang sangat berlawanan. Panas berarti bersuhu relatif tinggi, sedangkan dingin berarti bersuhu rendah. Namun ketika dua kata tersebut disatukan akan menimbulkan suatu gagasan bahwa Zahrana dalam

(c) Majas Perifrasis

Dalam novel Cinta Suci Zahrana terdiri atas 5 majas perifrasis, berikut contoh kutipannya:

Jadi selain ayah dan ibunya, sebenarnya banyak dari teman-temannya yang mengingatkan untuk menikah tetapi ia entah kenapa lebih memilih berasyik masyuk dengan buku dan perpustakaan (El Shirazy, 2013:25).

Pada kutipan di atas mempergunakan kata-kata lebih banyak dari yang diperlukan. Kalimat yang bercetak tebal sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja yaitu pendidikan/sekolah/kuliah. Karena pendidikan sangat identik dengan buku dan perpustakaan, buku dan perpustakaan merupakan sarana dan tempat bagi peserta didik untuk menambah ilmu untuk mengerjakan tugas atau hal lain sehingga menunjang pengetahuan yang lebih luas.

Pak Sukarman tidak diproses hukum dan kasusnya ditutupi karena ia memberi uang tutup mulut pada komandannya dan seluruh personil yang menggerebek (El Shirazy, 2013:140).

Kalimat di atas mempergunakan kata lebih banyak dari yang diperlukan, karena pada dasarnya tutup mulut dapat diganti dengan satu kata saja yaitu suap sehingga menjadi uang suap.

“Saya tidak ragu Bu. Tapi saya mencari kemantapan. Biar mantap jika saya melepas Hasan ke dunia baru yang penuh perjuangan dan aral melintang” (El Shirazy, 2013:264).

Sesuai konteks isi novel, kalimat yang dicetak tebal di atas bisa diganti dengan satu kata menikah. Kalimat di atas mempergunakan kata yang lebih banyak untuk membandingkan dua hal agar lebih khusus dan jelas. Apabila menggunakan kata menikah, mungkin dirasa lebih umum dan bahasanya tidak estetis, sehingga digunakan kalimat yang lebih panjang untuk memberikan kesan

keindahan, memperbanyak kosakata, serta memperjelas kondisi di dalam kehidupan pernikahan yang penuh dengan perjuangan dan aral melintang.

(d) Majas koreksio

Dalam novel Cinta Suci Zahrana terdiri atas 2 majas koreksio, berikut contoh kutipannya:

Bahkan jika mau jujur, ia sendiri “belum siap”, atau lebih tegasnya “tidak siap” menjadi istri kedua. Sakit rasanya. Bagaimanapun ia adalah wanita biasa. Ia adalah perempuan Jawa pada umumnya, yang benar-benar “tidak siap”, atau lebih tepatnya “tidak mau” dijadikan istri kedua. Atau “tidak mau” dimadu (El Shirazy, 2013:226).

Gabungan kata yang diberi tanda petik merupakan suatu penolakan Zahrana terkait isi email Pak Didik yang berisi lamaran kepada Zahrana untuk dijadikan istri kedua. Bagian per bagian merupakan koreksi penjelasan atas jawaban yang lebih dahulu dikemukakan.

2) Majas Pertentangan