• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Gramatikal dari Proses Nominalisasi dengan Konversi

FUNGSI DAN MAKNA GRAMATIKAL YANG TERBENTUK DALAM PROSES NOMINALISASI ADJEKTIVA

6.3 Makna Gramatikal dari Proses Nominalisasi dengan Konversi

Selain dengan pembubuhan sufiks yang telah dijelaskan sebelumnya, pembentukan nomina dari dasar adjektiva juga dapat dilakukan dengan cara konversi. Perubahan kategori kata dari kelas adjektiva menjadi nomina juga membawa perubahan makna dan fitur semantis pada bentuk turunannya. Makna yang terbentuk dari cara konversi ini akan berbeda dengan makna yang dihasilkan dengan pembubuhan sufiks walaupun bentuk dasar yang digunakan adalah sama.

117

Penjelasan makna sebagai hasil dari proses konversi ini diuraikan pada analisis berikut.

Berdasarkan nomina acuannya atau nomina yang dideskripsikan oleh adjektivanya, nominalisasi adjektiva dengan cara konversi ini dibagi menjadi tiga bagian. Pembagian ini juga mengandung makna yang dibentuk dalam proses pembentukan atau pentransformasian adjektiva menjadi nomina dengan tanpa adanya penambahan sufiks (zero morfem).

(1) Nomina konkret yang bermakna seseorang yang memiliki sifat atau kualitas seperti yang disebutkan bentuk dasarnya.

Adjektiva dapat menjadi nomina ketika digunakan untuk menggambarkan atau merepresentasikan manusia maupun binatang yang memiliki karakteristik seperti bentuk dasarnya. Dengan kata lain, nominalisasi adjektiva ini dilakukan dengan menampilkan kualitas yang dimiliki referennya dan dianggap sebagai pengganti atau representasi dari nomina tersebut. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.

(a) Ses intimes le prenaient pour un paresseux. POSS3.pl ADJ.akrab COD.dia V.membawa untuk INDEF.m.sg ADJ.malas ’Orang orang dekatnya membuat dia menjadi seorang pemalas’

Dari contoh kalimat di atas, diketahui bahwa pembentukan nomina dari dasar adjektiva terjadi dengan cara konversi. Pada contoh (a) kata intimes ‘akrab, karib, intim’ merupakan bentuk dasar adjektiva yang mendapat sufiks infleksional –s sebagai penanda jamak sehingga ses intimes di sini bermakna ‘orang-orang dekatnya’. Begitu pula dengan adjektiva paresseux ‘malas’ yang

118

bertransformasi menjadi nomina dengan adanya artikel indefinit un sehingga maknanya menjadi ‘(seorang) pemalas’. Jadi, dalam konversi ini, karakteristik atau kualitas yang dimiliki oleh seseorang dijadikan sebagai representasi dari nomina yang dimaksud.

(b) Un soir, le médecin leur avoua que INDEF.m.sg N.sore DEF.m.sg N.dokter COI.mereka V. mengaku

la malade ne passerait pas la nuit DEF.f.sg ADJ.sakit NEG.tidak V.melewati DEF.f.sg N.malam

‘Suatu sore, dokter mengakui pada mereka bahwa si sakit tidak dapat melewati malam ini.’

Hal yang serupa juga terjadi pada contoh (b) yaitu adjektiva malade ‘sakit’ mengalami konversi menjadi nomina dengan adanya sebuah determinan di depan adjektiva tersebut, yaitu la sehingga menjadi la malade ‘si (orang) sakit’. Yang dimaksud la malade dalam konteks ini adalah seseorang yang sedang sakit yaitu seseorang yang bernama Angèle (sudah definit). Jadi, keadaan yang dialami oleh Angèle yaitu sedang sakit (malade) digunakan sebagai sebutan untuk Angèle itu sendiri. Akan tetapi penulis tidak mencantumkan nama Angele lagi karena pembaca sudah tahu pasti siapa yang dimaksud la malade ‘si sakit’ tersebut.

(c) C’est un jaloux et un envieux Itu adalah INDEF.m.sg ADJ.cemburu KONJ.dan INDEF.m.sg ADJ.iri hati ‘Ia seorang yang pencemburu dan seorang yang iri hati’

Bentuk nominalisasi adjektiva yang bermakna seseorang yang memiliki kualitas seperti yang disebutkan bentuk dasarnya juga sangat jelas terlihat pada contoh c) yaitu bentuk asal jaloux ‘cemburu’ menjadi un jaloux ‘(seorang) pencemburu’ dan envieux ‘iri hati’ menjadi un envieux ‘seorang yang selalu iri

119

hati’. Determinan un (artikel indefinit maskulin tunggal) yang digunakan dapat diartikan ‘seorang’ sehingga ketika dirangkaikan dengan adjektiva akan membentuk makna ‘seseorang yang (seperti yang dideskripsikan oleh adjektivanya)’.

Dalam konversi yang mengacu pada makhluk hidup ini, penentuan makna dan acuannya sangat tergantung dari konteks kalimat ataupun konteks percakapan. Hal ini juga akan mempengaruhi penggunaan determinan dan bentuk adjektiva yang tepat, yaitu harus sesuai dengan gender dan number dari nomina yang diacu. Penyesuaian ini sangat jelas tampak pada contoh (a) di mana di depan adjektiva maskulin paresseux ‘malas’ terdapat determinan un yang digunakan untuk menunjuk nomina maskulin tunggal. Dalam konteks kalimat di atas, yang dikatakan sebagai (orang) pemalas ini adalah Aristide (laki-laki). Berbeda halnya jika yang diacu adalah seorang perempuan, maka penulis pasti akan membuatnya menjadi une paresseuse. Selain itu dengan penggunaan un pembaca akan segera mengetahui bahwa objeknya adalah seorang pria.

Demikian pula pada contoh (b) di mana di depan adjektiva malade ‘sakit’ terdapat sebuah determinan la yaitu penanda definit yang digunakan untuk menunjuk nomina feminin tunggal. Penggunaan artikel la ini sudah sesuai dengan konteks di mana nomina yang ingin diacu adalah seorang perempuan yang bernama Angele (sudah definit).

120

(2) Nomina konkret yang bermakna sesuatu yang memiliki sifat atau kualitas seperti bentuk dasarnya

Bentuk konversi adjektiva menjadi nomina dapat pula mengacu pada suatu benda [-bernyawa]. Tujuannya juga untuk menonjolkan ciri atau kualitas yang ada pada benda tersebut yang dapat dianggap sebagai perwujudan dari benda acuannya. Contoh konversi adjektiva ini dapat dilihat pada contoh seperti le creux d’un arbre ‘cekungan atau lubang sebuah pohon’. Kata creux merupakan adjektiva yang berarti ‘cekung’ menjadi nomina dengan adanya determinan le (artikel definit unutk nomina maskulin tunggal) menjadi le creux yang bermakna ‘sesuatu yang cekung’  ‘cekungan/ceruk’.

(3) Nomina abstrak yang bermakna memiliki kualitas atau sifat seperti bentuk dasarnya

Bentuk yang terakhir adalah nominalisasi adjektiva yang mengacu pada sesuatu yang abstrak. Bentuk konversi adjektiva yang maknanya mengacu pada sesuatu yang abstrak (le beau ‘yang indah dari, indahnya’) banyak sekali dijumpai dalam percakapan bahasa Perancis. Bentuk yang seperti ini dapat dilihat pada contoh berikut.

(a) Tout le luxe de l’ancienne bourgoisie parisienne ADV.semua DEF.m.sg ADJ.mewah PREP ADJ.lama N.f.sg.borjuis Nama etait là.

adalah ADV.disana

121

(b) Elle craint le chaud autant que le froid PRO3.f.sg.dia V.menahan DEF.m.sg ADJ.panas daripada DEF.m.sg ADJ.dingin ‘Dia lebih tahan panas daripada dingin’

(c) Le mal empira. DEF.m.sg ADJ.buruk V.memburuk ‘Hal yang buruk terjadi’

Dari ketiga contoh di atas, terlihat bahwa bentuk dasar adjektiva tidak mengalami perubahan bentuk. Namun, yang terjadi di,sini adalah perubahan kategori kata, yaitu dari kelas kata adjektiva menjadi kelas kata nomina. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah terjadinya perubahan makna yang menyertai transformasi tersebut. Jika dilihat dari bentuk turunan yang dihasilkan, maka nomina yang terbentuk merupakan nomina abstrak, baik yang menyatakan kualitas maupun keadaan. Pada contoh(a) adjektiva luxe ‘mewah’ menjadi nomina le luxe yang mempunyai makna ‘kemewahan, hal yang (bersifat) mewah’. Begitu pula dengan contoh (b) adjektiva chaud ‘panas’ dan froid ‘dingin’ yang bentuk konversinya masing-masing menjadi le chaud ‘hawa panas’ dan le froid ‘hawa dingin’. Sebaliknya pada contoh (c) bentuk adjektiva mal ‘buruk, tidak baik’ menjadi nomina le mal yang maknanya ‘(suatu) hal buruk’. Semua nomina yang terbentuk merupakan nomina abstrak atau nomina yang mempunyai fitur semantik [- konkret].

Satu hal yang membedakan nominalisasi adjektiva yang menggambarkan nomina abstrak dengan nominalisasi adjektiva yang menggambarkan makhluk hidup dan benda adalah dalam hal penggunaan determinan yang mendahului nomina turunan yang terbentuk. Jika dalam nominalisasi yang mengacu pada makhluk hidup dan benda, determinan dan adjektiva yang digunakan sangat

122

tergantung dari gender dan number dari nomina yang diacu. Sebaliknya, konversi adjektiva menjadi nomina abstrak, determinan yang digunakan tidak bergantung dari gender dan number, melainkan hanya bisa didahului oleh determinan untuk nomina maskulin tunggal. Perbedaan dalam hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.

(1) Les méchants et les bons DEF.m.pl Adj.m.jahat dan DEF.m.pl. ADJ.m.baik

‘Mereka (orang-orang) yang jahat dan mereka yang baik’ (2) Il fait le mechant

PRO3.m.sg.dia V.melakukan DEF.m.sg ADJ.m.jahat ‘Dia melakukan kejahatan’

Bentuk konversi yang pertama, yaitu les méchants bermakna ‘(orang-orang) yang jahat’ sudah pasti mengacu atau menggambarkan nomina [+ bernyawa], sedangkan bentuk konversi kedua yang berasal dari adjektiva yang sama, yaitu le méchant mempunyai makna ‘hal yang jahat, kejahatan’. Selain makna dan referen yang berbeda, penggunaan determinan pun menunjukkan perbedaan. Pada bentuk pertama, digunakan artikel definit les (maskulin/feminin, jamak) yang memang mengacu pada nomina jamak yang juga menyebabkan penambahan –s pada adjektivanya sebagai penanda jamak. Sebaliknya, pada bentuk kedua, digunakan artikel definit le (hanya untuk nomina maskulin, tunggal). Hal ini terjadi karena bentuk abstrak ini menggambarkan sesuatu secara umum atau general, bukan milik salah satu gender.

Kemungkinan untuk menciptakan kata benda abstrak dengan mengkonversi adjektiva tergantung pada distribusi kata sifat yang dijadikan masukan. Kata sifat yang biasanya dikombinasikan dengan manusia atau sesuatu yang [+bernyawa],

123

seperti amoureux ’jatuh cinta’, malade ’sakit’, beau/belle ’cantik’, dan lain-lain, maka akan membentuk nominalisasi adjektiva yang mengacu pada manusia. Sebaliknya, kata sifat yang biasanya bergabung dengan benda akan membentuk nomina yang mengacu pada suatu gagasan abstrak. Namun, terdapat batas yang kurang jelas antara adjektiva mana yang biasanya dikombinasikan dengan makhluk hidup dan adjektiva mana yang biasanya digabungkan dengan benda. Hal itu terjadi karena terkadang ditemukan adjektiva yang dapat mengacu pada keduanya, misalnya adjektiva beau/belle ‘bagus, indah, elok’ yang dapat digunakan untuk menggambarkan makhluk hidup maupun benda. Jadi, jika adjektiva beau dikonversi menjadi nomina, maka nomina yang dihasilkan dapat bersifat konkret dan dapat pula bersifat abstrak, seperti pada contoh berikut ini.

(1) Il n’ aime que le beau

PRO3.m.sg hanya V.suka DEF.m.sg ADJ.indah/cantik ‘Dia hanya menyukai hal-hal yang indah’.

(2) Il est avec la belle PRO3.m.sg adalah dengan DEF.f.sg ADJ.cantik ‘Dia bersama si juwita’.

Pada bentuk pertama, le beau bermakna ‘segala hal yang indah, bagus’ yang merupakan nomina abstrak, sedangkan pada bentuk kedua la belle mempunyai makna ‘si jelita, cantik’ yang merupakan nomina yang mengacu pada manusia. Oleh karena referen yang dimaksud merupakan seseorang yang ber-gender feminin, maka digunakanlah kata belle yang merupakan bentuk feminin dari adjektiva beau.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nominalisasi adjektiva dengan cara konversi dapat membawa makna yang berbeda walaupun bentuk

124

yang dihasilkan adalah sama. Hal ini bergantung pada acuan atau referen yang ingin digambarkan oleh bentuk nominalisasi tersebut sehingga pemakaiannya harus disesuaikan dengan konteks di dalamnya, serta diikuti oleh penyesuaian determinan yang akan digunakan di depan bentuk konversi tersebut.

125

BAB VII