• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Teori Morfologi Generatif

2.3.1 Teori Morfologi Generatif

Tulisan pertama Halle tentang Morfologi Generatif berjudul Morphology in Generative Grammar (1972), kemudian mengalami perubahan judul menjadi Prolegomena to a Theory of Word Formation pada tahun 1973. Menurut Halle (1973:3), penutur asli suatu bahasa mempunyai kemampuan yang dinamakan intuisi untuk tidak hanya mengenal kata-kata dalam bahasanya, tetapi juga mengetahui bagaimana kata dalam bahasa itu dibentuk. Morfologi terdiri atas tiga komponen yang saling terpisah. Ketiga komponen itu adalah sebagai berikut.

(1) List of morphemes (daftar morfem, selanjutnya disingkat DM)

(2) Word formation rules (kaidah/aturan pembentukan kata, selanjutnya disingkat APK atau KPK)

(3) Filter (saringan, penapis, tapis) (Halle,1973:3--8)

Dalam DM ditemukan dua macam anggota, yaitu akar kata (yang dimaksud adalah dasar) dan bermacam-macam afiks, baik afiks derivasional maupun infleksional. Bentuk dasar adalah satuan, baik tunggal maupun kompleks yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar (Ramlan, 1985:45). Bentuk dasar tersebut berupa morfem tunggal, tetapi dapat juga berupa gabungan morfem (Chaer, 1994:159). Bentuk dasar ini sering kali berupa morfem bebas, yaitu kata yang mampu berdiri sendiri dalam tataran lebih tinggi dan telah memiliki kategori tertentu, seperti kategori nomina, verba, adjektiva, adverbial, dan numeralia.

26

Anggota kedua dari DM adalah afiks. Afiks ini merupakan morfem terikat, yaitu bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tataran lebih tinggi, belum memiliki makna tertentu, dan belum memiliki kategori leksikal. Jadi, morfem ini tidak dapat muncul dalam tuturan tanpa digabung dahulu dengan morfem lain. Dalam hal ini semua afiks dikatakan sebagai morfem terikat. Perhatikan contoh dalam bahasa Perancis berikut : tables ’meja’, grandes ’besar’, maison ’rumah’, vendeur ’penjual’, incomplete ’tidak penuh’. Bentuk-bentuk dalam tulisan italique merupakan morfem bebas atau bentuk dasar karena dapat ditemukan berdiri sendiri dalam tuturan. Sementara itu bentuk -s, -es, - -eur, in- merupakan morfem terikat karena bentuk-bentuk tersebut adalah afiks yang harus digabungkan dengan bentuk lain agar dapat memiliki makna leksikal.

Butir leksikal yang tercantum dalam DM tidak hanya diberikan dalam bentuk urutan segmen fonetik, tetapi harus dibubuhi beberapa informasi gramatikal yang relevan. Komponen kedua adalah APK / KPK, yaitu komponen yang mencakup semua kaidah tentang pembentukan kata dari morfem-morfem yang ada pada DM. APK bersama DM menentukan bentuk-bentuk potensial dalam bahasa. Oleh karena itu, APK menghasilkan bentuk-bentuk yang memang merupakan kata dan bentuk-bentuk potensial yang belum ada dalam realitas. Bentuk-bentuk potensial sebenarnya dihasilkan dari kemungkinan penerapan APK dan DM, tetapi bentuk-bentuk itu belum lazim digunakan.

Komponen ketiga, yaitu komponen saringan berfungsi menyaring bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh APK dengan memberikan beberapa idiosinkresi, seperti idiosinkresi fonologis, idiosinkresi leksikal, atau idiosinkresi semantik.

27

Idiosinkresi merupakan keterangan yang ditambahkan pada bentuk-bentuk yang dihasilkan APK yang dianggap ‘aneh’. Idiosinkresi fonologis misalnya pada kata mempunyai, menurut kaidah bahasa Indonesia konsonan /p/ di awal kata mendapat prefiks {mN-}, maka konsonan /p/ akan luluh. Bandingkan dengan kata memukul dan meminjam, berasal dari kata dasar pukul dan pinjam. Idiosinkresi semantik dapat dicontohkan pada kata perjuangan memiliki makna kegiatan yang bertarap nasional. Demikian juga kata wafat, gugur, mangkat, berpulang dalam bahasa Indonesia. Idiosinkresi leksikal adalah kata-kata bentukan melalui KPK tidak menyalahi kaidah namun dalam kenyataan tidak pernah muncul dalam pemakaian bahasa sehari-hari. Kata-kata tersebut dimasukkan ke dalam kata-kata potensial seperti kata *mencantik, *tanyaan, *serahan, dan *memperbetuli.

Secara garis besar, pandangan Halle tentang morfologi dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Diagram I Pandangan Morfologi Halle

Syntax Phonology Output Dictionary of Word Filter List of Morphemes Word Formation Rules

28

Sesungguhnya KPK yang diusulkan Halle memakai morfem sebagai bentuk minimal yang digunakan sebagai landasan penurunan kata sehingga sering disebut morpheme based approach. Akan tetapi, pengertian morfem yang diajukan Halle sangat berbeda dengan yang lumrah dimengerti orang. Menurut Halle (1973:3), kata transformational dianggap terdiri atas lima morfem, yaitu trans-form-at-ion-al. Meskipun Halle mencantumkan kamus dalam diagramnya, ia tidak menganggap bahwa kamus merupakan bagian integral dari morfologi generatif. Kamus memiliki peranan dalam pembentukan kata karena APK dapat memanfaatkan leksikon yang tersimpan dalam kamus. Selain itu, kamus juga menampung bentuk-bentuk yang lolos saringan. Hal ini selaras dengan saran Dardjowidjojo (1988:57). Bentuk-bentuk potensial menurut Halle tidak dimasukkan ke kamus dan tidak diberi penjelasan di mana bentuk itu ditampung.

Saringan atau penapis dengan beberapa idionsinkresi dapat memberikan informasi mengapa bentuk tertentu dapat diterima dan mengapa bentuk lain tidak. Hal itu merupakan langkah maju dalam analisis morfologi yang selama ini hanya diterangkan sebagai perkecualian atau dihindari sama sekali. Meskipun pandangan Halle memiliki kelemahan, seperti apa yang telah dipaparkan di depan, Dardjowidjojo berpendapat bahwa model Halle lebih mudah diterapkan.

Aronoff (1976) juga membicarakan morfologi generatif. Pendapatnya tertuang dalam tulisannya yang berjudul “Word Formation in Generatif Grammar”. Pendapat Aronoff berbeda dengan Halle, terutama dalam KPK (Kaidah Pembentukan Kata). Menurut Halle seperti yang telah disebutkan di depan, morfem sebagai bentuk minimal dan sebagai penurunan pembentukan kata,

29

sehingga dikenal dengan istilah morpheme based approach. Sementara itu, Aronoff menganggap bahwa kata adalah bentuk minimal yang dipakai sebagai landasan pembentukan kata. Kata yang dimaksud harus diartikan leksem, sehingga teori Aronoff dikenal dengan lexem based approach karena leksem merupakan bentuk dasar dalam penurunan kata.

Teori Morfologi Generatif model Aronoff menyatakan bahwa kata sebagai unit minimal penurunan kata. Kata yang dimaksud harus memenuhi persyaratan (1) dasar pembentukan kata adalah kata, (2) kata yang dimaksud adalah kata yang benar-benar ada dan bukan hanya merupakan bentuk potensial, (3) aturan pembentukan kata (WFR’s) hanya berlaku pada kata tunggal dan bukan kata kompleks atau lebih kecil daripada kata (bentuk terikat), (4) baik masukan maupun keluaran dari (WFR’s) harus termasuk dalam kategori sintaksis yang utama (Aronoff, 1976:40).

Pembentukan kata dalam teori Morfologi Generatif model Aronoff dilakukan dengan memanfaatkan leksikon yang ada dalam komponen kamus dengan komponen Kaidah Pembentukan Kata. Komponen kamus memuat leksikon yang memiliki informasi kategorial (nomina, verba, ajektiva, dan lain-lain). Sementara itu, Kaidah Pembentukan Kata memuat afiks yang memiliki informasi relasional. Maksudnya, afiks itu memiliki kemampuan untuk bergabung dengan bentuk tertentu dalam proses pembentukan kata baru atau kata turunan (Aronoff ,1976:40).

30

Dictionary

WFR’s

Kaidah Pembentukan Kata oleh Aronoff sangat peka, baik terhadap ciri sintaksis maupun pembatasan seleksional. Aronoff (1976:65) memberikan contoh: pembubuhan sufiks {-ness} hanya dapat dilakukan pada adjektiva, seperti redness ‘merah’, porousness ‘keropos’, sedangkan sufiks {-ee} hanya dapat diletakkan pada verba transitif, seperti employee ’memperkerjakan’, paye ’membayarkan’. Selanjutnya, Aronoff mengajukan konsep blocking ‘perlindungan’ dengan tujuan untuk membendung munculnya suatu kata karena telah ada kata lain yang mewakilinya (Aronoff, 1976:43). Dalam bahasa Perancis dapat dilihat dalam pembubuhan sufiks {-âtre} yang hanya dapat dilakukan pada adjektiva kualifikatif yang menyatakan warna, seperti rougeâtre ‘kemerah-merahan’, blancheâtre ‘keputih-putihan’.

Pada mulanya analisis Morfologi Generatif yang dikemukakan oleh Aronoff tidak disertai diagram. Selanjutnya, Scalise (1984:43) menggambarkannya seperti diagram berikut ini.

Lexical Component

31

Berikutnya, Aronoff juga mengajukan aturan atau kaidah yang kemudian diberi nama Adjusment Rules ‘Kaidah Penyesuaian’ yang disingkat menjadi AP (Aronoff, 1976:105--132). Dalam pembentukan kata tidak semua kata dapat secara langsung masuk ke komponen kamus. Menurut Aronoff, pembubuhan afiks, baik prefiks, sufiks, maupun konfiks, memerlukan adanya perubahan bentuk, baik bentuk dasar maupun bentuk afiks itu sendiri. Sebagai contoh, dalam bahasa Inggris sufiks {-ee} memenggal morfem dari kata dasar, nominate ‘nominasi’ menjadi nominee ‘nominator’, evacuate ‘evakuasi’ menjadi evacuee ‘evakuator’. Dari kedua data di atas terjadi kaidah pemenggalan atau Truncation Rules. Di samping itu, ada juga kaidah alomorfi atau Allomorphy Rules (1974:116--118). Sebagai contoh, penambahan sufiks {-ation} dalam bahasa Inggris memiliki empat atau lima bentuk, yaitu {-a tion}, {-i tion}, {-u tion}, {ion}, {-tion}. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh data berikut.

fascinate fascination

realize realization *relazion *realization

educate *educatation education *educatition

resolve *resolvation *resolvion resolution AP seperti yang dikemukakan oleh Aronoff tersebut juga dapat dilihat dalam bahasa Perancis, misalnya sufiks {-ence} memenggal leksem dari dasar adjektiva patient ‘sabar’ menjadi patience ‘kesabaran’, puissant ’kuat’ menjadi puissance ‘kekuatan’. Dari contoh tersebut dapat dilihat kaidah pemenggalan atau Trancation Rules. Sementara itu Allomorphy Rules ‘Kaidah Alomorfi’ dapat

32

Dictionary

WFR’s

RR’s (TR’s, AR’s)

dilihat pada sufiks {-ité} memiliki tiga bentuk, yaitu {-ité}, {-eté}, dan {-té} yang mengubah adjektiva menjadi nomina, seperti pada daftar leksem berikut.

BRUTAL brutalité

SÛR *sûrité sûreté

MAJESTUEUX *majestité *majesteté majesté

Dengan adanya AP, Scalise (1984:168) menggambarkan proses APK sampai kepada AP seperti berikut ini.

Lexical Component

OUTPUT

Diagram III Organisasi dari Komponen Leksikal II

Teori Morfologi Generatif yang dikemukakan oleh Halle perlu disesuaikan untuk menelaah proses derivasi dalam bahasa Perancis. Hal itu disesuaikan dengan pendapat Dardjowidjojo bahwa diagram yang diajukan oleh Scalise, ternyata masih belum sempurna. Oleh karena itu, Dardjowidjojo merombak diagram itu menjadi diagram seperti berikut ini.

33 DM a f i k