• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI DAN MAKNA LANDEK DALAM UPACARA ADAT NGAMPEKEN TULAN-TULAN

5.5 Makna Upacara Adat Ngampeken Tulan-tulan

5.5.2 Makna upacara adat ngampeken tulan-tulan

5.5.2.1 Makna prosesi upacara engkur-kur kuburen

Menurut Donder upacara berasal dari kata Sanskerta yang memiliki arti terdiri atas kata upaartinya dekat dan kata acarayang artinya kebiasaan. Dengan pejelasan tersebut, upacara mengandung arti kebiasaan yang dekat atau kebiasaan yang mendekatkan. Maksudnya adalah suatu kebiasaan untuk mendekatkan diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau kebiasaan yang tersusun dengan urutan- urutan tertentu dalam (Ginting 2015:33).

kehidupan masyarakat antara lain, upacara penguburan, upacara perkawinan, dan upacara pengukuhan kepala suku. Upacara adat suatu upacara yang dilakukan secara turun-temurun yang berlaku disuatu daerah, setiap daerah memiliki upacara adat sendiri-sendiri. Upacara adat yang dilakukan di daerah, sebenarnya juga tidak lepas dari unsur sejarah dari daerah masing-masing tempat. Upacara adat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan mewujudkan kebiasaan yang selalu dilakukan serta memiliki peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Kematian bagi manusia sesuatu hal biasa, tetapi bagi masyarakat Karo kematian merupakan peristiwa penting. Manusia yang masih hidup memiliki hubungan yang tak terpisahkan dengan roh orang yang sudah meninggal dunia. Kematian bagi masyarakat Karo mendapat perhatian yang istimewa dibandingkan dengan peristiwa lainnya. Hubungan dengan arwah (pertendi) orang yang sudah meninggal dunia tersebut terus dilestarikan dan diimplementasikan dalam berbagai ritual agar tidak mengganggu kehidupan keluarga yang ditinggalkan. Bahkan, upacara yang dilakukan diharapkan dapat membawa kebaikan bagi keluarga yang masih hidup (Prinst, 2004:152).

Begitu juga dengan upacara adatngampeken tulan-tulan salah satu kegiatan masyarakat yang dilakukan dalam upacara adat tertentu merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan masyarakat Karo. Upacara ngampeken tulan-tulan sudah lama dikenal dan dilaksanakan oleh masyarakat Karo sebagai upacara adat. Adakalanya pemindahan tulang-tulang atau tengkorak dilakukan tidak hanya satu tengkorak mayat, tetapi tergantung kesepakatan sangkep nggeluh, karena dalam

upacara adat ngampeken tulan-tulan merupakan upacara yang melibatkan sistem kekerabatan di dalamnya.

Upacara adat ngampeken tulan-tulan menurut Petrus Tarigan (wawancara April 2017) menjelaskan bahwa ngampeken tulan–tulan yang dapat di artikan adalah mengangkat tulang, merupakan salah satu upacara adat yang sampai saat ini masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Karo dimana tujuannya adalah memberi penghormatan terakhir kepada orang tua yang sudah meninggal dan membangun rumah ataugeriten(tugu) untuk orang yang sudah meninggal.

Dahulunya upacara ini memiliki unsur kepercayaan perbegu atau mistik di dalamnya karena masyarakat Karo masih menganut paham agama pamena, setelah pergeseran zaman akhirnya upacara ini beralih fungsi menjadi upacara adat. Upacara ini baru bisa dilaksanakan 5-10 tahun setelah orang tua meninggal. Upacara ini tidak memiliki hari atau tanggal khusus pelaksanaannya, upacara ini ditentukan dari kesepakatan keluarga. Dalam upacara memiliki aturan-aturan dalam pelaksanaan baik dalam upacara penggalian kubur ataupun upacara adat. Upacara diatur oleh sistem kekerabatan yaitu sangkep nggeluh dimana masing- masing kelompok seperti sukut, kalimbubu dan anak beru memiliki masing- masing tugas dan tanggung jawab sesuai dengan tugas mereka berdasarka aturan adat istiadat sesuai kelompok atau masing-masing golongan.

Pada upacara penggalian kuburan memilki makna dan tujuan dalam setiap aturan prosesinya dimana dalam proses awal ini dimulai dari penggalian kuburan. Pada saat proses penggalian kuburan, galian pertama dilakukan oleh Kalimbubu

beru aturan ini memiliki makna terkait dengan sistem kekerabatan masyarakat Karo, galian pertama dilakukan oleh kelompok yang sangat dihormatai yaitu kalimbubu diteruskan penggalian kepada kelompok yang akan melaksanakan pekerjaan sampai selesai yaitu anak beru. Kemudian pada saat penggalian, tulang yang pertama kali diangkat adalah batok kepala mayat, jika batok kepala belum ditemukan maka tulang yang lain tidak boleh diangkat. Setelah batok kepala ditemukan, pihak sukut melemparkan uang kedalam lubang dan diambil anak beru dengan arti sebagai ucapan terimakasih. selanjutnya tulang diangkat oleh anak beru kemudian diserahkan kepada kalimbubu dengan menggunakan kain putih sebagai simbol penghormatan.

Selanjutnya lubang ditutup kembali, pada saat lubang ditutup, di dalam lubang harus dimasukkan batang pisang, oleh masyarakat Karo batang pisang dianggap sebagai pengganti tulang-tulang yang sudah diangkat. Selanjutnya tulang dicuci oleh anak beru dengan menggunakan jeruk purut dianggap sebagai pembersihan roh yang sudah diangkat kembali tulangnya. Tulang disusun kembali ke dalam peti. Tulang-tulang tersebut dimasukkan ke tugu yang telah dibangun oleh keluarga sebagai tempat terakhir atau dalam bahasa Karo disebut geriten yang dianggap sebagai tempat penghormatan terakhir kepada roh yang sudah meninggal. Dahulunya upacara ini tulang-tulang yang sudah dibersihkan tersebut terlebih dahulu diusung kerumah dan di letakkan semalaman di dalam rumah sampai esok harinya di bawak kembalai ke jambur. Namun saat ini tidak lagi tulang-tulang tersebut dibawa kerumah melainkan langsung dimasukkan kedalam geritenhal ini terjadi karena pengaruh kepercayaan yang menganggap upacara ini

hanya sebagai upacara adat tidak lagi melakukan ritual pemanggilan roh dari orang yang sudah meninggal.

Pada prosesi upacara adat juga mengalami perubahan, pada hakekatnya peti yang berisikan tengkorak-tengkorang tersebut diusung ke jambur untuk pelaksanaan upacara adat. Dengan prosesi dimana awal acara peti diletakkan ditengah-tengah bagian depan dan pemusik memainkan musik gendang perang, Pada prosesi ini tidak ada yang menari, tujuannya untuk memanggil arwah. Hal ini sudah tidak dilaksanakan oleh masyarakat Karo, karena dianggap suatu ritual mengikuti kepercayaan parbegu. Saat ini upacara adat ngampeken tulan-tulan bertujuan sebagai pelaksanaan upacara adat tidak berkaitan dengan mistik.

Dokumen terkait