• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAGEMENT OF FINANCIAL RISK (continued)

2014 Jumlah Saham

34. MANAGEMENT OF FINANCIAL RISK (continued)

a. Risiko Kredit a. Credit risk

Risiko kredit adalah risiko di mana salah satu pihak atas instrumen keuangan akan gagal memenuhi liabilitasnya dan menyebabkan pihak lain mengalami kerugian keuangan.

Credit risk is the risk when one party to a financial instrument will fail to discharge an obligation and cause the other party to incur a financial loss.

Risiko kredit yang dihadapi oleh Kelompok Usaha berasal dari kredit yang diberikan kepada pelanggan yang untuk saat ini cenderung terbatas. Untuk mengurangi risiko ini, Kelompok Usaha berusaha untuk memastikan pendapatan jasa dilakukan dengan menyeleksi pelanggan- pelanggan yang memiliki kondisi keuangan yang kuat serta reputasi yang baik. Sebagai tambahan, saldo piutang dipantau secara terus menerus untuk mengurangi kemungkinan piutang yang tidak tertagih (lihat Catatan 7 dan 8).

Credit risk faced by the Group arising from the credit granted to its customers is currently very limited. Nevertheless, to mitigate this risk, the Group tries to ensure that service revenues are made selecting customers with strong financial condition and good reputation. Moreover, receivable balances are monitored on an ongoing basis to reduce the exposure to bad debts (see Notes 7 and 8).

Kelompok Usaha juga menghadapi risiko kredit yang berasal dari penempatan dana di bank dalam bentuk rekening lancar dan kas yang dibatasi penggunaanya. Untuk mengatasi risiko ini, Kelompok Usaha memiliki kebijakan untuk menempatkan dananya hanya di bank-bank yang mempunyai reputasi yang baik (lihat Catatan 5 dan 12).

The Group is also exposed to credit risk arising from the funds placed by the Group in banks in the form of current account and restricted cash. To mitigate this risk, the Group has a policy to place its funds only in banks that have good reputation (see Note 5 and 12).

Kas dan bank dan piutang usaha telah jatuh tempo namun tidak mengalami penurunan. Perusahaan telah menempatkan kas dalam lembaga keuangan yang teratur dan terkemuka. Piutang usaha Perusahaan terkonsentrasi ke satu pelanggan, yaitu PT Berau Coal. Manajemen berkeyakinan bahwa tidak terdapat risiko kredit yang signifikan terkait dengan konsentrasi pelanggan ini karena PT Berau Coal dianggap sebagai pihak yang layak kredit dengan eksposur minimal atas kerugian penurunan nilai.

Cash on hand and in banks and trade receivables are neither past due nor impaired. The Company has placed its cash with financial institutions which are regulated and reputable. The Company’s trade receivables and are concentrated to one customer, which is PT Berau Coal. The management believes that there is no significant credit risk with regard to this customer concentration because PT Berau Coal is considered as a credit worthy party with minimal exposure of impairment loss.

Risiko kredit dari aset keuangan lainnya dianggap tidak signifikan.

Credit risk from other financial assets is not considered significant.

b. Risiko Pasar b. Market Risk

Risiko Mata Uang Foreign Currency Risk

Kelompok Usaha melakukan transaksi bisnis dalam beberapa mata uang asing dan karena itu terkena risiko mata uang asing. Kelompok Usaha tidak memiliki kebijakan mata uang asing lindung nilai. Namun manajemen memonitor eksposur mata uang asing dan akan mempertimbangkan lindung nilai risiko mata uang asing yang signifikan harus diperlukan.

The Group transacts business in some foreign currencies and therefore is exposed to foreign exchange risk. The Group does not have a foreign currency hedging policy. However management monitors foreign exchange exposure and will consider hedging significant foreign exchange risk should the need arises.

(lanjutan) (continued)

b. Risiko Pasar (lanjutan) b. Market Risk (continued)

Risiko Mata Uang (lanjutan) Foreign Currency Risk (continued)

Tabel berikut ini menunjukan sensitivitas kemungkinan perubahan tingkat pertukaran mata uang berdasarkan mata uang fungsional Perusahaan dan entitas anak, jika mata uang fungsional adalah Dolar Amerika Serikat, maka mata uang tersebut akan menguat/melemah terhadap mata uang asing, dengan asumsi variabel lain konstan, dampak terhadap laba setelah beban pajak penghasilan adalah sebagai berikut:

The following table demonstrates the sensitivity to a reasonably possible change in currency exchange rate based on the functional currency of the Company and its subsidiaries, if the functional currency is the United States Dollar, then the currency will strengthen/weaken against foreign currencies, assuming other variables constant, the impact on profit after income tax expense is as follows:

Dampak

terhadap laba

setelah beban

Tingkat pajak penghasilan /

Sentisitivitas / Effect on income

Sensitivy after income

Rate tax expense

31 Desember 2015 December 31, 2015 Rupiah 4% (556.198 ) Rupiah Euro 3% 47 Euro 31 Desember 2014 December 31, 2014 Rupiah 2% 94.301 Rupiah Euro 3% 32 Euro

Menurut pendapat manajemen, analisis sensitivitas adalah menunjukkan pengungkapan risiko mata uang asing yang timbul pada akhir tahun namun tidak mencerminkan pengungkapan selama tahun berjalan.

In management's opinion, the sensitivity analysis is unrepresentative of the inherent foreign exchange risk as the year-end exposure does not reflect the exposure during the year.

c. Risiko Likuiditas c. Liquidity Risk

Risiko likuiditas adalah risiko di mana Kelompok Usaha akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana guna memenuhi komitmennya atas instrumen keuangan.

Liquidity risk is the risk when the Group will encounter difficulty in raising funds to meet its commitments associated with financial instruments.

Pengelolaan terhadap risiko likuiditas dilakukan dengan cara menjaga profil jatuh tempo antara aset dan liabilitas keuangan, penerimaan tagihan yang tepat waktu, manajemen kas yang mencakup proyeksi dan realisasi arus kas hingga beberapa periode ke depan serta memastikan ketersediaan pendanaan melalui komitmen fasilitas kredit.

Liquidity risk is managed through maintaining/synchronizing the maturity profile between financial assets and liabilities, on- time receivable collection, cash management which covers cash flow projection and realization in the subsequent periods and ensure the availability of financing through committed credit facilities.

Tabel di bawah merangkum profil jatuh tempo liabilitas keuangan Kelompok Usaha berdasarkan pembayaran kontraktual yang tidak didiskontokan pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014.

The table below summarizes the maturity profile of the Group’s financial liabilities based on contractual undiscounted payments as of December 31, 2015 and 2014.

34. MANAJEMEN TERHADAP RISIKO KEUANGAN (lanjutan)

34. MANAGEMENT OF FINANCIAL RISK (continued)

c. Risiko Likuiditas (lanjutan) c. Liquidity Risk (continued)

2015

Lebih dari

Kurang dari 2 tahun /

1 tahun / Less 1 – 2 tahun / More than Bunga/ Jumlah /

than 1 year 1 – 2 years 2 years Interest Total

Hutang bank Short-term

jangka pendek 7.225.239 - - - 7.225.239 bank loan

Trade

Hutang usaha - payables -

pihak ketiga 7.902.380 - - - 7.902.380 third parties Hutang lain-lain 541.765 - - - 541.765 Other payables

Beban masih harus Accrued

dibayar 3.155.983 - - - 3.155.983 expenses

Hutang bank Long-term

jangka panjang 54.600.000 - - - 54.600.000 bank loans

Obligation

Hutang sewa under finance

pembiayaan 13.114.949 4.863.024 178.169 (674.573) 17.481.569 lease

Jumlah 86.540.316 4.823.024 178.169 (674.573) 90.906.936 Total

2014

Lebih dari

Kurang dari 2 tahun /

1 tahun / Less 1 – 2 tahun / More than Bunga/ Jumlah /

than 1 year 1 – 2 years 2 years Interest Total

Hutang bank Short-term

jangka pendek 1.522.875 - - (22.875) 1.500.000 bank loan

Trade

Hutang usaha - payables -

pihak ketiga 7.790.888 - - - 7.790.888 third parties Hutang lain-lain 784.629 - - - 784.629 Other payables

Beban masih harus Accrued

dibayar 759.314 - - - 759.314 expenses

Hutang bank Long-term

Jangka panjang 17.230.570 44.330.000 - (6.427.234) 55.133.336 bank loans

Obligation

Hutang sewa under finance

pembiayaan 5.699.747 14.276.329 6.511.426 (1.930.756) 24.556.746 lease

Jumlah 33.788.023 58.606.329 6.511.426 (8.380.865) 90.524.913 Total

35. INFORMASI SEGMEN 35. SEGMENT INFORMATION

Segmen usaha dilaporkan dengan cara yang sesuai dengan pelaporan internal yang dipersiapkan untuk pembuat keputusan operasional. Pembuat keputusan operasi adalah pihak yang bertanggung jawab untuk mengalokasikan sumber daya dan menilai kinerja segmen operasi.

Operating segments are reported in a manner consistent with the internal reporting provided to

the chief operating decision maker. The chief

operating decision maker is responsible for allocating resources and assessing performance of the operating segments.

Pendapatan, beban, hasil usaha, aset dan liabilitas segmen termasuk item-item yang dapat diatribusikan secara langsung kepada suatu segmen serta hal-hal yang dapat dialokasikan dengan dasar yang memadai untuk segmen tersebut. Segmen ditentukan sebelum saldo dan transaksi antar Kelompok Usaha dieliminasi sebagai bagian dari proses konsolidasi.

Segment revenue, expenses, results, assets and liabilities include items directly attributable to a segment as well as those that can be allocated on a reasonable basis to that segment. They are determined before intragroup balances and intra- group transactions are eliminated.

Pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, Kelompok Usaha mengklasifikasikan pendapatan, beban, hasil usaha, aset dan liabilitasnya ke dalam satu segmen, yaitu segmen jasa penambangan pada 31 Desember 2015 dan 2014; sehingga tidak disajikan catatan tersendiri mengenai informasi segmen.

As of December 31, 2015 and 2014, the Group classifies its revenue, expenses, results, assets and liabilities under one segment, namely mining service as of December 31, 2015 and 2014; therefore, no separate disclosure regarding segment information is presented.

36. PERJANJIAN DAN IKATAN PENTING 36. SIGNIFICANT AGREEMENTS AND

COMMITMENTS

Entitas Anak Subsidiaries

DS DS

a. Undang-undang Pertambangan No. 4/2009 a. Mining Law No. 4/2009

Pada tanggal 16 Desember 2008, Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara yang baru (“Undang-Undang Pertambangan”), yang telah disahkan oleh Presiden pada tanggal 12 Januari 2009 dan menjadi UU No. 4/2009. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Pertambanga tersebut, seluruh entitas anak yang bergerak di bidang penambangan batubara telah memperoleh Izin Usaha Pertambangan (“IUP”).

On December 16, 2008, the House of Representatives passed a new Law on Minerals and Coal Mining, which received the assent of the President on January 12, 2009, becoming Law No. 4/2009 (the “Mining Law”). In accordance with the Mining Law, all subsidiaries engaged in coal mining have obtained a Mining Business Permit (“IUP”).

Pada tanggal 1 Februari 2010, Presiden Republik Indonesia menandatangani dua peraturan pelaksanaan untuk Undang-Undang Pertambangan tersebut, yaitu PP No. 22/2010 dan No. 23/2010.

On February 1, 2010, the President of the Republic of Indonesia signed two implementing regulations for the Mining Law, i.e. GR No. 22/2010 and GR No. 23/2010.

PP No. 22/2010 mengatur tentang pembentukan area pertambangan di Indonesia. PP No. 23/2010 menjelaskan lebih detil beragam tipe perizinan pertambangan yang ada sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Pertambangan ini, dan menjelaskan syarat dan kondisi dasar yang harus dipenuhi oleh pihak yang mengajukan maupun pihak berwenang yang mengeluarkan izin pertambangan.

GR No. 22/2010 deals with the establishment of mining areas in Indonesia. GR No. 23/2010 offers further details of different types of mining licenses which may be made available under this Mining Law, and sets out the basic terms and conditions which need to be satisfied by license applicants and issuing authorities.

Pada tanggal 21 Februari 2012 dan 11 Januari 2014, Pemerintah Indonesia mengubah PP No. 23/2010 dengan menerbitkan PP No. 24/2012 dan PP No.1/2014, yang mengatur mengenai pengalihan IUP, divestasi dan wilayah pertambangan.

On February 21, 2012 and January 11, 2014, the Government of Indonesia amended GR No. 23/2010 by issuing GR No 24/2012 and GR No.1/2014, respectively which regulate the transfer to IUPs, divestment and mining areas.

Kelompok Usaha memonitor secara seksama perkembangan atas peraturan pelaksana dari Undang-Undang Pertambangan tersebut dan akan mempertimbangkan dampaknya terhadap operasi Grup, jika ada, pada saat peraturan peraturan pelaksana ini diterbitkan.

The Group is closely monitoring the progress of the implementing regulations for the Mining Law and will consider the impact on its operations, if any, as these regulations are issued.

36. PERJANJIAN DAN IKATAN PENTING (lanjutan) 36. SIGNIFICANT AGREEMENTS AND