• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAGEMENT OF VILLAGE-OWNEDENTERPRISE (BUMDESA) “LUHUR SEPAKAT” AND LOCAL-OWN REVENUE OF SIDO LUHUR VILLAGE

Surjadi

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Bengkulu Jl. Raya Padang Kemiling Km. 14 Kota Bengkulu 38216

email : surjadi05@gmail.com

ABSTRAK

BUMDESA merupakan badan usaha milik desa yang didirikan atas dasar kebutuhan dan potensi desa sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.Desa SidoLuhur adalah contoh desa tertinggal yang mampu memanfaatkan potensi desasebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa melalui pembentukan BUMDESA “Luhur Sepakat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme dan faktor apa saja yang mempengaruhi mekanisme pengelolaan BUMDESA pada Desa SidoLuhur. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Mekanisme yang digunakan dalam pengelolaan BUMDESA ini adalah pengelolaan keuangan yang bersumber dari penyertaan modal dana desa untuk mensejahterakan Desa Sido Luhur serta warga sekitar. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara sedangkan data sekunder merupakan data yang dimiliki olehBUMDESA“Luhur Sepakat”. Hasil dari penelitian ini bahwa Desa Sido Luhur memiliki banyak potensi pengembangan dimana Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia cukup berpotensi memajukan desa melalui penyertaan modal yang bersumber dari dana desa sebagai wujud otonomi desa.

Kata Kunci : BUMDESA, Sejahtera, Potensi

ABSTRACT

BUMDESA is avillage-owned enterprise established based on needs and effort to improve local wellness. SidoLuhur Village is a model of remote village which is able to utilize its resources to improveprosperity of thecommunity by creating BUMDESA “LuhurSepakat”. This study aims to identify mechanism and factors affecting BUMDESA management in SidoLuhur Village. This is descriptive qualitative study. Primary data is obtained by observation and interview, then secondary data is collected from BUMDESA “LuhurSepakat” itself. Finally, this study reveals that management of village funds for capital is the mechanism to increase prosperity of the community. Then, plenty of natural resources and human resources in the village are potential to develop as supported by village funds.

140 PENDAHULUAN

BUMDESA merupakan badan usaha milik desa yang didirikan atas dasar kebutuhan dan potensi desa sebagai upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Berkenaan dengan

perencanaan dan pendirian, BUMDESA juga merupakan perwujudan partisipasi masyarakat desa secara keseluruhan, sehingga tidak menciptakan model usaha yang dihegemoni oleh kelompok tertentu ditingkat desa artinya tata aturan ini terwujud dalam mekanisme kelembagaan yang solid. Penguatan kapasitas kelembagaan akan terarah pada adanya tata aturan yang mengikat seluruh anggota (Anonim, 2007).

Melalui BUMDESA, Desa berpeluang

untuk mengelola pembangunan

ekonomi sebagai hak otonom yang dimiliki desa. Tujuan BUMDESA yaitu mengoptimalkan pengelolaan aset desa, memajukan perekonomian desa, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Sifat usaha BUMDESA adalah berorientasi pada keuntungan. Sifat

pengelolaan usahanya adalah

keterbukaan, kejujuran, partisipasif dan berkeadilan. Fungsi BUMDESA adalah sebagai motor penggerak perekonomian desa, sebagai lembaga usaha yang menghasilkan Pendapatan Asli Desa (PADes), serta sebagai sarana untuk mendorong percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.

Secara konseptual pemberdayaan BUMDESA tidak jauh berbeda dengan

konsep-konsep pemberdayaan

masyarakat yang sudah banyak dikenal, misalnya sebagai upaya memperkuat

unsur-unsur keberdayaan untuk

meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang berada dalam kondisi tidak mampu dengan cara mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, atau

konsep memampukan dan

memandirikan masyarakat.

Pemberdayaan BUMDESA merupakan proses pemberdayaan potensi-potensi pembangunan yang ada di desa yang bersumber dari, oleh dan untuk masyarakat (Kartasasmita, 1997).

Lahirnya Undang-Undang No 6 Tahun

2014 Tentang Desa memberikan

paradigma dan konsep baru mengenai kebijakan tata kelola desa secara nasional. Undang-undang desa ini tidak lagi menempatkan desa sebagai latar belakang Indonesia tapi halaman depan Indonesia. Undang-Undang Desa yang disahkan pada akhir tahun 2013 juga mengembangkan prinsip keberagaman (Kurniawan, 2015).

Dengan berlakunya Undang-Undang Desa No 6 tahun 2014, desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengelola desanya sendiri dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Undang-undang tersebut juga mengakui adanya otonomi desa. Menyadari akan pentingnya pembangunan di tingkat desa, Pemerintah melakukan berbagai program untuk mendorong percepatan

pembangunan kawasan pedesaan,

namun hasilnya masih belum signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan desa harus dilakukan secara terencana dengan baik dan harus

141

menyentuh kebutuhan riil masyarakat desa sehingga pembangunan yang dilakukan di kawasan pedesaan dapat maksimal (Zatalini, 2015).

Kebijakan berupa desentralisasi fiskal ke desa (dana desa) menunjukkan bentuk keberpihakan yang besar dan progresif dari pemerintah pusat akan prioritas peningkatan pembangunan daerah dalam pelayanan masyarakat demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat desa. Dana tersebut dapat digunakan sebagai modal pembangunan desa melalui BUMDESA sesuai pasal pada UU No. 6 Tahun 2014 dengan maksud untuk mendorong peningkatan skala ekonomi produktif rakyat desa (Sidik, 2015).

Provinsi Bengkulu yang terdiri dari 9 kabupaten, 117 kecamatan dan 1341 desa memiliki 1032 BUMDESA. Dari 1032 BUMDESA yang ada, terdapat 722 BUMDESA berstatus aktif dan 310 BUMDESA berstatus tidak aktif. Pemerintah Provinsi Bengkulu melalui Dinas PMD Provinsi Bengkulu pada Tahun 2018 melakukan penilaian terhadap BUMDESA berprestasi se-Provinsi dan ditetapkan BUMDESA “Luhur Sepakat” Desa Sido Luhur, Kecamatan Padang Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara sebagai juara I pada kategori desa tertinggal. Mekanisme pengelolaan BUMDESA pada Desa Sido Luhur dapat dijadikan sebuah model untuk diterapkan pada desa-desa lainnya. Sehingga, yang menjadi rumusan masalah yaitu bagaimana tata kelola BUMDESA Luhur Sepakat dalam memanfaatkan potensi desa

sehingga mampu memberikan

kontribusi pendapatan asli desa untuk kemajuan desa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui mekanisme pengelolaan BUMDESA pada Desa Sido Luhur dan mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi mekanisme pengelolaan BUMDESA Sido Luhur.

TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa pengertian dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDESA) diantaranya yaitu :

1. BUMDESA merupakan salah satu

strategi kebijakan untuk

menghadirkan institusi Negara (kementerian Desa PDTT) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Desa (selanjutnya disebut tradisi desa).

2. BUMDESA merupakan salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari pinggiran melalui pengembangan usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif.

3. BUMDESA merupakan salah satu

strategi kebijakan untuk

meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

4. BUMDESA merupakan salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan menggerakkan unit-unit usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif Desa (Putra, 2015).

Dinyatakan di dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 pasal 5 ayat 1 Tentang Badan Usaha Milik Desa bahwa BUMDESA dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa yaitu:

142

1. Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok 2. Tersedia sumberdaya desa yang

belum dimanfaatkan secara optimal terutama kekayaan desa dan terdapat permintaan di pasar.

3. Tersedianya sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha

sebagai asset penggerak

perekonomian masyarakat.

4. Adanya unit-unit yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi.

Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa

sebagaimana tertuang dalam

Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran (BPKP, 2015), dengan uraian sebagai berikut:

1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa. Asas yang

membuka diri terhadap hak

masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa

dengan tetap memperhatikan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. Akuntabel yaitu perwujudan

kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan. Asas akuntabel yang menentukan bahwa setiap kegiatan

dan hasil akhir kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai

dengan ketentuan peraturan

perundangundangan;

3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan

pemerintahan desa yang

mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa;

4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sido Luhur sebagai desa tertinggal di Kecamatan Padang Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode Deskritif kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,menemukan,menggambark an dan menjelaskan kualitas dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan secara kuantitatif (Saryono, 2010).

Teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dan data sekunder yaitu data yang telah ada di BUMDESA Luhur Sepakat. Data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis dan diinterpretasi melalui

143

reduksi dengan mengelompokan hal-hal pokok, kemudian disajikan dan dilakukan penarikan kesimpulan atas jawaban-jawaban yang diperoleh dari informan. Kualitas atau keabsahan data menggunakan teknik triangulasi dengan

membandingkan hasil wawancara

antara informan satu dengan informan lainnya untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mekanisme pengelolaan yang terdapat pada BUMDESA “Luhur Sepakat”

Desa Sido Luhur adalah dengan naungan hukum sebuah peraturan desa yaitu Perdes Nomor 006 Tahun 2016 Tanggal 28 Oktober 2016 Tentang Pendirian Badan Usaha Milik Desa. Dalam operasionalnya BUMDESA di Desa Sido Luhur digunakan untuk mensejahterakan desa itu sendiri. Desa Sido Luhur dalam observasi deskriptif memberikan hasil sangat baik yang dibuktikan melalui berjalan lancarnya pengelolaan aset (lihat Tabel 1) walaupun dengan beberapa kendala.

Tabel 1. Kegiatan Usaha yang Sedang Berjalan

No Nama Unit Usaha Produk/Kegiatan yang dilaksanakan atau dihasilkan

1 Simpan Pinjam Memberikan pinjaman untuk warga desa Sido Luhur dengan bunga 1,5%/Bulan

2 Jasa rental tenda dan kursi

Menyewakan tenda dan kursi untuk pesta desa Sido Luhur maupun di luar desa Sido Luhur

3 Jasa Rental molen Menyewakan molen untuk pembangunan desa,maupun pribadi baik didalam maupun di luar desa Sido Luhur 4 Jasa Transaksi Online Menerima pembayaran seca online seperti :listrik, listrik

pulsa, BPJS, tiket pesawat,PDAM,FIF,Dll

5 Jasa perdagangan Menjual produk hasil olahan ibu-ibu pkk desa sido luhur dan penjualan pulsa elektrik All operator

6 Jasa BRI link Melayani transfer, tarik tunai,setoran tabungan,setoran pinjaman,pembayaran listrik,briva,PDAM,tiketing,cek saldo, Dll

Tabel 1 menunjukkan bahwa

BUMDESA Luhur Sepakat selain ditunjuk sebagai lembaga legal perekonomian desa untuk peningkatan layanan umum dan optimalisasi aset desa, BUMDESA berperan pula sebagai

pendukung kegiatan usaha dan

perekonomian masyarakat desa dalam memfasilitasi dan mengkoordinasikan upaya-upaya ekonomi produktif milik masyarakat desa. BUMDESA sendiri

merupakan wadah masyarakat dalam mengembangkan potensi desa yang belum tersentuh oleh pemerintah. Potensi tersebut berguna untuk warga masyarakat sekitar. Seperti kegiatan simpan pinjam yang memiliki bunga 1,5%, hal tersebut bukan memberatkan warga namun justru meringankan. Peminjaman dapat dilakukan untuk modal usaha warga dan perputaran bunga bukan untuk pemerintah namun

144

digunakan untuk kemajuan desa Sido Luhur, agar BUMDESA ini dapat berkembang dan menjadi lembaga perekonomian yang memiliki daya

saing, maka perlu dilakukan

kategorisasi tingkat perkembangannya. Kategorisasi ini bertujuan agar pemerintah dapat lebih mudah dalam mengklasifikasi kekuatan dari masing-masing BUMDESA.

Tabel 2. Kegiatan Bimbingan teknis

BUMDESA No Kegiatan Pelaksana 1 Bimbingan Teknis Pengembangan BUMDESA Provinsi Bengkulu 2 Pembukaan Pelatihan BUMDESA Angkatan XXI KEMENDES 3 Pelatihan BUMDESA BALATMAS Pekan Baru 4 Pelatihan BUMDESA Dinas DPMD Bengkulu Utara

Bukan hanya kegiatan yang sedang berjalan saja namun ada juga kegiatan

usaha yang direncanakan akan

dikembangkan seperti pada Tabel 2. Kegiatan pengembangan ini fokus dengan rencana pengembangan usaha yang disertai dengan upaya peningkatan kualitas SDM pengelola BUMDESA.

Tabel 3. Kegiatan usaha yang direncanakan akan dikembangkan

No Nama Unit Usaha Produk/Kegiatan yang dilaksanakan atau dihasilkan

1 Pembentukan unit usaha pembenihan ikan

Pembenihan benih ikan yang berkualitas, serta mampu memenuhi kebutuhan benih didesa SidoLuhur dan sekitarnya yang akan bekerjasama dengan Unit Pembenihan Rakyat (UPR)

2 Pembentukan unit cetak batako

Pembuatan batako yang berkualitas, akan bekerjasama dengan karang taruna desa

3 Penanaman modal usaha simpan pinjam

Jasa keuangan, mampu membantu perekonomian masyarakat dengan bunga ringan

4 Pendirian pangkalan Gas LPG 3 Kg

Gas LPG subsidi 3 Kg mampu memenuhi kebutuhan Gas LPG untuk masyarakat Desa Sido Luhur dan dapat bekerja sama dengan warung manisan di dalam maupun di luar Desa Sido Luhur

Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa perencanaan pengembangan kegiatan

usaha dari BUMDESA memiliki

potensi yang baik. Pembentukan unit

usaha pembenihan ikan adalah

perencanaan usaha yang baik karena

perencanaan tersebut sangat berpotensi

bagi Desa Sido Luhur dalam

mendapatkan benih ikan berkualitas. Ikan dengan kualitas yang baik dapat mensejahterakan warga sekitar melalui

145

pendapatan penjualan yang diperkirakan dapat di ekspor ke luar daerah.

Masyarakat memiliki peranan yang sangat penting karena memiliki posisi sebagai obyek dan subyek dari perekonomian itu sendiri. Artinya, masyarakat tidak hanya menjadi target atau tujuan dari suatu pembangunan tetapi juga dilibatkan di dalam perekonomian. Partisipasi masyarakat dalam perekonomian sangat penting karena dengan melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan perekonomian maka perekonomian yang dilaksanakan bisa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Perekonomian yang dilaksanakan di desa tentu kebutuhannya akan berbeda

dengan perekonomian yang

dilaksanakan di daerah perkotaan. Dalam penelitian ini partisipasi secara langsung oleh masyarakat desa dimulai

dari tahap merencanakan,

melaksanakan, sampai pada kegiatan

pengawasan melalui kegiatan

pemanfaatan dana BUMDESA yang berbasis potensi lokal.

Meskipun dalam perekonomian desa ada dua paradigma yang berbeda yaitu kegiatan usaha ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat secara individu (swasta) di satu sisi dan usaha kolektif masyarakat dalam wadah BUMDESA disisi lain. Namun keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu masyarakat bisa berpartisipasi dalam perekonomian. Partisipasi masyarakat diperlukan dalam

perekonomian karena dari

masyarakatakan diperoleh informasi guna identifikasi mengenai kondisi eksisting, kebutuhan, serta sikap

terhadap perekonomian. Dalam

perekonomian menggunakan

BUMDESA akan mendapatkan omset dari usaha yang sedang dijalankan dan dikembangkan. Omset digunakan untuk melihat kemajuan dari usaha yang dilakukan serta pemutaran modal yang akan memajukan usaha yang dijalankan saat ini.

Tabel 4. Omset Usaha

No Nama Unit Usaha Jumlah Omset Per Bulan(Rp) 1 Transaksi Online Rp 10.000.000,- 2 Pulsa Elektrik Rp 3.000.000,- 3 Sewa Menyewa Rp 300.000,- 4 BRI Link Rp 100.000.000,- 5 Simpan Pinjam Rp 10.000.000,- Jumlah Rp 123.300.000,-

Omset dari BUMDESA kurang lebih 123 juta rupiah per tahun (lihat Tabel 4). Hasil bersih dari BUMDESA dialokasikan sebesar 20% untuk Desa,

BKM 20%, BUMDESA 20%,

kemudian Dusun 15%. Jumlah yang cukup besar, Hal ini perlu diperdalam karena menyangkut akuntabilitas dari

BUMDESA dan kepercayaan

masyarakat kepada BUMDESA.

Beberapa partisipan juga mengharapkan adanya peninjauan kembali proporsi pembagian SHU, dimana Dusun yang

bersentuhan langsung dengan

masyarakat hanya mendapat sedikit dari bagian SHU. Kecilnya alokasi untuk pedukuhan ini menjadi salah satu faktor penyebab masyarakat tidak merasakan manfaat dari keberadaan BUMDESA.

146

Pelembagaan BUMDESA untuk

pemberdayaan dan penggerakan potensi

ekonomi desa bertujuan untuk

mendukung kebijakan makro

pemerintah (UU No.32/2004) dalam

upaya pengentasan kemiskinan

khususnya di pedesaan. Pemberdayaan

BUMDESA secara melembaga di

tingkat desa diharapkan akan

mendinamisasi segala potensi desa untuk kesejahteraan masyarakatnya. Oleh sebab itu beberapa unsur penting

sebagai prasyarat pendirian,

pemberdayaan, dan pelembagaan

BUMDESA dijadikan sebagai tujuan khusus yang akan dihasilkan melalui penelitian ini, yaitu :

1. Model kelembagaan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa (penjabaran Pasal 213 UU No.32/2004).

2. Model organisasi dan manajemen BUMDESA

3. Model fasilitasi, yang terdiri dari : a. partisipasi masyarakat dan

pemberdayaan ekonomi, b. pendampingan usaha, dan

c. pola kemitraan eksternal terhadap

lembaga keuangan (bank,

koperasi, atau penanam modal), dan mitra usaha lainnya.

Istilah pemberdayaan yang pada awalnya hanya bersifat mikro-individual, telah berkembang secara luas menjadi sebuah strategi preverensi dan intervensi kelompok dan bahkan masyarakat. Sebagai stratetgi, pemberdayaan dewasa ini banyak digunakan sebagai suatu aksi atau gerakan dalam rangka mengatasi masalah-masalah individual, kelompok,

dan masyarakat pengeluaran yang dialokasikan akan lebih diperdalam lagi sebab jika pengeluaran lebih besar dari pemasukan maka akan menjadi rugi yang melebihi 10% dari modal yang didapat.

Tabel 5. Pembagian Hasil Usaha

N o

Uraian Pembagian Uraian Hasil

1 Penambahan modal usaha Rp 106.800,-

2 Pendapatan asli desa Rp 35.600,-

3 Penasihat Rp 17.800,- 4 Badan Pengawas @5 Orang Rp 26.700,- 5 Pelaksana Operasional @ 3 Orang Rp 133.500,-

6 Pendidikan dan Sosial Rp 14.420,-

7 Cadangan Rp -

Walaupun banyak kelebihan dan kelancaran didalam pengelolaan BUMDESA namun masih banyak

kendala yang terjadi didalam

Pengelolaan BUMDESA. Permasalahan yang timbul didalam pengelolaan BUMDESA ini antara lain belum memiliki kantor sendiri sehingga selama ini berjalannya kegiatan BUMDESALuhur Sepakat menumpang di Balai Pertemuan KP2a Desa Sido Luhur dengan ruangan yang cukup sempit sehingga pelayanan belum bisa maksimal. Serta BUMDESA belum bisa memberikan Salary kepada pengurus

BUMDESALuhur Sepakat menjadi

permasalahan pokok dalam

menjalankan kegiatan usaha

BUMDESA Luhur Sepakat. Namun kondisitersebut tidak terlalu menjadi kendala sebab bila dilihat dari ukuran waktu BUMDESA ini juga baru berjalan 3 tahun sehingga berdasarkan Tabel 5, minimnya kontribusi terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes) dan

147

besaran jasa pengurus justru dapat dijadikan peluang atau ruang untuk pengambilan kebijakan terutama pada perlunya penambahan akumulasi modal yang bersumber dari penyertaan dana desa.

PENUTUP