• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL INOVASI JURNAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL INOVASI JURNAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI BENGKULU"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL INOVASI

JURNAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

(BAPPEDA)

PROVINSI BENGKULU

Alamat Redaksi :

Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Bengkulu

Jl. Pembangunan No. 15 Padang Harapan – Bengkulu

Telp/Fax : 0736 21255

Website : www.bappeda.bengkuluprov.go.id

e-mail : redaksijurnalinovasi@gmail.com

JURNAL

INOVASI

Vol. 5 No. 2

Halaman

105 – 202

Bengkulu

SEPTEMBER

2019

ISSN : 2459 – 9972

(2)

i

JURNAL INOVASI

JURNAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI

Jurnal Inovasi memuat pemikiran ilmiah, hasil-hasil kelitbangan daerah, tinjauan atau telaah bidang pemerintahan, pembangunan, ekonomi, teknologi, inovasi, hukum, sosial budaya dan kebijakan daerah, yang terbit dua kali setahun

SUSUNAN REDAKSI

Pelindung Penanggung Jawab Redaktur Penyunting/Editor Desain Grafis Sekretariat : : : : : : Gubernur Bengkulu

Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Bengkulu Kabid Penelitian dan Pengembangan Kasubbid Inovasi dan Teknologi Kasubbag Keuangan

Ari Winarti, S.E

Dr. Gushevinalti, S.Sos., M.Si (Ilmu Sosial, UNIB)

Relinda Puspita, S.Pi., M.A., M.T (Bahasa Inggris, PemProv Bengkulu)

Vera Isabella, S.E., M.Si (Ekonomi, PemProv Bengkulu) Harwindah, S.Si

Nurdin Gultom, S.E Ronggigaga Sianipar, S.E

Alamat Redaksi :

Badan Perencanaan, Penelitian dan

Pengembangan Daerah Provinsi Bengkulu Jl. Pembangunan No. 15 Padang Harapan – Bengkulu Telp/Fax : 0736-21255

Website : www.bappeda.bengkuluprov.go.id Email : redaksijurnalinovasi@gmail.com

Penerbit :

Perum Percetakan Negara RI Cabang Bengkulu

Jl. Mahakam No. 7 Lingkar Barat - Kota Bengkulu

(3)

ii

JURNAL INOVASI

JURNAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI

SALAM REDAKSI

Alhamdulillah Syukur Kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga redaksi dapat menerbitkan Jurnal Inovasi Edisi September 2019 ini. Terbitnya Jurnal INOVASI ini merupakan sebuah upaya Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) pada Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Bengkulu dan Dewan Redaksi Jurnal INOVASI untuk bersama-sama meningkatkan peran dan eksistensi kelembagaan litbang di daerah, serta pemberdayaan SDM fungsional, khususnya peneliti pada kegiatan kepenulisan ilmiah.

Pada Edisi September 2019 ini, redaksi menyajikan 7 (Tujuh) tulisan yang merupakan kiriman dari Pejabat Fungsional di lingkup Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Bengkulu, serta Instansi lainnya yang ada di Provinsi Bengkulu dan institusi perguruan tinggi. Ketujuh tulisan tersebut membahas tentang : Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Klasifikasi Daerah Dan Ketimpangan Pembangunan Pada Kabupaten Pemekaran Di Provinsi Bengkulu; Analisis Hukum Pidana Terhadap Putusan Pengadilan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsi Melalui Operasi Tangkap Tangan (OTT) Pada Kasus Pidana Ridwan Mukti; Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)“Luhur Sepakat” Dan Pendapatan Asli Desa Sido Luhur Sebagai Wadah Kemajuan Desa Sido Luhur; Eksistensi Hukum Korban Tindak Pidana Dalam Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia; Karakteristik BUMDes Tuah Sepakat Dan Bumdes Harapan Jaya, Serta Dampak Ekonominya Bagi Masyarakat; Potensi Wisata Di Kota Bengkulu; dan Strategi Penguatan Sistem Otonomi Daerah.

Jurnal INOVASI menjadi media ilmiah berkala yang diharapkan dapat mendorong produktivitas para peneliti/ calon peneliti serta SDM Fungsional lainnya di berbagai bidang dan disiplin ilmu, khususnya peneliti yang berkiprah di pemerintahan. Akhir kata, segenap redaksi Jurnal Inovasi mengucapkan selamat membaca, semoga bermanfaat.

(4)

ruRNAr

TNOVAST

JUR,NAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI

Alhamdulillah, Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menghadirkan Jurnal limiah (|urnal InovasiJ edisi kedua pada tahun 201"9

ini

kehadapan pembaca sekalian. Penerbitan Jurnal

inovasi

ini

dilatarbelakangi

oleh kondisi

bahwa SDM fungsional, khususnya

fungsional peneliti yang memerlukan wadah dalam menuiis dan mempublikasikan karya tulis/ karya ilmiah. Oleh karena itu, penerbitan jurnal ini sebagai salah satu

langkah dalam upaya memfasilitasi fungsional peneliti

untuk

meningkatkan

kompetensi menulisnya, serta mempublikasikannya ke khalayak umum.

Dengan adanya lurnal Inovasi ini pula, diharapkan hasil-hasil kajian/ penelitian dari Badan Perencanaan, Fenelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Bengkulu, serta tulisan-tulisan ilmiah dari para SDM Fungsional dilingkup Pemerintah Provinsi Bengkulu serta unsur perguruan tinggi

ini

dapat dibaca, serta diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak" Kemudian, kepada semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan jurnal ini, kami ucapkan terima kasih.

Akhirnya, semoga dapat

terus

rnemberi manfaat

bagi

perkembangan ilmu

pengetahuan, riset dan langkah inovasi bagi pembangunan

di

Frovinsi Bengkulu. Selamat membaca!!l Penelitian dan Provinsi Bengkulu rk. r (rvlb) NIP.19660620 198703 1 009 lIl

KATA

PENGANTAR

(5)

iv

JURNAL INOVASI

JURNAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI

DAFTAR ISI

... i

SUSUNAN REDAKSI ... i

SALAM REDAKSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Klasifikasi Daerah Dan Ketimpangan

Pembangunan Pada Kabupaten Pemekaran Di Provinsi Bengkulu Harry Anggara Putra

Analisis Hukum Pidana Terhadap Putusan Pengadilan Dalam

Menangani Tindak Pidana Korupsi Melalui Operasi Tangkap Tangan (OTT) Pada Kasus Pidana Ridwan Mukti

Yusran Konazomi

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)“Luhur Sepakat” Dan Pendapatan Asli Desa Sido Luhur Sebagai Wadah Kemajuan Desa Sido Luhur

Surjadi

Eksistensi Hukum Korban Tindak Pidana Dalam Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia

Serly Lika Sari

Karakteristik BUMDes Tuah Sepakat Dan BUMDes Harapan Jaya, Serta Dampak Ekonominya Bagi Masyarakat

Harwindah

Potensi Wisata Di Kota Bengkulu

Ferdy Rosbarnawan

Strategi Penguatan Sistem Otonomi Daerah

Sitti Aminah 105 – 123 124 – 138 139 – 148 149 – 159 160 – 172 173 – 187 188 – 202 LAMPIRAN

(6)

105

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI, KLASIFIKASI DAERAH DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN PADA KABUPATEN PEMEKARAN DI

PROVINSI BENGKULU

ECONOMIC GROWTH ANALYSIS, REGIONAL CLASSIFICATION AND DEVELOPMENT INEQUALITY IN EXPANDED DISTRICTS IN BENGKULU

PROVINCE Harry Anggara Putra

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bengkulu Jalan WR Supratman, Kandang Limun–Kota Bengkulu

email : harryap@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis : (1) tingkat pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu; (2) klasifikasi daerah pada Kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu; (3) ketimpangan pembangunan daerah pada Kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu, dan (4) untuk membandingkan antar Kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu dilihat dari aspek pertumbuhan ekonomi, klasifikasi daerah dan ketimpangan pembangunan daerah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif-induktif, data yang digunakan adalah data sekunder berupa Data PDRB, dokumen dari instansi terkait lainnya, internet serta literatur lainnya. Metode analisis yang digunakan adalah analisis pertumbuhan ekonomi, analisis tipologi klassen dan analisis indeks entropi theil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertumbuhan ekonomi untuk masing-masing kabupaten dari tahun 2012–2016 secara rata-rata berada pada angka 5,09%–5,97%. Klasifikasi daerah untuk masing-masing kabupaten dari mengalami pergeseran, dimana pada awal periode penelitian semua kabupaten berada pada kuadran III (daerah yang berkembang cepat), dan pada akhir periode penelitian 5 (lima) kabupaten yang bergeser ke kuadran II (daerah yang maju tapi tertekan), hanya Kabupaten Kaur yang berada pada kuadran I (daerah yang maju dan cepat tumbuh). Perbandingan perekonomian antara keenam kabupaten pemekaran dilihat dari sisi pertumbuhan ekonominya, Kabupaten Mukomuko merupakan daerah dengan rata-rata pertumbuhan tertingi. Sementara berdasarkan tipologi klassen, Kabupaten Kaur merupakan kabupaten dengan klasifikasi daerah terbaik yaitu daerah yang maju dan cepat tumbuh, dimana pendapatan tinggi dan pertumbuhan tinggi. Kemudian jika melihat angka indeks entropi theil, maka Kabupaten Lebong merupakan daerah dengan tingkat ketimpangan pembangunan paling rendah, dan Kabupaten Bengkulu Tengah dengan tingkat ketimpangan pembangunan paling tinggi.

Kata Kunci : Pertumbuhan ekonomi, klasifikasi daerah, ketimpangan pembangunan,

(7)

106

ABSTRACT

The objectives of this study were to analyze : (1) economic growth rate in expanded Districts in Bengkulu Province, (2) regional classification in expanded Districts in Bengkulu Province, (3) Inequality of regional development in expanded districts in Bengkulu Province, and (4) to compare between the expanded Districts in Bengkulu Province viewed from the aspect of economic growth, regional classification and regional development imbalance. This type of research is descriptive qualitative-inductive, the data used are secondary data in the form of Regional GPD data, documents from other related institutions, internet and other literatures . The analytical method used is economic growth analysis, klassen typology analysis and index analysis of entropy theil.Results of research indicate that economic growth for each district from year 2012-2016 on average is at 5.09% -5.97%. The classification of regions for each district from pergese ran, where at the beginning of the study period all districts were in quadrant III (fast growing region), and at the end of 5 (five) districts shifting to quadrant II (advanced but depressed) regions, only Kaur District was in quadrant I (a developed and fast growing region). The economic comparison between the six regency divisions is seen from the side of economic growth, Mukomuko regency is the region with the highest growth average. While based on the klassen typology, Kabupaten Kaur is the district with the best regional classification that is the developed region and fast growing, whereas high income and high growth. Then if looked at theil entropy index number, then Lebong Regency is the region with the lowest level of development inequality, and Central Bengkulu Regency with the highest level of development inequality.

Keywords : Economic growth, regional classification, development inequality, regional

expansion

PENDAHULUAN Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka perwujudan pelaksanaan otonomi daerah adalah memberikan kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dan daerahnya. Otonomi daerah membuka jalan bagi pemerintah daerah untuk lebih mandiri dan memberikan keleluasaan (discretionary power) dalam melakukan

perencanaan, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan pembangunan daerah dalam batas kewenangan yang diberikan (Kuncoro, 2004).

Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, menyebutkan bahwa perencanaan pembangunan nasional maupun regional merupakan kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan mengikuti pola tertentu berdasarkan hasil telaah yang cermat terhadap situasi dan kondisi yang ada. Pembangunan yang bersifat menyeluruh dan tuntas perlu dilakukan, sehingga sasaran

(8)

107 pembangunan yang optimal dapat tercapai.

Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat didaerah, melalui pembangunan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, baik antar sektor maupun antar pembangunan sektoral dengan perencanaan pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif menuju kemandirian daerah dan kemajuan yang merata (Tambunan, 2001). Namun pada kenyataanya, selama ini pembangunan hanya ditujukan untuk pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi, bukan peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Artinya, tingkat pertumbuhan yang tinggi tidak diimbangi dengan tingkat pemerataan distribusi hasil pembangunannya. Jadi, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil apabila suatu daerah/wilayah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara merata.

Kemampuan setiap daerah untuk membangun daerahnya masing-masing berbeda, karena dipengarui oleh adanya perbedaan potensi sumber daya yang dimiliki, seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sumber daya sosial. Dalam proses pembangunan, ada daerah yang melimpah sumber daya alam tetapi kurang dalam sumber daya manusia. Namun ada daerah yang sebaliknya. Keadaan ini selanjutnya menyebabkan perbedaan dalam perkembangan pembangunan yang mengakibatkan perbedaan tingkat pertumbuhan

ekonomi dan ketimpangan pembangunan di masing-masing daerah. Pada tahun 2003 dan tahun 2008, Provinsi Bengkulu mengalami pemekaran kabupaten, dimana Kabupaten Rejang Lebong mengalami pemekaran menjadi 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Rejang Lebong sebagai kabupaten induk dan kabupaten pemekarannya disahkan melalui Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2003 adalah Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang. Kabupaten Bengkulu Utara mengalami pemekaran menjadi 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Bengkulu Utara sebagai Kabupaten induk dan Kabupaten pemekarannya disahkan melalui Undang-Undang Nomor 03 Tahun 2003 adalah Kabupaten Mukomuko dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2008 adalah Kabupaten Bengkulu Tengah. Kemudian, Kabupaten Bengkulu Selatan mengalami pemekaran menjadi 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan sebagai kabupaten induk dan kabupaten pemekarannya disahkan melalui Undang-Undang Nomor 03 Tahun 2003 adalah Kabupaten Kaur dan Kabupaten Seluma. Pemekaran ini menjadikan Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu menjadi 9 Kabupaten/Kota.

Kabupaten pemekaran di wilayah Provinsi Bengkulu saat ini adalah 6 (enam) kabupaten, yang masing-masing merupakan daerah yang memiliki karakteristik dan potensi daerah yang berbeda. Pemekaran daerah memberi ruang dan wewenang yang lebih luas

(9)

108 bagi pemerintah daerah dalam

memajukan daerah dan

mensejahterakan masyarakatnya.

Perbedaan tingkat pembangunan akan mengakibatkan terjadinya perbedaan tingkat pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi di daerah Kabupaten dalam wilayah Provinsi Bengkulu. Perbedaan tingkat pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi akan membawa dampak perbedaan tingkat kesejahteraan antar daerah yang pada akhirnya akan menyebabkan ketimpangan antar daerah di Provinsi Bengkulu.

Perbedaan tingkat pembangunan antar daerah dapat juga dilihat dari perbedaan peranan sektor ekonomi pembentuk PDRB. Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar peran dari sektor-sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah tinggi terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu wilayah, maka akan semakin tinggi pertumbuhan PDRB di wilayah tersebut (Tambunan, 2001).

Ketimpangan ekonomi regional dalam suatu perekonomian merupakan fenomena yang hampir terjadi diseluruh negara. Persoalan ketimpangan ini masih merupakan masalah yang menarik untuk diteliti, mengingat karakteristik setiap daerah berbeda. Ketimpangan antar daerah di Provinsi Bengkulu dapat dilihat melalui disparitas antar wilayah yang diukur melalui Index Entropy Theil. Disparitas ekonomi tersebut apabila tidak mendapatkan prioritas dalam penanganannya dikhawatirkan akan

menimbulkan konflik sosial antar masyarakat dan antar daerah.

Otonomi daerah mengharuskan pemerintah daerah untuk lebih kreatif menggali dan mengembangkan potensi ekonomi secara mandiri, sehingga ketimpangan antara lapangan usaha ekonomi, ketimpangan distribusi pendapatan antar masyarakat dapat diminimalisir. Adanya potensi ekonomi disuatu daerah tidak akan mempunyai arti bagi pembangunan ekonomi daerah tersebut bila tidak ada upaya untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi daerah tersebut secara optimal. Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah diantaranya dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan kecilnya ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota.

Rumusan Masalah

1) Bagaimana tingkat pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu?; 2) Bagaimana klasifikasi daerah pada Kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu?; 3) Bagaimana ketimpangan pembangunan daerah pada Kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu?; dan 4) Bagaimana perbandingan antar Kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu dilihat dari aspek pertumbuhan ekonomi, klasifikasi daerah dan ketimpangan pembangunan daerah?

Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis tingkat pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu.

(10)

109 2. Untuk menganalisis klasifikasi

daerah pada Kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu.

3. Untuk menganalisis ketimpangan pembangunan daerah pada Kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu.

4. Untuk membandingkan antar Kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu dilihat dari aspek pertumbuhan ekonomi, klasifikasi daerah dan ketimpangan pembangunan daerah.

KAJIAN PUSTAKA Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi ini mengandung tiga unsur, yaitu pembangunan sebagai suatu proses yang berarti bahwa perubahan yang terus menerus dan memiliki unsur kekuatan untuk investasi baru, usaha meningkatkan penadapatan per kapita, serta kenaikan pendapatan per kaipta harus berlangsung dalam jangka panjang (Suryana, 2000).

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam analasis pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Pada dasarnya, aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor produksi

untuk menghasilkan output, maka proses ini pada akhirnya akan menghasilkan balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi akan meningkat (BPS, 2017).

Otonomi Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tentang Pemerintah Daerah, disebutkan bahwa Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peratuaran perundang-undangannya. Selanjutnya yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwewenag mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan PDRB per kapita

PDRB menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Untuk menyusun PDRB digunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu lapangan usaha dan pengeluaran. PDRB dari sisi lapangan usaha merupakan

(11)

110 penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi pengeluaran menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk disuatu region pada periode waktu tertentu dicerminkan oleh pendapatan per kapita, yaitu pendapatan regional dibagi jumlah penduduk. PDRB per kapita adalah nilai PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun, pada suatu wilayah dan tahun tertentu (BPS, 2017).

Ketimpangan Pembangunan Regional

Ketimpangan pembangunan yang terjadi antar wilayah di suatu daerah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi di daerah tersebut. Ketimpangan yang terjadi antar wilayah disebabkan oleh perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah, sehingga kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan menjadi berbeda. Perbedaan kekayaan daerah ini yang pada akhirnya menimbulkan adanya wilayah maju dan wilayah terbelakang (Sjafrizal, 2008).

Pemekaran Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah, pemekaran daerah dapat diartikan sebagai pemisahan suatu daerah dari daerah induknya dengan

tujuan mendapatkan status yang lebih tinggi dan meningkatkan pembangunan daerah otonom yang baru. Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daeraah atau bagian daerah yang bersandingan, atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua atau lebih daerah otonom.

Tipologi Klassen

Untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah dapat digunakan Tipologi Klassen sebagai alat analisis. Sjafrizal (1997) menjelaskan bahwa dengan menggunakan alat analisis ini dapat diperoleh empat klasifikasi pertumbuhan masing-masing daerah yaitu daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and highincome), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income) dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income).

Indeks Entropi Theil

Indeks ini digunakan untuk mengukur kesenjangan ekonomi dan konsentrasi industri. Untuk mengukur kesenjangan ekonomi regional digunakan rumus Indeks Entropi Theil sebagai berikut (Kuncoro, 2004):

I theil = ∑ (yj / Y) x log (yj / Y)/ (xj/ X)

Analisis Deskriptif, Kualitatif dan Induktif

Analisis deskriptif merupakan teknik analisis untuk mendesripsikan atau menggambarkan keadaan suatu daerah berdasarkan data yang sudah dikumpulkan, diolah, maupun yang

(12)

111 sudah ada dalam penyajian informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian. Analisis ini dapat berupa gambaran perekonomian suatu daerah, potensi daerah, kondisi pemerintahan, strategi kebijakan, dan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan peneliitian (Sugiyono, 2007)

Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian ini, landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin dalam dan detail data yang didapatkan, maka semakin baik kualitas dari penelitian kualitatif ini (Kriyantono, 2006).

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif-induktif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Penelitian kualitatif sifatnya induktif, karena penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Penelitian kualitatif menggunakan proses induktif

artinya dari data yang terpisah-pisah namun saling berkaitan erat (Kriyantono, 2006). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series atau data rentang waktu dari tahun 2012-2016.

Metode Analisis

Analisis Pertumbuhan Ekonomi

Analisis petumbuhan ekonomi menggunakan analisis deskripsi, yang memberikan gambaran berdasarkan data yang ada dengan menggunakan rumus pertumbuhan, yaitu :

PEt = PDRBt – PDRBt-1 x 100% PDRBt-1

Dimana :

PEt : Pertumbuhan Ekonomi tahun tertentu

PDRBt : Nilai PDRB tahun tertentu PDRBt-1 : Nilai PDRB tahun sebelumnya

Analisis Tipologi Klassen

Untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah dapat digunakan tipologi Klassen sebagai alat analisis. Sjafrizal (1997) menjelaskan bahwa dengan menggunakan alat analisis ini dapat diperoleh empat klasifikasi pertumbuhan masing-masing daerah yaitu daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income) dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income).

(13)

112 PDRB perkapita (y) Laju Pertumbuhan (r) ( yi > y ) ( yi < y) ( ri > r ) Pendapatan tinggi dan Petumbuhan Tinggi Pendapatan rendah dan Pertumbuhan tinggi ( ri < r ) Pendapatan tinggi dan Pertumbuhan rendah Pendapatan rendah dan Pertumbuhan rendah Gambar 1. Tipologi Klassen Dimana :

r : rata-rata pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota

y : rata-rata PDRB per kapita kabupaten/kota

ri : pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota yang diamati (i) yi : PDRB per kapita kabupaten/kota

yang diamati (i)

Analisis Indeks Entropi Theil

Untuk mengukur kesenjangan ekonomi kabupaten/kota digunakan rumus Indeks Entropi Theil sebagai berikut (Ying, 2000) :

I theil = ∑ (yj / Y) x log (yj / Y) / (xj/ X)

Dimana :

I theil : Indeks Entropi Theil

yj : PDRB per kapita kabupaten j Y : rata-rata PDRB per kapita

Provinsi Bengkulu

xj : jumlah penduduk kabupaten j X : jumlah penduduk Provinsi Bengkulu

Indeks Entropi Theil (IET) mengukur ketimpangan antar daerah/wilayah, dimana (Kuncoro, 2014) :

- IET = 0 (nol) atau dibawah nol (0), artinya ketimpangan semakin kecil (merata)

- IET = 1 (satu) atau diatas 1 (satu), artinya ketimpangan semakin besar (tidak merata).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi ini diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhannya atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi pada kabupaten pemekaran di Provinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel 1. dibawah ini :

Tabel 1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu, Kabupaten Lebong, Mukomuko, Kaur, Kepahiang, Seluma dan Bengkulu Tengah Tahun 2012-2016 (Persen)

Kabupaten 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-Rata Lebong - 5.54 5.43 4.99 5.21 5.29 Mukomuko - 6.36 6.01 5.68 5.83 5.97 Kaur - 6.09 4.81 4.96 5.35 5.30 Kepahiang - 6.23 5.89 5.72 5.74 5.89 Seluma - 5.74 5.30 4.32 5.01 5.09 Bengkulu Tengah - 5.59 5.46 5.01 5.04 5.28 Provinsi Bengkulu - 6.07 5.48 5.13 5.30 5.49

(14)

113 Berdasarkan tabel 1. di atas, terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi pada masing-masing kabupaten pemekaran selama periode penelitian dengan angka tertinggi berada di kabupaten Mukomuko, dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 5,97%. Sementara itu, angka pertumbuhan terendah berada di kabupaten Seluma dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 5,09%. Nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu selama periode penelitian adalah sebesar 5,49%, berarti nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mukomuko berada diatas nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu. Selain Kabupaten Mukomuko, daerah yang memiliki angka rata-rata pertumbuhan ekonomi diatas nilai rata-rata Provinsi Bengkulu adalah Kabupaten Kepahiang dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 5,89%.

Berdasarkan angka pertumbuhan, dapat dilihat juga bahwa pada beberapa kabupaten pemekaran di Provinsi Bengkulu menunjukkan trend nilai angka pertumbuhan yang menurun. Dimana Kabupaten Mukomuko, meskipun secara rata-rata pertumbuhannya tinggi, namun angka pertumbuhan ekonominya cenderung terus menurun setiap tahunnya selama periode penelitian. Tahun 2013, angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mukomuko sebesar 5,54%, tahun 2014 sebesar 5,43%, tahun 2015 sebesar 4,99%, dan meningkat pada tahun 2016 menjadi sebesar 5,21%. Meskipun meningkat pada tahun 2016, namun

angka pertumbuhan tersebut belum sebesar angka pertumbuhan pada awal periode penelitian (tahun 2013).

Analisis Topologi Klassen

Tipologi Klasen digunakan untuk mengetahui klasifikasi daerah berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita daerah. Provinsi Bengkulu dalam hal ini Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Lebong dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu : Kabupaten yang cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income) berada pada kuadran satu, Kabupaten yang berkembang cepat (high growth but low income) berada pada kuadran dua, Kabupaten yang maju tapi tertekan (high income but low growth) berada pada kuadran tiga, Kabupaten relatif tertinggal (low growth and low income) berada pada kuadran empat.

Perbandingan antara 6 (enam) Kabupaten pemekaran di Provinsi Bengkulu berdasarkan analisis tipologi klassen dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(15)

114

Tabel 2. Klasifikasi Daerah Berdasarkan Tipologi Klasen Kabupaten Lebong, Mukomuko, Kaur, Kepahiang, Seluma dan Lebong Tahun 2012-2016 Tahun Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV 2012 - - - - 2013 - - LEB, MM, KA, KPH, SEL, BT - 2014 SEL - LEB, MM, KPH, BT KA 2015 - LEB, MM, KPH, SEL, BT - KA 2016 KA LEB, MM, KPH, SEL, BT - -

Sumber : Hasil Perhitungan, 2017

Keterangan :

Kuadran I : Daerah cepat maju cepat tumbuh

Kuadran II : Daerah maju tapi tertekan

Kuadran III : Daerah berkembang cepat

Kuadran IV : Daerah relatif tertinggal LEB : Kabupaten Lebong MM : Kabupaten Mukomuko KA : Kabupaten Kaur KPH : Kabupaten Kepahiang SEL : Kabupaten Seluma BT : Kabupaten Bengkulu

Tengah

Analisis Indeks Entropi Theil (IET)

Analisis ketimpangan ini dimaksudkan untuk melihat seberapa besar ketimpangan yang terjadi di masing-masing kabupaten, yaitu di Kabupaten Lebong, Mukomuko, Kaur, Kepahiang, Seluma dan Bengkulu Tengah. Dari perhitungan dengan menggunakan Indeks Entropi Theil (IET), diperoleh nilai ketimpangan untuk masing-masing kabupaten seperti terlihat pada tabel 3. di bawah ini :

Tabel 3. Hasil Perhitungan Indeks Entropi Theil Kabupaten Lebong, Mukomuko, Kaur, Kepahiang, Seluma dan Bengkulu Tengah Tahun 2012-2016

Tahun

Indeks Entropi Theil

Lebong Mukomuko Kaur Kepahiang Seluma Bengkulu Tengan 2012 -1,649 -1,124 -1,591 -1,202 -1,353 0,190 2013 -1,551 -1,066 -1,453 -1,064 -1,318 0,381 2014 -1,397 -0,976 -1,322 -0,879 -1,269 0,688 2015 -1,250 -0,887 -1,168 -0,681 -1,227 0,984 2016 -1,080 -0,788 -0,983 -0,453 -1,168 1,301 Rata-Rata -0,770 -0,538 -0,724 -0,475 -0,704 0,394

Sumber : Hasil Perhitungan, 2017 Daerah yang memiliki angka IET yang semakin tinggi dikategorikan sebagai daerah yang semakin timpang pembangunannya. Pada enam (6)

Kabupaten diatas, berdasarkan angka IET masing-masing kabupaten, maka hanya Kabupaten Bengkulu Tengah yang termasuk dalam kategori daerah

(16)

115 yang pembangunan tidak merata, sementara itu Kabupaten Lebong, Mukomuko, Kaur, Kepahiang dan Seluma angka IET masih di bawah 0 (nol) artinya belum terlihat ketimpangan pembangunan di daerah tersebut. Namun, jika dilihat trend perkembangan angka IET semua kabupaten selama periode penelitian, maka keenam kabupaten tersebut cenderung bergerak pada semakin timpangnya pembangunan dimasing daerah. Angka IET di masing-masing kabupaten pemekaran bergerak naik mendekati angka 0 (nol), bahkan kabupaten Bengkulu Tengah angka IET nya di tahun 2016 telah melampaui angka 1 (satu). Hal ini berarti 6 (enam) kabupaten pemekaran tersebut memiliki pertumbuhan angka IET yang secara perlahan terus bergerak kearah ketimpangan ekonomi di masing-masing daerah.

Dari hasil perhitungan IET menunjukkan bahwa selama periode tahun 2012-2016 angka IET selalu meningkat. Angka ketimpangan tertinggi terjadi di Bengkulu Tengah, dimana tahun 2012 angka IET sebesar 0,190, tahun 2013 meningkat menjadi 0,381, tahun 2014 terus bergerak naik menjadi sebesar 0,688, tahun 2015 kembali naik menjadi sebesar 0,984, serta tahun 2016 dengan angka IET

tertinggi dan telah melampaui angka 1, yaitu 1,301. Rata-rata angka IET kabupaten Bengkulu Tengah selama tahun 2012 – 2016 adalah sebesar 0,394.

Kabupaten Lebong merupakan daerah yang angka IET nya paling kecil, dimana tahun 2012 angka IET terjauh dari 0 (nol), yaitu sebesar -1,649. Namun angka IET tersebut memiliki trend yang semakin naik, dimana tahun 2013 menjadi sebesar -1.551, tahun 2014 kembali meningat menjadi -1,397, tahun 2015 menjadi sebesar 1,250, serta tahun 2016 menjadi sebesar 1,080. Rata-rata angka IET kabupaten Lebong selama periode penelitian adalah sebesar -0,770, nilai ini masih belum mencapai angka 0 (nol) bahkan masih jauh dari angka 1, artinya belum terjadi ketimpangan pembangunan di kabupaten Lebong.

Pembahasan.

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan analisis rumus pertumbuhan ekonomi, Tipologi Klasen dan Indeks Entropi Theil maka dapat diketahui pertumbuhan ekonomi, klasifikasi daerah serta ketimpangan pembangunan di Kabupaten Lebong, Mukomuko, Kaur, Kepahiang, Seluma dan Bengkulu Tengah seperti yang terangkum dalam Tabel 4. dibawah ini :

(17)

116

Tabel 4. Hasil Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Tipologi Klassen, dan Indeks Entropi Theil Tahun 2012-2016 Kabupaten Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi Tipologi Klassen (Kuadran)

Indeks Entropi Theil

Lebong 5,29 III – III – II – II Merata /Tidak Timpang Mukomuko 5,97 III – III – II – II Merata /Tidak Timpang Kaur 5,30 III – IV – IV – I Merata /Tidak Timpang Kepahiang 5,89 III – III – II – II Merata /Tidak Timpang Seluma 5,09 III – I – II – II Merata /Tidak Timpang Bengkulu

Tengah 5,28 III – III – II – II Tidak Merata/Timpang

Sumber : Hasil Perhitungan, 2017

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pemekaran

Pertumbuhan ekonomi pada 6 (enam) kabupaten pemekaran dapat dilihat pada tabel 1. dan table 4 diatas, dimana rata-rata pertumbuhan ekonomi masing-masing kabupaten berada di atas angka 5%. Hal ini menunjukkan bahwa jika dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi, maka kabupaten pemekaran di Provinsi Bengkulu berada pada kondisi yang hampir sama, dengan rentang pertumbuhan antara 5,09% - 5,97%. Sementara pada periode yang sama, rata-rata perumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu adalah sebesar 5,49%. Artinya, ada 2 (dua) kabupaten pemekaran yaitu kabupaten Mukomuko dan Kabupaten Kepahiang dengan rata-rata agka pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata pertumbuhan provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja ekonomi kedua kabupaten tersebut lebih baik dibandingkan daerah pemekaran lainnya bahkan provinsi Bengkulu.

Angka pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan bahwa proses perubahan perekonomian daerah pemekaran terus bergerak kearah yang lebih baik selama

periode penelitian, dimana stabilitas kegiatan ekonomi dapat terus dipertahankan untuk tumbuh dan berkembang. Angka pertumbuhan ekonomi yang rata-rata diatas 5% ini menunjukkan proses kapasitas produksi pada perekonomian daerah pemekaran diwujudkan dalam bentuk kenaikan PDRB-nya. Pertumbuhan ekonomi yang dapat dikategorikan pada angka yang bagus ini merupakan indikator keberhasilan pembanguan ekonomi sekaligus keberhasilan pemerintah daerah. Perekonomian yang tumbuh diatas 5% merupakan dampak postif dari pergerakan sektor-sektor ekonomi pembentuk PDRB, hal ini sekaligus menunjukkan tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat dan daerah.

Angka pertumbuhan ekonomi yang positif di seluruh kabupaten pemekaran menggambarkan bahwa perekonomian daerah semakin membaik dari tahun ke tahunnya. Angka pertumbuhan ekonomi pada kabupaten pemekaran yang relatif sama menunjukkan aktivitas ekonomi masyarakat di 6 (enam) kabupaten tersebut tidak terlalu

(18)

117 jauh berbeda memberikan kontribusi dalam perekonomian daerahnya masing-masing. Kabupaten Mukomuko sebagai daerah pemekaran dengan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi ditunjukkan dengan nilai PDRB kabupaten Mukomuko dari tahun ke tahunnya lebih tinggi dari kabupaten lainnya. Aktivitas ekonomi masyarakat di bidang perkebunan (terutama sawit) memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian daerah kabupaten Mukomuko.

Setiap daerah mengalami perubahan terhadap keadaan perekonomiannya, dalam hal pertumbuhan ekonomi maka setiap daerah yang mempunyai angka pertumbuhan ekonomi positif berarti terjadi peningkatan produksi barang dan jasa (peningkatan kapasitas produksi) dari tahun ke tahunnya yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan PDRB. Kegiatan ekonomi pada 6 (enam) Kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu secara rata-rata per tahunnya bergerak stabil diangka rata-rata antara 5,09% - 5,97%. Dalam kegiatan ekonomi yang sebenarnya, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai perkembangan ekonomi secara fisik yang terjadi, yaitu seperti pertambahan jumlah dan produksi barang industry, perkembangan infrastruktur, perkembangan barang manufaktur dan sebagainya.

Tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata di setiap Kabupaten pemekaran di Provinsi Bengkulu relatif tidak terlalu jauh berbeda, hal ini juga dimungkinkan karena sektor-sektor ekonomi potensial

pada 6 (enam) daerah tersebut relatif sama. Dalam penyusunan perencanaan sektoral, pemerintah daerah masing-masing dapat lebih memperhatikan sektor-sektor ekonomi potensial yang dimiliki, karena kebijakan pembangunan pada saat ini lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi.

Klasifikasi Daerah Kabupaten Pemekaran

Pola pertumbuhan ekonomi dan klasifikasi daerah pemekaran di Provinsi Bengkulu digambarkan melalui tipologi Klassen, dimana pengelompokkan daerah berdasarkan pada perbandingan tingkat pertumbuhan (r) dan pendapatan (y) Kabupaten Pemekaran dengan tingkat pertumbuhan dan pendapatan rata-rata provinsi. Tipologi daerah untuk masing-masing kabupaten dari tahun 2012–2016 mengalami pergeseran, dengan kondisi ada 5 (lima) kabupaten yaitu Lebong, Mukomuko, Kaur, Kepahiang dan Bengkulu Tengah menuju kuadran II, yaitu daerah yang maju tapi tertekan (pendapatan tinggi, pertumbuhan rendah). Daerah yang relatif maju tetapi dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhannya menurun akibat tertekannya kegiatan utama kabupaten yang bersangkutan. Karena itu, walaupun daerah ini merupakan kabupaten telah maju, tetapi dimasa mendatang diperkirakan pertumbuhannya tidak akan begitu cepat, walaupun potensi pembangunan yang dimiliki pada dasarnya sangat besar. Daerah ini dapat memperbaiki

(19)

118 kondisi daerahnya, antara lain dengan perbaikan faktor aksesibilitas, serta optimalisasi sumber daya alam potensial.

Daerah maju tapi tertekan dapat mengembangkan sektor unggulan lainnya yang tidak mengalami penekanan. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan ekonomi pada daerah ini tidak hanya bergantung pada kegiatan ekonomi utamanya. Pengembangan produk bernilai tambah juga diperlukan bagi daerah dalam tipologi ini, hal ini ditujukan agar memberikan nilai tambah pada hasil produksi daerah. Dimana dalam hal ini kegiatan pengolahan hasil produksi sehingga produk yang dipasarkan tidak hanya produk mentah tetapi produk yang terlah memiliki nilai tambah (produk jadi atau produk setengah jadi). Pengembangan ini dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat setempat. Sementara itu, kabupaten Kaur merupakan daerah yang bergeser pada kondisi terbaik diakhir periode penelitian, yaitu berada pada kuadran I. Dimana daerah ini menjadi daerah yang maju dan cepat tumbuh (pendapatan tinggi dan pertumbuhan tinggi). Daerah ini mengalami laju pertumbuhan PDRB dan tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi dari rata-rata kabupaten pemekaran di Provinsi Bengkulu. Pada dasarnya daerah tersebut merupakan kabupaten yang paling maju, baik dari segi tingkat pembangunan maupun kecepatan pertumbuhan. Daerah ini merupakan kabupaten yang mempunyai

potensi pembangunan yang sangat besar dan telah dimanfaatkan secara baik untuk kemakmuran masyarakat setempat, karena itu diperkirakan kabupaten ini akan terus berkembang dimasa mendatang. Hal ini dimungkinkan karena adanya pemanfaatan sumber daya alam yang ada secara lebih optimal, tingkat aksesiblitas cukup tinggi yang ditunjang dengan transportasi yang lancar, letak daerah yang strategis yaitu berada pada jalur lintas sumatera.

Namun, tujuan pembangunan bukan semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi, karena salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan adalah tingkat pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Dalam rangka pembangunan daerah, pemerintah daerah perlu menyusun prioritas kebijakan pembangunan. Penentuan prioritas kebijakan ini dilakukan agar pembangunan daerah dapat lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien dibawah kendala keterbatasan anggaran dan Sumber Daya yang dimiliki daerah.

Ketimpangan Pembangunan Kabupaten Pemekaran

Dalam mengukur tingkat ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu digunakan alat analisis Indeks Entropi Thei (IET). Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan indeks entropi theil dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 9. dan tabel 10. diatas. Secara umum, Sumber Daya Alam dan kondisi demografis antara kabupaten pemekaran relatif tidak jauh berbeda. Namun selama periode

(20)

119 penelitian, Bengkulu Tengah memiliki tingat ketimpangan pembangunan yang semakin tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan angka IET yang telah melewati angka 1, yang artinya menggambarkan bahwa pendapatan per kapita kabupaten Bengkulu Tengah masih belum merata, serta konsentrasi kegiatan ekonomi diwilayahnya juga belum merata. Untuk mengurangi ketimpangan pembangunan, maka setiap kabupaten harus meningkatkan pendapatan dan laju pertumbuhan ekonomi dengan cara mengembangkan sektor unggulan yang dimiliki masing-masing daerah. Dengan meningkatkan/ mengembangkan sektor unggulan maka akan memacu kenaikan tingkat pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Dengan meningkatnya pendapatan maka kabupaten akan menjadi daerah yang lebih maju dan berkembang cepat.

Meskipun berada pada kondisi pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, namun sulit mengelak bahwa ketimpangan pembangunan pada 5 (Lima) daerah pemerkaran di Provinsi Bengkulu bergerak semakin tinggi, walaupun masih dibawah angka nol. Hal ini terlihat pada angka indeks entropi theil pada masing-masing daerah yang terus bergerak naik, dan diharapkan tidak semakin naik agar tetap berada dibawah angka nol. Jika hasil analisis mendekati angka 1 (satu) maka hal ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan mulai tidak merata dari tahun ke tahunnya. Nilai indeks yang meningkat semakin mendekati 1 (satu) berarti distribusi

pendapatan perkapita menurut kabupaten (daerah pemekaran) di Provinsi Bengkulu mulai tidak merata. Hal ini berarti nilai kesenjangan pendapatan perkapota antar kabupaten pemekaran di Provinsi Bengkulu mulai menunjukkan tingkat kemerataan yang tidak baik.

Berdasarkan hasil perhitungan, maka untuk saat ini hanya Kabupaten Bengkulu Tengah yang masuk dalam kategori daerah pemekaran di Provinsi Bengkulu dengan tingkat kemerataan yang tidak baik (timpang). Dengan potensi sumber daya yang melimpah serta sebagai daerah otonom, dimana kepentingan dan pembangunan daerah menjadi tanggung jawab / wewenang pemerintah daerah, maka diperlukan kebijakan–kebijakan yang sesuai dengan potensi serta kondisi daerah. Hal ini harus dilakukan oleh pemerintah daerah agar kondisi perekonomian di daerah yang terus tumbuh dan berkembang tersebut ditunjukkan pula dengan berkurangnya ketimpangan pembangunan atau semakin meratanya distribusi pendapatan antar penduduk daerah tersebut.

PENUTUP Simpulan

1. Pertumbuhan ekonomi untuk masing-masing kabupaten dari tahun 2012 – 2016 secara rata-rata berada pada angka 5,09%–5,97%, dimana Kabupaten Lebong dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5,29%, Mukomuko sebesar 5,97%, Kaur sebesar 5,30%, Kepahiang sebesar 5,89%, Seluma

(21)

120 sebesar 5,09% dan Bengkulu Tengah sebesar 5,28%. Pertumbuhan ekonomi rata-rata terendah adalah kabupaten Seluma, yaitu sebesar 5,09%, dan tertinggi adalah kabupaten Mukomuko sebesar 5,97%.

2. Klasifikasi daerah untuk masing-masing kabupaten dari tahun 2012– 2016 mengalami pergeseran, dimana pada awal periode penelitian semua kabupaten berada pada kuadran III (daerah yang berkembang cepat), yaitu daerah ini memiliki pertumbuhan yang tinggi namun pendapatan rendah. Pada akhir periode penelitian (tahun 2016), ada 5 (lima) kabupaten yang bergeser ke kuadran II (daerah yang maju tapi tertekan), yaitu daerah dengan pendapatan tinggi namun pertumbuhan rendah, daerah tersebut adalah Kabupaten Lebong, Mukomuko, Kepahiang, Seluma dan Bengkulu Tengah. Kabupaten Kaur menjadi satu-satunya daerah yang berada pada kuadran I pada akhir periode penelitian, yaitu daerah yang maju dan cepat tumbuh, dimana pendapatan tinggi dan pertumbuhan tinggi.

3. Secara umum, Sumber Daya Alam dan kondisi daerah antar kabupaten pemekaran di Provinsi Bengkulu relatif tidak jauh berbeda. Selama periode penelitian (2012–2016), kabupaten pemekaran tersebut menunjukkan kondisi pada tingkat ketimpangan pembangunan dengan trend meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan angka Indeks Entropi Theil (IET) yang semakin besar bahkan

ada yang telah melampaui angka 1. Angka IET ini menggambarkan bahwa pendapatan per kapita di masing-masing Kabupaten masih tergolong merata. Dimana kabupaten Lebong, Mukomuko, Kaur, Kepahiang dan Seluma memiliki angka IET dibawah nol, sementara itu hanya kabupaten Bengkulu Tengah yang berada pada kondisi ketimpangan pembagunan atau pembangunan tidak merata.

4. Perbandingan perekonomian antara keenam kabupaten pemekaran dilihat dari sisi pertumbuhan ekonominya, Kabupaten Mukomuko merupakan daerah dengan rata-rata pertumbuhan tertingi. Sementara berdasarkan tipologi klassen, Kabupaten Kaur merupakan kabupaten dengan klasifikasi daerah terbaik yaitu daerah yang maju dan cepat tumbuh, dimana pendapatan tinggi dan pertumbuhan tinggi. Kemudian jika melihat angka indeks entropi theil, maka Kabupaten Lebong merupakan daerah dengan tingkat ketimpangan pembangunan paling rendah, dan Kabupaten Bengkulu Tengah dengan tingkat ketimpangan pembangunan paling tinggi.

Rekomendasi

1. Klasifikasi daerah mayoritas kabupaten pemekaran berada pada kuadran daerah berkembang cepat, dimana pertumbuhan ekonomi telah cukup tinggi dan pendapatan masih rendah. Untuk itu, kabupaten pemekaran harus terus meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonominya secara maksimal,

(22)

121 dengan menyusun arah dan kebijakan pembangunan yang fokus dan memprioritaskan pada sektor ekonomi dominan dalam PDRB Kabupatennya.

2. Berdasarkan perhitungan Indeks Entropi Theil (IET), dimana tingkat ketimpangan pembangunan di masing-masing Kabupaten mulai bergerak naik, maka dalam mengurangi angka ketimpangan pembangunan ini diharapkan kabupaten pemekaran dapat menyusun program/kegiatan yang mendukung pada upaya peningkatan pendapatan per kapita daerah masing-masing dimasa mendatang. 3. Trend meningkatnya angka IET di

masing-masing kabupaten pemekaran merupakan bukti ketimpangan pembangunan ekonomi ditengah kebanggaan daerah terhadap angka pertumbuhan ekonomi daerah yang cukup tinggi. Untuk itu, ke depannya pemerintah daerah tidak hanya fokus pada upaya peningkatan angka pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada kebijakan dan program/kegiatan pada upaya peningkatan pendapatan masyarakatnya.

4. Pemerintah Provinsi Bengkulu dapat memperbesar ekspansi pembangunan hingga ke daerah kabupaten/kota, baik dari sektor ekonomi maupun fasilitas dan aksesibilitas agar tidak terjadi kesenjangan yang terlampau besar antar kabupaten/kota di wilayah Provinsi Bengkulu.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolyn. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : STIE YKPN

Bhinadi. 2003. “Disparitas pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan luar Jawa, Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 8 No. 1 Hal.39-48, Juni 2003. BPS Provinsi Bengkulu. 2016.

Bengkulu Dalam Angka.

BPS Provinsi Bengkulu. 2017.

Bengkulu Dalam Angka.

Caska dan Riadi, RM. 2008.

Pertumbuhan dan Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Antar Daerah di Provinsi Riau. Jurnal Industri dan Perkotaan, Volume XII 1629 Nomor 21, Februari 2008.

Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga Frediyanto, Yanuar. 2010. Analisis

Kemampuan Keuangan

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah sebelum dan sesudah Kebijakan Otonomi Daerah. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Hidayat, Syarif. 2000. Refleksi Realita Otonomi Daerah dan Tantangan kedepan. Jakarta : Pustaka Quantum.

Khairunnisa, Astari. 2012. Analisis Disparitas Pembangunan Ekonomi Antar Kecamatan di Kota Medan. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol. 3 No. 7. Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Prakits Riset Komunikasi.

(23)

122 Kuncoro, Mudrajat. 2004, Otonomi dan

Pembangunan Daerah

(Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang). Jakarta : Erlangga.

……….... 2004. Analisis Spasial dan Regional. Yogyakarta : AMP YKPN

Mopangga, Herwin. 2011. Analisis Ketimpangan Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Gorontalo. Jurnal Trikonomika, Vol. 10 No. 1, Juni 2011.

Partadiredja, Ace. 1997. Perhitungan Pendapatan Nasional. Jakarta : LP3ES

Rasyid, Ryaas. 1998. Desentralisasi Dalam Rangka Menunjang Pembangunan Daerah Dalam Pembangunan Administrasi Indonesia. Jakarta : LP3ES. Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi

dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Jakarta : Prisme LP3ES. ... 2008. Ekonomi Regional :

Teori dan Aplikasi. Padang : Baduose Media.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan). Jakarta : LPFE UI.

Suparmoko, Irawan. 2002, Ekonomi Pembangunan, BPFE – UGM, Yogyakarta.

Supriyanto. 2006. Struktur Ekonomi Wilayah di Provinsi Hasil Pemekaran. Jakarta : LIPI Press.

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan

(Problemantika dan

Pendekatan). Bandung : Salemba Empat.

Sutarno, Kuncoro. 2003, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas, 1993 - 2000, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 8 No. 2, Desember 2003 : 97-110.

Tadjoeddin, M. Z. 2001. Aspirasi Terhadap Ketidakmerataan : Disparitas Regional dan Konflik Vertikal di Indonesia. Jakarta : UNSFIR Working Paper.

Tambunan, T. H. 2001. Perekonomian Indonesia : beberapa masalah penting. Jakarta : Ghalia Indonesia

Teguh, Muhammad. 2004. Penelitian Ekonomi, Edisi Kedua. Raja Grafindo Persada. Jakarta. The Kian Wie. 1988. Industrialisasi

Indonesia : Analisis dan Catatan Kritis. Jakarta : Kompas Media.

Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jilid 1 Edisi ke delapan. Jakarta : Erlangga.

Todaro, Michael P. 2009.

Pembangunan Ekonomi di

Dunia Ketiga (Edisi

Kesembilan. Jakarta :Erlangga. Widodo, Tri. 2006. Perencanaan

Pembangunan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Wijayanti. 2003. Analisis Kesenjangan Pembangunan Regional : Indonesia, 1992-2001, Jurnal

(24)

123 Ekonomi Pembangunan Volume 9 No. 2 Hal.129-142, Desember 2003.

Yadiansyah. 2007. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan antar Propinsi di Indonesia periode 1993-2005, Jurnal Ekonomi

Pembangunan Vol. 5 No. 1, Tahun 2007 : 59-78.

Yunan Y, Zuhairan. 2012. Tipologi Sektoral sebagai Pengukur dalam Menentukan Sektor Potensial Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Signifikan Vol I No.1,. hlm. 15 – 30

(25)

124

ANALISIS HUKUM PIDANA TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA KORUPSI MELALUI OPERASI TANGKAP

TANGAN (OTT) PADA KASUS PIDANA RIDWAN MUKTI ANALYSIS OF CRIMINAL LAW ON VERDICT TOWARDS RIDWAN

MUKTI’S CAUGHT RED-HANDED CASE Yusran Konazomi

Fakultas Hukum, Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu Jalan Ahmad Yani Nomor 1 Bengkulu

Email : yusranknzm25@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sudah tepat pertimbangan hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Bengkulu dalam putusan Tingkat Pertama Nomor : 45/Pid.Sus-TPK/2017/PN Bgl Tahun 2018 dan Putusan Tingkat Banding Pengadilan Tinggi Bengkulu Nomor : 4/Pid.Sus-TPK/2018/PT.BGL. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan normatif yuridis. Data yang digunakan adalah data primer yang didapat melalui wawancara, serta data sekunder didapat melalui studi pustaka dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertimbangan hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Bengkulu Nomor : 45/Pid.Sus-TPK/2017/PN Bgl Tahun 2018 sudah benar dan tepat sesuai dengan fakta hukum di persidangan dan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku, hal ini terbukti dengan dikuatkannya putusan tersebut oleh Pengadilan Tinggi Bengkulu dengan Putusan Nomor : 4/Pid.Sus-TPK/2018/PT.BGL yang memperbaiki putusan Tingkat Pertama mengenai kualifikasi dan lamanya pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa I Ridwan Mukti dan terdakwa II Lily Martiani Maddari.

Kata Kunci : Hukum pidana, putusan pengadilan, tindak pidana korupsi, operasi

tangkap tangan

ABSTRACT

This study aims to confirm the verdict of corruption from Judge of District Court of BengkuluNumber 45/Pid.Sus-TPK/2017/PN Bgl of 2018 andHigh Court of Bengkulu Number 4/Pid.Sus-TPK/2018/PT.BGL. It is descriptive study using juridical normative approach. Primary data isobtained from interview, and secondary data is collected from literatures and documentation. Result of study shows that verdictfrom the judge of Bengkulu District Court Number 45/Pid.Sus-TPK/2017/PN Bgl of 2018 is correct and properbased on facts on the court and laws, then it is confirmed by verdict of Bengkulu High Court Number 4/Pid.Sus-TPK/2018/PT.BGLwhich revises about qualification and duration of detention to RidwanMukti and Lili Martiani Maddari as defendants.

(26)

125

PENDAHULUAN

Pemberantasan tindak pidana korupsi, ada upaya penangkapan pelaku yang merupakan salah satu tindakan hukum yang telah dilakukan Penyidik yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu orang yang dapat/boleh ditangkap sedang melakukan tindak pidana dengan bukti yang cukup. Karena penangkapan merupakan bentuk perampasan hak asasi manusi, maka penyidik harus hati-hati dalam melakukan penangkapan. Penegakan hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi yang dilakukan secara konvensional selama ini mengalami berbagai kendala dan hambatan, untuk itu diperlukan metode penegakan hukum secara luar biasa melalui pembentukan suatu badan khusus yang mempunyai kewenangan yang luas, independen, serta bebas dari kekuasaan manapun dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Dalam rangka mewujudkan supremasi hukum, pemerintah telah membuat landasan yang kuat dalam usaha memerangi tindak pidana korupsi melalui berbagai regulasi yang telah ada, serta membentuk badan khusus yang disebut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang memiliki kewenangan melakukan koordinasi dan supervisi, termasuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan. Kinerja KPK dari tahun ke tahunnya terus menunjukkan peningkatan, hal ini terlihat dari banyaknya pejabat negara dan pejabat daerah yang melakukan tindak pidana

korupsi terjaring dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK.

Di Provinsi Bengkulu, KPK telah menangkap beberapa pejabat daerah, anggota DPRD, hakim, pengusaha, maupun keluarga pejabat, diantaranya salah satu kasus yang menarik perhatian publik yaitu Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan KPK terhadap Gubernur Bengkulu Non Aktif, Ridwan Mukti. Dimana Ridwan Mukti bersama istri dan pengusaha/kontraktor di Provinsi Bengkulu, terjaring dalam operasi tangkap tangan KPK terkait fee proyek infrastruktur pada tanggal 20 Juni 2017, yang kemudian ditetapkan sebagai tersangka pelaku dugaan tindak pidana korupsi.

Pada tanggal 11 Januari 2018, Pengadilan Negeri Bengkulu yang mengadili perkara tersebut menyatakan bahwa terdakwa Ridwan Mukti terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi melalui putusan tingkat pertama Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Bengkulu Nomor : 45/Pid.Sus-TPK/2017/PN Bgl. Kemudian terdakwa Ridwan Mukti mengajukan banding dan Pengadilan Tinggi Bengkulu tanggal 28 Maret 2018 menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bengkulu yang menyatakan terdakwa Ridwan Mukti bersalah dan menjatuhkan pidana yang semula diputuskan oleh Pengadilan Negeri Bengkulu 8 (delapan) Tahun penjara menjadi 9 (sembilan) Tahun penjara, serta pidana tambahan berupa pencabutan hak untuk dipilih dalam

(27)

126 jabatan publik yang semula 2 (dua) tahun menjadi selama 5 (lima) tahun setelah terdakwa menjalani hukuman pokoknya. Putusan Pengadilan Tinggi Bengkulu tersebut tertuang melalui putusan tingkat banding Pengadilan Tinggi Bengkulu Nomor : 4 /Pid.Sus-TPK/2018/PT.BGL.

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah adalah apakah pertimbangan hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Bengkulu dalam putusan Tingkat Pertama Nomor : 45/Pid.Sus-TPK/2017/PN Bgl Tahun 2018 dan Putusan Tingkat Banding Pengadilan Tinggi Bengkulu Nomor : 4/Pid.Sus-TPK/2018/PT.BGL sudah tepat?. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sudah tepat pertimbangan hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Bengkulu dalam putusan Tingkat Pertama Nomor : 45/Pid.Sus-TPK/2017/PN Bgl Tahun 2018 dan Putusan Tingkat Banding Pengadilan Tinggi Bengkulu Nomor : 4/Pid.Sus-TPK/2018/PT.BGL.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Secara harfiah, menurut Nitibaskara (2000), dimana korupsi memiliki arti yang sangat luas, antara lain sebagai berikut :

a. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang Negara atau perusahaan dan sebagainya) untuk kepentingan pribadi dan orang lain.

b. Korupsi adalah busuk, rusak, suka memakai barang atau uang yang dipercayakan kepadanya, dapat disogok melalui kekuasaan untuk kepentingan pribadi.

Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, mendefinisikan pengertian korupsi ke dalam Pasal 2 Ayat (1) yaitu : “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara…”.

Secara umum, gambaran mengenai unsur-unsur suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai tindak pidana korupsi terdapat pada Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Menurut Prints (2002) unsur-unsurnya, yaitu:

a. Setiap orang;

b. Memperkaya/menguntungkan diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi;

c. Dengan cara melawan hukum; d. Menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan;

e. Dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara.

(28)

127

Pengertian Operasi Tangkap Tangan

Pengaturan tentang tangkap tangan terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Menurut Pasal 1 butir 19 KUHAP : “Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu”.

Menurut Chaeruddin dkk (2008), bahwa: “Penangkapan terhadap pelaku dugaan tindak pidana korupsi akhir-akhir ini semakin marak terjadi, khususnya yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehingga menjadi pembahasan menarik baik di media cetak, elektronik maupun seminar-seminar ilmiah lainnya. Hal ini dikarenaka korupsi telah menjadi masalah yang serius di Indonesia, khsususnya yang melibatkan pejabat negara dan pejabat daerah, yang kemudian merambah ke seluruh lini kehidupan masyarakat, yang dilakukan secara sistematis sehingga menimbulkan stigma negatif bagi bangsa dan negara dalam pergaulan masyarakat internasional. Berbabagi cara telah ditempuh untuk memberantas korupsi seiring dengan semakin

canggihnya (sophisticated) modus operandi tindak pidana korupsi”.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Butir 19 KUHAP tersebut, bahwa terhadap pelaku yang tertangkap tangan tersebut dapat segera dilakukan penahanan. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 18 KUHAP yang menyebutkan dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan pelaku beserta barang bukti kepada penyidik atau penyidik pembantu. Dalam hal tertangkap tangan ini, tidak hanya penyidik yang boleh melakukan penangkapan, tetapi setiap orang atau petugas keamanan boleh melakukan penangkapan tersangka yang merupaka pelaku tindak pidana, dengan syarat setelah itu menyerahkan tersangka dan barang bukti kepada penyidik.

Putusan Hakim

Menurut Mulyadi (2007) ditinjau dari visi teoritik dan praktik, Putusan pengadilan adalah : “Putusan yang diucapkan oleh hakim karena jabatannya dalam persidangan perkara pidana yang terbuka untuk umum, setelah melakukan proses dan prosedural hukum acara pidana, pada umumnya berisikan amar pemidanaan atau bebas atau pelepasan dari segala tuntutan hukum, dibuat dalam bentuk tertulis dengan tujuan penyelesaian perkaranya”.

Bentuk putusan hakim menurut Mulyadi (2007)

(29)

128 Secara teoritik, putusan bebas dalam rumpun hukum Eropa Kontinental lazim disebut dengan istilah putusan

Vrijspraak, sedangkan dalam rumpun Anglo-Saxon disebut putusan Acquittal. Pada dasarnya, esensi putusan bebas terjadi karena terdakwa dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan Jaksa atau Penuntut Umum dalam surat dakwaan. Putusan bebas dijatuhkan oleh Majelis Hakim oleh karena hasil pemeriksaan di sidang pengadilan, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secarah sah dan meyakinkan menurut hukum. Akan tetapi, menurut penjelasan Pasal demi Pasal atas Pasal 191 Ayat (1) KUHAP, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti sah dan meyakinkan adalah tidak cukup terbukti menurut penilaian hakim atas dasar pembuktian dengan menggunakan alat bukti menurut ketentuan hukum acara pidana. Secara yuridis, dapat disimpulkan bahwa putusan bebas diberikan apabila majelis hakim setelah memeriksa pokok perkara dan bermusyawarah beranggapan bahwa: a. Ketiadaan alat bukti seperti ditentukan asas minimum pembuktian menurut Undang-Undang secara negatif (Negatieve wettelijke bewijs theorie)

sebagaimana diatur dalam KUHAP. Dalam hal ini, pada

prinsipnya majelis hakim dalam persidangan tidak cukup membuktikan tentang kesalahan terdakwa, serta hakim tidak yakin terhadap kesalahan tersebut; b. Majelis hakim berpandangan

terhadap asas minimum pembuktian yang ditetapkan oleh Undang-undang telah terpenuhi, tetapi majelis hakim tidak yakin akan kesalahan terdakwa.

2) Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag van alle Rechtsvervolging)

Ketentuan Pasal 191 Ayat (2) KUHAP mengatur secara eksplisit tentang putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum. Pada Pasal tersebut diatas, putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum disebutkan sebagai berikut : “Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindakan pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum”. Dengan demikian bahwa titik tolak ketentuan Pasal 191 Ayat (2) KUHAP ditarik suatu konklusi dasar bahwa pada putusan pelepasan, tindak pidana yang didakwakan oleh Jaksa atau penuntut umum memang terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum, tetapi terdakwa tidak dapat dipidana karena perbuatan yang dilakukan terdakwa bukan merupakan perbuatan pidana.

3) Putusan Pemidanaan (Veroordeling)

Putusan pemidanaan atau

Veroordeling pada dasarnya diatur dalam Pasal 193 Ayat (1) KUHAP,

Gambar

Gambar 1. Tipologi Klassen
Tabel 2. Klasifikasi Daerah Berdasarkan   Tipologi   Klasen Kabupaten Lebong, Mukomuko,   Kaur, Kepahiang, Seluma dan Lebong   Tahun 2012-2016 Tahun  Kuadran  I  Kuadran II  Kuadran III  Kuadran IV  2012  -  -  -  -  2013  -  -  LEB, MM, KA,  KPH,  SEL,  B
Tabel  4.    Hasil  Analisis Pertumbuhan Ekonomi,  Tipologi  Klassen, dan  Indeks Entropi  Theil Tahun 2012-2016  Kabupaten  Rata-Rata  Pertumbuhan  Ekonomi  Tipologi Klassen  (Kuadran)
Tabel 2. Kegiatan Bimbingan teknis
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Administrator perpustakaan, bertugas menyediakan akun Prodi dan LP2M serta memasukkan data e-book. 3) LP2M, bertugas mengelola data LP2M dan data Kukerta. 4)

Usaha penggilingan daging di Kabupaten Seruyan berada pada kuadran pertama yaitu memiliki sejumlah kekuatan yang besar dan peluang-peluang besar impresif yang

Dengan adanya penelitian ini diharapkan para dosen akuntansi dapat memahami dan menerapkan mengenai kompetensi pedagogik dan profesionalisme dalam kegiatan belajar

BORANG SOAL SELIDIK MAKLUM BALAS BERHUBUNG PERSEPSI PELAJAR TERHADAP KUALITI KEMUDAHAN DAN PERKHIDMATAN DEWAN MAKAN ILPKLS c... ccccccccccccccccccc

Faktor selain asupan antara lain adanya infestasi cacing yang mengganggu absorbsi yodium di usus halus dan konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik

Pelaksanaan tugas pemerintah dalam mengawasi jalannya aktivitas pasar memegang peranan yang sangat penting untuk terciptanya tertip pasar, tertib harga, tertib takaran dan

Dengan dirancang dan direalisasikannya perangkat untuk menghitung frekuensi detak jantung berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui

Pekerjaan sebagai nelayan ini tidak hanya orang dewasa saja yang bekerja, tetapi anak-anak juga ikut terlibat bekerja sebagai nelayan. Tujuan penelitian ini adalah 1).