• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat bagi Produser (Produser Surplus)

ANALISIS KELAYAKAN JALAN LINTAS UTARA-SELATAN NIAS

5.2 Alternatif Trase

5.3.2 Manfaat bagi Produser (Produser Surplus)

Analisis produser surplus merupakan salah satu parameter penilai/evaluasi kelayakan proyek. Dalam hal ini kriteria keuntungan (benefit) yang digunakan ialah semua surplus yang dinikmati oleh produsen barang dan jasa yang dijual dan tercakup dalam daerah pengaruh proyek.

Pendekatan ini mengacu pada keadaan dimana volume lalu lintas rendah yang mengakibatkan kurangnya justifikasi surplus konsumen. Keuntungan akibat perubahan volume dan biaya transport sangat bergantung pada besarnya keuntungan akibat perubahan harga produk (pertanian) di lokasi produksi. Pendekatan surplus produsen dilakukan dengan memperhatikan sektor tertentu (misalnya pertanian dan produk tertentu). Bagi produk tersebut perlu diperhatikan berbagai data produksi, faktor-faktor produksi dan harga jualnya dari tahun ke tahun.

Beberapa asumsi yang digunakan adalah:

• Dengan adanya proyek pembangunan jalan, mengakibatkan peningkatan luas areal tanam atau peningkatan tingkat produksi;

• Biaya transportasi berkurang karena aksesibilitasnya yang lebih baik dari investasi-investasi lainnya.;

• Produk dijual dengan harga seragam di lokasi yang berjarak tertentu yang sama (rata-rata) dari seluruh wilayah tinjauan;

• Tambahan produksi tidak akan mengakibatkan jatuhnya harga pasar, harga jual tetap, sehingga produsen dapat menjual hasilnya sebanyak mungkin;

• Konsumsi rumah tangga tetap dan tidak dipengaruhi oleh produksi; • Biaya transportasi dan produksi sama untuk semua produsen.

Konsep perhitungan manfaat produser surplus yang ditimbulkan oleh pembangunan jalan yang dirasakan oleh produsen digambarkan sebagai berikut

Gambar 5.2

Konsep Perhitungan Manfaat dalam Produsen Surplus

C4 C33 2 C21 Q1 Q2 St St’ S C C f C

Keterangan Gambar 5.1 adalah sebagai berikut:

C1 = Unit harga produksi (marginal cost)

C2 = Unit harga produksi dan unit biaya transportasi sebelum adanya

C2’ = Unit harga produksi dan unit biaya transportasi setelah adanya jembatan baru

C3 = Biaya produksi untuk jumlah Q1 (harga petani)

C3’ = Biaya produksi untuk jumlah Q2 (harga petani)

C4 = Biaya produksi dan biaya transportasi = Harga Jual

Dengan adanya jalan baru, maka unit transport cost turun dari C2 menjadi C2’, sehingga

dengan harga jual yang sama petani dapat memproduksi komoditas yang lebih banyak jumlahnya dan komponen-komponen lainnya adalah sebagai berikut:

 Total Revenue (pendapatan total) : TR2 = C4 . Q2

 Farmers’ Revenue (pendapatan petani) : FR2 = C3’ . Q2

 Farmers’ Total Cost (pengeluaran total petani) : FC2 = 0,5(C1+C3’)Q2

 Farmers’ Surplus (surplus petani) : FS2 = FR2 – FC2

= C3’Q2 - 0,5(C1+C3’)Q2

 Peningkatan Surplus Petani karena jembatan baru : FS2 – FS1

 Produser surplus total : TS2 = 0,5(C4 – C2’)

 Transporter Surplus (surplus pengelola transportasi) : TrS2 = TPS2 – FS2

 Peningkatan surplus pengelola transportasi setelah

Ada Jalan baru : TsS2 – TrS1

Adapun dasar dari pemikiran yang digunakan dalam menentukan kriteria surplus adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan utilitas dari suatu kegiatan. Penilaian akan utilitas, dalam hal ini berhubungan dengan nilai proyek yang bersangkutan. Nilai suatu proyek bisa berarti dua hal, yaitu nilai dalam penggunaan atau nilai pertukaran. Nilai pertukaran pada dasarnya adalah harga pasar (market price) dari objek tersebut, sedangkan nilai dalam penggunaan merupakan kapasitas dari suatu objek untuk memuaskan suatu keinginan.

Konsep pendekatan producer surplus menetapkan kriteria keuntungan (benefit) yang digunakan adalah berupa semua surplus yang dinikmati oleh produsen barang dan jasa yang dijual dan tercakup dalam daerah pengaruh proyek. Pendekatan ini mengacu pada keadaan dimana volume lalu lintas rendah yang mengakibatkan kurangnya justifikasi surplus

konsumen. Keuntungan akibat perubahan volume dan biaya transportasi sangat bergantung

pada besarnya keuntungan akibat perubahan harga produk (pertanian) di lokasi produksi. Pada kajian ini nilai manfaat yang diperoleh oleh sektor produksi adalah bertambahnya permintaan barang akibat adanya perbaikan akses dan menurunnya biaya transportasi. Khusus pada studi ini penambahan produksi lebih banyak diakibatkan oleh menurunnya biaya transportasi, yaitu ditiadakannya biaya angkutan penyeberangan sungai yang relatif sangat tinggi. Untuk menilai manfaat yang diperoleh dari sektor ini perlu diidentifikasikan komoditas unggulan apa saja yang menjadi potensi utama daerah hinterland yang mendapat dampak dari pembangunan jalan lintas.

Perhitungan komponen manfaat dan juga komponen biaya pada sektor ini dilakukan dengan membandingkan kondisi tanpa proyek (eksisting) dan kondisi dengan proyek (dalam hal ini adalah pembangunan jalan lintas). Seluruh komponen manfaat akan dihitung untuk rentang waktu masa layan jalan yaitu selama 20 tahun.

Dari data literatur yang tersedian komoditas unggulan dari Kab. Nias dan Kab. Nias Selatan adalah sebagai berikut:

 Potensi Pertanian (Komoditi pertanian utama adalah padi sawah)

 Potensi Perkebunan (Komoditi perkebunan utama adalah: karet, kelapa, nilam, kako, kopi, cengkeh)

 Potensi Perikanan (utamanya perikanan laut)

Potensi perkebunan dan pertanian di Kab. Nias dan Kab. Nias Selatan saat ini belum termanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan karena akses untuk pemasaran komoditi ini terhambat oleh biaya transportasi yang tinggi. Manfaat yang bisa diperoleh akibat pembangunan jalan lintas, adalah bangkitan surplus produksi perkebunan. Surplus adalah selisih antara produksi dan konsumsi lokal, sehingga apabila pertumbuhan jumlah produksi mengalami peningkatan maka otomatis nilai surplus tersebut akan semakin besar.

Perhitungan komponen manfaat pada sektor pertanian dan perkebunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

5.3.2.1 Penentuan Pola Produksi

Asumsi pengembangan penggunaan lahan akibat penurunan biaya transportasi setelah pembangunan jembatan didasarkan kepada komoditas pertanian/perkebunan yang merupakan unggulan daerah hinterland, kesesuaian lahan serta rencana pengembangan kabupaten yang tertuang dalam RTRW Kab. Nias dan Kab. Nias Selatan.

Pertumbuhan ekonomi di kedua kabupaten ini yang terlihat dari aktifitas ekonomi yang ada di tiga kota utama yaitu Gunung Sitoli, Teluk Dalam dan Lahewa menunjukkan pekembangan yang cukup rendah khususnya pada pemenuhan kebutuhan pokok yang sebagian besarnya didatangkan dari luar wilayah (Sibolga). Hal ini disebabkan oleh kurang termanfaatkannya lahan yang ada untuk perkebunan dan pertanian.

5.3.2.2 Penentuan Jumlah Produksi

Perhitungan ini mempertimbangkan scenario dengan proyek dan tanpa proyek. Produksi yang dihitung adalah hasil panen dari lahan tanam yang meningkat secara berkala baik pada lahan eksisting maupun pada lahan dengan intensifikasi. Surplus hasil produksi diperoleh dari total produksi dari areal lahan eksisting dan tambahan areal lahan baru, dikurangi dengan total produksi yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Sehingga, nilai total produksi untuk suatu komoditi tertentu adalah surplus produksi komoditi tersebut dikalikan dengan harga petani untuk komoditi tersebut.

Tabel 5.2 Asumsi Perhitungan Produksi

No Asumsi satuan Padi

Sawah Karet Kelapa Perikanan

1 Tingkat Produksi ton/ha 3,750 0.52 0.879 14.993*

(eksisting)

2 Tingkat Produksi ton/ha 0,031 0.32 0.38 0,025*

(intensifikasi)

3 Konsumsi Lokal Ton/kapita 0.01 0.02 0.001 0,025

4 Harga Produsen 1000 Rp/ton 4500 7500 6000 10.000

*: ton

5.3.2.3 Perhitungan Biaya Produksi

Tahap selanjutnya dalam analisis manfaat ini adalah menentukan biaya produksi. Biaya produksi pertanian dan perkebunan terdiri dari variabel biaya produksi (dengan pola tanam tradisional maupun dengan intensifikasi), biaya investasi atas tanaman baru dengan intensifikasi dan biaya penyiapan lahan tanpa intensifikasi. Biaya produksi dengan intensifikasi adalah fungsi dari biaya tanam dan total peningkatan lahan tanam. Biaya investasi tanaman baru tergantung pada harga satuan investasi dan total peningkatan lahan tanam. Terakhir, biaya pembersihan lahan tanpa intensifikasi ditentukan oleh biaya satuan pelaksanaannya (biasanya lump sum).

5.3.2.4 Penentuan Kebutuhan Perjalanan

Pada tahap ini akan ditentukan besarnya bangkitan perjalanan untuk kedua jenis moda (seperti disebutkan pada tahap 3). Untuk menghitung besarnya jumlah perjalanan per tahun untuk tiap moda transportasi maka diperlukan data-data jumlah total komoditi per jenisnya yang akan diangkut (diperoleh dari tahap 2), jumlah armada moda transportasi, kapasitas angkut dan load factor dari moda tersebut (diperoleh dari tahap 3). Perhitungan dilakukan untuk waktu analisis selama 20 tahun dan terhadap kondisi tanpa proyek dan dengan proyek. Maka bangkitan perjalanan per tahun merupakan selisi jumlah perjalanan kendaraan dengan proyek dengan tanpa proyek. Apabila terdapat nilai negatif pada nilai bangkitan perjalanan ini berarti terjadi pengurangan jumlah bangkitan perjalanan pada saat proyek dibuka.

5.3.2.5 Penentuan Tarif Angkutan untuk Pertanian dan Perkebunan

Tarif angkut per ton-km ditentukan dengan mempertimbangkan harga angkut per ton-nya terhadap panjang perjalanan rata-rata yang dilakukan. Dari hasil ini dapat dilihat batas keuntungan yang akan diperoleh, yaitu dengan mengurangkan tarif angkut per ton-km dengan BOK rata-rata, baik untuk kondisi tanpa proyek dan dengan proyek. Besaran tarif angkutan ini menggunakan harga yang berlaku pada wilayah studi.

5.3.2.6 Penentuan Manfaat Bagi Pelaku Angkutan

Pada saat ini ada 2 jenis moda transportasi (dalam hal ini adalah untuk angkutan barang) yaitu angkutan darat (truk) dan angkutan laut (kapal dan sejenisnya). Pada saat proyek dibuka, diperkirakan angkutan barang akan beralih seluruhnya ke angkutan darat. Hal ini didasarkan pada perbedaan biaya transportasi serta waktu yang sangat signifikan antara kedua jenis transportasi tersebut, dengan asumsi prasarana angkutan tersedia dengan cukup.

Nilai manfaat, baik untuk kondisi tanpa proyek maupun dengan proyek, terdiri dari dua komponen, yaitu komponen pendapatan dan komponen total biaya. Komponen pendapatan diperoleh dari hasil perkalian antara surplus yang diperoleh dari masing-masing komoditi, tarif angkut per ton-km, dan panjang perjalanan rata-rata. Sedangkan komponen total biaya diperoleh dari hasil perkalian antara surplus yang diperoleh dari masing-masing komoditi, BOK rata-rata dan panjang perjalanan rata-rata.

Baik komponen pendapatan maupun total biaya dihitung untuk waktu analisis 20 tahun, dan di akhir perhitungan akan ditotal pendapatan dan total biaya untuk kedua jenis moda transportasi (truk dan kapal).

5.3.2.7 Resume Seluruh Biaya Produksi dan Peningkatan Produksi

Tahap ini merupakan resume dari tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap ini dapat diketahui apakah akan terdapat manfaat peningkatan produksi (dalam ton), peningkatan biaya produksi (dalam rupiah) dan peningkatan biaya transportasi (dalam rupiah) apabila proyek jadi dibangun. Dengan menjumlahkan biaya produksi dan biaya transportasi akan diperoleh total biaya pertanian. Apabila total biaya pertanian merupakan nilai negatif menunjukkan bahwa terjadi penurunan biaya (cost), yang berartii merupakan keuntungan bagi produsen.