• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-selatan Nias

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-selatan Nias"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan infrastruktur prasarana transportasi yang handal akan dapat mendukung perkembangan dan pertumbuhan pada suatu wilayah. Kehandalan jaringan jalan sebagai bagian dari prasarana transportasi akan menjadi dasar yang baik untuk mendukung aktifitas masyarakat, ekonomi wilayah serta perkembangan wilayah yang serta merta akan memberikan dampak pada kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Secara makro, keberadaan sistem jaringan jalan dan sistem transportasi merupakan bagian dari perencanaan regional wilayah. Keberadaan jaringan jalan yang merupakan penghubung pusat-pusat pertumbuhan wilayah sebagai komponen utama di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dari Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias selatan yang terletak pada satu daratan Pulau Nias. Adapun komponen-komponen utama dalam RTRW yang erat hubungannya dengan sistem jaringan jalan ini adalah:

1. Fungsi yang menghubungkan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) sesuai dengan

hirarki/orde menurut andalan wilayahnya dan komoditas unggulan yang dimilikinya, baik sebagai Kawasan Andalan Nasional, Propinsi maupun Kabupaten/Kota;

2. Keberadaan jalan propinsi, kabupaten, dan lainnya) dalam Rencana Alokasi

Pemanfaatan Ruang daerah di dalam propinsi maupun regional antar kabupaten dalam satu pulau;

3. Pembangunan dan pemeliharaan jalan dan bangunan pelengkapnya dalam indikasi

program jangka menengah pembangunan daerah.

Disamping itu juga perkembangan ekonomi disuatu daerah sangat ditunjang oleh jenis, kualitas dan kuantitas kegiatan yang terdapat di daerah tersebut beserta ketersediaan sarana dan prasarananya. Pertumbuhan ekonomi yang baik memerlukan juga ketersediaan akan prasarana dan sarana yang dapat mendistribusikan hasil/produk kegiatan tersebut dari daerah produksi menuju daerah yang membutuhkannya.

Sistem prasarana jalan yang baik adalah sistem prasarana yang mampu mendistribusikan segala bentuk barang dan jasa ke tempat/wilayah yang memerlukannya. Pendistribusian yang Jika ditunjang oleh kualitas dari transportasi itu sendri yang dapat menyalurkan barang secara cepat dari suatu wilayah produksi ke wilayah konsumsi atau dari suatu daerah penghasil bahan dasar ke daerah produksi.

Kabupaten Nias yang merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Utara yang wilayahnya terdiri dari beberapa pulau. Pulau utama pada kabupaten ini adalah Pulau Nias. Pada tahun 2003, Kabupaten Nias mengalami pemekaran menjadi 2 Kabupaten yaitu Kab. Nias dan Kab. Nias Selatan.

Daerah Nias merupakan suatu daerah yang tertinggal dibandingkan daerah lain di Sumatera Utara. Ketertinggalan ini diperparah dengan kurangnya sarana dan prasarana terutama transportasi. Kendala utama saat ini adalah tidak terdapatnya jaringan jalan yang cukup baik untuk menunjang kegiatan perekonomian yang terdapat pada wilayah lersebut. Salah satu kendala yang ada saat ini antara lain adalah terbatasnya kapasitas jaringan jalan antara Lahewa, Gunung Sitoli dan Teluk Dalam yang diakibatkan belum optimalnya fungsi jalan tersebut. Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik diharapkan perekonomian yang terdapat diwilayah Nias akan tumbuh dan menstimulasi pertumbuhan perekonomian lainnya.

(2)

Keberhasilan program pembangunan di Indonesia ditandai dengan peningkatan standar kehidupan masyarakat. Pengaruhnya pada sektor transportasi, terutama jalan raya adalah pada peningkatan pergerakan yang berakibat pada kebutuhan jalan dan jembatanbaru. Untuk mengembangkan dan pembuatan jalan baru diperlukan suatu studi untuk melakukan studi kelayakan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan jalan. Dengan adanya studi kelayakan diharapkan diperoleh semua analisis yang berhubungan dengan teknis, dan ekonomi serta pekerjaan yang berhubungan dalam rangka melakukan studi dan perencaan. Hasil keluaran studi ini adalah untuk suatu rencana penanganan/pembangunan berdasarkan strategi pelaksanaan yang paling sesuai dari sisi teknis dan ekonomi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan studi kelayakan ini merupakan suatu studi yang bertujuan untuk menganalisa pengembangan jaringan jalan di Pulau Nias khususnya pada Jalan lintas Utara dan Selatan Nias ditinjau dari berbagai aspek dan kepentingan.

Tujuan dari studi kelayakan itu adalah untuk mengkaji kemungkinan pembangunan suatu ruas jalan yang dapat menghubungkan jaringan jalan yang ada dengan sarana yang tersedia/akan dibuat. Kajian yang dilakukan meliputi kelayakan teknis, ekonomi dan ketersinambungan (interkoneksi) jaringan.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup “Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias di Propinsi Sumatera Utara” adalah seperti berikut:

1.3.1 Lingkup Wilayah Kajian

Lingkup wilayah dari Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias di Propinsi Sumatera Utara adalah seluruh wilayah di Pulau Nias, yang terletak pada Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.

1.3.2 Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan yang nantinya akan dilakukan oleh konsultan sebagai tahapan dalam menyusun studi tersebut adalah:

a. Menginventarisir dan mengumpulkan data-data yang merupakan data primer dan

sekunder yang akan digunakan dalam proses analisis.

b. Mendeteksi permasalahan awal jaringan dan kondisi eksisting badan jalan serta

kebutuhan angkutan barang dan penumpang berupa analisis kondisi wilayah, analisis pergerakan barang.

c. Deteksi permasalahan awal angkutan barang ini dapat menggunakan data spasial yang kemudian dikompilasikan dengan data lain, misal: kepadatan lalu lintas, kelas jalan dan lain-lain.

d. Melakukan pengembangan trace/jaringan jalan alternatif yang meliputi pemilihan alternatif lintas terhadap trase jalan awal awal dan identifikasi kebutuhan simpul sehingga diharapkan para pengembang dan pengelola dapat memaksimalkan potensi jalan yang ada.

e. Melakukan penilaian analisa manfaat proyek yang meliputi aspek kinerja lalu lintas,

ekonomi dan lingkungan.

1.4 Lokasi Studi

Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Pulau Nias ini difokuskan pada jaringan jalan yang menghubungkan bagian utara Pulau Nias yaitu daerah Lahewa dengan bagian utara Pulau Nias yaitu Teluk Dalam. Untuk dapat menjadikan kajian yang komperehensif, maka dilakukan kajian dalam studi kelayakan ini diperluas untuk menganalisis rencana pengembangan jaringan jalan di seluruh Pulau Nias. Lokasi studi tersebut digambarkan pada Gambar 1.1.

(3)

Gbr 1.1 LOKASI STUDI Gomo Holi Hilisimaetano Bawolalusa Bawodo Bara Bawaluo Hiliaru dua Helezalulu Hiliotalua Orahili Amandraya Lolowa'u

PASAR TELUK DALAM KEC.TELUK DALAM KEC.AMANDRAYA KEC.LAHUSA KEC.GOMO KEC.LOLOWAU KEC.LOLOMATUA Afulu Letehosi Bosihona Miga Idanogawo Toyolawa Iraonolase Botom Bawo Faecheo Hili Sebuadunia Tetehasi I P. WUNGA GUNUNG SITOLI Silima Banua Namohalu Tetesua Fadoro Ombolata Hiliweto Fadoro Lauru Lolofitu Bawolato Afulu Lahewa Tetehosi Lotu KEC. AFULU KEC.LAHEWA KEC.TUHEMBERUA KEC. ALASA KEC.NAMOHALU ESIWA KEC. MANDREHE KEC.SIROMBU KEC.BAWOLATO KEC.IDANO GAWO KEC.GIDO KEC.HILIDUHO KEC.LOTU KEC.LOLOFITU MOI Awa`ai KEC.GUNUNGSITOLI Gomo Holi Hilisimaetano Bawolalusa Bawodo Bara Bawaluo Hiliaru dua Helezalulu Hiliotalua Orahili Amandraya Lolowa'u

PASAR TELUK DALAM KEC.TELUK DALAM KEC.AMANDRAYA KEC.LAHUSA KEC.GOMO KEC.LOLOWAU KEC.LOLOMATUA Afulu Letehosi Bosihona Miga Idanogawo Toyolawa Iraonolase Botom Bawo Faecheo Hili Sebuadunia Tetehasi I P. WUNGA GUNUNG SITOLI Silima Banua Namohalu Tetesua Fadoro Ombolata Hiliweto Fadoro Lauru Lolofitu Bawolato Afulu Lahewa Tetehosi Lotu KEC. AFULU KEC.LAHEWA KEC.TUHEMBERUA KEC. ALASA KEC.NAMOHALU ESIWA KEC. MANDREHE KEC.SIROMBU KEC.BAWOLATO KEC.IDANO GAWO KEC.GIDO KEC.HILIDUHO KEC.LOTU KEC.LOLOFITU MOI Awa`ai KEC.GUNUNGSITOLI LAPORAN AKHIR I - 3

(4)

1.5 Sistematika Penyajian Laporan

Untuk menguraikan laporan interim Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias, maka laporan ini disusun menjadi 7 (tujuh) bab/bagian yang terdiri atas:

I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang studi, maksud dan tujuan studi, ruang lingkup dan sistematika penyajian laporan.

II. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Bab ini berisi tentang profil wilayah studi yang meliputi kondisi geografi, topografi, iklim dan cuaca, administrasi dan kependudukan, serta potensi wilayah dan kependudukan. Pada bab ini dibahas juga mengenai pengembangan wilayah serta arah pembangunan daerah.

III. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Bab ini berisi tentang pendekatan penanganan yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan studi; metode pelaksanaan yang akan diterapkan mulai dari tahap persiapan studi, survey pengumpulan data, analisis data, sampai dengan pelaporan.

IV. PRESENTASI DATA

Bab ini menjabarkan data mengenai kondisi eksisting jarigan jalan yang dikumpulkan dari kegiatan survey lapangan.

V. ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN

Dalam bab ini dijabarkan kriteria yang digunakan dalam menilai kelayakan pemgembangan jaringan jalan khususnya pada jalan lintas utara-selatan Pulau Nias ini. Dalam bab ini juga dijabarkan analisis kelayakan pengembangan jaringan jalan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan. Sebagai hasil akhir dari analisis yang dilakukan, dijabarkan program aksi sebagai panduan dalam rencana pengembangan jaringan jalan Pulau Nias.

VI. ANALISA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN

Bab ini menjabarkan mengenai rencana pengembangan jaringan jalan yang dikembangkan dari data jaringan jalan, diskusi dengan stakeholder terkait, serta strategi pengembangan jaringan jalan.

VII. KAJIAN AWAL LINGKUNGAN

Bab ini mengidentifikasi dampak-dampak potensial secara umum (langsung atau tidak langsung) yang mungkin akan timbul pada pembangunan jalan lintas utara-selatan yang direncanakan, serta mengidentifikasi lebih lanjut dampak pada sepanjang rencana jalan lintas utara-selatan terpilih, yang akan difokuskan pada komponen lingkungan yang terkena dampak perlu dikaji lebih mendalam pada tahapan studi AMDAL berikutnya.

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini menjabarkan kesimpulan dari keseluruhan kajian dan analisis yang dilakukan juga rekomendasi mengenai pengembangan jaringan jalan di Pulau Nias khususnya pada jaringan jalan lintas Utara-selatan.

(5)

LAPORAN AKHIR II - 1

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

2.1 Profil Wilayah

Secara administratif, Pulau Nias (Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan) termasuk dalam wilayah Propinsi Sumatera Utara, berada disebelah Barat Pulau Sumatera yang berjarak ± 92 mil laut dari Kota Sibolga/ Kabupaten Tapanuli Tengah.

Sebelum pemekaran Kabupaten Nias menjadi dua kabupaten, wilayah administrasi Kabupaten Nias terdiri dari 22 kecamatan dan 657 desa. Setelah terbentuknya Kabupaten Nias Selatan berdasarkan Keputusan DPRD kabupaten Nias Nomor 02/KPTS/2000 tanggal 1 Mei 2000 tentang persetujuan pemekaran Kabupaten Nias menjadi dua kabupaten, Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Utara Nomor 19/K/2002 tanggal 25 Agustus 2002, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2002 tanggal 25 Pebruari 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, wilayah administrasi Kabupaten Nias menjadi terdiri dari 14 wilayah kecamatan, 4 kelurahan dan 439 desa. Sedangkan wilayah administrasi Kabupaten Nias Selatan terdiri dari 8 wilayah kecamatan, 2 kelurahan dan 213 desa.

Lokasi pekerjaan Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias ini meliputi jaringan jalan antara Lahewa, Gunung Sitoli dan Teluk Dalam, dimana jaringan jalan tersebut berada di wilayah administrasi Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.

2.1.1 Kondisi Geografis 2.1.1.1 Kabupaten Nias

Secara geografis, Kabupaten Nias terletak antara 96°59’ BT - 97°54’ BT dan 1°33’ LU - 0°47’ LU, berbatasan dengan:

• Sebelah Utara dengan Pulau-pulau banyak Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. • Sebelah Selatan dengan Kabupaten Nias Selatan

• Sebelah Timur dengan Pulau-pulau Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah dan Natal Kabupaten Mandailing Natal.

• Sebelah Barat dengan Samudera Hindia.

Kabupaten Nias mempunyai luas wilayah 3.799,80 Km2 yang terdiri dari 14 wilayah kecamatan, 4 kelurahan dan 439 desa. Ibukota Kabupaten Nias terletak di Pulau Nias, yaitu Gunungsitoli.

Ke-14 Kecamatan tersebut adalah:

1. Kec. Idano Gawo 8. Kec. Hiliduho

2. Kec. Bawolato 9. Kec. Alasa

3. Kec. Sirombu 10. Kec. Namohalu Esiwa

4. Kec. Mandrehe 11. Kec. Lahewa

5. Kec. Gido 12. Kec. Afulu

6. Kec. Lolofitu Moi 13. Kec. Tuhemberua

(6)

GAMBAR 2.1 ORIENTASI PULAU NIAS

Gomo Holi Hilisimaetano Bawolalusa Bawodo Bara Bawaluo Hiliaru dua Helezalulu Hiliotalua Orahili Amandraya Lolowa'u

PASAR TELUK DALAM KEC.TELUK DALAM KEC.AMANDRAYA KEC.LAHUSA KEC.GOMO KEC.LOLOWAU KEC.LOLOMATUA Afulu Letehosi Bosihona Miga Idanogawo Toyolawa Iraonolase Botom Bawo Faecheo Hili Sebuadunia Tetehasi I P. WUNGA GUNUNG SITOLI Silima Banua Namohalu Tetesua Fadoro Ombolata Hiliweto Fadoro Lauru Lolofitu Bawolato Afulu Lahewa Tetehosi Lotu KEC. AFULU KEC.LAHEWA KEC.TUHEMBERUA KEC. ALASA KEC.NAMOHALU ESIWA KEC. MANDREHE KEC.SIROMBU KEC.BAWOLATO KEC.IDANO GAWO KEC.GIDO KEC.HILIDUHO KEC.LOTU KEC.LOLOFITU MOI Awa`ai KEC.GUNUNGSITOLI Gomo Holi Hilisimaetano Bawolalusa Bawodo Bara Bawaluo Hiliaru dua Helezalulu Hiliotalua Orahili Amandraya Lolowa'u

PASAR TELUK DALAM KEC.TELUK DALAM KEC.AMANDRAYA KEC.LAHUSA KEC.GOMO KEC.LOLOWAU KEC.LOLOMATUA Afulu Letehosi Bosihona Miga Idanogawo Toyolawa Iraonolase Botom Bawo Faecheo Hili Sebuadunia Tetehasi I P. WUNGA GUNUNG SITOLI Silima Banua Namohalu Tetesua Fadoro Ombolata Hiliweto Fadoro Lauru Lolofitu Bawolato Afulu Lahewa Tetehosi Lotu KEC. AFULU KEC.LAHEWA KEC.TUHEMBERUA KEC. ALASA KEC.NAMOHALU ESIWA KEC. MANDREHE KEC.SIROMBU KEC.BAWOLATO KEC.IDANO GAWO KEC.GIDO KEC.HILIDUHO KEC.LOTU KEC.LOLOFITU MOI Awa`ai KEC.GUNUNGSITOLI

(7)

LAPORAN AKHIR II - 3

GAMBAR 2.2

PETA ADMINISTRASI PULAU NIAS

Gomo Holi Hilisimaetano Bawolalusa Bawodo Bara Bawaluo Hiliaru dua Helezalulu Hiliotalua Orahili Amandraya Lolowa'u

PASAR TELUK DALAM KEC.TELUK DALAM KEC.AMANDRAYA KEC.LAHUSA KEC.GOMO KEC.LOLOWAU KEC.LOLOMATUA Afulu Letehosi Bosihona Miga Idanogawo Toyolawa Iraonolase Botom Bawo Faecheo Hili Sebuadunia Tetehasi I P. WUNGA GUNUNG SITOLI Silima Banua Namohalu Tetesua Fadoro Ombolata Hiliweto Fadoro Lauru Lolofitu Bawolato Afulu Lahewa Tetehosi Lotu KEC. AFULU KEC.LAHEWA KEC.TUHEMBERUA KEC. ALASA KEC.NAMOHALU ESIWA KEC. MANDREHE KEC.SIROMBU KEC.BAWOLATO KEC.IDANO GAWO KEC.GIDO KEC.HILIDUHO KEC.LOTU KEC.LOLOFITU MOI Awa`ai KEC.GUNUNGSITOLI Gomo Holi Hilisimaetano Bawolalusa Bawodo Bara Bawaluo Hiliaru dua Helezalulu Hiliotalua Orahili Amandraya Lolowa'u

PASAR TELUK DALAM KEC.TELUK DALAM KEC.AMANDRAYA KEC.LAHUSA KEC.GOMO KEC.LOLOWAU KEC.LOLOMATUA Afulu Letehosi Bosihona Miga Idanogawo Toyolawa Iraonolase Botom Bawo Faecheo Hili Sebuadunia Tetehasi I P. WUNGA GUNUNG SITOLI Silima Banua Namohalu Tetesua Fadoro Ombolata Hiliweto Fadoro Lauru Lolofitu Bawolato Afulu Lahewa Tetehosi Lotu KEC. AFULU KEC.LAHEWA KEC.TUHEMBERUA KEC. ALASA KEC.NAMOHALU ESIWA KEC. MANDREHE KEC.SIROMBU KEC.BAWOLATO KEC.IDANO GAWO KEC.GIDO KEC.HILIDUHO KEC.LOTU KEC.LOLOFITU MOI Awa`ai KEC.GUNUNGSITOLI

(8)

2.1.1.2 Kabupaten Nias Selatan

Secara geografis, Kabupaten Nias Selatan terletak antara 97°27’ BT - 98°51’ BT dan 1°02’ LU - 0°03’ LU, berbatasan dengan:

• Sebelah Utara dengan Kabupaten Nias. • Sebelah Selatan dengan Kepulauan Mentawai • Sebelah Timur dengan Samudera Hindia. • Sebelah Barat dengan Samudera Hindia.

Kabupaten Nias mempunyai luas wilayah 1.825,10 Km2 yang terdiri dari 8 wilayah kecamatan, 2 kelurahan dan 213 desa. Ibukota Kabupaten Nias Selatan terletak di Pulau Nias, yaitu Teluk Dalam.

Ke-8 Kecamatan tersebut adalah: 1. Kec. Pulau-Pulau Batu 2. Kec. Hibala

3. Kec. Teluk Dalam 4. Kec. Amandraya 5. Kec. Lahusa 6. Kec. Gomo 7. Kec. Lolowau 8. Kec. Lolomatua 2.1.2 Topografi

Pulau Nias terdiri dari daerah-daerah perbukitan dan dataran. Daerah perbukitan mempunyai ketinggian 50-800 m dpal, dengan kemiringan lereng 9% - lebih besar dari 40%. Daerah perbukitan ini dijumpai di bagian Tengah Pulau Nias yang memanjang searah dengan bentuk pulau, dan menempati sekitar setengah Pulau Nias. Daerah dataran dijumpai di sekitar pantai barat dan pantai timur Pulau Nias dengan kemiringan 0-8% dengan ketinggian 50 m dpal. Uraian lebih terinci akan kemiringan lahan di Kabupaten Nias adalah sebagai berikut:

1. Kemiringan 0-4% seluas 243.076 ha (43,21%) terdapat di semua kecamatan, terutama di tepi pantai.

2. Kemiringan 4-8% seluas 54.348 ha (9,66%) juga terdapat diseluruh kecamatan,

terutama Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan Idanogawo, dan lain-lain.

3. Kemiringan 8-15% seluas 77.350 ha (13,75%) terdapat diseluruh kecamatan, terutama Kecamatan Alasa, Kecamatan Mandrehe dan lain-lain.

4. Kemiringan 15-25% seluas 92.935 ha (16,52%) terdapat diseluruh kecamatan.

5. Kemiringan 25-40% seluas 35.780 ha (6,36%) terdapat di Kecamatan Idanogawo,

Kecamatan Lolowau, kecamatan Gomo, Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan Lahusa dan lain-lain.

6. Kemiringan >40% seluas 59.011 ha (10,49%) juga terdapat diseluruh kecamatan. Lihat gambar 2.3

(9)

LAPORAN AKHIR II - 5

GAMBAR 2.3

PETA KEMIRINGAN LAHAN

TUHEMBERUA TETESEUA LAHEWA P. INDRA P. WUNGA P. ASU P. HERUANGA P. BUGI P. BUGI P. HAMUTALA P. BAWA P. IMAMA GUNUNG SITOLI Silima Banua Namohalu Tetesua Fadoro Ombolata Hiliweto Fadoro Lauru Lolofitu Bawolato Afulu Lahewa Tetehosi Lotu KEC. AFULU KEC.LAHEWA KEC.TUHEMBERUA KEC.LOTU KEC. ALASA KEC.NAMOHALU ESIWA KEC. MANDREHE KEC.SIROMBU KEC.LOLOFITU MOI KEC.BAWOLATO KEC.IDANO GAWO KEC.GIDO KEC.GUNUNGSITOLI KEC.HILIDUHO Helezalulu

Pasar Teluk Dalam Hiliotalua Orahili Amandraya Lolowa'u KEC.TELUK DALAM KEC.AMANDRAYA KEC.LAHUSA KEC.GOMO KEC.LOLOWAU KEC.LOLOMATUA

(10)

2.1.3 Iklim dan Cuaca

Kondisi iklim di wilayah ini menunjukkan iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi serta hari hujan yang relatif bervariasi. Berdasarkan data tahun 2003 yang didapat, curah hujan rata-rata tiap tahun adalah berkisar antara 2000 – 3000 mm/tahun dan curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Oktober sebesar 360 mm/bulan dan terendah pada bulan Juni yakni sebesar 137 mm/bulan. Jumlah hari hujan terbesar terjadi pada bulan Oktober yakni sebanyak 27 hari dan terendah pada bulan Juni yakni sebanyak 20 hari.

Kelembaban udara relatif rata-rata tahunan adalah sekitar 90% dengan penyebaran merata sepanjang tahun. Temperatur bulanan selama satu tahun menunjukkan bahwa temperatur

rata-rata berkisar antara 25,2o–26,5oC, temperatur maksimum berkisar antara 29,5o–31,2oC

dan temperatur minimum antara 9,4o–23,2oC. Lama penyinaran matahari rata-rata sebesar

50%. Lama penyinaran maksimum terjadi pada bulan Maret sebesar 66%, sedangkan lama penyinaran minimum terjadi pada bulan Nopember yakni sebesar 22%.

Tabel 2.1

Curah Hujan, Hari Hujan dan Penyinaran Matahari Tahun 2003

Bulan Curah Hujan Hari Hujan Penyinaran Matahari

(mm) (%) [1] [2] [3] [4] Januari 284 25 51 Pebruari 180 19 63 M a r e t 283 22 66 A p r i l 323 27 51 M e i 207 12 59 J u n i 137 20 62 J u l i 252 23 55 Agustus 313 25 46 September 315 20 40 Oktober 360 27 40 Nopember 364 27 22 Desember 269 24 41 Jumlah 3287 271 596

Rata-rata per Bulan 274 22 50

(11)

LAPORAN AKHIR II - 7

GAMBAR 2.4 PETA HIDROLOGI

Helezalulu

Pasar Teluk Dalam Hiliotalua Orahili Amandraya Lolowa'u KEC.TELUK DALAM KEC.AMANDRAYA KEC.LAHUSA KEC.GOMO KEC.LOLOWAU KEC.LOLOMATUA KEC.LAHUSA 76.750 JIWA 29.173 JIWA 29.276 JIWA 50.203 JIWA 34.655 JIWA 28.603 JIWA 19.715 JIWA GUNUNG SITOLI Silima Banua Namohalu Tetesua Fadoro Ombolata Hiliweto Fadoro Lauru Lolofitu Bawolato Afulu Lahewa Tetehosi Lotu KEC. AFULU KEC.LAHEWA KEC.TUHEMBERUA KEC.LOTU KEC. ALASA KEC.NAMOHALU ESIWA KEC. MANDREHE KEC.SIROMBU KEC.LOLOFITU MOI KEC.BAWOLATO KEC.IDANO GAWO KEC.GIDO KEC.GUNUNGSITOLI KEC.HILIDUHO 30.154 JIWA 20.956 JIWA 46.233 JIWA 49.243 JIWA 37.666 JIWA 74.203 JIWA 31.943 JIWA 28.531 JIWA 13.975 JIWA 23.353 JIWA 8.892 JIWA 43.921 JIWA 12.389 JIWA P. INDRA P. WUNGA P. ASU P. HERUANGA P. BUGI P. BUGI P. HAMUTALA P. BAWA P. IMAMA

(12)

Tabel 2.2

Temperatur Udara Tahun 2003

Bulan Suhu Rata-rata Rata-rata

Maksimum Rata-rata Minimum [1] [2] [3] [4] Januari 26.1 30.6 22.7 Pebruari 26.3 30.8 22.3 M a r e t 26.4 31.2 23.2 A p r i l 26.5 30.5 9.0 M e i 26.1 31.0 22.0 J u n i 26.5 31.2 22.4 J u l i 25.2 29.8 22.4 Agustus 25.6 29.9 21.7 September 25.4 29.7 22.1 Oktober 25.5 29.7 22.2 Nopember 25.6 29.5 22.6 Desember 25.5 29.9 22.0 Jumlah 310.7 363.8 254.6

Rata-rata per Bulan 25.9 30.3 21.2

Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Binaka Gunungsitoli, tahun 2003

(13)

LAPORAN AKHIR II - 9

Tabel 2.3

Perbandingan Rata-rata Kelembaban Udara

Bulan 2000 2001 2002 2003 [1] [4] [5] [6] [7] Januari 89 90 87 89 Pebruari 88 91 87 89 M a r e t 90 91 90 89 A p r i l 91 92 89 91 M e i 89 93 86 89 J u n i 90 92 88 89 J u l i 89 92 89 90 Agustus 90 91 87 91 September 89 92 91 92 Oktober 91 93 90 89 Nopember 91 92 90 90 Desember 92 92 89 89 Jumlah 1,079 1,101 1,063 1,077

Rata-rata per Bulan 90 92 89 90

Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Binaka Gunungsitoli, tahun 2003

2.1.4 Administrasi dan Kependudukan

Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan dengan luas masing-masing wilayah berturut-turut adalah 3.799,80 Km2 dan 5.625,00 Km2 (luas total wilayah sebesar 5.625 Km2), berpenduduk masing-masing sebanyak 441.174 jiwa dan 275.499 jiwa (total 716.623 jiwa), dengan tingkat kepadatan berturut-turut adalah ±116 jiwa/Km2 dan ±152 jiwa/Km2. Atau dengan luas total wilayah sebesar 5.625 Km2 dan jumlah total penduduk sebanyak 716.623 jiwa, memiliki tingkat kepadatan sebesar 151 jiwa/Km2.

Mata pencaharian pada umumnya kegiatan pertanian/agricultural dan pariwisata. Laju pertumbuhan penduduk sangat rendah yaitu berkisar 0.011%.

(14)

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan tingkat Kepadatan di Kabupaten Nias dan Nias Selatan Tahun 2003

Jumlah Penduduk

No Kecamatan

Laki-laki Wanita Total

Luas (Km2) Kepadatan (Jiwa/Km2) I Kab Nias 1 Idano Gawo 15,010 15,144 30,154 363.5 83 2 Bawolato 9,812 9,903 19,715 207 95 3 Sirombu 10,362 10,594 20,956 223.8 94 4 Mandrehe 22,771 23,462 46,233 293.2 158 5 Gido 24,676 24,567 49,243 338.58 145 6 Lolofitu Moi 17,933 19,733 37,666 236.52 159 7 GunungSitoli 37,182 37,021 74,203 230.8 321 8 Hiliduho 15,588 16,355 31,943 221.65 144 9 Alasa 14,195 14,336 28,531 459.4 62 10 Namohalu Esiwa 6,953 7,022 13,975 176 79 11 Lahewa 11,550 11,803 23,353 446.05 52 12 Afulu 4,398 4,494 8,892 159.55 56 13 Tuhemberua 21,680 22,241 43,921 317.25 138 14 Lotu 6,114 6,275 12,389 126.5 98 JUMLAH 218,224 222,950 441,174 3,799.80 116

II Kab Nias Selatan

1 Pulau Pulau Batu 17,465 121.05 144

2 Hibala 9,374 54.25 173 3 Teluk Dalam 76,750 490 157 4 Amandraya 29,173 183 159 5 Lahusa 29,276 334 88 6 Gomo 50,203 158.6 317 7 Lolowau 34,655 295.6 117 8 Lolomatua 28,603 188.6 152 JUMLAH 275,499 1,825.10 151 Total 716,623 5,625.00 127

(15)

LAPORAN AKHIR II - 11

GAMBAR 2.5

PENYEBARAN PENDUDUK

Helezalulu

Pasar Teluk Dalam Hiliotalua Orahili Amandraya Lolowa'u KEC.TELUK DALAM KEC.AMANDRAYA KEC.LAHUSA KEC.GOMO KEC.LOLOWAU KEC.LOLOMATUA KEC.LAHUSA 76.750 JIWA 29.173 JIWA 29.276 JIWA 50.203 JIWA 34.655 JIWA 28.603 JIWA 19.715 JIWA GUNUNG SITOLI Silima Banua Namohalu Tetesua Fadoro Ombolata Hiliweto Fadoro Lauru Lolofitu Bawolato Afulu Lahewa Tetehosi Lotu KEC. AFULU KEC.LAHEWA KEC.TUHEMBERUA KEC.LOTU KEC. ALASA KEC.NAMOHALU ESIWA KEC. MANDREHE KEC.SIROMBU KEC.LOLOFITU MOI KEC.BAWOLATO KEC.IDANO GAWO KEC.GIDO KEC.GUNUNGSITOLI KEC.HILIDUHO 30.154 JIWA 20.956 JIWA 46.233 JIWA 49.243 JIWA 37.666 JIWA 74.203 JIWA 31.943 JIWA 28.531 JIWA 13.975 JIWA 23.353 JIWA 8.892 JIWA 43.921 JIWA 12.389 JIWA P. INDRA P. WUNGA P. ASU P. HERUANGA P. BUGI P. BUGI P. HAMUTALA P. BAWA P. IMAMA

(16)

2.1.5 Potensi Wilayah dan Perekonomian

2.1.5.1 Potensi Perkebunan

Perkembangan produksi tanaman perkebunan sepuluh tahun terakhir di kabupaten Nias rata-rata mengalami perkembangan yang fluktuatif. Komoditi hasil perkebunan yang selama ini menjadi primadona seperti kelapa, karet, kopi dan nilam, cenderung masih mendominasi produk-produk hasil perkebunan rakyat. Komoditi baru seperti kakao mengalami perkembangan yang cukup pesat dan rata-rata diusahakan oleh rumah tangga petani di kabupaten Nias. Umur tanaman yang relatif cepat menghasilkan dan harga produk yang cukup bersaing di pasar, menjadi daya tarik tersendiri semakin luasnya pengelolaan tanaman perkebunan kakao.

Ancaman dan gangguan hama penyakit tanaman perkebunan dan sebagian besar tanaman perkebunan berumur tua menjadi tantangan ke depan untuk mengoptimalkan produksi tanaman perkebunan. Di samping itu tingkat penerapan teknologi yang masih rendah dimana sebagian besar komoditi tanaman perkebunan dijual dalam produk setengah jadi menyebabkan nilai jual produk relatif rendah.

Luas lahan yang cukup tersedia untuk tanaman perkebunan dan ragam potensi komoditas hasil perkebunan yang melimpah, sangat prospektif untuk industri pengolahan hasil pertanian. Bahan baku yang cukup tersedia dengan harga yang relatif bersaing serta tingkat ketersediaan tenaga kerja, diharapkan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor ini.

Tabel 2.5

Jenis Tanaman, Luas Lahan dan Jumlah Produksi Perkebunan di Nias

2000 2001 2002 2000 2001 2002 1 K a r e t 27,128 27,258 28,955 14,238.0 14,090.0 17,486.0 2 K e l a p a 48,338 48,481 48,769 42,820.0 42,892.0 43,817.0 3 K o p I 1,616 1,437 1,763 808.0 772.0 788.0 4 Cengkeh 1,964 1,699 1,699 132.0 89.0 89.0 5 P a l a 121 121 191 14.0 15.0 31.0 6 N i l a m 2,631 2,177 2,456 371.0 273.0 312.0 7 Kapulaga - - - -8 K a k a o 2,609 3,050 4,379 354.0 392.0 846.0

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Nias No.

L u a s (Ha) Produksi (Ton)

Jenis Tanaman

(17)

LAPORAN AKHIR II - 13

2.1.5.2 Potensi Pertanian

Perkembangan produksi tanaman padi di kabupaten Nias sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan, dimana peningkatan ini dibarengi dengan peningkatan produktifitas dan luas panen. Kondisi luas lahan yang tersedia disatu sisi mengalami perubahan fungsi dimana beberapa areal lahan untuk padi sawah dan ladang berubah fungsi menjadi lahan perumahan seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Di sisi lain, kondisi sosilologi masyarakat petani di kabupaten Nias, dimana profesi sebagai petani ditinggalkan beralih kepada profesi lainnya.

Di samping itu etos kerja petani yang masih rendah, pola usaha tani yang bersifat tradisional, dan penerapan teknologi pemakaian benih dan pupuk yang sangat rendah, serta terbatasnya sarana dan prasarana pengairan menjadi kendala bagi peningkatan produktifitas petani dimasa mendatang.

Perkembangan produksi palawija sepuluh tahun terakhir menunjukkan suatu kondisi yang bervariasi antara komoditas dengan luas tanam yang berfluktuasi. Beberapa komoditas menunjukan peningkatan produksi antara lain jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pengelolaannya masih sangat sederhana, dimana pasar produksi yang tidak terjamin dan agroindustri pengolah hasil masih belum tumbuh berkembang.

Perkembangan luas panen, produktifitas dan produksi tanaman sayuran sepuluh tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang fluktuatif, bila dibandingkan antara luas panen dan tingkat produktifitas.

Prospek tanaman sayuran ke depan cukup menjanjikan bila dilihat dari tingginya permintaan pasar terhadap produksi sayuran dari luar daerah. Kondisii topografi dan klimatologi wilayah kabupaten Nias untuk beberapa komoditi tanaman sayuran sangat potensial untuk dikembangkan dimasa mendatang.

Tabel 2.6

Jenis Tanaman, Luas Panen dan Jumlah Produksi Pertanian Tanaman di Nias

2000 2001 2002 2000 2001 2002 1 Padi sawah 29,835 27,158 28,760 108,493 98,999 108,538 2 Padi Ladang 1,418 845 2,585 2,741 1,655 5,227 3 Jagung 302 384 629 429 557 966 4 Ketela Pohon 1,822 1,608 1,253 16,159 14,604 11,286 5 Ketela Rambat 157 1,466 1,231 13,869 13,296 11,232 6 Kacang Kedele 40 20 37 45 25 51 7 Kacang Tanah 176 193 212 184 221 257 8 Kacang Hijau 181 127 138 181 136 161

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Nias

No.

Luas Panen (Ha) Jumlah Produksi (Ton)

(18)

GAMBAR 2.6 PENGGUNAAN LAHAN Gomo Holi Hilisimaetano Bawolalusa Bawodo Bara Bawaluo Hiliaru dua Helezalulu Hiliotalua Orahili Amandraya Lolowa'u

PASAR TELUK DALAM KEC.TELUK DALAM KEC.AMANDRAYA KEC.LAHUSA KEC.GOMO KEC.LOLOWAU KEC.LOLOMATUA Afulu Letehosi Bosihona Miga Idanogawo Toyolawa Iraonolase Botom Bawo Faecheo Hili Sebuadunia Tetehasi I P. WUNGA GUNUNG SITOLI Silima Banua Namohalu Tetesua Fadoro Ombolata Hiliweto Fadoro Lauru Lolofitu Bawolato Afulu Lahewa Tetehosi Lotu KEC. AFULU KEC.LAHEWA KEC.TUHEMBERUA KEC. ALASA KEC.NAMOHALU ESIWA KEC. MANDREHE KEC.SIROMBU KEC.BAWOLATO KEC.IDANO GAWO KEC.GIDO KEC.HILIDUHO KEC.LOTU KEC.LOLOFITU MOI Awa`ai KEC.GUNUNGSITOLI

(19)

LAPORAN AKHIR II - 15

2.1.5.3 Potensi Pariwisata

Pembangunan di bidang pariwisata di Kabupaten Nias terus dikembangkan secara bertahap mengingat potensi yang cukup besar. Hal ini ditandai dengan kunjungan wisatawan manca negara maupun domestik untuk menikmati berbagai objek wisata seperti objek wisata alam, bahari, wisata budaya, serta objek wisata lainnya. Jumlah kunjungan wisata dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (1995-2004) tercatat 37.495 orang wisatawan mancanegara dan 89.675 orang wisatawan domestik.

Kondisi pembangunan pariwisata dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan penataan objek wisata yang belum optimal, rendahnya pemahaman masyarakat tentang pembangunan pariwisata, banyaknya sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana alam, belum optimalnya fungsi kelembangaa/organisasi budaya dan kesenian dalam mendukung upaya pembangunan keparawisataan, investor yang menangani objek wisata belum ada, pengamanan dan pemeliharaan benda – benda cagar budaya belum optimal, belum optimalnya promosi dan pemasaran pariwisata, dan terbatasnya sumber daya manusia dalam pengelolaan pariwisata.

Pembangunan pariwisata secara umum, yang sangat dipengaruhi oleh arus informasi dan nilai-nilai budaya asing, hal ini diharapkan dapat diselaraskan dengan penetapan kebijakan di bidang pembangunan pariwisata sehingga potensi pariwisata yang dimiliki selain menghasilkan pemasukan bagi pendapatan asli daerah, juga sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya yang dimiliki.

Tabel 2.7

Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung Tahun 2000-2004 Asing Domestik Januari 70 780 850 Februari 107 557 664 M a r e t 244 288 532 A p r i l 395 219 614 M e i 483 139 622 J u n i 598 196 794 J u l i 533 1,570 2,103 Agustus 488 1,422 1,910 September 386 266 652 Oktober 137 285 462 Nopember 96 649 747 Desember 26 2,321 2,347 Jumlah 3,563 8,692 12,297

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias

B u l a n Jumlah

(20)

2.1.5.4 Produk Domenstik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu indikator makro tentang perkembangan perekonomian Kabupaten Nias melalui tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan perkapita dan tingkat kontribusi masing-masing jenis lapangan usaha.

PDRB kabupaten Nias kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami penurunan secara bertahap. Pada tahun 1995 PDRB atas dasar Harga Berlaku sebesar Rp. 878.450,11 dan pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp. 2.093.675,48. Demikian juga halnya PDRB atas dasar Harga Konstan di mana pada tahun 1995 sebesar Rp. 754.144,70 dan pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp. 536.753,16.

Lapangan usaha yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB kabupaten Nias adalah sektor Pertanian, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Jasa-jasa dan Bangunan. Sektor-sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan PDRB kabupaten Nias dalam kurun waktu 10 tahun terakhir masih memiliki potensi untuk lebih dikembangkan dimasa yang akan datang. Demikian juga halnya sektor-sektor yang lain yang selama ini belum memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap PDRB, perlu untuk lebih dioptimalkan melalui berbagai kebijakan-kebijakan strategis, dalam upaya menggairahkan aktivitas perekonomian. PDRB Kabupaten Nias sejak 1993 s/d 2002 ,seperti tabel di bawah ini.

Tabel 2.8

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Nias Tahun Dasar 1993 (Juta Rupiah)

T a h u n Menurut Harga Berlaku Menurut Harga Konstan

[1] [2] [3] 1 9 9 3 599.309,31 599.309,31 1 9 9 4 741.457,17 682.524,46 19 9 5 878.450,11 754.144,70 1 9 9 6 1.008.447,35 807.989,09 1 9 9 7 1.145.386,64 834.873,21 1 9 9 8 1.715.119,11 751.349,14 1 9 9 9 1.966.163,23 801.294,00 2 0 0 0 2.241.959,10 831.204,36 2 0 0 1*) 2.418.769,36 833.146,30 2 0 0 2 **) 2.624.266,13 860.390,85

Keterangan : *) Angka Perbaikan/Revised

**) Angka Sementara/Preliminary Figures

(21)

LAPORAN AKHIR II - 17

2.1.5.5 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi kabupaten Nias kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan trend positif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nias sebesar 3,73 dan pada tahun 2004 sebesar 5,83. Kondisi pertumbuhan ekonomi tidak jauh berbeda dengan kondisi perekonomian nasional. Pada tahun 1997 pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia, dampaknya sangat terasa terhadap aktivitas perekonomian di kabupaten Nias. Namun secara umum dapat dikatakan, seiring dengan pulihnya krisis ekonomi secara Nasional, maka beberapa sektor perekonomian di kabupaten Nias juga mengalami perkembangan yang menggembirakan, sehingga sangat prospektif untuk dikembangkan di masa yang akan datang.

Tabel 2.9

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Sumatera Utara dan Kab. Nias 1994 - 2002

T a h u n Kab Nias Sumatera Indonesia

1 9 9 4 13.89 9.48 7.54 19 9 5 10.49 9.09 8.22 1 9 9 6 7.14 9.01 7.82 1 9 9 7 3.33 5.70 4.91 1 9 9 8 (0.37) (10.50) (13.13) 1 9 9 9 6.65 2.59 0.85 2 0 0 0 3.73 4.83 4.84 2 0 0 1 *) 0.15 3.65 3.32 2 0 0 2 *) 3.27 4.05 3.38

Keterangan : *) Angka Sementara/Preliminary Figures Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias

(22)

2.1.6 Kondisi Transportasi 2.1.6.1 Transportasi Darat

Prasarana jalan merupakan prasarana yang penting dalam menunjang kegiatan perekonomian, sehingga memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang serta jasa dari satu daerah ke daerah lain. Pembangunan infrastruktur di kabupaten Nias terutama dititikberatkan pada pembangunan sarana prasarana jalan dan jembatan untuk membuka keterisoliran wilayah kabupaten Nias serta mengembangkan akses terhadap sentra-sentra produksi masyarakat.

Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana jalan dan jembatan masih belum optimal sebagaimana yang diharapkan mengingat panjangnya ruas jalan kabupaten yang harus ditangani dan terbatasnya alokasi dana untuk membiayai pembangunan jalan dan jembatan. Namun demikian secara bertahap pembangunan jalan dan jembatan kabupaten selama ini telah mampu meningkatkan aksesbilitas masyarakat dalam berbagai aktivitas perekonomian. Tantangan utama yang dihadapi untuk menghasilkan pembangunan jalan dan jembatan yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi wilayah kabupaten Nias yang sangat labil dan rawan bencana tanah longsor. Selain itu, faktor konstruksi dan partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jalan dan jembatan, juga menjadi faktor penentu yang menyebabkan pembangunan jalan yang dihasilkan tidak memiliki umur penggunaan yang

lama. Prasarana jalan di Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan Propinsi Sumatera

Utara hingga tahun 2003 mencapai panjang 426,99 km yang terdiri atas ruas2 jalan seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.10

Ruas Jalan Propinsi Sumatera Utara Di Kabupaten Nias dan Nias Selatan

NO. NOMOR

LINK JURUSAN / RUAS STA

PANJANG (KM)

1 075.1 Gunung Sitoli – Tetehosi 000 – 039 39,00

2 075.2 Tetehosi – Lahusa 039 – 080 41,00

3 075.3 Lahusa – Teluk Dalam 080 – 108 28,00

4 076 Miga – Lolowa’u 006 – 065 55,84

5 077 Lolowa’u – Teluk Dalam 065 – 120 62,90

6 078 Lolowa’u – Sirombu 065 – 090 25,25

7 079 G. Sitoli – Tuhemberua 000 – 035 35,00

8 079.1 Tuhemberua – Lahewa 035 – 087 52,00

9 079.3 Lahewa – Afulu 087 – 109 22,00

10 103 Afulu – Faighuna’a – Sirombu 109 – Sirombu 66,00

JUMLAH 426,99

(23)

LAPORAN AKHIR II - 19

GAMBAR 2.7

PETA JARINGAN JALAN PROPINSI

Gomo Holi Hilisimaetano Bawolalusa Bawodo Bara Bawaluo Hiliaru dua Helezalulu Hiliotalua Orahili Amandraya Lolowa'u

PASAR TELUK DALAM KEC.TELUK DALAM KEC.AMANDRAYA KEC.LAHUSA KEC.GOMO KEC.LOLOWAU KEC.LOLOMATUA Afulu Letehosi Bosihona Miga Idanogawo Toyolawa Iraonolase Botom Bawo Faecheo Hili Sebuadunia Tetehasi I P. WUNGA GUNUNG SITOLI Silima Banua Namohalu Tetesua Fadoro Ombolata Hiliweto Fadoro Lauru Lolofitu Bawolato Afulu Lahewa Tetehosi Lotu KEC. AFULU KEC.LAHEWA KEC.TUHEMBERUA KEC. ALASA KEC.NAMOHALU ESIWA KEC. MANDREHE KEC.SIROMBU KEC.BAWOLATO KEC.IDANO GAWO KEC.GIDO KEC.HILIDUHO KEC.LOTU KEC.LOLOFITU MOI Awa`ai KEC.GUNUNGSITOLI Gomo Holi Hilisimaetano Bawolalusa Bawodo Bara Bawaluo Hiliaru dua Helezalulu Hiliotalua Orahili Amandraya Lolowa'u

PASAR TELUK DALAM KEC.TELUK DALAM KEC.AMANDRAYA KEC.LAHUSA KEC.GOMO KEC.LOLOWAU KEC.LOLOMATUA Afulu Letehosi Bosihona Miga Idanogawo Toyolawa Iraonolase Botom Bawo Faecheo Hili Sebuadunia Tetehasi I P. WUNGA GUNUNG SITOLI Silima Banua Namohalu Tetesua Fadoro Ombolata Hiliweto Fadoro Lauru Lolofitu Bawolato Afulu Lahewa Tetehosi Lotu KEC. AFULU KEC.LAHEWA KEC.TUHEMBERUA KEC. ALASA KEC.NAMOHALU ESIWA KEC. MANDREHE KEC.SIROMBU KEC.BAWOLATO KEC.IDANO GAWO KEC.GIDO KEC.HILIDUHO KEC.LOTU KEC.LOLOFITU MOI Awa`ai KEC.GUNUNGSITOLI

(24)

2.1.6.2 Transportasi Laut

Sebagai daerah yang dikelilingi oleh laut dan terdiri pulau-pulau, transportasi laut sangat menunjang sekali dalam pergerakan yang terjadi di Kabupaten Nias yang terdapat lima pelabuhan laut yaitu Pelabuhan Laut Gunung Sitoli, Lahewa, Teluk Dalam, Sirombu dan P.Tello.

Kelima pelabuhan laut tersebut berfungsi menghubungkan antar kecamatan yang ada di wilayah ini. Selain dari pelabuhan laut diatas, masih terdapat pelabuhan-pelabuhan kecil seperti pelabuhan-pelabuhan Helezelulu di Kecamatan Lahusa, Pelabuhan Seke di Kecamatan Lolowa’u dan Pelabuhan Salonaka di Kecamatan Alasa, yang mana pelabuhan-pelabuhan ini berfungsi sebagai pelabuhan-pelabuhan pembantu yang menghubungkan desa-desa di sepanjang pantai.

Jadi pola pergerakan manusia dan barang yang terjadi di Kabupaten Nias yang keluar dari wilayah ini setelah dihimpun melalui jalan darat ke pelabuhan terdekat sebagian besar terus mengalir ke Pulau Sumatera melalui Pelabuhan Sibolga akan tetapi sebagian lagi ada yang melewati pelabuhan-pelabuhan yang ada di kecamatan ke Pelabuhan Gunung Sitoli yang ada di ibukota kecamatan, baru selanjutnya menuju ke Pulau Sumatera melewati Pelabuhan Sibolga. Dan pergerakan manusia dan barang yang masuk ke Kabupaten Nias pada umumnya langsung mengalir dari Pulau Sumatera melewati Pelabuhan Sibolga ke masing-masing pelabuhan besar di wilayah ini.

Tabel 2.11

Jumlah Penumpang dan Bongkar Muat Barang Melaui Pelabuhan di Nias Th 1998 - 2002

2000 2001 2002 2000 2001 2002

1. Pulau Tello - Datang 2,781 1,515 - - Muat 7,588 6,509 *

- Berangkat 1,632 933 - - Bongkar 7,937 5,691 *

2. Teluk Dalam - Datang 7,294 4,342 5,971 - Muat 10,222 7,760 8,409

- Berangkat 5,961 6,025 7,031 - Bongkar 9,335 9,985 10,065

3. Sirombu - Datang - - - - Muat 175 747 *

- Berangkat - - - - Bongkar 343 71 *

4. G.Sitoli - Datang 92,731 110,802 119,726 - Muat 27,608 31,057 31,816

- Berangkat 98,977 116,733 119,780 - Bongkar 80,955 97,764 101,448

5. Lahewa - Datang 2,025 612 153 - Muat 7,322 3,965 1,922

- Berangkat 1,452 1,422 557 - Bongkar 6,021 3,022 1,672

Jumlah 212,853 242,384 253,218 157,505 166,571 155,332

Sumber : Adpel (diolah)

Tahun Tahun

Nama

(25)

LAPORAN AKHIR II - 21

2.1.6.3 Transportasi Udara

Untuk memasuki Kabupaten Nias melalui jalan udara, harus melewati Lapangan Terbang Binaka yang berjarak 19 km dari Gunung Sitoli. Pergerakan melalui udara hanya merupakan pergerakan manusia yang masuk dan keluar saja, dimana aliran yang keluar melewati lapangan terbang Polonia dan dari Binaka menuju lapangan terbang Sibolga dan di ibukota Kabupaten/Kota Sibolga, sedangkan pola pergerakan manusia yang masuk ke daerah ini dari ibukota propinsi melalui pelabuhan udara Polonia atau pelabuhan udara Sibolga menuju lapangan udara Binaka Gunung Sitoli. Secara umumnya pada tahun-tahun terakhir ini jumlah kunjungan pesawat terbang terus bertambah.

Tabel 2.12

Jumlah Penumpang dan Keluar Masuk Barang Melaui Bandara Binaka Gunung Sitoli Th 2002

Datang Berangkat Bagasi Cargo Bagasi Cargo

Januari 219 285 1,855 663 2,103 809 Pebruari 190 187 1,585 397 1,635 395 Maret 234 239 2,020 583 1,556 489 April 177 217 1,460 662 1,674 643 Mei 247 298 2,741 828 3,091 790 Juni 213 222 2,359 670 1,532 473 Juli 227 275 1,773 615 2,429 438 Agustus 281 283 2,696 348 2,591 326 September 246 310 1,836 595 2,367 477 Oktober 299 307 2,170 800 2,692 587 Nopember 212 215 1,580 1,117 1,692 471 Desember 236 272 1,947 297 2,152 447 Jumlah 2,781 3,110 24,022 7,575 25,514 6,345

Sumber : Kantor Pelabuhan Udara Binaka Gunungsitoli (diolah)

Barang Keluar Barang Masuk

(26)

2.2 Pengembangan Wilayah

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (PP No. 47 Tahun 1997), Pulau Nias merupakan kawasan andalan. Dalam hal ini, kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budidaya yang berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya. Sektor unggulan yang terdapat di Pulau Nias adalah perkebunan dan pariwisata. Penggunaan lahan di Pulau Nias didominasi oleh perkebunan. Selain itu, potensi alam di Pulau berupa keindahan alam dan pantainya merupakan potensi unggulan yang dimiliki oleh daerah tersebut. Begitu juga, dengan suku budaya yang unik menambah daya tarik Pulau Nias untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Dalam rencana tersebut, Pulau Nias memiliki Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Gunung Sitoli yang berada di bagian timur laut Pulau Nias. Pusat kegiatan wilayah adalah kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten. Apabila dilihat kondisi saat ini, Gunung Sitoli memiliki fasilitas skala regional yaitu dengan adanya pelabuhan dan bandara yang menghubungkan Pulau Nias dengan Pulau Sumatera.

Selain itu, tercantum pula Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Pulau Nias yaitu Teluk Dalam yang berada di bagian selatan Pulau Nias. Pusat kegiatann lokal adalah kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transpotasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan.

Didalam RTRWN disebutkan bahwa pulau dianggap sebagai entity yang sangat penting dalam pengembangan wilayah. Wilayah pulau dipandang sebagai representasi dari suatu wilayah, penduduk, dan pola pergerakan secara nasional maupun di dalam intrapulau tersebut. Arahan pengembangan wilayah pulau akan memberikan arahan lebih mendalam terhadap Indonesia dan wilayahnya, pola pergerakan, pola interaksi kewilayahan, potensi sumber daya alam dan manusianya, kawasan-kawasan andalan kawasan lindung, budidaya dan kawasan tertentu lainnya. Pada tingkatan pulau ini pengembangan kewilayahan dilakukan, maka dengan demikian potensi daerah akan berkembang jauh lebih besar. Penentuan pusat kegiatan nasional akan didasarkan pada strategis pulau, termasuk dalam hal ini penentuan pusat kegiatan wilayah dan lokal. Potensi sumber daya alam dan manusia, kawasan andalan, pola pergerakan akan digambarkan lebih mendalam guna pengembangan wilayah berbasis pulau. Karakteristik pengembangan pulau akan ditentukan oleh beberapa kawasan andalan yang dimiliki oleh pulau nias.Kebijaksanaan dasar Pulau Nias yang berkaitan dengan pengembangan jaringan transportasi ditujukan untuk meningkatkan kesatuan pengembangan kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan pengembangan prasarana wilayah dengan memperhatikan kemampuan daya dukung wilayah.

2.3 Arah Pengembangan Daerah

Untuk mencapai tingkat kemajuan dan kesejahteraan yang diinginkan dan dalam rangka pengentasan kemiskinan, maka arah pembangunan jangka panjang mendatang adalah dilaksanakan dengan mempertimbangkan potensi sumber daya alam dengan menetapkan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) sebagai berikut:

1. Satuan Wilayah Pembangunan I (SWP I)

Dengan pusat pembangunan Lahewa, meliputi: Kecamatan Lahewa, Kecamatan Lahewa Timur, Kecamatan Afulu, Kecamatan Alasa, Kecamatan Tuhemberua, Kecamatan Sawo, Kecamatan Sitolu Ori, Kecamatan Lotu, Kecamatan Namohalu.

Dalam pengembangan yang akan datang diharapkan peran dan fungsi wilayah ini sebagai:

• Kawasan kunjungan wisatawan, dimana kawasan ini mempunyai potensi wisata yang tergolong lengkap, wisata alam, wisata bahari, wisata budaya dan wisata pantai.

(27)

LAPORAN AKHIR II - 23

• Penyedia bahan baku dalam pengembangan agroindustri dan industri kecil. • Kawasan budidaya perikanan, produksi hasil tangkap laut.

2. Satuan Wilayah Pembangunan II (SWP II)

Dengan pusat pengembangan Gunungsitoli, meliputi: Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kecamatan Hiliduho, Kecamatan Alasa Talu Muzoi, Kecamatan Boto Muzoi, Kecamatan Hili Serangkai, Kecamatan Gido, Kecamatan Ma’u, Kecamatan Somolo-molo, Kecamatan Idanogawo, Kecamatan Ulu Gawo, Kecamatan Bawolato.

Dalam pengembangan dimasa yang akan datang, diharapkan dapat melakukan peran sebagai:

• Kawasan pengumpul hasil pertanian dan perkebunan dari daerah belakangnya kemudian didistribusikan ke daerah lain dengan memanfaatkan potensi pelabuhan laut di Gunungsitoli.

• Kawasan penyalur kebutuhan primer, sekunder maupun penyediaan fasilitas bagi SWP lainnya.

3. Satuan Wilayah Pembangunan III (SWP III)

Dengan pusat pengembangan Tetesua (Kecamatan Sirombu), meliputi: Kecamatan Sirombu, Kecamatan Lahomi, Kecamatan Moi, Kecamatan Mandrehe, Mandrehe Utara, Mandrehe Barat, Kecamatan Moro’o, Kecamatan Ulu Moro’o.

Dalam pengembangannya dimasa yang akan datang dapat berperan sebagai: • Pensupply bahan baku untuk kegiatan agroindustri, terutama bahan baku karet. • Penggerak pembangunan untuk wilayah Kabupaten Nias bagian barat.

4. Satuan Wilayah Pembangunan IV (SWP IV)

Dengan pusat pengembangan Teluk Dalam, meliputi Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan Gomo dan Kecamatan Lahusa.

Dengan potensi yang dimiliki pada kawasan ini diharapkan dimasa yang akan datang melakukan peran sebagai:

• Kawasan pengumpul hasil perkebunan maupun pertanian dan kecamatan-kecamatan lainnya denga potensi pelabuhan bongkar muat barang setelah Gunung Sitoli.

• Kawasan yang memberi daya tarik wisatawan untuk berkunjung, dengan potensi wisata berupa keindahan alam, rumah tradisionil, benda-benda kuno, tempat bersejarah, gua dan mata air panas.

• Pengumpul dan pendistribusi hasil perkebunan dan pertanian dari daerah belakang (hinterland).

5. Satuan Wilayah Pembangunan V (SWP V)

Dengan pusat pengembangan Pulau Tello, meliputi Kecamatan Pulau-pulau Batu yang terdiri dari lebih kurang 10 buah pulau (tidak termasuk pulau kecil).

Dengan potensi yang dimiliki ini diharapkan dapat berperan sebagai: • Pengekspor hasil perikanan laut.

• Kawasan obyek wisata bahari terutama untuk diving dan surfing.

Permasalahan utama dalam pengembangan SWP V ini adalah sarana transportasi laut, dimana sering terkendala dengan badai pada bulan-bulan tertentu dan tidak masuk dalam kajian studi yang dilaksanakan.

(28)

GAMBAR 2.8

PEMBAGIAN SWP PULAU NIAS

S

S

W

W

P

P

I

I

I

I

I

I

S

S

W

W

P

P

I

I

I

I

S

S

W

W

P

P

I

I

S

S

W

W

P

P

V

V

S

S

W

W

P

P

I

I

V

V

Gomo Holi Hilisimaetano Bawolalusa Bawodo Bara Bawaluo Hiliaru dua Helezalulu Hiliotalua Orahili Amandraya Lolowa'u

PASAR TELUK DALAM KEC.TELUK DALAM KEC.AMANDRAYA KEC.LAHUSA KEC.GOMO KEC.LOLOWAU KEC.LOLOMATUA Afulu Letehosi Bosihona Miga Idanogawo Toyolawa Iraonolase Botom Bawo Faecheo Hili Sebuadunia Tetehasi I P. WUNGA GUNUNG SITOLI Silima Banua Namohalu Tetesua Fadoro Ombolata Hiliweto Fadoro Lauru Lolofitu Bawolato Afulu Lahewa Tetehosi Lotu KEC. AFULU KEC.LAHEWA KEC.TUHEMBERUA KEC. ALASA KEC.NAMOHALU ESIWA KEC. MANDREHE KEC.SIROMBU KEC.BAWOLATO KEC.IDANO GAWO KEC.GIDO KEC.HILIDUHO KEC.LOTU KEC.LOLOFITU MOI Awa`ai KEC.GUNUNGSITOLI

(29)

III - 1

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1 Pendekatan Penanganan

Pendekatan yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan “Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias” diawali dengan melakukan identifikasi terhadap sasaran/tujuan yang hendak dicapai dari pekerjaan ini. Langkah berikut setelah diketahui sasaran/tujuan yang hendak dicapai, dilakukan identifikasi kebutuhan data lapangan yang dilakukan melalui survai data sekunder.

Suatu konsep akan menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam menyelesaikan masalah. 0leh sebab itu, untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias digunakan dasar pertimbangan, yaitu:

a. Arah Pembangunan Sistem Tranportasi Nasional

b. Kebijakan Daerah dalam Pengembangan Sistem Transportasi c. Konsep Pengembangan Sistem Transportasi

Lepas dari pendekatan yang digunakan, Studi Kelayakan Jalan Lintas Utara-Selatan Nias akan ditujukan untuk:

a. Mendukung potensi daerah dan perkembangan wilayah-wilayah andalan perekonomian Pulau Nias.

b. Mendukung perkembangan industri dan sektor perekonomian bagi Pulau Nias.

c. Memenuhi kebutuhan pengembangan transportasi jalan raya Pulau Nias di masa mendatang.

d. Memberikan kemudahan akses bagi pemerintah dan masyarakat untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial, administrasi dan pertahanan keamanan.

e. Sebagai moda angkutan masa mendatang

Kebutuhan data guna menunjang analisis untuk aspek lalu lintas, kondisi jalan, geometrik jalan, struktur jalan, daya dukung tanah, maupun kebutuhan pembebasan lahan akan dilakukan pengumpulan data dengan melakukan survai Investigasi/lapangan.

Data yang terkumpul akan digunakan untuk membuat pemodelan transportasi dengan mempertimbangkan sosial ekonomi masyarakat. Pemedolen dilakukan untuk melakukan peramalan permintaan transportasi pada masa mendatang dengan melakukan berbagai asumsi-asumsi.

Pengembangan jaringan jalan akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan multi kriteria dengan mempertimbangkan seluruh aspek yang akan dipertimbangkan termasuk evaluasi ekonomi.

Hasil proses multi kriteria akan dilakukan proses prioritas dengan memberikan penilaian pembobotan untuk mengetahui perankingan pada masing-masing alternatif. Alternatif yang mendapatkan skala prioritas, akan dilakukan penyusunan program pentahapan pembangunannya.

LAPORAN AKHIR

(30)

Gambar 3.1

Pendekatan Penanganan Pekerjaan

Sasaran / Tujuan

Survai Lapangan: a. Jaringan Jalan b. Lalu lintas c. Tanah d. Topografi Identifikasi Masalah Kajian Kondisi Lingkungan

Pembangunan Model Jaringan dan Peramalan Kebutuhan

Jaringan Kondisi Sosial Ekonomi Kinerja Jaringan Jalan Biaya Transportasi Program Prioritas Pentahapan Program Pembangunan Skenario Pengembangan Jaringan Jalan Evaluasi Ekonomi

(31)

3.2 Metode Pelaksanaan

Secara umum pekerjaan dibagi menjadi 4 (empat) tahap. Tahap-tahap tersebut menunjukkan urutan waktu serta lingkup aktivitas yang harus dikerjakan. Setiap tahapan memiliki target pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan memperhatikan keterbatasan waktu yang diberikan serta karakteristik dari pekerjaan yang harus dilakukan, maka target-target tersebut dapat dicapai secara paralel tanpa mengurangi kualitas hasil pekerjaan.

3.2.1 Tahap I: Persiapan

Langkah pertama didalam melaksanakan pekerjaan ini adalah mengadakan pertemuan awal untuk membahas koordinasi kerja. Jadwal pelaksanaan pekerjaan, koordinasi dan diskusi penting sebelum konsultan melaksanakan pekerjaannya lebih lanjut.

Konsultan akan mengkaji laporan-laporan studi terdahulu dan mengumpulkan bahan-bahan serta informasi tambahan, mengenai data sekunder yang akan dilaksanakan selama pelaksanaan pekerjaan ini. Oleh karena itu, Konsultan pada tahap persiapan ini akan melaksanakan pengumpulan data mencakup kegiatan-kegiatan data sekunder, review dan klarifikasi data dan studi yang terkait, antara lain:

• PROPEDA (Program Pembangunan Daerah);

• RTRW, RURTK, RIK (Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten, Rencana Induk Kecamatan);

• Peta Topografi skala terbesar; • Peta Geologi skala terbesar; • Peta Tata Guna Lahan;

• Data Perhitungan Lalu Lintas / LHR;

• Data Survey Asal Tujuan /OD, baik Nasional maupun Lokal; • Laporan studi / proyek-proyek sejenis yang definitif.

Pada tahap ini juga dilakukan kegiatan-kegiatan mobilisasi tenaga ahli, persiapan fasilitas perkantoran, menyusun program kerja, persiapan survai lapangan dan menyelesaikan masalah teknis dan administratip.

3.2.2 Tahap II: Survey Pengumpulan Data

Bertujuan mengumpulkan data awal dengan melakukan Survey Pendahuluan kelapangan dan kunjungan ke instansi terkait agar memperoleh gambaran labih jelas mengenai keadaan wilayah studi.

Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam survai pendahluan ini, meliputi :

• Tinjauan ulang semua data yang ada yang berkaitan dengan usulan proyek tersebut termasuk aspek teknik, sosial ekonomi dan lingkungan.

• Pengumpulan data fisik, ekonomi dan sistem pengoperasian yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan pra studi kelayakan tersebut.

• Melakukan indikasi awal adanya manfaat dari usulan proyek tersebut, baik terhadap pengguna jalan/jembatan berupa peningkatan aksesibilitas, penurunan biaya transport serta manfaat bagi lingkungan yang lebih baik.

Paralel dengan survai pendahuluan, Konsultan akan mengumpulkan data sekunder berupa: • data jaringan jalan yang ada dan rencana pengembangannya;

• kondisi jaringan jalan;

• data sosial-ekonomi dan sosial budaya; • volume lalu lintas;

• pengangkutan barang-barang;

(32)

• kondisi topografi/geologi/hidrologi; • utilitas bawah tanah yang ada; • statistik regional;

• tata guna lahan; dan data terkait lainnya.

Berdasarkan hasil survai pendahuluan, Konsultan akan melakukan evaluasi singkat data sekunder yang terkumpul serta menyusun langkah-langkah selanjutnya untuk tahap analisa lebih lanjut. Uraian ringkas akan disajikan di dalam Laporan Pendahuluan yang melaporkan mengenai kondisi umum lokasi proyek dan metodologi tahapan-tahapan pekerjaan di dalam Studi Kelayakan.

3.2.2.1 Survai Lalu Lintas

Survai Lalu lintas akan dilaksanakan berdasarkan hal-hal berikut ini:

- Perhitungan lalu-lintas selama 1 x 16 jam pada lokasi yang diusulkan oleh konsultan dan disetujui oleh Pemberi Kerja

- Survai Inventarisasi / kondisi jalan

- Survai terkait lainnya yang diperlukan untuk menyiapkan Desain Teknis Awal (Preliminary Engineering Desin) di dalam Studi Kelayakan ini.

a. Survai Perhitungan Lalu lintas (LHR)

Suvai ini dilakukan untuk mendapatkan data lalulintas (LHR) pada ruas jalan/jembatan yang disurvai, yaitu pada lokasi yang diusulkan oleh konsultan dan disetujui oleh Pemberi Kerja. Data yang diperoleh dari pelaksanaan survai tersebut meliputi:

- Volume kendaraan - Klasifikasi kendaraan - Frekuensi kendaraan - Arah perjalanan

Perhitungan lalu lintas dilakukan dengan cara mencacah/menghitung kendaraan yang lewat pada pos-pos survai yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Pengelompokan jenis kendaraan dalam pelaksanaan survai lalu lintas meliputi jenis kendaraan yang dijabarkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Pembagian Jenis Kendaraan

No Jenis Deskripsi

1. Mobil Penumpang

Kendaraan bermotor beroda empat yang dipergunakan sebagai angkutan penumpang dengan maksimum 10 orang termasuk pengemudi, seperti sedan, stasion wagon, jeep, combi.oplet, mini bus dan suburban.

2. Mini Bus & Bus Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan yang

digunakan sebagai angkutan penumpang dengan jumlah tempat duduk yang disediakan untuk 20 orang atau lebih termasuk supir.

3. Pick Up & Mobil Hantaran

Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan bermotor roda empat (kecuali Truck) yang dipakai untuk angkutan barang berat total < 2,5 Ton

4. Truck Sedang Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan

bermotor roda empat (kecuali Truck) yang dipakai sebagai angkutan barang dengan tonase < 2,5 Ton

5. Truck Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan

bermotor roda empat atau lebih dengan tonase > 2,5 Ton (Truck dengan 2 as, 3 as, dan truk tangki) .

(33)

Survai perhitungan lalulintas dilakukan selama 1 x 16 jam. Periode waktu pengamatan sebagai berikut :

Periode I : Jam 06.00 – 14.00

Periode II : Jam 14.00 – 22.00

b. Survai Inventarisasi / Kondisi Jalan

Survai Inventarisasi/Kondisi Jalan dilakukan untuk mengidentifikasi dan menginformasikan kondisi jalan eksisting, terutama mengenai geometrik jalan, struktur perkerasan, lapisan permukaan, bahu, saluran samping, dan lain sebagainya.

Kegiatan survey ini akan dilengkapi dengan foto dokumentasi jalan yang diambil sesuai dengan kebutuhan informasi.

c. Survai Kecepatan Perjalanan

Survai ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menginformasikan kecepatan perjalanan, dengan demikian maka dapat diketahui kelancaran pergerakan lalu lintas pada suatu kota. Dengan melihat kolerasi terhadap volume lalu lintas, dapat diketahui tingkat pelayanan jalan/jembatan yang merupakan informasi mendasar perlunya langkah pengembangan sistem jaringan jalan/jembatan.

3.2.2.2 Survai Topografi

Survai topografi dilakukan terhadap lokasi yang masih terbatas jaringan jalannya dengan menggunakan peta skala 1:25.000 dan akan diperbesar menjadi skala 1:5.000.

3.2.2.3 Survai Tanah dan Material

Survai tanah dan material dilakukan untuk mengetahui kondisi tanah disekitar lokasi rencana jaringan jalan dan untuk mengetahui lokasi sumber material yang ada disekitar lokasi proyek beserta perkiraan jumlahnya.

3.2.2.4 Survai Lingkungan

Survai lingkungan difokuskan pada data komponen lingkungan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap proyek, meliputi:

a. Survai Inventarisasi Penggunaan Lahan

Sasaran survai inventarisasi penggunaan lahan adalah untuk memperjelas penggunaan lahan yang sekarang dan Daerah Milik Jalan (Damija) yang ada untuk menghitung area dan biaya untuk pembebasan lahan sesuai kebutuhan potongan melintang yang diperlukan untuk Preliminary Engineering Design.

b. Survai Sosial-Budaya

Survai Sosial Budaya dilaksanakan dengan wawancara dan penelitian untuk memperoleh informasi berikut tetapi tidak terbatas pada:

- kepekaan hidup masyarakat terhadap gangguan adanya kegiatan proyek jalan, - masyarakat dan ekonomi lokal,

- persepsi masyarakat lokal terhadap perencanaan proyek jalan, dan

- nilai ekonomi yang mungkin berkurang dengan adanya pelaksanaan proyek jalan.

(34)

3.2.3 Tahap III: Analisis

Tahap ini terdiri dari beberapa bagian, yakni: analisis awal, prediksi permintaan perjalanan, penyusunan rencana pengembangan jaringan transportasi jalan Pulau Nias, dan penyusunan rekomendasi. Berikut disampaikan detail bahasan untuk setiap item yang termasuk dalam tahapan ini.

3.2.3.1 Analisis Awal

Analisis awal merupakan kegiatan untuk menginterpretasi sejumlah data yang diperoleh dari survey. Kegiatan ini dilakukan untuk:

(1) Memverifikasi kualitas dan jenis data yang diperoleh; sebagai awal untuk memodelkan sistem jaringan jalan di Pulau Nias;

(2) Mengidentifikasi sejumlah permasalahan yang ada di dalam sistem jaringan jalan di Pulau Nias, yang dituangkan dalam bentuk numerik, uraian, ataupun visual/gambar; (3) Membentuk basis data yang operatif untuk digunakan dalam proses pemodelan dan

analisis;

(4) Melakukan pre-analisis untuk membentuk konsep pengembangan jaringan jalan di Pulau Nias.

3.2.3.2 Prediksi Permintaan Transportasi Jalan di Pulau Nias

Untuk menyusun rencana jaringan jalan di Pulau Nias, salah satu pertimbangan adalah besarnya jumlah permintaan perjalanan yang diprediksi akan menggunakan jaringan tersebut pada kurun waktu mendatang. Pola permintaan perjalanan di suatu wilayah umumnya tergantung dari skenario tata ruang (RTRW) yang akan dikembangkan dan tingkat ekonomi di wilayah tersebut.

Untuk mengaitkan berbagai faktor pengaruh dalam interaksi transportasi umumnya digunakan model untuk merepresentasikan kondisi saat ini dan prediksinya di masa yang akan datang. Dalam berbagai studi umumnya digunakan model perencanaan transportasi empat tahap, karena selain kemudahannya juga kemampuannya dalam menggambarkan berbagai interaksi antara sistem transportasi dan tata ruang di wilayah studi. Secara umum model ini merupakan gabungan dari beberapa seri submodel yang masing-masing harus dilakukan secara berurutan, yakni: bangkitan perjalanan, sebaran perjalanan, pemilihan moda, pemilihan rute. Struktur umum konsep model perencanaan transportasi empat tahap ini disajikan pada Gambar 3.2

Data jaringan jalan dan data sistem zona merupakan masukan utama dalam model transportasi empat tahap. Data jaringan jalan merepresentasikan suplai dan kinerja jaringan jalan di wilayah studi, sedangkan data sistem zona merepresentasikan karakteristik tata ruang di wilayah studi dan karakteristik sosio-ekonomi populasi yang ada di dalam tata ruang tersebut. Interaksi antara kedua sistem tersebut akan menjadi bagian utama yang dianalisis dalam model.

Aspek multi-moda secara umum akan dipisahkan pemodelannya setelah tahap pemilihan moda, di mana proses pemilihan rute untuk setiap moda (jalan, rel, udara, dan air) memiliki karakteristik yang berbeda. Sedangkan dalam proses analisis selanjutnya, moda-moda tersebut akan dilihat keterpaduannya secara kualitatif dan kuantitaf melalui besaran kinerja yang ditetapkan. Hasil pemodelan jaringan jalan berupa indikator lalulintas (arus lalulintas, kecepatan, waktu perjalanan, V/C) dianalisis lebih lanjut dengan model biaya dan model nilai waktu untuk mendapatkan besaran ekonomi berupa biaya perjalanan, penggunaan nilai waktu, dan biaya operasi kendaraan.

Selanjutnya indikator lalu lintas dan indikator ekonomi ini akan dianalisis lebih lanjut dalam konteks efisiensi dan efektifitas kinerja sistem jaringan transportasi yang diusulkan. Setiap usulan pengembangan sistem transportasi dari daerah akan diperiksa kinerjanya secara teknis dengan model perencanaan transportasi ini.

(35)

Gambar 3.2

Bagan Alir Pemodelan Transportasi Empat Tahap

Data jaringan jalan

Data sistem zona wilayah studi Model bangkitan perjalanan Model sebaran perjalanan Model pemilihan moda perjalanan Model pemilihan rute perjalanan Karakteristik populasi dan tata ruang zona Produksi perjalanan

(trip ends) per zona Biaya perjalanan

antar zona

( k ibilit )

MAT antar zona

Karakteristik moda Karakteristik pelaku

perjalanan

MAT setiap moda Karakteristik rute/ruas

Indikator lalu lintas

3.2.3.3 Penyusunan Kebutuhan Penanganan Jaringan Jalan A. Tujuan Kegiatan Penanganan Jaringan Jalan

Tujuan penanganan jalan adalah untuk menjaga kinerja jalan sehingga fungsinya dalam sistem infrastruktur jalan (atau lebih dikenal sebagai jaringan jalan) dapat berjalan sebagai mana mestinya. Dengan kata lain, secara lebih spesifik dapat dikatakan bahwa tujuan penanganan jalan adalah untuk menjaga kondisi fisik dan operasional dari jaringan jalan agar tetap dalam kondisi baik sehingga dapat dioperasikan atau memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.

A.1 Kemantapan Jalan

Dalam hal ini Departemen Kimpraswil memiliki definisi mengenai tujuan penanganan jalan yakni 100 % jalan mantap. Tingkat kemantapan jalan ditentukan oleh dua kriteria, yakni mantap secara konstruksi dan mantap dalam layanan lalulintas. Adapun definisi dari masing-masing istilah kemantapan jalan tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Kemantapan Konstruksi Jalan

a. Jalan Mantap Konstruksi adalah jalan dengan kondisi konstruksi di dalam koridor “mantap” yang mana untuk penanganannya hanya membutuhkan pemeliharaan berkala dan bertujuan tidak untuk menambah nilai rutin atau maksimum struktur konstruksi yang ada.

(36)

b. Jalan Tak Mantap Konstruksi adalah jalan dengan kondisi di luar koridor “mantap” yang mana untuk penanganan minimumnya adalah pemeliharaan berkala dan maksimum peningkatan jalan dengan tujuan untuk menambah nilai struktur konstruksi.

(2) Kemantapan Layanan Lalulintas Jalan

a. Jalan Mantap Layanan adalah jalan dengan kondisi lalulintas dalam koridor “mantap” yang mana untuk penanganannya tidak diperlukan penambahan lebar jalan.

b. Jalan Tak Mantap Layanan adalah jalan dengan kondisi lalulintas di luar konridor “mantap” yang mana untuk penanganannya diperlukan penambahan lebar jalan.

A.2 Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan

Untuk menjamin tersedianya pelayanan publik bagi masyarakat, maka dalam PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, pada pasal 3 butir (3) disebutkan bahwa “Daerah wajib melaksanakan pelayanan minimal”. Dalam hal ini standar pelayanan minimal merupakan kewenangan dari pemerintah pusat (pasal 2 ayat 4 butir b.). Untuk bidang jalan, Dep. PU telah mengeluarkan draft Standar Pelayanan Minimum bidang Jalan seperti yang disampaikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Standar Pelayanan Minimal Jalan

Standar Pelayanan Kuantitas

No. Bidang Pelayanan

Cakupan Konsumsi/Produksi Kualitas

Keterangan

Jaringan Jalan

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Indeks Aksesibilitas sangat tinggi >5000 >5 tinggi > 1000 >1.5 sedang > 500 >0.5 rendah > 100 >0.15 A. Aspek Aksesibilitas seluruh jaringan Sangat rendah < 100 >0.05 Panjang jalan/luas (km/km2) PDRB per kapita

(juta rp/kap/th) Indeks Mobilitas

sangat tinggi >10 >5 tinggi > 5 >2 sedang > 2 >1 rendah > 1 >0.5 B. Aspek Mobilitas seluruh jaringan sangat rendah < 1 >0.2 panjang jalan/ 1000 penduduk pemakai jalan Indeks Kecelakaan 1 Kecelakaan/ 100.000 km. kend.

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

sangat tinggi >5000 tinggi > 1000 sedang > 500 rendah > 100 1. C. Aspek Kecelakaan seluruh jaringan Sangat rendah < 100 Indeks Kecelakaan 2 kecelakaan/ km/ Tahun Ruas Jalan Lebar Jalan

Min. Volume Lalulintas (kend/hari) Kondisi Jalan

2x7m lhr > 20000 sedang; iri < 6; rci > 6.5 7m 8000 > lhr > 20000 sedang; iri < 6; rci

> 6.5 6m 3000 >l hr > 8000 sedang; iri < 8; rci

> 5.5

2

A. Kondisi Jalan

4.5m lhr < 3000 sedang; iri < 8; rci > 5.5

Gambar

GAMBAR 2.1  ORIENTASI PULAU NIAS
GAMBAR 2.4  PETA HIDROLOGI
GAMBAR 2.6  PENGGUNAAN LAHAN  GomoHoli Hilisimaetano Bawolalusa Bawodo BaraBawaluoHiliaru duaHelezaluluHiliotaluaOrahiliAmandrayaLolowa'u
Tabel 3.1 Pembagian Jenis Kendaraan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian skrining fitokimia diketahui bahwa tanaman katuk positif mengandung senyawa metabolit ste- roid sedangkan jantung pisang disinyalir

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasamya proses penerjemahan terdiri dari dua tahap: (1) analisis teks asli dan pemahaman makna dan/atau pesan teks asli dan

Konsentrasi ini cenderung sama dengan konsentrasi klorofil-a pada daerah fishing ground ikan pelagis besar dengan jarak dari 22-46 mil laut pantai Kabupaten Manokwari,

Penulisan Tugas Akhir dengan judul ”ANALISIS PUSHOVER NONLINIER STRUKTUR GEDUNG GRIYA NIAGA 2 BINTARO” disusun guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan

menyumbang uang untuk APD, siswa dapat menghubungkan sikap kepahlawanan pada masa pandemi dengan makna sila -sila Pancasila secara

Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai bahan makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak

Pengetahuan tentang berbagai gejala (fisik maupun sosial) yang berlangsung di muka bumi yang direpresentasikan sebagai gejala keruangan (spatial phenomena) suatu obyek tertentu

Di masa pendemi covid-19 metode Belajar akan mempengaruhi hasil belajar, untuk memperoleh proses pembelajaran yang efektif dimasa pendemi, serta menarik perhatian