• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat bersama

Dalam dokumen johan norberg membela kapitalisme global (Halaman 149-157)

Manfaat bersama

MENYUSUL demonstrasi yang dilakukan oleh puluhan ribu manusia pada akhir 1999 untuk menentang pertemuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Seattle, manfaat perdagangan bebas telah kembali dipertanyakan dalam debat publik. Mereka meneriakkan ajakan agar negara-negara menjadi mandiri dan bahwa negara berkembang harus terlebih dulu ”melindungi” dirinya sendiri melalui tarif sampai industrinya matang, atau bahwa kita membutuhkan ”aturan baru” untuk perdagangan internasional. Seringkali, kritik-kritik yang terlontar tersarikan dalam slogan bahwa seyogyanya kita menerapkan ”perdagangan yang adil, bukan perdagangan bebas.” Namun, menurut saya, perdagangan bebas sudah dengan sendirinya perdagangan yang adil, karena dia didasarkan pada kerjasama dan pertukaran yang sukarela. Perdagangan bebas berarti bahwa Anda, bukan pemerintah, memutuskan di mana akan membeli barang, tanpa biaya-biaya ekstra yang dikenakan hanya karena barang tersebut melewati perbatasan. Tarif, yang mengenakan pajak pada produk yang melewati perbatasan, dan kuota, yang membatasi jumlah barang tertentu yang boleh memasuki suatu negara, merupakan pembatasan langsung terhadap kebebasan warga negara untuk membuat keputusan tentang konsumsi bagi mereka sendiri. Kebebasan dari hal-hal tersebut—perdagangan bebas—memberi kita kebebasan untuk memilih dan memberi seluruh masyarakat peluang untuk menaikkan standar hidupnya.

Mungkin tampak ganjil bahwa kesejahteraan dunia dapat ditingkatkan hanya karena orang-orang yang saling bertukar barang. Namun demikian, setiap kali Anda pergi berbelanja, Anda menyadari (meski hanya secara bawah-sadar saja) bagaimana pertukaran itu meningkatkan kekayaan. Anda membayar lima ribu rupiah untuk sekotak susu karena Anda lebih memerlukan susu daripada rupiah.

Pemilik toko menjual susu seharga itu karena ia lebih memerlukan rupiah daripada menyetok susu. Kedua pihak terpuaskan dengan pertukaran ini; jika tidak, maka tidak akan terjadi pertukaran. Anda masing-masing kembali seusai bertransaksi dengan perasaan bahwa Anda telah melakukan pertukaran yang baik, bahwa kebutuhan Anda telah terpenuhi dengan lebih baik.

Perdagangan menyebabkan orang yang terampil menciptakan sepeda, akan tergerak untuk membuat sepeda, orang yang terampil memotong rambut akan tertarik bekerja sebagai penata rambut, dan yang terampil merakit televisi, bekerja di pabrik perakitan televisi. Kemudian para pekerja semacam mereka melakukan pertukaran demi mendapatkan apa yang mereka masing-masing inginkan. Melalui perdagangan bebas, kita dapat menikmati barang dan jasa yang tidak dapat kita hasilkan sendiri. Dimungkinkannya pilihan bebas berarti kita dapat memilih barang dengan sebaik dan semurah mungkin. Pilihan bebas memberi kita akses kepada barang yang tidak dapat kita peroleh sendiri. Di toko bahan makanan Minnesota, kita dapat membeli pisang dan nanas, yang bahkan mungkin tidak dapat kita temui di perkebunan di kota tersebut. Bahkan di garis lintang bagian selatan, sayur mayur hijau tersedia sepanjang musim dingin, dan orang yang tinggal di negara yang tidak berpantai karena terletak di tengah negara-negara lain masih dapat membeli ikan salmon Norwegia. Perdagangan bebas menghasilkan barang dan jasa yang diproduksi oleh siapapun yang terampil di bidangnya dan yang kemudian dijual kepada siapapun yang ingin membelinya. Itulah yang sebenarnya terjadi.

Tetapi pada kenyataannya perdagangan bebas mempunyai argumen yang jauh lebih kuat. Barangkali hampir semua orang menyadari bahwa Anda dapat memeroleh uang dengan berdagang asalkan Anda memproduksi sesuatu yang lebih baik dari hasil orang

Manfaat bersama 119

lain, namun sejumlah besar kritik yang ditujukan kepada perdagangan bebas didasarkan pada kekhawatiran bahwa beberapa negara mungkin dapat menghasilkan semua hal dengan lebih baik. Beberapa negara dan perusahaan besar lebih maju daripada lainnya, dan mungkin dapat melakukan semua hal dengan lebih efisien daripada mitra-mitra dagangnya yang lebih lemah. Namun, dalam kenyataannya Anda akan mendapat keuntungan melalui perdagangan bahkan sekalipun orang lain dapat menghasilkan barang/jasa serupa secara lebih baik. Yang terpenting adalah melakukan sesuatu yang secara relatif Anda kuasai paling baik, bukan yang dapat Anda lakukan secara lebih baik daripada orang lain.

Bayangkan perdagangan sederhana yang dilakukan oleh dua orang. Yulia seorang ahli bedah hebat yang sangat terlatih dan juga juru masak yang cukup andal; sedangkan Yono tidak dapat memasak sebaik Yulia, bahkan tidak terampil dalam pekerjaan apapun. Yono ingin melakukan sesuatu yang sederhana yang dapat dipelajarinya dengan mudah, di rumah, dan kemudian menukarnya dengan sesuatu yang lebih sulit diperoleh, seperti operasi bedah dan perawatan medis. Tetapi mengapa Yulia setuju melakukan pertukaran tersebut? Bukankah ia dapat memasak dengan lebih baik? Alasannya sederhana: Yulia memeroleh keuntungan terbesarnya dengan berkonsentrasi pada pekerjaan yang paling dikuasainya. Bahkan jika ia dua kali lebih baik dalam hal memasak daripada Yono, ia ribuan kali lebih baik dalam hal pembedahan daripada Yono. Jadi, Yulia memeroleh penghasilan terbesarnya dengan mendedikasikan waktunya untuk melakukan operasi bedah dan kemudian menggunakan sedikit dari penghasilannya untuk membeli makan malam dari orang lain. Dengan berkonsentrasi pada keahlian terbaiknya, Yulia masih mempunyai lebih banyak kekayaan dan karena itu mampu membeli barang dan jasa lain yang diinginkannya.

Seseorang yang tidak menginginkan perdagangan bebas dengan alasan bahwa perdagangan bebas menghasilkan ”keuntungan yang tidak setara” dan didasarkan pada ”keadaan yang tidak setara” akan mendesak John untuk membatalkan niat bisnisnya dengan Yulia. Kenyataannya, Yono justru memperoleh keuntungan besar melalui perdagangan bebas. Melalui perdagangan, ia dapat berkonsentrasi pada hal terbaik yang dapat dilakukannya dalam kondisinya yang serba terbatas, dan menukar pendapatannya tersebut dengan barang yang ia butuhkan, yang tidak mungkin dihasilkannya, seperti sepeda atau perawatan medis. Contoh ini menggambarkan apa yang disebut oleh ekonom sebagai ”keunggulan komparatif.” John tidak perlu menjadi benar-benar ahli di bidang yang dapat memberikan penghasilan baginya. Cukup baginya untuk melakukan yang terbaik dalam hal tersebut dalam pengertian relatif—menghasilkan barang itu saja secara lebih baik daripada menghasilkan semua barang yang dibutuhkannya. Akan tetap lebih baik jika Yono berkonsentrasi pada satu barang tersebut daripada berusaha membuat sendiri semua barang yang dibutuhkannya. Ia berkonsentrasi pada bidang yang memberinya keunggulan komparatif.

Dalam hal ini bahkan tidak diperlukan pelatihan atau pendidikan apapun untuk membuat perbedaan—cukup tingkat kerajinan atau keberuntungan seseorang saja. Bayangkan jika kedua orang ini terdampar di sebuah pulau terpencil, di mana masing-masing mereka harus makan seekor ikan dan sebungkal roti setiap hari agar dapat bertahan hidup. Katakanlah Yulia membutuhkan waktu dua jam untuk membuat sebungkal roti dan satu jam untuk menangkap seekor ikan; sedangkan Yono membutuhkan dua setengah jam untuk sebungkal roti dan lima jam untuk seekor ikan. Jadi, dalam dua hal ini Yulia kembali lebih baik. Tetapi akan tetap lebih menguntungkan baginya jika saling bertukar dengan Yono, karena dengan demikian ia

Manfaat bersama 121

dapat mendedikasikan waktunya pada pekerjaan terbaik yang dapat dilakukannya—yaitu menangkap ikan. Yulia dapat menangkap tiga ekor ikan dalam waktu tiga jam waktunya, sedangkan Yono dalam waktu tujuh setengah jam waktunya dapat membuat tiga bungkal roti. Mereka kemudian dapat saling menukar kelebihan makanan yang mereka hasilkan, dengan masing-masing mendapat satu setengah. Jadi, tanpa bekerja lebih keras sedikitpun atau semenit lebih lama, Yono dan Yulia telah meningkatkan hasil harian mereka, dari dua ekor ikan dan dua bungkal roti menjadi tiga ekor ikan dan tiga bungkal roti. Mereka dapat memilih mendapatkan hasil yang lebih besar dan makanan yang lebih baik, atau mereka masing-masing dapat bekerja sedikit lebih ringan dan cukup puas dengan capaian masing-masing. Atau mereka dapat memanfaatkan tambahan waktu yang berhasil mereka hemat untuk membangun pondok atau perahu. Jika mereka dapat berdagang dengan penduduk di pulau-pulau lain di sekitar mereka, kelebihan makanan mereka akan dapat ditukarkan dengan hasil sandang atau peralatan yang merupakan hasil keunggulan komparatif orang lain.

Tentu saja, ini hanyalah contoh yang sudah sangat disederhanakan, tetapi contoh tersebut juga menggambarkan bagaimana spesialisasi bekerja dalam kasus-kasus yang lebih kompleks. Keunggulan komparatif sama pentingnya, baik antarnegara maupun antarindividu. Dalam contoh di atas, Yono dan Yulia boleh digantikan dengan Amerika Serikat dan Kanada, dan ikan dan roti dengan komputer, pakaian, traktor, atau obat-obatan. Prinsip yang menyatakan bahwa adalah ide yang baik untuk berkonsentrasi pada apa yang secara relative paling baik dilakukannya, tetap berlaku. Keunggulan komparatif seseorang tidak mesti hasil pemberian alam, bagi Amerika Serikat berupa lahan pertanian yang luas dan bagi Venezuela dan Timur Tengah berupa minyak. Sebuah negara dapat memeroleh keunggulan komparatif

secara kebetulan. Perusahaan komputer muncul di Lembah Silikon dan raja-raja mode membuka toko-toko di Milan, bukan karena alam telah tersenyum pada mereka, melainkan karena mereka dapat memanfaatkan kontak-kontak yang terspesialisasi, pengetahuan, dan tenaga manusia yang, dengan berbagai alasan, telah muncul di masing-masing tempat tersebut.

Perdagangan bebas membawa kemakmuran

Negara di dunia, dibagi menjadi lima berdasarkan tingkat kebebasan ekonomi

Sumber: James Gwartney dan Robert Lawson, peny, Economic Freedom of the World 2001 (Vancouver: Fraser Institute, 2001)

Contoh-contoh sederhana di atas menyingkapkan kehampaan substansi dalam argumen bahwa negara seharusnya mandiri dan menghasilkan produk untuk masyarakatnya sendiri. Di perdagangan bebas, menghasilkan produk untuk orang lain adalah menghasilkan

0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 5 4 3 2 22.306 13.984 6.397 4.794 2.916 1 (Paling tidak bebas) (Paling bebas)

Manfaat bersama 123

produk bagi diri sendiri. Dengan menghasilkan produk unggulan sesuai dengan kemampuan terbaik dan kemudian mengekspor hasilnya, kita dapat mengimpor komoditas yang kita butuhkan. Namun, setelah Perang Dunia II, banyak negara berkembang di Amerika Selatan, Afrika, dan tempat lainnya percaya bahwa kemandirian adalah kebijakan terbaik bagi mereka. Termotivasi oleh Dunia Barat, mereka pun memproduksi sesuatu ”demi kegunaannya, bukan untuk laba.” Dalam praktiknya, ini berarti melakukan segala sesuatunya sendirian dengan biaya yang amat besar. Negara-negara Asia Timur melakukan yang sebaliknya. Mereka menghasilkan produk unggulan terbaik dan mengekspornya; sebagai imbalannya mereka mampu membeli, dalam harga yang lebih murah, apa yang mereka butuhkan.

Perdagangan bebas ibunda pertumbuhan

Negara di dunia, dibagi menjadi lima berdasarkan tingkat kebebasan ekonomi

Sumber: James Gwartney dan Robert Lawson, peny., Economic Freedom of the World 2001 (Vancouver: Fraser Institute, 2001)

2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0 5 4 3 2 1 0.5 0.5 1.3 2.0 2.4

(Paling tidak bebas) (Paling bebas)

Persentase pertumbuhan PDB per kapita

Komoditas ekspor pertama Korea Selatan adalah rambut palsu dan papan partikel*); Hong Kong menjadi makmur dengan bunga plastik

dan mainan murahnya. Barang-barang tersebut, menurut komite perencanaan pusat, bukanlah yang dibutuhkan orang, tetapi dengan mengekspor komoditas tersebut bangsa ini mendapatkan cakupan ekonomi (economic scope) untuk melayani kebutuhannya.57)

*) Rambut palsu atau wig; papan partikel terbuat dari serbuk kayu yang direkatkan—peny..

57) Kritik paling umum terhadap perdagangan bebas mengatakan bahwa tarif dan kuota dibutuhkan untuk melindungi industri-industri tertentu. Sekarang kurang umum bagi kita untuk percaya kepada swasembada sebagai kebijakan, tetapi keyakinian ini masih hidup pada kelompok-kelompok yang lebih krisis terhadap peradaban modern, seperti partai-partai politik Hijau. Pendukungnya termasuk ATTAC, gerakan anti-globalisasi di Prancis. Ketuanya, Bernard Cassen, mengangkat swasembada sebagai argumen untuk menentang penurunan tarif bagi negara berkembang: “Saya amat kaget dengan argumen bahwa negara- negara yang lebih miskin dan belum berkembang harus memiliki akses pasar ke negara-negara maju. Apa artinya itu dalam kenyataannya? Artinya Anda mengharapkan negara-negara miskin untuk mengekspor; tetapi mengekspor apa? Mengekspor komoditas yang mereka butuhkan bagi pasar internal mereka sendiri ... kita harus kembali kepada perekonomian yang berfokus pada diri sendiri, bukan perekonomian berbasis ekspor yang telah terbukti benar- benar gagal.“ Bernard Cassen, “Who Are the Winners, and Who are the Losers of Globalization?“ pidato di The Amis UK Conference “Globalization in Whose Interest?“ Conway Hall, London, 17 Juni, 2000.

Dalam dokumen johan norberg membela kapitalisme global (Halaman 149-157)