• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Sebagai informasi bagi masyarakat khususnya remaja tentang perilaku gizi seimbang

2. Sebagai masukan dan informasi bagi lintas sektor terkait (Institusi Kesehatan, Institusi Pendidikan) dan pihak sekolah untuk melaksanakan upaya-upaya pencegahan berupa edukasi terkait perilaku gizi seimbang remaja

12 2.1 Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin (adolescere) (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Dieny, 2014; Hurlock, 2002). Masa remaja, ”jalan panjang” yang menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa, yang berawal pada usia 9 tahun dan berakhir di usia 18 tahun, memang sebuah dunia yang “lenggang”; dan rentan dalam artian fisik, psikis, sosial dan gizi (Arisman, 2007). Pada fase ini fisik seorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial dan psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi (Khomsan, 2007).

WHO mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun.

Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menganggap remaja bila sudah berusia 18 yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah menengah (Narendra, dkk, 2002)

2.1.1 Tahapan Masa Remaja

Masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masing-masing ditandai dengan isu-isu biologik, psikologik, dan sosial (Narendra, 2002), yaitu :

a. Masa remaja awal (10-14 tahun).

Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan, dan pematangan fisik. Penerimaan dari kelompok sebaya sangatlah penting b. Masa remaja menengah (15-16 tahun).

Masa remaja menengah ditandai hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, timbulnya keterampilan-keterampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dan keinginan untuk memapankan jarak emosional dan psikologis dengan orang tua.

c. Masa remaja akhir (17-20 tahun).

Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai seorang dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu sistem pribadi

2.1.2 Ciri Masa Remaja dengan Periode Sebelum dan Sesudahnya

Menurut Hurlock (2002), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya, yaitu :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa.

Kalau remaja berprilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk “bertindak sesuai umurnya”. Kalau remaja berusaha berperilaku seperti orang dewasa sering dimarahi. Status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, perubahan tubuh, minat dan peran, perubahan nilai-nilai dan perubahan sikap menjadi ambivalen yaitu menginginkan menuntut kebebasan tetapi sering takut bertanggung jawab.

d. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Hal ini karena remaja tidak bisa menyelesaikan masalahnya tanpa meminta bantuan orang lain sehingga terkadang penyelesaian masalah tidak sesuai dengan yang diharapkan.

e. Masa remaja adalah masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran mereka di tengah masyarakat.

f. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung perilaku merusak sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun orang lain.

h. Masa remaja adalah ambang masa dewasa

Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang dan berusaha memberi kesan seseorang yang hampir dewasa. ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.

2.1.3 Masalah Gizi pada Remaja

Masalah makan dan gizi yang sering timbul pada remaja adalah : a. Makan tidak teratur

Pada masa remaja aktifitasnya tinggi, baik kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Mereka sering makan dengan cepat lalu ke luar rumah. Tidak jarang mereka makan di luar rumah, dengan resiko mereka makan dengan komposisi gizi yang tidak seimbang. Banyak iklan makanan dengan sasaran remaja, antara lain restoran cepat saji. Oleh karena itu sebaiknya di rumah disediakan sayur dan buah segar, untuk menjaga agar kebutuhan gizi tetap terpenuhi. Pola makan remaja sering kacau. Tidak jarang mereka makan pagi dan siang dijadikan satu,

remaja perempuan cenderung sering melakukan diet dibanding remaja laki-laki.

Padahal untuk memenuhi kebutuhan pada puncak pacu tumbuh, mereka memerlukan makan lebih sering atau dalam jumlah yang banyak, agar pertumbuhannya optimal. Tetapi hati-hati pada saat pertumbuhan mulai melambat, karena kebiasaan makan berlebihan dapat mengakibatkan berbagai penyakit yang merugikan antara lain obesitas. Kebiasaan merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat-obatan terlarang merupakan masalah remaja yang dapat mempengaruhi asupan makanan dan status gizinya. Keadaan ini tergantung pada jumlah dan lama pemakaian dan status kesehatan remaja yang bersangkutan Narendra (2002).

b. Kekurangan gizi dan kelebihan berat badan (overweight) serta kegemukan (obesitas)

Pola makan yang baik perlu dibentuk sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Asupan berlebih menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebabkan kelebihan zat gizi. Sebaliknya, asupan makanan kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus, dan rentan terhadap penyakit (Sulistyoningsih, 2011; Narendra 2002)

c. Anoreksia nervosa

Remaja dengan gangguan anoreksia nervosa pada umumnya disebabkan kesalahan dalam menginterpretasikan penampilannya dengan cara menurunkan berat badannya. Asupan energi berkurang tetapi pengeluaran meningkat melalui olahraga yang berlebihan, bahkan kadang-kadang melalui rangsangan sendiri

agar muntah, atau menggunakan laksansia atau diuretik. Tidak jarang gangguan psikologis ini menetap dan tidak bisa diatasi sendiri Narendra (2002).

d. Bulimia Nervosa

Bulimia nervosa lebih sering pada dewasa, jarang menyebabkan penurunan status gizi yang sering seperti pada anoreksia nervosa. Pada umumnya penderita bulimia mempertahankan berat badan normal atau mendekati normal, dengan cara memuntahkan secara periodik makan yang dimakan. Mereka cenderung mempunyai pendapat yang tidak realistis terhadap makanan yang diperlukan oleh tubuh. Keadaan ini akan menjadi masalah yang serius bila menjadi suatu obsesi, sehingga dapat mempengaruhi sekolah/pekerjaannya Narendra (2002)

e. Anemia gizi

Anemia gizi yaitu kekurangan salah satu atau beberapa zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin antara lain zat besi, vitamin B12, asam folat, protein, dan vitamin C. Penelitian di Indonesia menyatakan penyebab utama anemia gizi pada remaja karena kurangnya asupan zat besi (Sulistyoningsih, 2011)