• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan sebagai referensi mengenai pola komunikasi kelompok.

2. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam referensi untuk penelitian yang akan datang dalam bidang komunikasi.

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran tidak hanya bagi studi/kajian ilmu komunikasi tetapi juga bagi pembaca, maupun masyarakat luas tentang komunikasi di dalam suatu kelompok atau komunitas.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Paradigma Kajian

Paradigma penelitian merupakan kerangka atau pola pikir tentang bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta yang ada. Guba dan Lincoln (1994) menjelaskan bahwa paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu dan teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria penelitian sebagai landasan untuk menjawab permasalahan dalam sebuah penelitian (Erlina, 2011: 10).

Sesuai dengan pradigma ilmu pengetahuan, terbagi menjadi tiga yaitu paradigma postivis, paradigma konstruktivis, dan paradigma kritis (Guba dan Lincoln dalam Bungin, 2007:31). Peneliti memiliki beberapa alasan dalam menentukan paradigma penelitian, yaitu sebagai berikut (Pujileksono, 2015: 26):

1. Paradigma penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang akan mendasari dan memberi pedoman seluruh proses penelitian.

2. Paradigma penelitian menentukan rumusan masalah, tujuan penelitian dan tipe penjelasan yang digunakan.

3. Pemilihan paradigma memiliki implikasi terhadap pemilihan metode, teknik penentuan subyek penelitian/sampling, teknik pengumpulan, teknik uji keabsahan data dan analisis data.

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme dalam penelitian ini.

Paradigma ini sesuai dengan masalah yang akan diteliti yaitu pola komunikasi kelompok dalam Komunitas Bisnis Online Dreams Come True Medan.

Komunikasi yang dilakukan dalam komunitas bisnis online ini merupakan realitas yang mengalami konstruksi oleh beberapa faktor. Oleh karena itu peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme untuk mengetahui bagaimana pola

komunikasi kelompok dalam Komunitas Bisnis Online Dreams Come True Medan dan melihat bagaimana pola komunikasi itu terjadi.

Paradigma penelitian yang bersifat kualitatif ini memasukkan nilai-nilai pendapat peneliti sehingga menjadi subyektif. Paradigma konstruktivisme bertujuan untuk memahami apa yang menjadi konstruksi suatu realitas yang membuat peneliti harus dapat mengetahui dan menggali faktor apa saja yang mendorong suatu realita dapat terjadi dan menjelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut merekonstruksi realitas tersebut (Pujileksono, 2015: 28-29).

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang baik adalah penelitian yang memiliki banyak referensi terkait dengan penelitian yang dilakukan. Peneliti mencantumkan tiga tinjauan dari penelitian terdahulu sebagai bahan referensi dan perbandingan terhadap penelitian yang akan dilaksanakan serta berkaitan dengan pola komunikasi kelompok.

1. “Pola Komunikasi Kelompok Dalam Komunitas Perempuan (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Anggota Kelompok Komunitas WomanDiri). Milik Ayulia Hasanah Pratiwi dengan NIM 140904088 Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, ditulis tahun 2018.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik anggota, hambatan dan bagaimana pola komunikasi kelompok pada komunitas perempuan.

Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan data primer diperoleh langsung dengan melakukan penelitian dari informan serta hasil observasi. Data sekunder diperoleh dari buku-buku,jurnal-jurnal ataupun sumber yang sifatnya melengkapi data primer.

Hasil penelitian menunjukan bahwa para anggota dalam komunitas WomanDiri memiliki karakteristik yang berhasil memunculkan citra atau kekhasan komunitas WomanDiri, yang menjadi hambatan komunitas ini adalah belum membentuk struktur kepengurusan yang jelas sehingga belum ada kepastian dalam menanggungjawabi sirkulasi informasi dalam WomanDiri dan anggotanya. Adapun pola komunikasi yang mereka

bangun yaitu dengan mendekatkan masing-masing individu dan ikut serta aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas tersebut.

2. “Pola Komunikasi Kelompok PSM Gita Tirtayasa Dalam Menjaga Komitmen Anggota”. Milik Putri Delia Silviany dengan NIM 6662102735, Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang-Banten, ditulis tahun 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi anggota PSM Gita Tirtayasa dalam menjaga komitmen para anggotanya, untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menunjang dan menghambat komunikasi yang terjadi pada anggota PSM Gita Tirtayasa dalam menjaga komitmen. Serta mengetahui solusi dari hambatan yang terjadi pada pola komunikasi PSM Gita Tirtayasa dalam menjaga komitmen anggota.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitan ini adalah teori komunikasi kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PSM Gita Tirtayasa menggunakan pola komunikasi jaringan berbentuk bintang, karena pada jaringan ini disebut sebagai jaringan semua saluran/all channel sehingga setiap anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota. Selain itu setiap anggota berhak mengutarakan pendapatnya baik di dalam forum maupun diluar forum atau secara pribadi. Lalu faktor yang mendukung terjadinya komunikasi dalam kelompok ini adalah banyaknya jumlah alat-alat penunjang latihan yang membuat kegiatan berjalan lancar sehingga terjalinnya komunikasi yang baik antar anggota PSM Gita Tirtayasa.

Namun yang menjadi penghambat dalam pola komunikasi kelompok PSM gita Tirtayasa adalah faktor lingkungan, budaya dan kemampuan diri dari setiap anggota. Sehingga menyebabkan kurangnya intensitas dalam berkomunikasi, beberapa anggota menjadi takut dan jarang latihan.

Kemudian solusi yang dicapai adalah menciptakan dan memonitori masalah dengan efektif serta memperbaiki proses komunikasi kelompok dengan melakukan pola umpan balik pada kelompok.

3. Pola Komunikasi Komunitas Vespa Dalam Mempertahankan Solidaritas Kelompok (Studi pada KUTU Vespa Region Bali). Milik Ni Ketut Diana Ayu Megasari, Ni Luh Ramaswati Purnawan, Ade Devia Pradipta mahasiswi-mahasiwi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi komunitas vespa dalam mempertahankan solidaritas pada KUTU Vespa Region Bali.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi antarpribadi, pola komunikasi kelompok dan solidaritas kelompok.Adapun hasil dari penelitian ini adalah pola komunikasi yang digunakan KUTU Vespa Regional Bali terdiri dari dua jenis, yaitu: pola berstruktur roda, dan pola berstruktur semua saluran atau bintang. Pola komunikasi berstruktur roda digunakan pada saat kegiatan yang bersifat formal dan juga struktural, sedangkan pola komunikasi berstruktur semua saluran atau bintang digunakan pada saat kegiatan yang bersifat informal, yang biasanya terjadi dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini dikarenakan pola komunikasi berstruktur semua saluran atau bintang bersifat santai dan terbuka sehingga mendorong rasa kedekatan atau kekeluargaan sebagai satu kesatuan yang dapat membantu dalam membangun kohesivitas kelompok agar solidaritas semakin erat.

4. Pola Komunikasi Komunitas Laskar Sepeda Tua Pekanbaru Dalam Mempertahankan Solidaritas Kelompok. Milik Muhammad Mahatir, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, ditulis tahun 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana analisis interaksi komunikasi, arus komunikasi, dan jaringan komunikasi yang dilakukan Komunitas Laskar Seperda Tua Pekanbaru Dalam Mempertahankan Solidaritas Kelompok. Adapun teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, pola komunikasi, jaringan komunikasi, kelompok dan solidaritas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa analisis interaksi komunikasi Komunitas Laskar Sepeda Tua Pekanbaru berbentuk komunikasi secara intens terus menerus antar anggota sehngga

membuat para anggota kelompok memiliki rasa kekeluargaan kuat dan bisa mempertahankan solidaritas kelompok dengan baik. Pola komunikasi yang digunakan Komunitas Laskar Sepeda Tua Pekanbaru adalah pola komunikasi satu arah yang disampaikan pemimpin kepada humas, humas ke korwil, dan kemudian korwil akan menyampaikan kepada anggota, dengan adanya jenjang komunikasi seperti ini membuat pesan yang disampaikan pemimpin kepada anggota dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Jaringan komunikasi yang digunakan Komunitas Laskar Sepeda Tua Pekanbaru berbentuk skema semua saluran (all channel) dimana setiap anggota dapat saling berkomunikasi dengan pengurus lainnya, baik di dalam sebuah pertemuan ataupun di luar kegiatan komunitas. Hal ini memungkinkan partisipasi anggota secara umum sehingga rasa kekeluargaan diantara sesama anggota dapat selalu terjalin, hubungan timbal-balik dan peran pemimpin sangat menentukan dalam membangun solidaritas dan kohesivitas kelompok sehingga para anggota memiliki rasa ketertarikan satu sama lain.

5. Komunikasi Kelompok Komunitas ARMY Surabaya. Milik Tasbihatul Fikriya dengan NIM B76214086, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, ditulis tahun 2018.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi kelompok Komunitas ARMY Surabaya dan pola komunikasi yang terjadi.

Adapun teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori komunikasi kelompok. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi kelompok pada Komunitas ARMY Surabaya terbagi menjadi komunikasi langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung berupa komunikasi yang dilakukan saat pelaksaan event, dan komunikasi tidak langsung dilakukan melalui grup chat di media sosial Line dan official Account(OA) di media sosia Instagram.Pola komunikasi dalam Komunitas ARMY Surabaya terbagi menjadi tiga, yaitu: pola komunikasi satu arah (komunikan hanya sebgaai pendengar) yang dilakukan pembawa acara saat event berlangsung, pola komunikasi dua arah (komunikator dan

komunikan saling menanggapi) seperti perbincangan yang terjadi antara admin dan anggota serta pola komunikasi multi arah (terjadi dalam satu kelompok yang lebih banyak di mana komunikator dan komunikan akan saling bertukar pikiran secara dialogis) yang berlangsung saat semua anggota komunitas membicarakan satu topik pembicaraan yang berakhir dengan sahut-menyahut antara satu anggota dengan anggota yang lain.

Berdasarkan lima tinjauan penelitian terdahulu, peneliti dapat melihat bahwa komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam menjalin hubungan solidaritas di dalam sebuah komunitas. Di mana solidaritas diartikan sebagai rasa saling memiliki satu sama lain di antara anggota kelompok.Penggunaan kata yang tepat serta proses penyampaian pesan yang baik dapat mengurangi hambatan komunikasi di dalam kelompok. Pola komunikasi yang digunakan dalam setiap kelompok berbeda-beda dalam proses penyampaian pesan, baik dari segi arahnya, arusnya, ataupun jaringan komunikasinya.

Seluruh hasil penelitian di atas bermanfaat untuk penelitian yang akan dilakukan mendatang. Karena relevansi yang didapatkan sangat akurat.

Berdasarkan penelitian tersebut peneliti mendapatkan bahwa pola komunikasi yang sering digunakan dalam sebuah kelompok adalah pola komunikasi multi arah dan berbentuk bintang atau semua saluran. Hal itu yang memudahkan semua anggota untuk dapat berkomunikasi dengan anggota lainnya dan menimbulkan rasa kekeluargaan yang berujung pada solidaritas kelompok. Hasil penelitian tersebut akan mempermudah peneliti untuk melakukan proses penelitian, baik saat wawancara mendalam dengan informan maupun saat mengolah hasl wawancara nantinya.

2.3. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan basis padabahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan. Pencarian dan penelusuran kepustakaan atau literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian sangat diperlukan. Penelitian tidak dilakukan di ruang kosong dan tidak

pula dapat dikerjakan dengan baik, tanpa basis teoritis yang jelas. Penelitian kekinian sesungguhnya menelusuri atau meneruskan peta jalan yang telah dirintis oleh peneliti terdahulu (Iskandar, 2009: 100).

Dengan adanya kajian pustaka, maka peneliti dapat menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori yang relevan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.3.1. Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicate, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

Sama di sini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2009: 9).

Definisi Hovland, Janis, dan Kelley seperti yang dikemukakan oleh Forsdale (1981) seorang ahli sosiologi Amerika, mengatakan bahwa,

“communication is the processby which an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behavior of other individuals”. Dengan kata lain komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada definisi ini mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses, bukan suatu hal (Muhammad, 2009:2)

Penjelasan lainnya adalah paradigma Harold Lasswell bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan berikut: “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?” paradigma Lasswell memiliki lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan tersebut, yaitu (Effendy, 2003: 253):

1. Komunikator (siapa yang mengatakan?) 2. Pesan (mengatakan apa?)

3. Media (melalui saluran / channel / media apa?) 4. Komunikan (kepada siapa?)

5. Efek (dengan dampak / efek apa?)

Secara garis besar, dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan penyampaian pesan yang dilakukan komunikator kepada komunikan melalui media yang mana menghasilkan efek atau dampak tertentu.

2.3.1.1. Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki beberapa fungsi, menurut Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik (2009: 31)fungsi komunikasi terbagi atas empat, diantaranya:

1. Menginformasikan (to inform), mengenai peristiwa yang terjadi ide, pikiran yang disampaikan kepada oranglain.

2. Mendidik (to educate), dengan menyampaikan ide dan gagasan maka orang lain atau komunikan akan mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain), dengan memberikan hiburan kepada komunikan atau khalayak.

4. Mempengaruhi (to influence), dengan berusaha mengubah cara pandang, sikap dan perilaku komunikan sesuai dengan yang diharapkan.

2.3.1.2. Tujuan Komunikasi

Kegiatan komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk menyampaikan pesan atau makna antara komunikator dan komunikan untuk mengubah atau membentuk perilaku seorang individu, kelompok, organisasi yang menjadi sasaran komunikasi. Adapun tujuan komunikasi adalah sebagai berikut (Fajar, 2009: 60):

1. Perubahan Sikap (Attitude change)

Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lin bersikap positif sesuai keinginan kita.

2. Perubahan Pendapat (Opinion change)

Dalam komunikasi berusahan mnciptakan pemahaman. Pemahaman ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memahami apa yang dimaksud komunikator maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan.

3. Perubahan Perilaku (Behavior change)

Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku maupun tindakan seseorang.

4. Perubahan Sosial (Sosial change)

Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yang semakin baik. Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal.

2.3.1.3. Karakteristik Komunikasi

Adapun karakteristik komunikasi adalah sebagai berikut (Fajar, 2009: 33):

1. Komunikasi sebagai suatu proses artinya adalah bahwa komunikasi merupakan serangkaian peristiwa atau tindakan yang terjadi secara beruntun serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.

Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor atau unsur yang dimaksud antaralain mencakup pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, dan hasil yang terjadi.

2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan mempunyai tujuan

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Pengertian sadar menujukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental psikologi yang terkendalikan bukan dalam keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.

3. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang terlibat.

Kegiatan komunikasi akan berlangsung dengan baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-samaikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik yang dikomunikasikan.

4. Komunikasi bersifat simbolis

Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang, misalnya bahasa.

5. Komunikasi bersifat transaksional

Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang dan proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.

6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu

Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang teribat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, faksimili, teleks dan lain-lain, kedua faktor tersebut (ruang dan waktu) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam komunikasi.

2.3.1.4. Proses Komunikasi

Effendy (2004: 7-9) menyatakan bahwa proses komunikasi terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Proses komunikasi tatap muka adalah proses komunikasi yang berlangsung antara komunikan dan komunikator dengan tatap muka.

Komunikator dapat mengetahui efek komunikasi pada saat itu juga.

Tanggapan atau respon komunikan itu tersalurkan langsung kepada komunikator. Oleh sebab itu dalam komunikasi tatap muka arus balik atau umpan balik (feedback) terjadi secara langsung.

2. Proses komunikasi bermediaadalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya dan atau banyak jumlahnya.

2.3.1.5. Hambatan Komunikasi

Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut sebagai gangguan (noise). Kata noise dipinjam dari istilah ilmu kelistrikan yang diartikan sebagai keadaan tertentu dalam sistem kelistrikan yang mengakibatkan tidak lancarnya atau berkurangnya ketepatan peraturan. Menurut Fajar (2009: 62) ada beberapa hambatan dalam komunikasi, yaitu:

a. Hambatan dari Proses Komunikasi

1. Hambatan dari pengiriman pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong seseorang untuk bertindak sesuai keinginan, kebutuhan dan kepentingan.

2. Hambatan dalam penyandian atau simbol, dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempengaruhi arti lebih dari satu.

3. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi.

4. Hambatan dalam bahasa sandi, biasanya terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima.

5. Hambatan dari penerima pesan, seperti kurangnya perhatian pada saat menerima pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dantidak mencari informasi lebih lanjut.

b. Hambatan Psikologi

Hambatan psikologi dan sosial terkadang mengganggu komunikasi. Misalnya komunikan yang masih trauma karena tertimpa musibah bencana alam.

Salah komunikasi atau miscommunication ada kalanya disebabkan oleh pemilihan kata yang tidak tepat, kata-kata yang sifatnya konotatif yaitu yang mengandung makna emosional dan evaluatif disebabkan oleh latar belakang kehidupan dan pengalaman seseorang. Dalam komunikasi bahasa yang sebaiknya digunakan adalah kata-kata yang denotatif yaitu yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus dan diterima secara umum oleh semua khalayak yang sama dalam kebudayaan dan bahasanya. Jika terpaksa menggunakan kata-kata yang konotatif, maka sebaiknya dijelaskan arti yang sebenarnya dengan baik, agar tidak terjadi salah tafsir.

2.3.2. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok (smallgroupcommunications) merupakan proses komunikasi antara tiga orang atau lebih yang berlangsung secara tatap muka.

Dalam kelompok tersebut anggota berinteraksi satu sama lain (Wiryanto, 2005:

44). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005: 45) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.

Ada 4 (empat) elemen yang tercakup dalam definisi yang disampaikan oleh Michael Burgoon tersebut, yaitu:

1. Interaksi Tatap Muka

Terminologi tatap muka (face to face) mempunyai makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun non verbal dari setiap anggotanya. Batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang sedang melihat proses pembangunan gedung/bangunan baru. Dengan demikian, makna tatap muka tersebut berkait erat dengan adanya interaksi di antara semua anggota kelompok.

2. Jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi

Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah partisipan melebihi 20 orang, kurang memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi dimana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya.

Karenanya kurang tepat untuk dikatakan sebagai komunikasi kelompok.

3. Maksud dan tujuan yang dikehendaki

Maksud dan tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi di atas, bermakna bahwa akan memberikan beberapa tipe identitas kelompok. Apabila tujuan kelompok tersebut berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan. Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota

kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, keputusan kebutuhan kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri.

Apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

4. Kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya

Elemen ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksud/tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, di samping itu identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen.

Komunikasi kelompok merupakan pengembangan dari komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok memiliki perbedaan tipis bila dilihat dari kadar spontanitas, struktur, kesadaran akan sasaran kelompok, ukuran, relativitas sifat permanen kelompok dan identitas diri.

Komunikasi kelompok menitip0kberatkan pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok (Wiryanto, 2005: 46).

Komunikasi kelompok terdapat dua hal yang menentukan karakteristik komunikasi dalam kelompok tersebut, yaitu norma dan peran. Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan yang lainnya (Bungin, 2008:

Komunikasi kelompok terdapat dua hal yang menentukan karakteristik komunikasi dalam kelompok tersebut, yaitu norma dan peran. Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan yang lainnya (Bungin, 2008: