• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Penelitian

Dalam dokumen PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK (Halaman 19-0)

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Guru:

a. Memberikan pilihan bagi guru melalui penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick sebagai evaluasi guru dan siswa dalam meningkatkan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa.

b. Memberikan masukan bagi guru agar lebih memperhatikan masalah yang terkait dalam pembelajaran khususnya aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa.

2. Siswa:

a. Meningkatkan aktivitas oral siswa dalam proses pembelajaran melalui penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick.

b. Meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick.

3. Sekolah:

a. Menyusun program peningkatan proses pembelajaran pada tahap berikutnya.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka perbaikan proses pembelajaran.

4

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok merupakan suatu percakapan, pembicaraan antara dua orang atau lebih untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah. E. Mulyasa (2006: 89) menyatakan bahwa “diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah.” Lebih lanjut E. Mulyasa (2006: 116-117) menyatakan bahwa “diskusi diartikan sebagai percakapan responsif yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematis yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah.”

Diskusi diartikan sebagai suatu proses penyampaian materi, dimana guru bersama subjek peserta didik mengadakan dialog bersama untuk mencari jalan pemecahan dan menyerap serta menganalisis satu atau sekelompok materi tertentu.

Dalam diskusi, guru berperan sebagai pengatur lalu lintas informasi, pemberi jalan dan penampung informasi (Sudarwan Danim, 1995: 37).

Syaiful Bahri Djamarah (2005: 157) menyatakan bahwa “diskusi adalah proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan dan memecahkan masalah.”

Roestiyah (2008: 5) menyatakan bahwa “Di dalam diskusi ini terlibat proses interaksi antara dua atau lebih individu yang, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.”

Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras, namun harus tetap mengikuti etika yang disepakati bersama. Diskusi dapat dilakukan dalam dua bentuk. Pertama, diskusi

5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kelompok kecil (small group discussion) dengan kegiatan kelompok kecil. Kedua, diskusi kelas, yang melibatkan semua siswa di dalam kelas, baik dipimpin langsung oelh gurunya atau dilaksanakan oleh seorang atau beberapa pemimpin diskusi yang dipilih langsung oleh siswa.

Melalui metode diskusi, para siswa berinteraksi secara verbal, melakukan tukar-menukar informasi, saling mempertahankan pendapat, maupun mengajukan alternatif pemecahan masalah. Penerapan metode diskusi dipandang sebagai cara untuk mengembangkan kerjasama dalam memecahkan masalah. Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan menentukan keputusan atas dasar kesepakatan bersama.

Ahmet Zeki Saka (2010: 41) menyatakan bahwa kerjasama dalam kelompok dan di antara kelompok dapat memperkaya prestasi siswa dalam pembelajaran science dan meningkatkan kemampuan profesionalnya ...”. Penerapan diskusi kelompok dapat mengembangkan kerjasama dalam memecahkan masalah, menemukan solusi dan memperkaya prestasi siswa melalui kerjasama dalam kelompok dan diantara kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa kegiatan diskusi menuntut seseorang untuk aktif berbicara yaitu bertanya maupun berpendapat, karena diskusi merupakan suatu bentuk percakapan. Tanpa adanya keaktifan berbicara dari para pelakunya, percakapan tidak akan terbentuk dan diskusi tidak dapat terjadi.

Diskusi selalu terjadi dalam kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. Syarat-syarat diskusi menurut Hasibuan, Ibrahim dan Toenlioe (2000: 99) adalah:

1) Melibatkan kelompok yang banyak anggotanya berkisar antara 3-9 orang (idealnya 5-9 orang);

2) Berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan) dan langsung, artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan saling beradu pandang dan saling mendengar serta berkomunikasi satu dengan yang lain;

3) Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok;

4) Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis, menuju suatu kesimpulan.

6

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Langkah-langkah metode diskusi dalam proses pembelajaran menurut Suwarna, Slamet dan Satunggalno (2006: 110) sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan judul atau masalah yang akan didiskusikan, dan memberikan pengarahan cara pemecahannya (judul atau masalah dapat ditentukan bersama oleh murid dan guru).

2) Guru mengarahkan agar membentuk kelompok-kelompok diskusi serta memimpin menentukan ketua maupun sekretaris kelompok.

3) Guru mengamati pelaksanaan diskusi, memberikan dorongan atau bantuan agar setiap anggota berpartisipasi aktif, serta menjaga ketertiban.

4) Guru berusaha agar diskusi berjalan dalam suasana bebas yang mana setiap anggota mempunyai hak untuk berbicara atau menyampaikan pendapat.

5) Tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya, kemudian dibahas atau dimintakan pendapat dari kelompok lainnya.

E. Mulyasa (2006: 90) mengemukakan bahwa melalui diskusi dalam pembelajaran, memungkinkan peserta didik:

1) Berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah.

2) Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam pembelajaran.

3) Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

4) Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi.

5) Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan bertanggungjawab.

Kekuatan/ keuntungan diskusi kelompok menurut Hasibuan, Ibrahim dan Toenlioe (2000: 104) antara lain:

a) Hasil keputusan kelompok lebih kaya (berasal dari berbagai sumber), daripada hasil pemikiran individu.

b) Anggota kelompok sering dimotivasi kehadiran anggota kelompok lain.

c) Anggota-anggota yang pemalu lebih bebas mengemukakan pendapat/

pikirannya dalam kelompok kecil.

d) Anggota kelompok lebih merasa terikat dalam melaksanakan keputusan kelompok karena mereka terlibat di dalam proses pengambilan keputusan.

e) Diskusi kelompok dapat meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun pemahaman terhadap orang lain (meningkatkan kemampuan individu untuk berinteraksi).

Diskusi kelompok memungkinkan siswa memecahkan suatu masalah melalui pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan berkomunikasi, memahami suatu konsep, percaya kepada diri sendiri dan berani mengemukakan pendapatnya, mampu berinteraksi sosial dan bertanggungjawab.

7

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 2. Talking Stick

Talking Stick merupakan salah satu metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat.

Agus Suprijono (2009: 109) mengemukakan bahwa “Talking Stick termasuk salah satu metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk mengemukakan pendapat”.

Proses pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa yakni menggunakan kegiatan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan pernyataan E. Mulyasa (2006: 71) berikut ini:

Untuk melibatkan peserta didik semaksimal mungkin dalam pembelajaran, guru perlu memberi giliran dalam menjawab pertanyaan. Pemberian giliran dalam menjawab pertanyaan, selain untuk melibatkan peserta didik secara maksimal dalam pembelajaran, juga untuk menumbuhkan keberanian siswa serta untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan.

Menurut Kimberly Fujioka (2005: 1) bahwa “Talking Stick adalah metode mendengar dan berbicara, yang demokratis dan mendorong saling pengertian antara siswa dari latar belakang budaya yang beragam”. Berdasarkan pengertian tersebut Talking Stick memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat dan menghargai pendapat dari siswa lain yang berasal dari latar belakang yang berbeda.

Peraturan dalam metode Talking Stick adalah siswa yang mendapatkan tongkat mempunyai kesempatan untuk berbicara tanpa adanya gangguan sedangkan siswa lain harus diam dan mendengarkan pendapat yang disampaikan sehingga kondisi kelas lebih kondusif. Kimberly Fujioka (2005: 1) mengemukakan bahwa

“peraturan tentang penggunaan metode Talking Stick yaitu bagi yang memegang tongkat di tangannya maka dia mempunyai hak untuk berbicara dan yang lain diam mendengarkan”. Hal yang senada juga dikemukakan oleh Stephanie M. Webster (2006: 2) sebagai berikut:

Siswa hanya diizinkan untuk berbicara ketika mereka memiliki tongkat di tangan. Tongkat ini diberikan dengan cara bergiliran. Penggunaan metode Talking Stick memungkinkan siswa dapat berbicara tanpa adanya gangguan.

8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keuntungan lain dalam penggunaan metode Talking Stick adalah kondisi menjadi lebih tenang dan siswa mendapatkan ruang dan kesempatan untuk berbicara.

Langkah-langkah penerapan metode Talking Stick menurut Erman S. Ar (2010: 7), yaitu:

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat, 2. Sajian materi pokok,

3. Siswa membaca materi lengkap pada wacana,

4. Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru,

5. Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya,

6. Guru membimbing kesimpulan, 7. Refleksi, dan

8. Evaluasi.

3. Aktivitas Oral

Beragamnya jenis aktivitas belajar siswa yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah menuntut setiap guru untuk mampu merencanakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak merasa bosan.

Menurut Slameto (1995: 36), “sebagai seorang pendidik, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa pada proses pembelajaran. Dengan aktivitas sendiri maka pelajaran menjadi berkesan dan dipikirkan serta diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda. Siswa akan bertanya, mengajukan pendapat dan diskusi dengan guru, bertindak, menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, serta membuat intisari dari pelajaran. Siswa yang menjadi partisipan aktif akan memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan dengan baik.”

Orang yang belajar harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak mungkin terjadi. Sardiman A.M (2001: 95) mengatakan bahwa “dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik”.

Berdasarkan uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

9

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Aktivitas belajar yang dapat dilakukan anak-anak di kelas, banyak macamnya. Oemar Hamalik (2001: 90) mengemukakan bahwa Paul B. Diedrich membagi aktivitas siswa menjadi 8 kelompok, sebagai berikut:

a. Visual activities seperti membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.

b. Oral activities seperti mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.

c. Listening activities seperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.

d. Writing activities seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.

e. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

f. Motor activities seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.

g. Mental activities seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

h. Emotional activities seperti minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.

Terkait dengan jenis aktivitas siswa tersebut, aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar merupakan penekanan pembelajaran kompetensi, yaitu di mana proses pembelajaran yang dilakukan menekankan tercapainya suatu tujuan yang dapat berupa indikator yang dikehendaki (Martinis Yamin, 2007: 81). Oleh karena itu, aktivitas belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas oral siswa dalam belajar Biologi yang meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsip, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat dan berdiskusi.

Menurut E. Mulyasa (2006: 101) pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika seluruh siswa atau setidaknya 75% siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

4. Kemandirian

Kemandirian merupakan kesiapan seseorang untuk belajar dengan inisiatif sendiri atau bantuan orang lain dalam hal merencanakan/ menentukan tujuan belajar, metode dan strategi belajar serta cara evaluasinya. Irzan Tahar dan Enceng (2006:

10

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92) mengemukakan bahwa, “kemandirian merupakan kesiapan dari individu yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metode belajar, dan evaluasi hasil belajar.” Hal yang senada dikemukakan oleh Pardjono (2007: 87) bahwa

“kemandirian siswa dalam belajar meliputi kegiatan merencanakan tujuannya, merencanakan cara mencapai tujuan, merencanakan strategi, memantau perkembangan, dan mengevaluasi peningkatan dirinya.”

Siswa berusaha melakukan berbagai kegiatan yang disertai tanggung jawab yang besar pada siswa untuk mencapai tujuan belajar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Irzan Tahar dan Enceng (2006: 92) bahwa “Kemandirian menuntut tanggung jawab yang besar pada diri peserta ajar sehingga peserta ajar berusaha melakukan berbagai kegiatan untuk tercapainya tujuan belajar.”

Holstein (1986: xiii) mengemukakan bahwa kemandirian menandakan sesuatu seperti ketergantungan dan kebebasan bagi keputusan, penilaian pendapat dan pertanggungjawaban. Kemandirian belajar menunjuk dirinya dalam cara pengambilan sikap dan bahkan bukan abstraksi. Berdasarkan uraian tersebut kemandirian belajar merupakan penampilan seseorang yang sikap dan perbuatannya menandakan keswakarsaan (berbuat sendiri secara aktif) dalam memberikan pendapat, penilaian pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban. Selanjutnya tindakan tersebut merupakan respons yang muncul secara spontan sebagai cerminan diri seseorang yang mandiri.

Kemandirian adalah aktivitas belajar yang dilakukan oleh individu dengan kebebasannya dalam menentukan dan mengelola sendiri bahan ajar, waktu, tempat dan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang diperlukan. Melalui kebebasan tersebut, individu memiliki kemampuan dalam mengelola cara belajar, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan terampil memanfaatkan sumber belajar.

Pemanfaatan sumber belajar ditandai dengan kemampuan memilih sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan, pengadaan bahan ajar dan bentuk interaksi dengan bahan ajar yang digunakan. Pemilihan dan pemanfaatan sumber belajar tersebut membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna (Irzan Tahar dan Enceng, 2006: 93).

11

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pembentukan kemandirian belajar melibatkan tiga dimensi. Menurut Irzan Tahar dan Enceng (2006: 94), dimensi dalam sintesis kemandirian belajar, yaitu:

a. Dimensi pengelolaan belajar berarti peserta ajar harus mampu mengatur strategi, waktu dan tempat untuk melakukan aktivitas belajarnya seperti membaca, meringkas, membuat catatan dan mendengarkan materi dari audio.

b. Dimensi tanggung jawab berarti peserta ajar mampu menilai aktivitas, mengatasi kesulitan dan mengukur kemampuan yang diperoleh dari belajar.

Dalam belajar mandiri peserta ajar dituntut untuk memiliki kesiapan, keuletan daya tahan. Sehingga diperlukan motivasi yang tinggi. Kesulitan yang dialami dalam belajar harus mereka atasi sendiri dengan diskusi, memanfaatkan sumber belajar yang terkait dengan bahan ajar dan memperbanyak latihan soal yang dapat meningkatkan pemahaman peserta ajar.

c. Dimensi pemanfaatan berbagai sumber belajar berarti peserta ajar dapat menggunakan berbagai sumber belajar seperti modul, majalah, kaset audio, VCD, Computer Assisted Instruction (CAI) dan internet.

B. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diarahkan untuk menemukan sendiri konsep pembelajaran konsep pembelajaran yang ingin dicapai. Peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa, siswa diberi kesempatan untuk meningkatkan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran.

Permasalahan dalam pembelajaran Biologi di kelas X-J SMA Negeri 1 Kartasura pada tahun pelajaran 2010/2011 adalah kurang optimalnya guru dalam meningkatkan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa. Guru sering bertindak sebagai “penceramah” dan menganggap siswa sebagai “botol kosong” yang siap diisi dengan pengertian sebanyak-banyaknya. Proses pembelajaran seperti ini kurang melibatkan aktivitas siswa sehingga siswa mengalami kejenuhan dan menggantungkan orang lain.

Penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok, diberi kesempatan untuk berdiskusi, presentasi hasil diskusi kelompok dan dilanjutkan kegiatan Talking Stick dimana guru memberikan pertanyaan secara bergilir sehingga siswa menjadi lebih aktif dan mandiri dalam mencari informasi, berpendapat dan menjawab pertanyaan yang diberikan.

12

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Terkait dengan permasalahan umum pembelajaran Biologi yaitu kurang optimalnya guru dalam meningkatkan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa selama proses pembelajaran serta kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru, maka diperlukan tindakan yang dapat meningkatkan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa melalui penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick.

Penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick melatih siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam pembelajaran dan tidak berperan sebagai penerima informasi yang pasif. Dengan demikian, penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick diharapkan dapat meningkatkan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa di dalam proses pembelajaran Biologi.

Adapun alur kerangka pemikiran dalam kegiatan penelitian ini, secara sederhana tampak pada Gambar 1.

13

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kartasura tahun ajaran 2010/2011. Penelitian dimulai pada bulan Januari sampai Februari 2011. Penelitian dilaksanakan sebanyak 4 kali tatap muka dengan waktu 8 x 45 menit, dengan rincian siklus I dilaksanakan 2 kali tatap muka (4 x 45 menit) dan siklus II dilaksanakan 2 kali tatap muka (4 x 45 menit).

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan berkolaborasi bersama guru bidang studi Biologi. PTK terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) tetapi sebelumnya diawali oleh suatu tahapan Pra PTK. Keempat tahap dalam PTK ini adalah unsur yang membentuk sebuah siklus. Siklus ini diikuti oleh siklus-siklus lain secara berkesinambungan. Siklus berikutnya dilaksanakan bila masih ada indikator keberhasilan yang belum tercapai pada siklus sebelumnya.

Berdasarkan tujuan penelitian, jelas bahwa penelitian ini lebih bersifat mendeskripsikan data atau analisis kualitatif, fakta dan keadaan pembelajaran di kelas. Keadaan pembelajaran yang dimaksud adalah proses pembelajaran Biologi sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick.

C. Sumber Data

Data penelitian dikumpulkan dari beberapa sumber, meliputi : 1. Informan, yaitu guru dan siswa.

2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran.

3. Dokumentasi atau arsip, berupa skenario pembelajaran, silabus dan buku referensi mengajar.

15

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi pengamatan, wawancara, dan angket, masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan terhadap siswa ketika proses pembelajaran di dalam kelas. Pengamatan terhadap siswa difokuskan pada aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa dalam mengikuti pelajaran. Aktivitas oral yang dimaksud adalah aktivitas bertanya dan aktivitas berdiskusi. Sedangkan kemandirian belajar siswa dibatasi pada dimensi pengelolaan belajar, dimensi tanggung jawab dan dimensi pemanfaatan sumber belajar.

Pengamatan dilakukan secara sistematis dimana peneliti telah merancang bentuk instrumen pengamatan yang akan dilakukan di dalam proses pembelajaran.

Pengamatan dilakukan dengan mengambil tempat duduk paling belakang sehingga dalam posisi tersebut dapat lebih leluasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk mengadakan informasi balikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. “Kelebihan wawancara adalah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam” (Sudjana, 2008: 68). Pelaksanaan wawancara ini dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya.

Wawancara atau diskusi dilakukan setelah proses pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada.

Diskusi dengan guru dilakukan di sekolah yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Meminta pendapat guru tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas, antara lain mengungkap kelebihan dan kekurangan serta permasalahan lain yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.

b. Mengemukakan catatan terhadap hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan fokus penelitian, mengemukakan segi-segi kelebihan dan kekurangan.

16

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Mendiskusikan permasalahan yang muncul selama siklus berlangsung, kemudian menentukan tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan keefektifan penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick.

3. Angket

Angket diberikan pada siswa pada pra siklus dan di setiap akhir siklus.

untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari angket tersebut, dapat diketahui peningkatan proses pembelajaran sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran Biologi.

Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah bentuk chek-list, yaitu suatu bentuk angket dimana pengisi angket memberi tanda cek (√) pada kolom alternatif jawaban yang disediakan. Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam aspek dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket.

4. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan terhadap berbagai arsip yang digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya dalam penelitian ini adalah silabus, rencana pembelajaran dari guru yang bersangkutan, hasil diskusi kelompok, presensi siswa, dan buku ajar yang digunakan.

E. Validitas Data

Teknik yang digunakan untuk menjaga validitas data dalam penelitian yaitu

Teknik yang digunakan untuk menjaga validitas data dalam penelitian yaitu

Dalam dokumen PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK (Halaman 19-0)

Dokumen terkait