• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK (Halaman 51-0)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Pembahasan

a. Aktivitas Oral

Kondisi awal di kelas X-J SMA Negeri 1 Kartasura sebelum adanya penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick menunjukkan peran serta siswa dalam pembelajaran masih kurang, tingkat aktivitas oral siswa yang masih rendah ditandai dengan kurangnya pertanyaan yang dilontarkan siswa baik kepada guru maupun kepada teman sebaya terkait dengan materi pembelajaran, siswa berbicara tentang sesuatu hal di luar materi pelajaran Biologi dengan teman dan guru tidak memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapatnya melalui kegiatan diskusi.

Rendahnya tingkat aktivitas oral siswa disebabkan guru menggunakan metode ceramah sehingga proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Agus Suprijono (2009: x) bahwa pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.

Belajar merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.

36

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Metode ceramah yang diterapkan guru menyebabkan siswa belum terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa yang duduk di barisan depan tampak diam sambil mendengarkan penjelasan guru. Kondisi berbeda dengan siswa yang duduk di barisan belakang. Siswa malas mencatat hal-hal penting menyangkut materi pembelajaran karena materi tersebut sudah ada di buku. Siswa cenderung senang berbicara sendiri dengan teman sebangku karena siswa tidak diberi kesempatan untuk mengekspresikan pendapatnya dalam suatu diskusi yang menantang. Siswa yang duduk di barisan belakang tampak ramai. Selanjutnya siswa tidak siap ketika diberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

Kurangnya pertanyaan yang dilontarkan siswa baik kepada guru maupun kepada teman sebaya dikarenakan mereka tidak mengerti harus bertanya apa, ini terjadi akibat kurangnya stimulus yang diberikan. Guru perlu memberikan stimulus kepada siswa untuk mengajukan berbagai pertanyaan berkaitan dengan apa yang telah dipelajari.

Guru perlu menimbulkan aktivitas dalam proses pembelajaran khususnya aktivitas oral siswa agar siswa aktif bertanya, mengemukakan pendapat dan berdiskusi sehingga siswa saling bertukar informasi untuk mengemukakan konsep dan prinsip materi serta menjadi partisipan yang aktif dalam proses pembelajaran.

b. Kemandirian belajar

Siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan (student centred) dalam proses pembelajaran. Siswa perlu diberikan kesempatan yang luas untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan diberikan kesempatan untuk dapat bertukar pikiran dengan temannya, sehingga siswa akan lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru.

Pembelajaran dengan metode ceramah membuat siswa sangat bergantung kepada guru dalam memperoleh informasi. Hal ini menyebabkan kemandirian belajar siswa rendah. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi masih belum dilakukan oleh guru. Guru lebih berorientasi untuk menyelesaikan materi pelajaran tepat pada waktunya. Siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang 37

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bersifat klasikal karena tidak mempunyai kesempatan untuk menemukan sendiri konsep pembelajaran.

Hasil observasi lebih lanjut menunjukkan bahwa interaksi siswa dengan bahan ajar masih rendah. Hal ini ditandai dengan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru. Siswa tidak menunjukkan aktivitas berinteraksi dengan bahan ajar yang dibawa. Buku bahan ajar yang berkaitan dengan pembelajaran yang berlangsung hanya diletakkan di atas meja dan siswa tidak menandai hal-hal yang penting dalam bahan ajar yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

Pengelolaan waktu terhadap pembelajaran masih rendah. Hal ini ditandai dengan siswa tidak menyelesaikan tugas yang diberikan guru tepat waktu dan masih ada siswa yang tidak mengumpulkan tugas yang diberikan guru.

Data wawancara juga mendukung kemandirian belajar siswa rendah. Siswa masih menyontek siswa lain pada pagi hari sebelum pembelajaran dimulai untuk menyelesaikan tugas maupun permasalahan yang diberikan guru. Siswa cenderung tidak merasa rugi jika tidak dapat mengikuti pembelajaran karena pembelajaran ceramah tidak menarik bagi siswa.

Berdasarkan hasil observasi, angket dan wawancara maka diperlukan tindakan untuk meningkatkan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick.

2. Siklus I

Lembar observasi pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa meningkat meskipun belum optimal. Hal ini dikarenakan siswa berada pada kondisi transisi dan penyesuaian dengan cara belajar yang baru.

a. Aktivitas Oral

Pelaksanakan siklus I memberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sekelompok mengenai permasalahan yang ada sehingga siswa yang terbiasa ramai akan mengubah kebiasaan buruknya dengan berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Diskusi kelompok memungkinkan siswa untuk mengemukakan pendapat sehingga terjadi tukar informasi untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas yang diberikan guru.

38

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penerapan diskusi kelompok dapat mengembangkan kerjasama dalam memecahkan masalah, menemukan solusi dan memperkaya prestasi siswa melalui kerjasama dalam kelompok dan diantara kelompok. Hal ini sesuai pernyataan Ahmet Zeki Saka (2010: 41) yang menyatakan bahwa kerjasama dalam kelompok dan di antara kelompok dapat memperkaya prestasi siswa dalam pembelajaran science dan meningkatkan kemampuan profesionalnya.

Penyelesaian permasalahan atau tugas kelompok yang diberikan guru menuntut setiap anggota kelompok untuk saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran Biologi. Diskusi kelompok pada siklus I cenderung didominasi oleh siswa tertentu dalam tiap kelompok sedangkan siswa yang lain pasif, hanya menjadi pendengar karena siswa belum terbiasa berdiskusi sehingga perlu waktu untuk menyesuaikan diri.

Pelaksanaan siklus I juga memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat melalui presentasi di depan kelas. Pendapat yang dikemukakan siswa diperoleh dari hasil diskusi siswa dalam kelompoknya. Siswa mampu mengemukakan hasil diskusi dengan baik melalui presentasi di depan kelas, meskipun siswa masih terlihat malu dan grogi saat mengemukakan hasil diskusi.

Data observasi didukung wawancara menunjukkan siswa senang ketika mengemukakan hasil diskusi melalui presentasi di depan kelas karena pembelajaran sebelumnya tanpa diskusi.

Aktivitas bertanya siswa masih rendah dalam merespon hasil diskusi kelompok lain. Siswa yang melontarkan pertanyaan hanya itu-itu saja.

Kurangnya pertanyaan yang dilontarkan siswa dikarenakan siswa masih merasa malu dan takut ditertawakan siswa lain ketika bertanya kepada kelompok lain mengenai hal-hal yang belum dimengerti sehingga siswa hanya mendengarkan dan mencatat hasil diskusi kelompok lain.

Talking Stick merupakan sarana yang mengindikasikan pentingnya segala sesuatu yang akan dikatakan, untuk meyakinkan pembicara bahwa kata-katanya akan didengarkan oleh kelompok dan membantu memfokuskan perhatian pada setiap pembicara (Rochelle Mazar and Jason Nolan, 2008: 2).

39

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penerapanan Talking Stick secara umum bertujuan agar siswa mengetahui letak kesalahannya sehingga siswa dapat mengerjakan soal-soal semacam itu sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh guru dan siswa tidak mengulangi kesalahan yang sama saat mengerjakan soal yang serupa (Ulfa Dwi Prasetyani, 2010: 4).

Siswa terlihat tegang menunggu giliran dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru ketika Talking Stick. Penerapan Talking Stick menuntut siswa untuk aktif dalam mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan yang disampaikan guru serta mengetahui letak kesalahan siswa dalam menjawab pertanyaan, sehingga diharapkan siswa tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Data observasi didukung wawancara menunjukkan siswa merasa takut dan tegang menunggu giliran ketika Talking Stick karena siswa merasa ada sebagian materi yang belum dimengerti dan siswa merasa kesulitan menghafal istilah-istilah yang memakai nama-nama latin.

b. Kemandirian belajar

Pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa pengelolaan belajar siswa belum optimal. Tugas atau permasalahan yang diberikan guru belum diselesaikan tepat waktu. Siswa masih mengandalkan siswa lain dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru sehingga diskusi didominasi oleh siswa tertentu saja. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan kegiatan diskusi.

Erman S. Ar (2010: 3) mengemukakan bahwa prinsip belajar yang harus diterapkan adalah siswa sebagai subjek, belajar dengan melakukan-mengkomunikasikan sehingga kecerdasan emosionalnya dapat berkembang, seperti kemampuan sosialisasi, empati dan pengendalian diri. Hal ini bisa terlatih melalui kerja individual-kelompok, diskusi, presentasi, tanya-jawab, sehingga terpupuk rasa tanggung jawab dan disiplin diri.

Tanggung jawab siswa pada pelaksanaan siklus I juga belum optimal, meskipun sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan sebelum pelaksanaan siklus I. Tanggung jawab siswa terhadap permasalahan yang diberikan guru masih kurang. Siswa yang mengalami kesulitan tidak berusaha terlebih dahulu mencari informasi di dalam sumber belajar atau mendiskusikan terlebih dahulu 40

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan siswa lain dalam kelompoknya tetapi langsung meminta guru untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal ini menyebabkan kemandirian belajar siswa belum optimal.

Kemandiirian siswa belum optimal pada pelaksanaan siklus II. Hal ini juga dapat dilihat dari segi pemanfaatan sumber belajar oleh siswa. Siswa hanya meletakkan sumber belajar di atas meja dan dibiarkan begitu saja. Siswa yang membawa sumber belajar hanya siswa tertentu saja. Data observasi didukung wawancara menunjukkan siswa malas membawa sumber belajar, selain itu siswa merasa sumber belajar siswa yang dimiliki siswa sudah sama dengan sumber belajar yang dipakai guru sehingga tidak perlu menandai poin-poin penting yang ada di dalam sumber belajar.

2. Siklus II

Pelaksanaan siklus II menunjukkan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan jika dibandingkan pelaksanaan siklus I. Hal ini dikarenakan siswa mulai terbiasa dengan cara belajar yang baru.

a. Aktivitas Oral

Pelaksanakan siklus II berlangsung lebih efektif. Siswa memanfaatkan waktu yang diberikan guru untuk berdiskusi dengan teman sekelompok mengenai permasalahan yang diberikan. Pelaksanaan diskusi pada siklus I didominasi oleh siswa tertentu tetapi pada siklus II pelaksanaan diskusi menjadi merata. Siswa tidak hanya diam mendengarkan tetapi turut aktif dalam diskusi sehingga pembelajaran yang terjadi bukan lagi teacher centered learning melainkan menuju ke student centered learning. Hal ini dikarenakan siswa sudah beradaptasi dengan teman dalam satu kelompoknya, siswa tidak lagi merasa takut salah dalam mengemukakan pendapatnya dan siswa sudah mulai terbiasa dengan metode yang digunakan.

Keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru saja melainkan dapat juga diperoleh melalui teman sebaya. Hal ini dikarenakan penyelesaian permasalahan atau tugas kelompok yang diberikan guru menuntut setiap siswa anggota kelompok untuk saling bekerja sama dan saling membantu 41

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk memahami materi pembelajaran sehingga guru tidak lagi mendominasi proses pembelajaran dan bertindak sebagai fasilitator saja.

Siswa mampu mengemukakan pendapat dari hasil diskusi kelompoknya melalui presentasi di depan kelas dengan baik pada siklus II. Hal ini dikarenakan diskusi dalam kelompok yang berjalan lebih efektif dan efisien. Siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran seperti mengemukakan pendapat dan saling memberikan saran untuk membantu teman dalam memahami konsep materi pelajaran. Akibatnya siswa lebih percaya diri ketika presentasi di depan kelas untuk mengemukakan pendapat dari hasil diskusi kelompoknya. Data observasi didukung wawancara menunjukkan siswa senang ketika mengemukakan hasil diskusi melalui presentasi di depan kelas karena dapat melatih keberanian berbicara di depan umum.

Guru meningkatkan ketrampilan bertanya pada pelaksanaan siklus II sehingga siswa lebih banyak melontarkan pertanyaan, baik kepada guru maupun kepada kelompok lain. Siswa tidak lagi merasa takut untuk ditertawakan siswa lain karena bertanya mengenai hal-hal belum dimengerti dan sesuatu yang dianggap baru. Siswa aktif bertanya juga dikarenakan guru memberikan nilai tambahan bagi siswa yang bertanya.

Pelaksanaan Talking Stick pada siklus II, siswa tampak tegang ketika menunggu giliran dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Pertanyaan diberikan kepada siswa ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi dan memperoleh informasi tentang materi pelajaran tanpa bergantung kepada guru. Pemberian giliran dalam menjawab pertanyaan ketika Talking Stick, selain untuk melibatkan peserta didik secara maksimal dalam pembelajaran, juga untuk menumbuhkan keberanian siswa serta untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan.

Data hasil observasi didukung hasil wawancara diperoleh informasi bahwa penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick sangat menyenangkan, karena lebih nyaman dan santai, dapat berkumpul dengan teman-temannya dan menyelesaikan permasalahan bersama-sama. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Nani Fajar Wati (2010: 108) bahwa pembelajaran kooperatif TGT

42

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan Talking Stick dapat membuat siswa menjadi lebih bersemangat dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran karena siswa akan lebih termotivasi dalam menjawab pertanyaan dari guru, siswa dapat mengeluarkan pendapatnya, siswa dapat bekerja sama atau berdiskusi dengan teman yang lain dalam menyelesaikan permasalahan dalam proses pembelajaran, dan tidak malu bertanya jika ada materi yang masih belum jelas.

b. Kemandirian belajar

Pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa pengelolaan belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I. Hal ini dapat dilihat dari segi pengelolaan strategi dan waktu belajar di dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Guru mendorong setiap siswa untuk melakukan kerja sama dalam diskusi. Guru tidak lagi mendominasi proses pembelajaran, siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa lainnya sehingga siswa tidak lagi menggantungkan informasi dari guru. Tugas atau permasalahan yang diberikan guru diselesaikan tepat waktu. Hal ini dikarenakan siswa melakukan pembagian tugas dan setiap siswa akan dimintai pertanggungjawaban secara individual mengenai materi yang diberikan dalam kelompok.

Tanggung jawab siswa pada pelaksanaan siklus II. Setiap siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

Siswa yang tidak melakukan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.

Siswa lain dalam kelompok tersebut akan menuntut untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.

Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota kelompok siap dalam menghadapi tugas-tugas lainnya atau pertanyaan yang diberikan guru secara mandiri tanpa bantuan siswa lain dalam kelompoknya. Hal ini sesuai penelitian Irzan Tahar dan Enceng (2006: 92) bahwa kemandirian belajar merupakan kesiapan dari individu yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metode belajar, dan evaluasi hasil belajar. Lebih lanjut Irzan Tahar dan Enceng (2006: 92) bahwa kemandirian belajar menuntut 43

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tanggung jawab yang besar pada diri peserta ajar sehingga peserta ajar berusaha melakukan berbagai kegiatan untuk tercapainya tujuan belajar.

Data observasi didukung angket dan wawancara menunjukkan bahwa pemberian pertanyaan yang diberikan guru secara bergiliran ketika Talking Stick dapat dijawab siswa tanpa bantuan siswa lain dalam kelompoknya. Hal ini membuktikan bahwa siswa bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan siswa lain dalam mempelajari materi yang dihadapi.

Kemandirian belajar siswa pada siklus II juga dapat dilihat dari segi pemanfaatan sumber belajar oleh siswa. Semua siswa membawa sumber belajar, seperti buku paket, buku literatur dari sumber lain dan artikel dari internet yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Siswa tampak mencari jawaban yang tepat dan baik untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam diskusi dengan cara mencari sumber informasi dari sumber belajar yang mereka bawa.

Hal ini dikarenakan interaksi siswa dengan sumber belajar tersebut dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi yang dipelajari.

Data observasi didukung angket dan wawancara pada pelaksanaan Siklus II menunjukkan adanya peningkatan kemandirian belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ulfi Dwi Prasetyani (2010: 65) menunjukkan bahwa Pemanfaatan metode pembelajaran SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) melalui pendekatan Talking Stick mampu meningkatkan perhatian peserta didik, memberikan pengalaman peserta didik sehingga dapat menumbuhkan kemandirian belajar, dan membantu berkembangnya efisiensi yang mendalam dalam belajar. Selanjutnya hasil penelitian tentang peningkatan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa melalui penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Agustin Ratna Wulandari (2010: 1). Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa penerapan Talking Stick dapat meningkatkan kesiapan siswa dalam proses pembelajaran Biologi yang meliputi keaktifan, perhatian dan kemandirian dalam belajar.

Peningkatan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa pada penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick dapat dilihat melalui observasi, pemberian 44

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

angket dan wawancara. Berdasarkan data tersebut menunjukkan ada kesesuaian hasil dan dapat dikatakan berhasil sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran Biologi. Hal ini dikarenakan:

(1) Penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, kerjasama dan saling tukar informasi dengan siswa lain, baik dalam kelompoknya maupun dengan kelompok lain untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas yang diberikan oleh guru.

(2) Penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep pembelajaran. Sumber belajar tidak terfokus pada guru semata, tetapi didapatkan dari interaksi antar siswa dan interaksi antara siswa dengan sumber belajar atau referensi yang ada.

45

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas oral siswa SMA Negeri 1 Kartasura.

2. Penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa SMA Negeri 1 Kartasura.

B. Implikasi

Dari simpulan penelitian, dapat dikemukakan implikasi teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian dapat memperluas pengetahuan bagi pembaca tentang inovasi pembelajaran serta dapat dijadikan referensi dalam penelitian lebih lanjut sebagai upaya peningkatan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa di SMA Negeri I Kartasura.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian dengan penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick dapat digunakan sebagai alternatif guru sebagai upaya meningkatkan aktivitas oral dan kemandirian belajar siswa.

C. Saran

Dari simpulan dan implikasi, dapat dikemukakan saran yang berkaitan dengan penelitian, yaitu:

1. Kepada Guru

a. Guru hendaknya mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum penerapan diskusi kelompok disertai Talking Stick, sehingga pembelajaran ini dapat berlangsung efektif dan efisien.

46

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Guru hendaknya lebih memaksimalkan kemampuannya dalam ketrampilan bertanya dan membimbing siswa dalam diskusi sehingga lebih mudah membawa siswa ke dalam masalah dan penyelesaiannya.

c. Guru diharapkan untuk selalu mengadakan refleksi terhadap pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berikutnya dapat berlangsung lebih baik.

2. Kepada Siswa

a. Siswa hendaknya merespon pertanyaan yang disampaikan baik oleh guru maupun siswa yang yang lain dalam kegiatan pembelajaran.

b. Siswa hendaknya dapat lebih berinteraksi serta bekerja sama dalam pembelajaran terutama ketika kegiatan diskusi berlangsung.

c. Siswa hendaknya lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran dengan tidak saling mengandalkan guru dan siswa yang lain.

47

Dalam dokumen PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK (Halaman 51-0)

Dokumen terkait