• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi orang tua dan masyarakat supaya dapat dijadikan sebagai bahan masukan tentang bagaimana pengaruh kompetensi guru Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter anak di tengah-tengah masyarakat.

2. Sebagai bahan kebijakan dan evaluasi bagi kepala sekolah dalam peningkatan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di SD Islam Terpadu Ikhtiar Makassar.

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Kompetensi Guru PAI

Secara harfiah, kompetensi berasal dari kata competence yang artinya kecakapan, kemampuan, dan wewenang. Adapun secara etimologi menurut Sutrisno, (2009:202) kompetensi diartikan sebagai dimensi perilaku keahlian atau keunggulan seorang pemimpin atau staf mempunyai keterampilan, pengetahuan, dan perilaku yang baik.

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.

Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan.

Kompetensi bagi beberapa profesi menjadi persyaratan penting dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi. Masalah kompetensi itu menjadi penting, karena kompetensi menawarkan suatu kerangka kerja organisasi yang efektif dan efisien dalam mendayagunakan sumber-sumber

daya yang terbatas. Adanya kompetensi dalam profesi termasuk tugas seorang pendidik sangat penting dalam hal mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Bab I Pasal I ayat 10 ;

“Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.

Dalam undang-undang ini telah dijelaskan bahwa guru harus mampu memiliki, menghayati dan menguasai beberapa komponen untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik baik dari segi kognitif (pengetahuan), afektif (memiliki kepribadian), dan psikomotorik (memiliki keterampilan).

Kompetensi menurut Abdul Majid (2005: 44);

“adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggungjawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan terentu”.

Oleh karena itu, guru yang memiliki kompetensi adalah guru yang memiliki kecerdasan emosional dan mampu bertanggungjawab dalam hal mengembangkan kemampuan dan bakat peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Spencer dalam Agung, (2007:123) mendefinisikan Kompetensi sebagai;

“karakteristik seseorang yang terkait dengan kinerja terbaik dalam sebuah pekerjaan tertentu. Karakteristik ini terdiri dari atas lima hal, antara lain motif, sifat bawahan, konsep diri, pengetahuan, dan keahlian”.

Menurut Boulter dan Hill dalam Sutrisno, (2009:203) mengatakan bahwa kompetensi adalah suatu karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkannya memberikan kinerja unggul dalam pekerjaan, peran, atau situasi tertentu.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah sebuah karakteristik yang dimiliki oleh seseorang untuk menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien.

Selanjutnya, Boyatzis dalam Hutapean (2008:4) berpendapat bahwa;

“pengertian kompetensi sebagai kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan”.

Darsono (2011:123) juga mengemukakan definisi kompetensi ialah perpaduan keterampilan, pengetahuan, kreativitas, dan sikap positif terhadap pekerjaan tertentu yang diwujudkan dalam kinerja. Oleh karena itu, kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Selanjutnya, R. M. Guion dalam Uno ( 2011:78);

“ mendefinisikan kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir, dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama”.

Dalam Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 10 ayat I menyatakan bahwa;

“kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.

a. Kompetensi Pedagogik

Dalam penjelasan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 10 ayat I bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya dan harus mampu melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran.

Menurut Asrorun Ni‟am (2006: 162 ) yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Hal ini sesuai dengan pengertian yang telah dijelaskan undang-undang. Kompetensi

ini meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Sedangkan menurut Mulyasa ( 2009: 75) kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Pemahaman wawasan / landasan kependidikan 2. Pemahaman terhadap peserta didik

3. Pengembangan kurikulum / silabus 4. Perancangan pembelajaran

5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6. Pemanfaatan tekhnologi pembelajaran

7. Evaluasi Hasil Belajar (EHB)

8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Dalam penjelasan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 10 ayat I bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, berwibawa serta

menjadi teladan peserta didik. Oleh karena itu, guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/ tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru.

Menurut Mulyasa (2009: 117) kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada

umumnya.

c. Kompetensi Sosial

Dalam penjelasan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 10 ayat I bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/ wali peserta didik,

dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu dalam hal mengajar dan mendidik guru harus memahami dan menerapkan prinsip belajar humanistik yang beranggapan bahwa keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan yang ada pada diri peserta didik tersebut. Instruktur hanya bertugas melayani mereka sesuai kebutuhan mereka masing-masing. Kompetensi sosial yang dimiliki seorang guru adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi degan peserta didik dan lingkungan yang menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka (seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman).

Menurut Mulyasa (2009: 173) kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk :

1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat

2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik; dan

4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Oleh karena itu, guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan dan merupakan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru harus memiliki kemampuan

sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan.

d. Kompetensi Profesional

Dalam penjelasan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 10 ayat I bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.

Oleh karena itu, guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik harus mempunyai perencanaan dan pelaksanaan dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Menurut Asrorun Ni‟am (2009: 199) kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi, pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar

nasional pendidikan. Adapun ruang lingkup kompetensi profesional sebagai berikut :

1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya

2. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik

3. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya

4. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi

5. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan

6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran

7. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

Oleh karena itu, keaktifan peserta didik harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana

yang dapat mendorong peserta didik untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya. Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, dan prinsip-prinsip lainnya.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tugas seorang guru sangatlah penting untuk membimbing peserta didik menjadi kader bangsa dan mencapai tujuan pendidikan. Hal sesuai dengan Firman Allah dalam Q.S. At-Taubah (9) :

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. ( Depag. RI. 2005: 206).

Dalam ayat ini telah dijelaskan kewajiban seseorang untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang dimiliki kemudian mengajarkannya kepada orang lain. Sama halnya bagi seorang guru harus memiliki banyak pengetahuan (menguasai materi pelajaran kemudian mengajarkannya kepada peserta didik.

Dalam hal mendidik, pendidik harus mampu memiliki kompetensi yang dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran. Ketika guru memiliki kemampuan hanya 50 % maka maksimalnya juga siswa yang dihasilkan memiliki kemampuan tidak lebih dari itu.

Dalam Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Bab I Pasal I ayat I menjelaskan bahwa;

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Oleh karena itu, tugas seorang guru tidak hanya sebatas mentransfer knowledge ( memberikan ilmu pengetahuan) kepada peserta didik, akan tetapi juga mampu mendidik, membimbing kearah yang lebih baik dan telah

disebutkan dalam undang-undang diatas seorang guru adalah tugas multifungsional (7 tugas utama).

Sedangkan guru menurut Muhaimin & Abdul Mujib, (1993: 44) adalah;

“orang dewasa yang bertanggungjawab memberi pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri untuk memenuhi tugasnya sebagai hamba dan Khalifah Allah SWT dan mampu sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk hidup yang mandiri”.

Ahmad D. Marimba dalam Hasbullah (2009:

17) menyatakan bahwa pendidik ialah orang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik.

Sedangkan Dwi Nughroho Hidayanto, menginventarisasi bahwa pendidik itu meliputi orang dewasa, orang tua, guru, pemimpin masyarakat, dan pemimpin agama.

Dari kedua pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanggungjawab seorang pendidik cukup berat, maka predikatnya hanya dapat dipegang oleh orang dewasa. Untuk menjadi pendidik diperlukan berbagai persiapan seperti pendidikan calon pendidik di sekolah, pendidikan pemimpin dan sebagainya. Selain itu diharapkan dengan status kodrat dan sosialnya sanggup

mendidik orang lain, maksudnya memiliki kemampuan (kompetensi) untuk melaksanakan tugas-tugas mendidik.

Menurut Pupuh Faturrohman (2011: 24);

“performance guru dalam mengajar dipengaruhi berbagai faktor, seperti tipe kepribadian, latar belakang pendidikan, pengalaman dan yang tak kalah penting adalah pandangan filosofis guru kepada murid”.

Dalam hal ini latar belakang pendidikan dan pengalaman belajar akan akan mempengaruhi potensi guru dalam mengajar. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru dapat terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja pintar, tetapi juga harus pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik.

Sebagai seorang pendidik, guru bertugas mengajar dan menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada siswanya. Untuk melaksanakan tugasnya tersebut diperlukan berbagai kemampuan serta kepribadian.

Sebab, guru juga dianggap sebagai contoh oleh siswa sehingga ia harus memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang guru.

Menurut Tohirin (2011: 18);

“proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan pelayanan khusus diperuntukkan bagi siswa (peserta didik). Proses pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam, sebenarnya menggunakan prinsip-prinsip umum proses pembelajaran yang dikemas secara islami”.

Komponen-komponen yang terlibat pun umumnya sama, yaitu mencakup tujuan, bahan, metode, alat, evaluasi, termasuk siswa dan gurunya. Karakteristik Pendidikan Agama Islam terletak pada tujuan, bahan, alat dan metode.

Karena dalam Pendidikan Agama Islam, komponen-komponen tersebut harus dilandasi oleh ajaran Islam.

Adapun pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Abdurrahman an-Nahlawi dalam Tohirin (1989: 9); adalah penataan individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk taat pada Islam dan menerpakannya secara sempurna di dalam kehidupan individu dan masyarakat.

Sedangkan menurut Imam Bawani juga dalam Tohirin (1987: 9) bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani-rohani bedasarkan hukum-hukum Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

Oleh karena itu, dari beberapa pengertian yang berkaitan dengan kompetensi, guru dan Pendidikan Agama Islam dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru Pendidikan Agama Islam adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab dan layak yang mengajarkan peserta didik tentang nilai-nilai ajaran agama Islam. Dalam sebuah hadits disebutkan :

“Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata, Telah mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin Martsad Aku mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As Sulami dari Utsman radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya." Abu Abdirrahman membacakan (Al Qur`an) pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata, "Dan hal itulah yang menjadikanku duduk di tempat dudukku ini." (H.R.Bukhari )

Dalam hadits Rasulullah menjelaskan bahwasanya sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur‟an dan yang mengajarkannya.

Seorang guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki kompetensi dalam hal pemahaman terhadap ajaran agama yang bersumber dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah, sehingga ia mampu mentransfer ilmu agama yang dimiliki termasuk memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya.

Dalam konteks Pendidikan Agama Islam terminologi kompetensi dasar bisa saja kita adopsi untuk memberikan nuansa lain dalam Pendidikan Agama Islam yang selama ini lepas dari tuntutan pasar dan terlalu ideal sehingga sulit untuk dicapai.

Karena Pendidikan Agama Islam tidak hanya berorientasi kepada khalk (vertikal) sebagai sumber dari segala ilmu pengetahuan, juga berorientasi kearah kehidupan sosial manusia yang semakin kompleks perkembangannya, serta orientasi ke arah alam sekitar yang diciptakan Allah untuk kepentingan manusia. Guru Pendidikan Agama Islam sangat berperan penting dalam hal

pencapaian tujuan pendidikan yaitu untuk membantu pembentukan akhlak mulia, persiapan untuk kehidupan dunia akhirat dan menumbuhkan ruh ilmiah ( scientific spirit) pada pelajaran dan memuaskan hati untuk mengetahui dan memungkinkan ilmu pendidikan islam mengkaji ilmu sebagai ilmu, serta menyiapkan peserta didik dari segi profesional, teknis dan kemampuan tertentu.

Menurut Uzer Usman dalam Abuddin Nata (2008: 156);

“mengemukakan bahwa pada umumnya tugas guru sebagai tenaga profesional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain”.

Dalam setiap pekerjaan maupun profesi, khususnya di bidang pendidikan pada lingkup sekolah, tenaga pendidikan utamanya guru tentu harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya. Seorang guru yang memiliki kompetensi dalam profesinya akan dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik serta efisien, efektif, tepat waktu, dan sesuai dengan sasaran.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa;

“Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

Menurut Arifin (2011: 38), guru yang dinilai kompeten, apabila:

1. Guru mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.

2. Guru mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil 3. Guru mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan

sekolah

4. Guru mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.

Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk menyongsong

pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Guru dengan segala kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan pembelajaran bagi peserta didiknya. Sehingga tidak salah jika kita menempatkan guru sebagai salah satu kunci pembangunan bangsa menjadi bangsa yang maju dimasa yang akan datang. Dapat dibayangkan jika guru tidak menempatkan fungsi sebagaimana mestinya, bangsa dan negara ini akan tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian waktu tidak terbendung lagi perkembangannya. Seorang guru yang mendidik banyak siswa dan siswi di sekolah harus memiliki kompetensi.

Sebagai unsur yang pokok dalam lembaga pendidikan, guru sebagai pengajar diharapkan memiliki kompetensi sesuai dengan bidang ajarnya. Hal ini setidaknya berimplikasi pada kemudahan dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta didik yang berindikasi pada adanya kesenangan dan “sikap penasaran” dalam belajar.

Dengan demikian, secara internal motivasi siswa

akan timbul kegemaran untuk belajar dan senantiasa melatih dirinya untuk bersikap problem solving pada masalah-masalah yang dihadapi.

Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melakukan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional.

Abuddin Nata (2008: 156) menjelaskan bahwa;

“dalam diskusi pengembangan model pendidikan profesional tenaga kependidikan yang diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990, dirumuskan 10 ciri suatu profesi, yaitu : (1) memiliki fungsi dan signifikan sosial; (2) memilki kehlian/

keterampilan tertentu; (3) keahlian/ keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah; (4) didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas; (5) diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama; (6) aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai professional; (7) memiliki kode etik;

(8) kebebasan untuk memberikan judgement dalam memecahkan masalah dalam lingkungan kerjanya; (9) memikul tanggungjawab profesional dan otonomi; dan (10) ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya”.

Dalam Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Bab I Pasal I ayat 4 telah dijelaskan bahwa;

“profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.

Dalam Undang-undang di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri profesionalisme seorang guru ada tiga:

Pertama, seorang guru yang profesional

harus menguasai bidang ilmu pengetahuan yang akan diajarkannya dengan baik. Ia benar-benar seorang ahli dalam bidang ilmu yang diajarkannya.

Selanjutnya karena bidang pengetahuan apa pun selalu mengalami perkembangan, maka seorang guru profesional juga harus terus-menerus meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang diajarkannya, sehingga tidak ketinggalan zaman.

Kedua, seorang guru yang profesional harus

memiliki kemampuan menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya (transfer of kowladge) kepada murid-muridnya secara efektif

dan efisien.

Ketiga, seorang guru yang profesional harus berpegang teguh

kepada kode etik profesional. Kode etik di sini lebih dikhususkan lagi tekanannya pada perlunya memiliki akhlak yang mulia. Dengan akhlak yang demikian itu, maka seorang guru akan dijadikan seorang panutan, contoh, dan teladan.

Menurut Muhaimin dalam Mahmud (2011: 132) pendidik dalam Islam harus memiliki tiga kompetensi dasar, yaitu :

1. Kompetensi personal religius; kemampuan dasar menyangkut kepribadian agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-nilai yang hendak ditransinternalisasikan kepada peserta didiknya. Misalnya kejujuran, keadilan, dan sebagainya. Nilai tersebut harus dimiliki oleh seorang pendidik untuk memudahkan mentransinternalisasikan ( pemindahan dan penghayatan nilai-nilai) terhadap anak didik.

2. Kompetensi sosial religius; kemampuan menyangkut kepedulian terhadap masala sosial sealaras dengan ajaran Islam, seperti tolong-menolong, gotong-royong, dan sebagainya.

3. Kompetensi profesional religius; kemampuan dasar menyangkut kemampuan menjalankan tugasnya secara professional, dalam arti mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu mempertanggungjawabkan berdasarkan teori dan wawasan keahliannya dalam perspektif Islam.

Sedangkan menurut Munir dalam Hasbullah (2011: 24) syarat-syarat yang harus dimiliki seorang guru diantaranya :

1. Dewasa;

1. Dewasa;

Dokumen terkait