• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini dapat menghasilkan suatu bahan ajar modul untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis pada materi penyajian data kelas VII di SMP Negeri 3 Kasihan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Hasil pengembangan modul dapat mendampingi siswa dalam proses pembelajaran matematika khususnya pada materi penyajian data. Modul membantu meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar sehingga siswa tidak selalu bergantung pada kehadiran guru. Modul juga dapat memfasilitasi komunikasi matematis siswa.

b. Bagi Guru

Hasil pengembangan modul dan media video dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar materi penyajian data. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi wawasan bagi guru dalam mengembangkan modul dan media video pembelajaran matematika.

c. Bagi Peneliti

Peneliti mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa sehingga dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam proses pembelajaran saat menjadi pendidik.

12 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Modul

Peserta didik dapat belajar suatu materi pelajaran secara mandiri dengan menggunakan salah satu bahan ajar yaitu modul.

Modul (Daryanto & Aris, 2014:179) merupakan bahan belajar terprogram yang disusun sedemikian rupa dan disajikan secara terpadu, sistematis, serta terperinci. Pernyataan tersebut didukung oleh Prastowo (2015:106) modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Kegiatan belajar sendiri (mandiri) merupakan kegiatan belajar peserta didik yang minim atau tidak ada kehadiran guru atau pendamping saat belajar. Dalam Diknas (2004) modul diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Modul perlu disajikan dengan tampilan yang menarik agar dapat peserta didik semakin tertarik menggunakan modul dalam belajar.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa modul matematika merupakan salah satu bahan ajar yang disusun secara sistematis yang didalamnya berisi materi-materi pelajaran untuk membantu kelancaran proses pembelajaran matematika karena telah dilengkapi dengan petunjuk belajar. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang rumit dan seringkali peserta didik sulit memahami materi matematika. Sehingga, modul matematika perlu berisikan materi, metode, serta evaluasi dengan menggunakan

bahasa dan tahapan pembelajaran yang mudah untuk dipahami peserta didik ketika belajar secara mandiri.

Menurut Daryanto dan Aris Dwicahyono (2014:186), untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar, pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai berikut :

a. Self Instruction

Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter terebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus:

- Menurut tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

- Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unir-unit kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas

- Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran

- Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan peserta didik - Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan

suasana, tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik

- Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif - Terdapat rangkuman materi pembelajaran

- Terdapat instrumen penelitian, yang memungkinkan peserta didik melakukan penilaian mandiri (self assessment)

- Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi

- Terdapat informasi tentang rujukan/ pengayaan/referensi yang mendukung

b. Self Contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut.

Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar kompetensi/kompetensi dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik.

c. Stand Alone

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.

d. Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardware).

e. User Friendly

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab dengan pemakaiannya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.

Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan, merupakan salah satu bentuk user friendly.

Modul memiliki fungsi (Prastowo, 2015:107) antara lain sebagai berikut:

a. Bahan ajar mandiri. Dalam hal ini modul yang digunakan oleh peserta didik berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa bergantung kepada kehadiran pendidik.

b. Pengganti fungsi pendidik. Dalam hal ini modul yang digunakan oleh peserta didik dapat menjelaskan materi pembelajaran dengan tepat dan mudah dipahami oleh peserta didik.

c. Sebagai alat evaluasi. Dalam hal ini modul yang digunakan dapat memberikan kesempatan untuk melihat tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari dalam modul.

d. Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Dalam hal ini modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka modu; juga memilih fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.

Keempat fungsi modul tersebut menjelaskan bahwa modul dapat berfungsi sebagai salah satu sumber belajar belajar peserta didik untuk memahami suatu materi tanpa tergantung pada kehadiran pendidik.

Modul harus mampu menjelaskan materi dengan tepat dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik.

Kemudian, modul juga dapat sebagai alat evaluasi yang berkaitan dengan pemahaman materi bagi peserta didik.

Tujuan pembuatan modul (Prastowo, 2015:108) antara lain sebagai berikut:

a. Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik.

b. Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran.

c. Melatih kejujuran peserta didik.

d. Mengakomodasi berbagai tingkatan dan kecepatan belajar peserta didik.

e. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.

Secara umum, menurut Sukmadinata (1983) dalam bukunya menyatakan bahwa suatu modul perlu mengandung komponen-komponen pembelajaran antara lain:

a. Identitas modul: berisi rumusan tentang judul modul, jumlah jam pelajaran prasyarat.

b. Petunjuk pengerjaan modul: berisi penjelasan bagaimana mempelajari atau mengerjakan modul tersebut

c. Tujuan pembelajaran: berisi rumusan tentang sasaran atau hasil yang diharapkan tercapai dengan pembelajaran modul tersebut. Tujuan ini berisi rumusan tentang tujuan pembelajaran umum dan khusus.

d. Bahan bacaan: berisi pengetahuan tentang konsep, prinsip, kaidah, metode, model, prosedur, dan sebagainya yang diharapkan dikuasai oleh siswa.

e. Kegiatan belajar-mengajar dengan menekankan siswa belajar aktif.

Disamping membaca teks, siswa dituntut melakukan tugas-tugas dan latihan tertentu, seperti menjawab pertanyaan, melakukan

pengamatan, percobaan, membuat rencana, menghitung, memecahkan masalah, mengumpulkan data dari dokumen atau dari lapangan dll.

f. Media dan sumber pembelajaran: bahan ajar dan kegiatan belajar dalam modul menuntut siswa agar menggunakan media dan sumber pembelajaran.

g. Tes: pada setiap akhir kegiatan dan akhir modul disediakan tes, biasanya berbentuk tes objektif. Untuk tes akhir kegiatan tes dan kunci jawaban disajikan pada modul dan dapat diperiksa sendiri oleh siswa. Tes dan kunci tes akhir modul dipegang oleh guru, tes dan pemeriksaannya dilakukan oleh guru.

Untuk menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen yang mensyariatkannya, yaitu format, organisasi, daya Tarik, ukuran huruf, spasi kosong, dan konsistensi (Daryanto, 2013) berikut penjelasan untuk setiap elemennya:

a. Format

Menggunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional sehingga perlu disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kertas yang digunakan. Menggunakan format kertas (vertikal atau horizontal) yang tepat sehingga penggunaan format kertas harus memperhatikan tata letak dan format pengetikan. Menggunakan tanda-tanda (icon) yang mudah dipahami dan bertujuan untuk menekankan pada sesuatu hal yang dianggap penting atau khusus, tanda berupa cetak tebal, cetak miring, gambar, atau lainnya.

b. Organisasi

Menyajikan peta/bagan yang menampilkan isi yang akan dijelaskan dalam modul. Menyusun isi materi pembelajaran dengan urutan yang sistematis agar peserta didik mudah memahaminya. Menempatkan naskah, gambar, dan ilustrasi sedemikian rupa sehingga peserta didik mudah untuk mengerti.

Mengorganisasikan antar bab, antar unit dan antar paragraf dengan susunan dan alur yang memudahkan peserta didik untuk memahaminya. Menyusun antara judul, sub judul, dan uraian yang mudah diikuti oleh peserta didik.

c. Daya Tarik

Untuk menempatkan daya Tarik modul dapat ditentukan dalam 3 bagian yaitu bagian sampul (cover) depan, bagian isi modul, dan mengemas tugas dan latihan sehingga menarik.

d. Ukuran Huruf

Menggunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca oleh peserta didik. Perbandingan huruf yang proporsional serta menghindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks.

e. Spasi Kosong

Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambah catatan penting bagi peserta didik dan memberikan kesempatan jeda.

f. Konsistensi

Menggunakan bentuk dan huruf , jarak spasi, tata letak yang konsisten. Tidak perlu banyak menggunakan jenis bentuk dan huruf karena akan menyebabkan pengisian tidak sederhana.

Lebih baik konsisten agar terlihat rapi untuk bentuk dan huruf serta jarak spasi.

2. Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran

yang dimulai dengan mengambil, mensimulasikan, menceritakan, berdialog, bertanya jawab atau berdiskusi pada kejadian dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa, kemudian diangkat kedalam konsep yang akan dipelajari dan dibahas (Sulianto.

2008:17). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) adalah sebuah konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong pelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, dalam Rusman 2011:189). Pembelajaran dengan pendekatan tersebut dapat mengajak siswa untuk membayangkan situasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Selain dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari juga dapat mengurangi kebosanan siswa karena dengan membayangkan situasi dunia nyata dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar. Sanjaya (2006:255) CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya ke dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual menekankan pada keaktifan siswa untuk menemukan sendiri konsep pembelajaran karena dalam belajar siswa melibatkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mengajak siswa untuk menemukan hubungan antara materi dengan situasi dunia nyata. Hal tersebut berarti pembelajaran bukan hanya sekedar memahami materi tetapi juga mendorong siswa untuk menggunakan konsep materi tersebut ke dalam kehidupan nyata.

Sanjaya (2006:256) mengemukakan bahwa terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning).

a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari oleh peserta didik tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.

b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Dalam belajar peserta didik memulainya dengan mempelajarinya secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan baru pengetahuan itu dikembangkan.

d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

Sanjaya (2006:264) menyatakan bahwa aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching And Learning), yaitu:

a. Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif peserta didik

berdasarkan pengalaman. Pembelajaran dengan melalui pendekatan kontekstual mendorong peserta didik untuk mengkonstruksikan pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalamannya secara nyata.

b. Inkuiri (inquiry)

Inkuiri yaitu proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Melalui proses berpikir yang sistematis yaitu merumuskan hipotesis, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan, dan membuat kesimpulan, maka diharapkan peserta didik memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis, yang kesemuanya itu diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas.

c. Bertanya (questioning)

Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar peserta didik dapat menemukan sendiri. Bertanya memiliki peran penting karena melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menemukan setiap materi yang dipelajari.

d. Masyarakat belajar (learning community)

Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam pendekatan kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok; yang sudah tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalaman kepada orang lain. Oleh karena itu, makna dari masyarakat belajar ini adalah masyarakat yang saling berbagi,

e. Pemodelan (modelling)

Pemodelan yaitu proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik. Misalnya, guru mata pelajaran matematika memperagakan alat peraga untuk membantu peserta didik memahami konsep materi pembelajaran. Melalui pemodelan peserta didik dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.

f. Refleksi (reflection)

Refleksi yaitu proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.

Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran oleh setiap peserta didik untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamanya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalamannya belajar.

g. Penilain nyata (authentic assessment)

Penilaian nyata yaitu proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan peserta didik. Dalam pendekatan kontekstual bukan hanya penilaian tes di akhir pembelajaran, tetapi penilaian tekannya diarahkan kepada proses belajar.

3. Media Video

Media pembelajaran (Tafonao ,2018) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta didik untuk belajar. Sedangkan, video adalah gambar yang dapat bergerak, selain sebagai salah satu sarana hiburan, video juga berfungsi sebagai media pembelajaran (Fadhli, 2015).

Sehingga, dari dua pendapat mengenai media dan video di atas dapat disimpulkan media video merupakan salah satu media yang dapat menarik perhatian peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran karena media video didalamnya tidak hanya berupa tulisan akan tetapi terdapat pula suara serta gambar yang dapat bergerak untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pesan pembelajaran tersebut dapat berupa konsep yang terdapat dalam materi pembelajaran.

Dalam pengembangan sebuah multimedia yang ada, dalam penelitian ini adalah media video terdapat beberapa prinsip.

Richard E.Mayer (2009:93-235) menyebutkan tujuh prinsip desain multimedia untuk dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan belajar siswa. Penjelasan dari setiap prinsip yang telah dikemukakan oleh Richard E.Mayer adalah sebagai berikut :

a. Prinsip Multimedia

Murid bisa belajar lebih baik dari kata-kata dan gambar-gambar daripada dari kata-kata saja. Saat kata-kata dan gambar-gambar disajikan secara bersamaan, murid punya kesempatan untuk mengkonstruksikan model-model mental verbal dan piktorial dan membangun hubungan di antara keduanya. Sehingga, apabila pengembang ingin meningkatkan pemahaman murid dapat memadukan kata kata yang diikuti dengan gambar.

b. Prinsip keterdekatan ruang (spatial contiguity principle) Murid-murid bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar terkait disajikan berdekatan daripada saat disajikan saling berjauhan dalam halaman atau layar. Saat kata-kata dan gambar-gambar terkait saling berdekatan di halaman (dalam buku) atau layar (dalam komputer), maka murid tidak harus menggunakan sumber-sumber kognitif untuk secara visual mencari mereka di halaman atau layar itu. Murid akan lebih

bisa menangkap dan menyimpan mereka bersamaan di dalam memori kerja pada waktu yang sama. Sehingga, kata-kata (teks) yang saling berkaitan dengan gambar harus terdapat dalam satu halaman atau layar. Hal tersebut untuk membantu mempermudah murid dalam memahaminya dan agar tidak terjadi bias makna yang disebabkan oleh gambar dan kata-kata berjauhan.

c. Prinsip keterdekatan waktu (Temporal Contiguity Principle) Murid bisa belajar lebih baik jika kata-kata dan gambar-gambar yang berhubungan disajikan secara simultan (bebarengan ) daripada secara suksesif (bergantian). Untuk membangun hubungan mental antara representasi verbal dan representasi visual maka sebaiknya kata dan gambar ditampilkan secara bersamaan dalam satu halaman atau layar bukan secara bergantian agar murid tidak salah dalam memproses informasi.

d. Prinsip Koherensi

Murid-murid bisa belajar lebih baik jika materi ekstra disisihkan daripada dimasukkan. Materi ekstrak selalu bersaing memperebutkan sumber-sumber kognitif dalam memori kerja sehingga bisa mengalihkan perhatian murid dari materi yang penting, bisa mengganggu prose penataan materi, dan bisa menggiring murid untuk menata materi di atas landasan tema yang tidak sesuai. Oleh karena itu, materi yang tidak penting atau perlu sebaiknya tidak ditampilkan.

e. Prinsip Modalitas

Murid bisa belajar lebih baik dari anime dan narasi daripada dari animasi dan teks on-screen yakni murid-murid bisa belajar lebih baik saat kata-kata dalam pesan multimedia disajikan sebagai teks yang terucapkan daripada teks yang tercetak. Jika gambar-gambar dan kata-kata sama-sama disajikan secara

visual (yakni; sebagai animasi dan teks), maka saluran visual/pictorial/bisa menyebabkan kelebihan beban tapi saluran auditori/verbal tak termanfaatkan. Oleh karena itu, dalam pengembangan multimedia perlu keseimbangan antara saluran auditori dan verbal.

f. Prinsip Redundansi

Murid bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada animasi, narasi, dan teks. Saat kata-kata dan gambar-gambar disajikan secara visual (yakni: animasi dan teks) saluran visual bisa menjadi kelebihan beban sehingga penerimaan informasi menjadi kurang maksimal.

g. Prinsip perbedaan individual

Pengaruh desain lebih kuat bagi murid-murid berpengetahuan rendah daripada murid-murid berpengetahuan tinggi, dan bagi murid-murid dengan kemampuan spasial tinggi daripada spasial rendah.

Dalam penelitian ini peneliti mengembangkan media video dengan bantuan Microsoft powerpoint. Menurut Batubara dan Ariani (2016) Video yang menampilkan materi pelajaran dalam rangkaian slide-slide powerpoint menurut durasi dan animasi yang telah ditentukan dinamakan dengan video presentasi liner dan langkah-langkah untuk membuat video presentasi liner adalah sebagai berikut :

a. Sajian materi pelajaran pada slide-slide powerpoint sebagaimana membuat presentasi pada umumnya.

b. Tambahkan animasi yang sesuai pada objek dan transisi slide sehingga materi pelajaran tampil secara berurutan dan tampak lebih menarik.

c. Simpan dokumen PowerPoint dalam format video.

Caranya adalah :

1) Klik Tab File 2) Klik Export

3) Klik create a video

4) Klik menu “Presentation Quality” untuk menentukan kualitas video

5) Klik “Record Timing & Narations” untuk merekam suara presenter dan menentukan panjang durasi waktu berjalannya sebuah slide powerpoint.

6) Klik “Start Recording” untuk mulai merekam.

7) Saat PowerPoint masuk dalam mode show, silahkan jalankan dan jelaskan isi presentasi dengan runtut dan tenang.

8) Setelah selesai menjalankan semua slide, tekan tombol “ESC”

untuk mengakhiri pengaturan tampilan Powerpoint dalam hasil rekaman video.

9) Klik tombol “Create Video”

10) Ketik nama video dan tekan tombol “save”

4. Komunikasi Matematis

Dalam menjalani kehidupan ini manusia perlu melakukan interaksi dengan sesamanya. Hal tersebut dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, membantu mempermudah pekerjaan manusia, dan lain sebagainya. Untuk itu diperlukan suatu cara untuk membantu antar manusia dalam berinteraksi salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Menurut Ruben dan Steward (dalam Oktarina & Abdullah, 2017) Komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama

Dalam menjalani kehidupan ini manusia perlu melakukan interaksi dengan sesamanya. Hal tersebut dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, membantu mempermudah pekerjaan manusia, dan lain sebagainya. Untuk itu diperlukan suatu cara untuk membantu antar manusia dalam berinteraksi salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Menurut Ruben dan Steward (dalam Oktarina & Abdullah, 2017) Komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama

Dokumen terkait