• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL PENYAJIAN DATA BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL PENYAJIAN DATA BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP"

Copied!
294
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL PENYAJIAN DATA BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Yustina Tri Arsanti Elgasari 171414029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(2)

i

PENGEMBANGAN MODUL PENYAJIAN DATA BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Yustina Tri Arsanti Elgasari 171414029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(3)

ii SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL PENYAJIAN DATA BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP

Disusun Oleh:

Yustina Tri Arsanti Elgasari 171414029

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

Niluh Sulistyani, M.Pd Tanggal: 21 Juli 2021

(4)

iii SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL PENYAJIAN DATA BERBASIS

PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP

Ditulis Oleh:

Yustina Tri Arsanti Elgasari NIM:171414029

Telah dipertahakan di depan panitia penguji Pada tanggal 30 Juli 2021

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan panitia penguji:

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr.Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. ………

Sekretaris : Beni Utomo, M.Sc. ………

Anggota I : Niluh Sulistyani, M.Pd. ………

Anggota II : Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc. ………

Anggota III : Febi Sanjaya, M.Sc. ………

Yogyakarta, 30 Juli 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr.Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” – Filipi 4:6-

Dengan penuh rasa syukur dan bahagia, skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus yang senantiasa memberikan berkat-Nya

2. Kedua orang tua, Bapak Djamidi dan Mamak Suginem yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

3. Ibu Niluh Sulistyani, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan semangat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Mas Bin, Mbak Tami, Mas Andy, Mbk Winda, Yunan, Aisyah, Saga 5. Titis Budiarti, Yoanna Ayuningtyas Putri Pribadi, Maria Lilis Aryani,

Lucia Endy Gracia Alfreda, dan Gustin Hendra Wati yang telah membantu selama perkuliahan dan dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

6. Theresia Oktasari Indahsakti, Rohmah, Kurnia Pranita Sari yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman pendidikan matematika kelas 17A 8. Almamaterku Universitas Sanata Dharma

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhanya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Juli 2021 Penulis

Yustina Tri Arsanti Elgasari

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Yustina Tri Arsanti Elgasari

Nomor Mahasiswa : 171414029

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengembangan Modul Penyajian Data Berbasis Pendekatan Kontekstual Untuk Memfasilitasi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII SMP”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis,

Atas Kemajuan teknologi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 30 Juli 2021 Yang menyatakan

(Yustina Tri Arsanti Elgasari)

(8)

vii ABSTRAK

Yustina Tri Arsanti Elgasari. 171414029. 2021. “Pengembangan Modul Penyajian Data Berbasis Pendekatan Kontekstual untuk Memfasilitasi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII SMP”. Skripsi.

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kevalidan modul penyajian data berbasis pendekatan kontekstual untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kasihan (2) kepraktisan modul penyajian data berbasis pendekatan kontekstual untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kasihan (3) keefektifan modul penyajian data berbasis pendekatan kontekstual ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kasihan.

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 3 Kasihan dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIIE SMP Negeri 3 Kasihan tahun ajaran 2020/2021. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development) dengan model pengembangan ASSURE. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu pedoman wawancara, lembar validasi modul, modul, RPP, lembar angket respon siswa, dan tes. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kualitas modul tergolong dalam kriteria kurang valid yaitu 66,28%. Kriteria kurang valid tersebut diperoleh karena pada penyajian materi dalam modul untuk aspek pendekatan kontekstual terdapat komponen-komponen yang belum diterapkan dengan baik yaitu konstruktivisme, inkuiri, dan diskusi. (2) kualitas modul tergolong dalam kriteria praktis yaitu 72,75% (3) kemampuan komunikasi matematis siswa setelah menggunakan modul termasuk kriteria sedang yaitu 73,62%. Hal tersebut menunjukkan bahwa modul penyajian data berbasis pendekatan kontekstual ini kurang valid tetapi praktis dan dapat memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa.

Kata kunci: Modul, Pendekatan Kontekstual, dan Komunikasi Matematis

(9)

viii ABSTRACT

Yustina Tri Arsanti Elgasari. 171414029. 2021. “Development of a Contextual Approarch Based Data Presentation Module to Facilitate Mathematical Communication Skills for Class VII Junior High School Students”. Thesis. Department of Mathematics and Natural Science Education. Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This study aims to determine (1) the validity of the data presentation module based on a contextual approach to facilitate mathematical communication skills of class VII students of SMP Negeri 3 Kasihan (2) the practicality of the data presentation module based on a contextual approach to facilitate mathematical communication skills of class VII students of SMP Negeri 3 Kasihan (3) the effectiveness of the data presentation module based on a contextual approach in terms of the mathematical communication skills of class VII students of SMP Negeri 3 Kasihan.

The research was carried out at SMP Negeri 3 Kasihan with the research subjects being class VIIE students of SMP Negeri 3 Kasihan for the 2020/2021 academic year. The type of research carried out was the research and development with the ASSURE development model. The research instruments used were interview guidelines, module validation sheets, modules, RPP, student response questionnaires, and tests. The research data were analyzed descriptively.

The results showed that: (1) the quality of the module was classified as less valid with 66.28%. The less valid criteria were obtained because presentasion material in the module for the contextual approach aspect, there were components that had not been implemented properly namely contructivisme, inquiry, and discussion. (2) the quality of the module was included in the practical criteria with 72.75% (3) students' mathematical communication skills after using the module was included moderate criteria with 73, 62%. This shows that the data presentation module based on this contextual approach is less valid but practical and can facilitate students' mathematical communication skills.

Keywords: Module, Contextual Approach, and Mathematical Communication

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan limpahan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Modul Penyajian Data Berbasis Pendekatan Kontekstual Untuk Memfasilitasi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII SMP” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Matematika di Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya penulis mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bapak Dr.Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr.Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Ibu Niluh Sulistyani, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, selalu memberikan semangat, saran dan motivasi selama menyusun skripsi.

5. Bapak dan Ibu dosen serta staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma atas segala bimbingan, bantuan, dan masukan yang bermanfaat kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Sanata Dharma.

6. Ibu Wiwik Sulistiyorini, S.Pd.,M.M selaku kepala sekolah SMP Negeri 3 Kasihan yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 3 Kasihan.

(11)

x

7. Bapak Paijan, M.Pd. selaku guru matematika kelas VII yang telah berkenan membimbing, mengarahkan, dan membantu jalannya penelitian di SMP Negeri 3 Kasihan.

8. Siswa kelas VIIE SMP Negeri 3 Kasihan yang telah berdinamika dan membantu penulis dalam melaksanakan kegiatan penelitian di SMP Negeri 3 Kasihan.

9. Kedua orangtuaku Bapak Djamidi dan Mamak Suginem yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis.

10. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2017.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dikembangkan menjadi penelitian yang lebih baik.

Yogyakarta, 30 Juli 2021 Penulis

Yustina Tri Arsanti Elga Sari

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Batasan Istilah ... 9

G. Spesifikasi Produk ... 10

H. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Kajian Teori ... 12

1. Modul ... 12

2. Pendekatan Kontekstual... 18

3. Media Video ... 22

4. Komunikasi Matematis ... 26

5. Model ASSURE ... 29

6. Penyajian Data ... 34

B. Penelitian Relevan ... 41

(13)

xii

C. Kerangka Berpikir ... 43

BAB III METODE PENELITIAN... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Subjek Penelitian ... 44

C. Objek Penelitian ... 44

D. Tempat Pengambilan Data dan Waktu Penelitian ... 44

E. Jenis Data ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 47

H. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Pelaksanaan Penelitian ... 56

B. Pengembangan Modul ... 58

1.Analyzer Learner Characteristic ... 58

2.State Standards and Objectvies ... 59

3.Select Strategies, Media, and Materials ... 61

4.Utilize Media and Materials ... 71

5.Require Learner Participation ... 101

6.Evaluate and revise ... 106

C. Kualitas Modul ... 106

1.Validitas Modul ... 107

2.Kepraktisan Modul ... 110

3.Keefektifan modul ... 112

D. Pembahasan ... 198

E. Keterbatasan Penelitian ... 203

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 204

A. Kesimpulan ... 204

B. Saran ... 205

DAFTAR PUSTAKA ... 207

LAMPIRAN ... 210

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Contoh Tabel Biasa ... 37

Gambar 2. 2 Contoh Tabel Distribusi Frekuensi ... 37

Gambar 2. 3 Contoh Tabel Kontigensi (Cross Clasification Table) ... 38

Gambar 2. 4 Contoh Diagram Batang ... 38

Gambar 2. 5 Contoh Diagram Garis ... 39

Gambar 2. 6 Contoh Diagram Lingkaran ... 40

Gambar 2. 7 Contoh Diagram Pencar ... 40

Gambar 2. 8 Contoh Diagram Lambang ... 41

Gambar 4. 1 Tampilan Sampul Modul ... 73

Gambar 4. 2 Tampilan Kata pengantar ... 74

Gambar 4. 3 Tampilan Daftar Isi ... 74

Gambar 4. 4 Tampilan Pengantar Modul serta Kompetensi Dasar dan Indikator 75 Gambar 4. 5 Peta Konsep ... 76

Gambar 4. 6 Tampilan Pendahuluan ... 77

Gambar 4. 7 Persentase Respon Siswa Berdasarkan Jawaban Alternatif ... 111

Gambar 4. 8 Persentase Kepraktisan Modul pada Setiap Aspek ... 112

Gambar 4. 9 Hasil Tes subjek 1 untuk Soal Nomor 1 ... 116

Gambar 4. 10 Hasil Tes Subjek 1 untuk Soal Nomor 2 ... 118

Gambar 4. 11 Hasil Tes Subjek 1 untuk Soal Nomor 3 ... 120

Gambar 4. 12 Hasil Tes Subjek 1 untuk Soal Nomor 4 ... 123

Gambar 4. 13 Hasil Tes Subjek 2 untuk Soal Nomor 1 ... 129

Gambar 4. 14 Hasil Tes Subjek 2 untuk Soal Nomor 2 ... 131

Gambar 4. 15 Hasil Tes Subjek 2 untuk Soal Nomor 3 ... 134

Gambar 4. 16 Hasil Tes Subjek 2 untuk Soal Nomor 4 ... 137

Gambar 4. 17 Hasil Tes Subjek 3 untuk Soal Nomor 1 ... 143

Gambar 4. 18 Hasil Tes Subjek 3 untuk Soal Nomor 2 ... 145

Gambar 4. 19 Hasil Tes Subjek 3 untuk Soal Nomor 3 ... 148

Gambar 4. 20 Hasil Tes Subjek 3 untuk Soal Nomor 4 ... 151

Gambar 4. 21 Hasil Tes Subjek 4 untuk Soal Nomor 1 ... 158

(15)

xiv

Gambar 4. 22 Hasil Tes Subjek 4 untuk Soal Nomor 2 ... 160

Gambar 4. 23 Hasil Tes Subjek 4 untuk Soal Nomor 3 ... 163

Gambar 4. 24 Hasil Tes Subjek 4 untuk Soal Nomor 4 ... 166

Gambar 4. 25 Hasil Tes Subjek 5 untuk Soal Nomor 1 ... 172

Gambar 4. 26 Hasil Tes Subjek 5 untuk Soal Nomor 2 ... 175

Gambar 4. 27 Hasil Tes Subjek 5 untuk Soal Nomor 3 ... 178

Gambar 4. 28 Hasil Tes Subjek 5 untuk Soal Nomor 4 ... 180

Gambar 4. 29 Hasil Tes Subjek 6 untuk Soal Nomor 1 ... 186

Gambar 4. 30 Hasil Tes Subjek 6 untuk Soal Nomor 2 ... 188

Gambar 4. 31 Hasil Tes Subjek 6 untuk Soal Nomor 3 ... 191

Gambar 4. 32 Hasil Tes Subjek 6 untuk Soal Nomor 4 ... 193

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Waktu Penelitian ... 45

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur untuk Guru Matematika ... 47

Tabel 3. 3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Terstruktur untuk Guru ... 47

Tabel 3. 4 Kisi-kisi Lembar Validasi Modul untuk Ahli Materi ... 48

Tabel 3. 5 Kisi-kisi Lembar Validasi Modul untuk Ahli Media ... 49

Tabel 3. 6 Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap Modul Penyajian Data ... 49

Tabel 3. 7 Kisi-kisi Tes ... 50

Tabel 3. 8 Kriteria Penskoran Skala Likert ... 51

Tabel 3. 9 Kriteria Validitas Materi dan Kriteria Validitas Media ... 52

Tabel 3. 10 Kriteria Penilaian Angket... 53

Tabel 3. 11 Kategori Kepraktisan Modul dan Media Video ... 53

Tabel 3. 12 Kriteria Umum Kualifikasi Kemampuan Komunikasi Matematis .... 54

Tabel 4. 1 Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data ... 57

Tabel 4. 2 Kompetensi Dasar dan Indikator... 59

Tabel 4. 3 Rincian Aspek Penilaian dan Banyak Butir Pernyataan untuk Ahli Materi ... 69

Tabel 4. 4 Rincian Aspek Penilaian dan Banyak Butir ... 69

Tabel 4. 5 Rincian Aspek Penilaian dan Banyak Butir Pernyataan pada Angket . 70 Tabel 4. 6 Rincian Indikator dan Banyak Butir Pertanyaan pada Pedoman Wawancara ... 70

Tabel 4. 7 Bagian Penyajian... 77

Tabel 4. 8 Tampilan Bagian Penutup ... 82

Tabel 4. 9 Tampilan Slide Powerpoint ... 85

Tabel 4. 10 Hasil Revisi Modul ... 95

Tabel 4. 11 Pelaksanaan Uji Coba Modul ... 102

Tabel 4. 12 Penilaian Ahli Materi ... 107

Tabel 4. 13 Hasil Penilaian Validasi Ahli Materi ... 108

Tabel 4. 14 Penilaian Ahli Media ... 108

Tabel 4. 15 Hasil Penilaian Validasi Ahli Media ... 109

(17)

xvi

Tabel 4. 16 Persentase Angket Respon Siswa ... 110

Tabel 4. 17 Persentase Kepraktisan Modul ... 111

Tabel 4. 18 Daftar Kriteria Kemampuan Komunikasi Matematis untuk 25 Siswa ... 112

Tabel 4. 19 Banyaknya Siswa Setiap Kriteria Kemampuan Komunikasi Matematis ... 113

Tabel 4. 20 Transkrip Wawancara Subjek 1 Soal Nomor 1 ... 117

Tabel 4. 21 Transkrip Wawancara Subjek 1 Soal Nomor 2 ... 119

Tabel 4. 22 Transkrip Wawancara Subjek 1 Soal Nomor 3 ... 122

Tabel 4. 23 Transkrip Wawancara Subjek 1 Soal Nomor 4 ... 125

Tabel 4. 24 Triangulasi Hasil Tes dan Hasil Wawancara Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek 1 ... 126

Tabel 4. 25 Transkrip Wawancara Subjek 2 Soal Nomor 1 ... 130

Tabel 4. 26 Transkrip Wawancara Subjek 2 Soal Nomor 2 ... 133

Tabel 4. 27 Transkip Wawancara Subjek 2 Soal Nomor 3 ... 136

Tabel 4. 28 Transkrip Wawancara Subjek 2 Soal Nomor 4 ... 138

Tabel 4. 29 Triangulasi Hasil Tes dan Hasil Wawancara Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek 2 ... 139

Tabel 4. 30 Transkrip Wawancara Subjek 3 Soal Nomor 1 ... 144

Tabel 4. 31 Transkrip Wawancara Subjek 3 Soal Nomor 2 ... 146

Tabel 4. 32 Transkrip Wawancara Subjek 3 Soal Nomor 3 ... 150

Tabel 4. 33 Transkrip Wawancara Subjek 3 Soal Nomor 4 ... 152

Tabel 4. 34 Triangulasi Hasil Tes dan Hasil Wawancara Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek 3 ... 154

Tabel 4. 35 Transkrip Wawancara Subjek 4 Soal Nomor 1 ... 159

Tabel 4. 36 Transkrip Wawancara Subjek 4 Soal Nomor 2 ... 161

Tabel 4. 37 Transkrip Wawancara Subjek 4 Soal Nomor 3 ... 164

Tabel 4. 38 Transkrip Wawancara Subjek 4 Soal Nomor 4 ... 167

Tabel 4. 39 Triangulasi Hasil Tes dan Hasil Wawancara Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek 4 ... 168

Tabel 4. 40 Transkrip Wawancara Subjek 5 Soal Nomor 1 ... 174

(18)

xvii

Tabel 4. 41 Transkrip Wawancara Subjek 5 Soal Nomor 2 ... 176

Tabel 4. 42 Transkrip Wawancara Subjek 5 Soal Nomor 3 ... 179

Tabel 4. 43 Transkrip Wawancara Subjek 5 Soal Nomor 4 ... 181

Tabel 4. 44 Triangulasi Hasil Tes dan Hasil Wawancara Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek 5 ... 182

Tabel 4. 45 Transkrip Wawancara Subjek 6 Soal Nomor 1 ... 187

Tabel 4. 46 Transkrip Wawancara Subjek 6 Soal Nomor 2 ... 189

Tabel 4. 47 Transkrip Wawancara Subjek 6 Soal Nomor 3 ... 192

Tabel 4. 48 Transkrip Wawancara Subjek 6 Soal Nomor 4 ... 194

Tabel 4. 49 Triangulasi Hasil Tes dan Hasil Wawancara Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek 6 ... 195

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Surat Pelaksanaan Penelitian ... 211

Lampiran B. 1 Pedoman Wawancara ... 212

Lampiran B. 2 Angket Respon Siswa ... 213

Lampiran B. 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 215

Lampiran B. 4 Soal Tes ... 229

Lampiran B. 5 Kunci Jawaban Soal Tes ... 231

Lampiran B. 6 Petunjuk Pemberian Skor ... 237

Lampiran C. 1 Hasil Validasi Modul (Ahli Materi) ... 239

Lampiran C. 2 Hasil Validasi Modul (Ahli Media) ... 244

Lampiran D. 1 Modul Hasil Revisi ... 247

Lampiran D. 2 Hasil Angket Respon Siswa... 264

Lampiran D. 3 Hasil Pekerjaan Siswa... 265

Lampiran D. 4 Dokumentasi Pembelajaran ... 275

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada perkembangan zaman saat ini, manusia perlu melakukan sebuah usaha untuk meningkatkan kualitas dirinya. Peningkatan kualitas diri manusia merupakan modal untuk dapat beradaptasi dengan arus perkembangan zaman yang ada. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas diri manusia adalah mengikuti jalur pendidikan. Di Indonesia sudah diatur bahwasanya setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pada Undang-undang Dasar Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengemukakan bahwa pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengalami perubahan dalam diri dan mendapatkan pengetahuan yang belum pernah diketahui atau miliki sebelumnya. Pendidikan yang terstruktur, bertingkat atau berjenjang, dan terdapat aturan-aturan dapat dilaksanakan di sekolah.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang didalamnya terjadi interaksi-interaksi, salah satunya adalah interaksi antara guru dan peserta didik. Interaksi atau tidakan saling mempengaruhi antara guru dan peserta didik tersebut dilakukan untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang diharapkan adalah peserta didik dapat meningkatkan kemampuannya dalam berbagai macam bidang ilmu pengetahuan.

(21)

Salah satu bidang ilmu yang dipelajari dari tingkat Sekolah Dasar hingga pendidikan yang lebih tinggi adalah matematika. Pada kenyataannya tidak semua peserta didik menyukai matematika, terdapat peserta didik yang menganggap pembelajaran matematika sulit, membosankan, banyak rumus, rumit, dan lain sebagainya tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa matematika dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah merancang penempatan hewan di kebun binatang, merancang pembangunan rumah, perdagangan, dan lain sebagainya.

Aspek penting dalam pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari adalah komunikasi. National Council of Teacher of Mathematics (2000) dalam Principle and Standards for School Mathematics menyatakan bahwa tujuan yang dicapai dalam pelajaran matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan penalaran (reasoning), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan membuat koneksi (connection), dan kemampuan representasi ide-ide (representation). NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu bagian esensial dari matematika dan pendidikan matematika.

Komunikasi dapat membantu guru untuk memberikan penjelasan materi matematika kepada peserta didik secara tulisan maupun lisan. Untuk menyampaikan materi guru perlu menggunakan bahasa atau kata-kata yang mudah diterima dan dipahami oleh peserta didik. Dalam pembelajaran matematika peserta didik tidak hanya cukup menerima pengetahuan baru tetapi mampu untuk mengkomunikasikan kembali pengetahuan yang telah diterimanya kepada orang lain. Komunikasi dapat membantu guru untuk menilai cara berpikir dan pemahaman peserta didik mengenai materi yang telah diajarkan dengan melihat dari cara siswa mengkomunikasikan pengetahuannya secara tertulis maupun lisan.

(22)

Komunikasi yang terdapat di dalam bidang matematika disebut dengan komunikasi matematis. Komunikasi matematika menurut Asri (dalam Rianasari, 2018) merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika dan menjadi salah satu standar kompetensi lulusan sekolah dari pendidikan dasar sampai menengah sebagaimana tertuang dalam peraturan menteri pendidikan nasional tahun 2006 tentang standar kompetensi kelulusan dalam bidang studi matematika yang menyatakan bahwa melalui pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Komunikasi matematis peserta didik dapat dilihat dari cara menyampaikan gagasan, pendapat, serta pemahamannya berkaitan dengan materi matematika kepada guru, teman, maupun ketika aktif berdiskusi dalam kelompok kecil atau kelas.

Komunikasi matematis peserta didik dapat terlihat dari indikator diantaranya menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol atau menyusun model matematika suatu peristiwa, mampu mengajukan dugaan, dan mampu melakukan operasi matematika. Namun, tidak semua peserta didik dapat mencapai indikator komunikasi matematis tersebut.

Sebagai contoh penulis memberikan soal-soal kepada peserta didik ketika melaksanakan Program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Pengelolaan Pembelajaran (PP) di salah satu SMP. Untuk indikator menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol atau menyusun model matematika suatu peristiwa, penulis menemukan bahwa peserta didik tidak menyebutkan diketahui atau informasi yang diperoleh dari soal dan ditanya atau tujuan dari soal serta terdapat peserta didik yang melakukan kesalahan dalam menyimbolkan yang diketahui dalam soal.

Kemudian, untuk indikator mengajukan dugaan, penulis menemukan bahwa peserta didik salah dalam menentukan rumus untuk menyelesaikan tujuan yang telah disebutkan dalam soal. Selanjutnya, untuk indikator mampu melakukan operasi matematika, penulis menemukan bahwa

(23)

peserta didik melakukan kesalahan dalam perhitungan matematika untuk memperoleh hasil yang tepat. Peserta didik terkadang hanya langsung menuliskan hasil akhir tanpa menyebutkan cara untuk memperoleh hasil jawabannya.

Tingkat komunikasi matematis yang dimiliki antara peserta didik berbeda-beda terdapat peserta didik berkemampuan komunikasi matematis tinggi, sedang, maupun rendah. Menurut Ambarwati, Dwijanto, &

Hendikawati (2015) kemampuan komunikasi matematis peserta didik masih rendah dikarenakan siswa belum percaya diri dalam mengungkapkan pendapat, ide, atau gagasannya baik secara lisan maupun tertulis dan masih bingung mengenai apa yang akan disampaikannya.

Salah satu upaya untuk membantu peserta didik yang masih memiliki kemampuan komunikasi matematis rendah adalah meningkatkan kedisiplinan dalam belajar memahami materi dan menyelesaikan latihan soal. Pemahaman materi yang semakin banyak dapat digunakan untuk meningkatkan kekreatifan peserta didik saat menyelesaikan latihan-latihan soal dengan disertai langkah-langkah penyelesaiannya sehingga tidak hanya langsung menuliskan jawaban. Langkah-langkah tersebut memungkinkan peserta didik menunjukkan proses dan menjelaskan alasan memperoleh jawabannya. Hal tersebut bertujuan membantu peserta didik untuk berlatih menyampaikan pendapatnya menjadi lebih terstruktur dan mudah dipahami oleh orang lain.

Peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi. Peserta didik akan lebih mudah menerima materi dengan belajar sesuai gayanya sendiri. Hal tersebut juga disampaikan oleh Syarifah, Sujatmiko, & Setiawan (2017) yaitu semua orang memiliki gaya belajar yang berperan pada cara seseorang untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi kepada orang lain secara efektif. Sehingga, selain menerima penjelasan dari guru peserta didik perlu untuk melakukan pembelajaran secara individual atau mandiri.

(24)

Guru perlu mengupayakan banyak hal dalam membantu peserta didik untuk belajar secara mandiri. Pada masa pandemic karena virus covid-19 ini sekolah SMP Negeri 3 Kasihan melaksanakan proses pembelajaran dengan metode daring (dalam jaringan). Sehingga, pelaksanaan pembelajaran antara guru dan peserta didik tidak dilaksanakan secara tatap muka.

Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan bantuan aplikasi Whatsapp. Dalam pembelajaran guru dan peserta didik menggunakan buku paket matematika SMP/MTs kelas VII kurikulum 2013 yaitu buku BSE (Buku Sekolah Elektronik) dari Kemendikbud.

Setiap pembelajaran guru mengirimkan Pdf berisikan bagian dalam buku yang memuat materi atau topik pembelajaran pada hari tersebut kedalam group kelas. Oleh karena itu, untuk dapat membantu peserta didik lebih memahami materi dan pendamping belajar mandiri ditengah masa pandemic ini guru dapat membuat alat bantu berupa bahan ajar sebagai pendukung aktivitas belajar siswa.

Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Andi Prastowo, 2015:17). Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk mewadahi kebutuhan peserta didik adalah modul.

Ramadhany & Prihatnani (2020) menyatakan bahwa modul adalah sebuah paket program belajar alternatif yang terencana dan didesain guna menyokong siswa dalam menyempurnakan tujuan tertentu yang dapat dipelajari secara individu dengan bantuan terbatas dari guru atau orang lain sehingga mampu membuat siswa merasakan pembelajaran yang bermakna. Pada modul disajikan penjelasan materi yang mudah dipahami oleh peserta didik dengan modul pula peserta didik dapat menyusun pemikirannya untuk menemukan sendiri konsep materi yang sedang

(25)

dipelajarinya. Selain itu, modul juga memberikan latihan-latihan soal kepada peserta didik untuk mengetahui tingkat pemahamannya setelah mempelajari materi dalam modul. Penyajian materi pada modul yang mengharuskan siswa menemukan sendiri konsep materi yang dipelajarinya dan memberikan latihan-latihan soal dapat memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis peserta didik.

Materi dalam modul hendaknya disajikan dengan permasalahan yang berada di situasi atau lingkungan untuk mempermudah peserta didik memahami materi pembelajaran. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat mengatasi hal tersebut adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual (Jumaidi, 2003) merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan materi pembelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu memiliki kemampuan untuk membuat koneksi antara pengetahuan yang diperolehnya dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendapat tersebut maka pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang selain dapat menghubungkan dunia kehidupan nyata siswa dengan sekolah, juga diyakini akan menghasilkan suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi-materi yang disajikan oleh guru. Dalam pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik. Untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik terhadap modul perlu disisipkan cerita motivasi yang dapat membangkitkan semangat dalam belajar. Selanjutnya, diperlukan penambahan video terkait materi yang dipelajari dalam modul untuk menjelaskan materi kepada peserta didik yang memiliki gaya belajar dengan mendengarkan.

Materi pembelajaran matematika yang terdapat dalam kurikulum 2013 adalah Penyajian data yang terdapat pada kelas VII semester genap.

Menurut Lailatul, Mustangin, dan Anies (2020) kesulitan yang dialami

(26)

oleh peserta didik adalah menyajikan konsep ke dalam berbagai bentuk representasi matematis, melakukan kesalahan pada indicator mengubah suatu bentuk representasi ke representasi lainnya, dan kesalahan pada indikator menerjemahkan atau menafsirkan makna diagram garis. Hasil penelitian diatas telah menyebutkan beberapa kesulitan yang dialami oleh peserta didik pada saat mempelajari materi penyajian data. Pada materi penyajian data juga menuntut peserta didik untuk mampu mengumpulkan data dan mengkomunikasikan masalah sehari-hari dalam bentuk bahasa matematika. Dengan gambaran kesulitan peserta didik tersebut peneliti dapat melakukan penelitian terhadap materi penyajian data.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul Penyajian Data Berbasis Pendekatan Kontekstual untuk Memfasilitasi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII SMP”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan, maka dapat diidentifikasi permasalahannya yaitu:

1. Peserta didik menganggap bahwa matematika merupakan pembelajaran yang sulit, membosankan, banyak rumus, dan rumit.

2. Tidak semua peserta didik SMP memiliki komunikasi matematis yang baik.

3. Pada masa pandemic karena Covid-19 sekolah melaksanakan metode daring. Proses pembelajaran tidak dilakukan di sekolah sehingga siswa lebih banyak belajar mandiri. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mendampingi belajar mandiri siswa adalah mengembangkan modul.

4. Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran hanya buku BSE dari pusat dan belum ada modul yang dibuat guru.

(27)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah, maka batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIIE SMP Negeri 3 Kasihan Tahun Ajaran 2020/2021.

2. Penelitian ini membahas tentang kualitas modul berbasis pendekatan kontekstual untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis peserta didik.

3. Komunikasi matematis yang dipilih dalam penelitian ini adalah komunikasi matematis tertulis.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kevalidan modul penyajian data berbasis pendekatan kontekstual untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kasihan?

2. Bagaimana kepraktisan modul penyajian data berbasis pendekatan kontekstual untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kasihan?

3. Bagaimana keefektifan modul penyajian data berbasis pendekatan kontekstual ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kasihan?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Untuk mengetahui kevalidan modul penyajian data berbasis pendekatan kontekstual untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kasihan

(28)

2. Untuk mengetahui kepraktisan modul penyajian data berbasis pendekatan kontekstual untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kasihan.

3. Untuk mengetahui keefektifan modul penyajian data berbasis pendekatan kontekstual untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kasihan

F. Batasan Istilah

Berikut ini adalah Batasan-batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Modul

Modul merupakan salah satu bahan ajar yang disusun secara sistematis yang didalamnya berisi materi-materi pembelajaran. Modul didesain sesuai kebutuhan pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar yang telah tentukan.

2. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang di racangkan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam menghubungkan materi dengan situasi atau kondisi yang ada disekitar siswa dengan materi pembelajaran menghasilkan suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi-materi yang disajikan oleh guru.

3. Media Video

Video merupakan salah satu media pembelajaran yang didalamnya menyajikan gambar-gambar yang bergerak untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

4. Komunikasi matematis

Komunikasi matematis adalah suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan ide-ide atau pendapat matematika secara lisan maupun tulisan kepada orang lain baik dalam bentuk gambar, tabel, grafik, diagram, atau simbol

(29)

5. Model ASSURE

Model pengembangan ini lebih berorientasi kepada pemanfaatan media dan teknologi dalam menciptakan proses aktivitas pembelajaran yang diinginkan.

6. Penyajian Data

Penyajian Data adalah salah satu materi yang terdapat dalam matematika menyangkut kehidupan sehari-hari misalkan daftar peserta hadir rapat, dan lain-lain. Penyajian data dapat mempermudah pembaca dalam melihat data. Cara untuk menyajikan data yaitu dalam bentuk tabel maupun dalam bentuk diagram.

G. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu modul berbasis pendekatan kontekstual untuk menyajikan materi penyajian data sesuai dengan kurikulum 2013 yang mampu memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP/MTs.

Modul berbasis pendekatan kontekstual ini terdiri dari bagian pendahuluan, bagian inti, dan bagian penutup. Untuk komponen- komponen yang termuat dalam modul adalah petunjuk belajar dengan modul, tujuan yang akan dicapai, kegiatan belajar yang terdiri dari materi dan penugasan, tes akhir, kunci jawaban, serta informasi pendukung.

Komponen lain yaitu cerita kehidupan seorang tokoh untuk memotivasi peserta didik serta terdapat link yang dapat mengarahkan peserta didik ke Youtube untuk menonton video penjelasan materi penyajian data.

H. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini dapat menghasilkan suatu bahan ajar modul untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis pada materi penyajian data kelas VII di SMP Negeri 3 Kasihan.

(30)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Hasil pengembangan modul dapat mendampingi siswa dalam proses pembelajaran matematika khususnya pada materi penyajian data. Modul membantu meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar sehingga siswa tidak selalu bergantung pada kehadiran guru. Modul juga dapat memfasilitasi komunikasi matematis siswa.

b. Bagi Guru

Hasil pengembangan modul dan media video dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar materi penyajian data. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi wawasan bagi guru dalam mengembangkan modul dan media video pembelajaran matematika.

c. Bagi Peneliti

Peneliti mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa sehingga dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam proses pembelajaran saat menjadi pendidik.

(31)

12 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Modul

Peserta didik dapat belajar suatu materi pelajaran secara mandiri dengan menggunakan salah satu bahan ajar yaitu modul.

Modul (Daryanto & Aris, 2014:179) merupakan bahan belajar terprogram yang disusun sedemikian rupa dan disajikan secara terpadu, sistematis, serta terperinci. Pernyataan tersebut didukung oleh Prastowo (2015:106) modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Kegiatan belajar sendiri (mandiri) merupakan kegiatan belajar peserta didik yang minim atau tidak ada kehadiran guru atau pendamping saat belajar. Dalam Diknas (2004) modul diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Modul perlu disajikan dengan tampilan yang menarik agar dapat peserta didik semakin tertarik menggunakan modul dalam belajar.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa modul matematika merupakan salah satu bahan ajar yang disusun secara sistematis yang didalamnya berisi materi-materi pelajaran untuk membantu kelancaran proses pembelajaran matematika karena telah dilengkapi dengan petunjuk belajar. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang rumit dan seringkali peserta didik sulit memahami materi matematika. Sehingga, modul matematika perlu berisikan materi, metode, serta evaluasi dengan menggunakan

(32)

bahasa dan tahapan pembelajaran yang mudah untuk dipahami peserta didik ketika belajar secara mandiri.

Menurut Daryanto dan Aris Dwicahyono (2014:186), untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar, pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai berikut :

a. Self Instruction

Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter terebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus:

- Menurut tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

- Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unir-unit kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas

- Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran

- Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan peserta didik - Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan

suasana, tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik

- Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif - Terdapat rangkuman materi pembelajaran

- Terdapat instrumen penelitian, yang memungkinkan peserta didik melakukan penilaian mandiri (self assessment)

- Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi

(33)

- Terdapat informasi tentang rujukan/ pengayaan/referensi yang mendukung

b. Self Contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut.

Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar kompetensi/kompetensi dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik.

c. Stand Alone

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.

d. Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardware).

e. User Friendly

(34)

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab dengan pemakaiannya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.

Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan, merupakan salah satu bentuk user friendly.

Modul memiliki fungsi (Prastowo, 2015:107) antara lain sebagai berikut:

a. Bahan ajar mandiri. Dalam hal ini modul yang digunakan oleh peserta didik berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa bergantung kepada kehadiran pendidik.

b. Pengganti fungsi pendidik. Dalam hal ini modul yang digunakan oleh peserta didik dapat menjelaskan materi pembelajaran dengan tepat dan mudah dipahami oleh peserta didik.

c. Sebagai alat evaluasi. Dalam hal ini modul yang digunakan dapat memberikan kesempatan untuk melihat tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari dalam modul.

d. Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Dalam hal ini modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka modu; juga memilih fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.

Keempat fungsi modul tersebut menjelaskan bahwa modul dapat berfungsi sebagai salah satu sumber belajar belajar peserta didik untuk memahami suatu materi tanpa tergantung pada kehadiran pendidik.

Modul harus mampu menjelaskan materi dengan tepat dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik.

(35)

Kemudian, modul juga dapat sebagai alat evaluasi yang berkaitan dengan pemahaman materi bagi peserta didik.

Tujuan pembuatan modul (Prastowo, 2015:108) antara lain sebagai berikut:

a. Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik.

b. Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran.

c. Melatih kejujuran peserta didik.

d. Mengakomodasi berbagai tingkatan dan kecepatan belajar peserta didik.

e. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.

Secara umum, menurut Sukmadinata (1983) dalam bukunya menyatakan bahwa suatu modul perlu mengandung komponen- komponen pembelajaran antara lain:

a. Identitas modul: berisi rumusan tentang judul modul, jumlah jam pelajaran prasyarat.

b. Petunjuk pengerjaan modul: berisi penjelasan bagaimana mempelajari atau mengerjakan modul tersebut

c. Tujuan pembelajaran: berisi rumusan tentang sasaran atau hasil yang diharapkan tercapai dengan pembelajaran modul tersebut. Tujuan ini berisi rumusan tentang tujuan pembelajaran umum dan khusus.

d. Bahan bacaan: berisi pengetahuan tentang konsep, prinsip, kaidah, metode, model, prosedur, dan sebagainya yang diharapkan dikuasai oleh siswa.

e. Kegiatan belajar-mengajar dengan menekankan siswa belajar aktif.

Disamping membaca teks, siswa dituntut melakukan tugas-tugas dan latihan tertentu, seperti menjawab pertanyaan, melakukan

(36)

pengamatan, percobaan, membuat rencana, menghitung, memecahkan masalah, mengumpulkan data dari dokumen atau dari lapangan dll.

f. Media dan sumber pembelajaran: bahan ajar dan kegiatan belajar dalam modul menuntut siswa agar menggunakan media dan sumber pembelajaran.

g. Tes: pada setiap akhir kegiatan dan akhir modul disediakan tes, biasanya berbentuk tes objektif. Untuk tes akhir kegiatan tes dan kunci jawaban disajikan pada modul dan dapat diperiksa sendiri oleh siswa. Tes dan kunci tes akhir modul dipegang oleh guru, tes dan pemeriksaannya dilakukan oleh guru.

Untuk menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen yang mensyariatkannya, yaitu format, organisasi, daya Tarik, ukuran huruf, spasi kosong, dan konsistensi (Daryanto, 2013) berikut penjelasan untuk setiap elemennya:

a. Format

Menggunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional sehingga perlu disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kertas yang digunakan. Menggunakan format kertas (vertikal atau horizontal) yang tepat sehingga penggunaan format kertas harus memperhatikan tata letak dan format pengetikan. Menggunakan tanda-tanda (icon) yang mudah dipahami dan bertujuan untuk menekankan pada sesuatu hal yang dianggap penting atau khusus, tanda berupa cetak tebal, cetak miring, gambar, atau lainnya.

b. Organisasi

(37)

Menyajikan peta/bagan yang menampilkan isi yang akan dijelaskan dalam modul. Menyusun isi materi pembelajaran dengan urutan yang sistematis agar peserta didik mudah memahaminya. Menempatkan naskah, gambar, dan ilustrasi sedemikian rupa sehingga peserta didik mudah untuk mengerti.

Mengorganisasikan antar bab, antar unit dan antar paragraf dengan susunan dan alur yang memudahkan peserta didik untuk memahaminya. Menyusun antara judul, sub judul, dan uraian yang mudah diikuti oleh peserta didik.

c. Daya Tarik

Untuk menempatkan daya Tarik modul dapat ditentukan dalam 3 bagian yaitu bagian sampul (cover) depan, bagian isi modul, dan mengemas tugas dan latihan sehingga menarik.

d. Ukuran Huruf

Menggunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca oleh peserta didik. Perbandingan huruf yang proporsional serta menghindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks.

e. Spasi Kosong

Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambah catatan penting bagi peserta didik dan memberikan kesempatan jeda.

f. Konsistensi

Menggunakan bentuk dan huruf , jarak spasi, tata letak yang konsisten. Tidak perlu banyak menggunakan jenis bentuk dan huruf karena akan menyebabkan pengisian tidak sederhana.

Lebih baik konsisten agar terlihat rapi untuk bentuk dan huruf serta jarak spasi.

2. Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran

(38)

yang dimulai dengan mengambil, mensimulasikan, menceritakan, berdialog, bertanya jawab atau berdiskusi pada kejadian dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa, kemudian diangkat kedalam konsep yang akan dipelajari dan dibahas (Sulianto.

2008:17). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) adalah sebuah konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong pelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, dalam Rusman 2011:189). Pembelajaran dengan pendekatan tersebut dapat mengajak siswa untuk membayangkan situasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Selain dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari juga dapat mengurangi kebosanan siswa karena dengan membayangkan situasi dunia nyata dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar. Sanjaya (2006:255) CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya ke dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual menekankan pada keaktifan siswa untuk menemukan sendiri konsep pembelajaran karena dalam belajar siswa melibatkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mengajak siswa untuk menemukan hubungan antara materi dengan situasi dunia nyata. Hal tersebut berarti pembelajaran bukan hanya sekedar memahami materi tetapi juga mendorong siswa untuk menggunakan konsep materi tersebut ke dalam kehidupan nyata.

(39)

Sanjaya (2006:256) mengemukakan bahwa terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning).

a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari oleh peserta didik tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.

b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Dalam belajar peserta didik memulainya dengan mempelajarinya secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan baru pengetahuan itu dikembangkan.

d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

Sanjaya (2006:264) menyatakan bahwa aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching And Learning), yaitu:

a. Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif peserta didik

(40)

berdasarkan pengalaman. Pembelajaran dengan melalui pendekatan kontekstual mendorong peserta didik untuk mengkonstruksikan pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalamannya secara nyata.

b. Inkuiri (inquiry)

Inkuiri yaitu proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Melalui proses berpikir yang sistematis yaitu merumuskan hipotesis, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan, dan membuat kesimpulan, maka diharapkan peserta didik memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis, yang kesemuanya itu diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas.

c. Bertanya (questioning)

Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar peserta didik dapat menemukan sendiri. Bertanya memiliki peran penting karena melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menemukan setiap materi yang dipelajari.

d. Masyarakat belajar (learning community)

Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam pendekatan kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok; yang sudah tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalaman kepada orang lain. Oleh karena itu, makna dari masyarakat belajar ini adalah masyarakat yang saling berbagi,

(41)

e. Pemodelan (modelling)

Pemodelan yaitu proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik. Misalnya, guru mata pelajaran matematika memperagakan alat peraga untuk membantu peserta didik memahami konsep materi pembelajaran. Melalui pemodelan peserta didik dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis- abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.

f. Refleksi (reflection)

Refleksi yaitu proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.

Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran oleh setiap peserta didik untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamanya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalamannya belajar.

g. Penilain nyata (authentic assessment)

Penilaian nyata yaitu proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan peserta didik. Dalam pendekatan kontekstual bukan hanya penilaian tes di akhir pembelajaran, tetapi penilaian tekannya diarahkan kepada proses belajar.

3. Media Video

Media pembelajaran (Tafonao ,2018) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta didik untuk belajar. Sedangkan, video adalah gambar yang dapat bergerak, selain sebagai salah satu sarana hiburan, video juga berfungsi sebagai media pembelajaran (Fadhli, 2015).

(42)

Sehingga, dari dua pendapat mengenai media dan video di atas dapat disimpulkan media video merupakan salah satu media yang dapat menarik perhatian peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran karena media video didalamnya tidak hanya berupa tulisan akan tetapi terdapat pula suara serta gambar yang dapat bergerak untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pesan pembelajaran tersebut dapat berupa konsep yang terdapat dalam materi pembelajaran.

Dalam pengembangan sebuah multimedia yang ada, dalam penelitian ini adalah media video terdapat beberapa prinsip.

Richard E.Mayer (2009:93-235) menyebutkan tujuh prinsip desain multimedia untuk dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan belajar siswa. Penjelasan dari setiap prinsip yang telah dikemukakan oleh Richard E.Mayer adalah sebagai berikut :

a. Prinsip Multimedia

Murid bisa belajar lebih baik dari kata-kata dan gambar- gambar daripada dari kata-kata saja. Saat kata-kata dan gambar-gambar disajikan secara bersamaan, murid punya kesempatan untuk mengkonstruksikan model-model mental verbal dan piktorial dan membangun hubungan di antara keduanya. Sehingga, apabila pengembang ingin meningkatkan pemahaman murid dapat memadukan kata kata yang diikuti dengan gambar.

b. Prinsip keterdekatan ruang (spatial contiguity principle) Murid-murid bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar- gambar terkait disajikan berdekatan daripada saat disajikan saling berjauhan dalam halaman atau layar. Saat kata-kata dan gambar-gambar terkait saling berdekatan di halaman (dalam buku) atau layar (dalam komputer), maka murid tidak harus menggunakan sumber-sumber kognitif untuk secara visual mencari mereka di halaman atau layar itu. Murid akan lebih

(43)

bisa menangkap dan menyimpan mereka bersamaan di dalam memori kerja pada waktu yang sama. Sehingga, kata-kata (teks) yang saling berkaitan dengan gambar harus terdapat dalam satu halaman atau layar. Hal tersebut untuk membantu mempermudah murid dalam memahaminya dan agar tidak terjadi bias makna yang disebabkan oleh gambar dan kata-kata berjauhan.

c. Prinsip keterdekatan waktu (Temporal Contiguity Principle) Murid bisa belajar lebih baik jika kata-kata dan gambar- gambar yang berhubungan disajikan secara simultan (bebarengan ) daripada secara suksesif (bergantian). Untuk membangun hubungan mental antara representasi verbal dan representasi visual maka sebaiknya kata dan gambar ditampilkan secara bersamaan dalam satu halaman atau layar bukan secara bergantian agar murid tidak salah dalam memproses informasi.

d. Prinsip Koherensi

Murid-murid bisa belajar lebih baik jika materi ekstra disisihkan daripada dimasukkan. Materi ekstrak selalu bersaing memperebutkan sumber-sumber kognitif dalam memori kerja sehingga bisa mengalihkan perhatian murid dari materi yang penting, bisa mengganggu prose penataan materi, dan bisa menggiring murid untuk menata materi di atas landasan tema yang tidak sesuai. Oleh karena itu, materi yang tidak penting atau perlu sebaiknya tidak ditampilkan.

e. Prinsip Modalitas

Murid bisa belajar lebih baik dari anime dan narasi daripada dari animasi dan teks on-screen yakni murid-murid bisa belajar lebih baik saat kata-kata dalam pesan multimedia disajikan sebagai teks yang terucapkan daripada teks yang tercetak. Jika gambar-gambar dan kata-kata sama-sama disajikan secara

(44)

visual (yakni; sebagai animasi dan teks), maka saluran visual/pictorial/bisa menyebabkan kelebihan beban tapi saluran auditori/verbal tak termanfaatkan. Oleh karena itu, dalam pengembangan multimedia perlu keseimbangan antara saluran auditori dan verbal.

f. Prinsip Redundansi

Murid bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada animasi, narasi, dan teks. Saat kata-kata dan gambar-gambar disajikan secara visual (yakni: animasi dan teks) saluran visual bisa menjadi kelebihan beban sehingga penerimaan informasi menjadi kurang maksimal.

g. Prinsip perbedaan individual

Pengaruh desain lebih kuat bagi murid-murid berpengetahuan rendah daripada murid-murid berpengetahuan tinggi, dan bagi murid-murid dengan kemampuan spasial tinggi daripada spasial rendah.

Dalam penelitian ini peneliti mengembangkan media video dengan bantuan Microsoft powerpoint. Menurut Batubara dan Ariani (2016) Video yang menampilkan materi pelajaran dalam rangkaian slide-slide powerpoint menurut durasi dan animasi yang telah ditentukan dinamakan dengan video presentasi liner dan langkah-langkah untuk membuat video presentasi liner adalah sebagai berikut :

a. Sajian materi pelajaran pada slide-slide powerpoint sebagaimana membuat presentasi pada umumnya.

b. Tambahkan animasi yang sesuai pada objek dan transisi slide sehingga materi pelajaran tampil secara berurutan dan tampak lebih menarik.

c. Simpan dokumen PowerPoint dalam format video.

Caranya adalah :

(45)

1) Klik Tab File 2) Klik Export

3) Klik create a video

4) Klik menu “Presentation Quality” untuk menentukan kualitas video

5) Klik “Record Timing & Narations” untuk merekam suara presenter dan menentukan panjang durasi waktu berjalannya sebuah slide powerpoint.

6) Klik “Start Recording” untuk mulai merekam.

7) Saat PowerPoint masuk dalam mode show, silahkan jalankan dan jelaskan isi presentasi dengan runtut dan tenang.

8) Setelah selesai menjalankan semua slide, tekan tombol “ESC”

untuk mengakhiri pengaturan tampilan Powerpoint dalam hasil rekaman video.

9) Klik tombol “Create Video”

10) Ketik nama video dan tekan tombol “save”

4. Komunikasi Matematis

Dalam menjalani kehidupan ini manusia perlu melakukan interaksi dengan sesamanya. Hal tersebut dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, membantu mempermudah pekerjaan manusia, dan lain sebagainya. Untuk itu diperlukan suatu cara untuk membantu antar manusia dalam berinteraksi salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Menurut Ruben dan Steward (dalam Oktarina & Abdullah, 2017) Komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

(46)

Komunikasi dapat dilakukan secara lisan (Verbal) dan secara non lisan (non verbal). Komunikasi secara lisan seperti antar individu yang saling berbincang sedangkan komunikasi secara non lisan berupa lambang-lambang, tanda-tanda, tingkah laku, tulisan dan lain sebagainya. Dalam melakukan komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), pesan yang akan disampaikan, media yang digunakan dalam berkomunikasi, dan penerima pesan (komunikan). Komunikasi sangat penting dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.

Komunikasi dalam pembelajaran matematika memiliki peran yang cukup penting ketika siswa berdiskusi dalam kelompok besar (kelas), berdiskusi dalam kelompok kecil (terdiri beberapa siswa), siswa diharapkan mampu menjelaskan kembali konsep materi sehingga dapat membawa siswa tersebut pada pemahaman yang mendalam mengenai matematika. Menurut Ariani (2017) peran komunikasi dalam pembelajaran matematika adalah :

a. Membantu siswa dalam merangsang cara berpikir kritis siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam melihat berbagai keterkaitan materi matematika.

b. Alat pengukur perkembangan dan merefleksikan pemahaman matematika siswa.

c. Siswa dapat mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran matematika mereka.

d. Komunikasi antar siswa dalam pembelajaran matematika berperan dalam mengkonstruksi pengetahuan matematika, mengembangkan pemecahan masalah, meningkatkan penalaran, menumbuhkan penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri, serta meningkatkan keterampilan sosial siswa.

Greenes dan Schulman (dalam Umar,2012) menyatakan bahwa komunikasi matematik merupakan: [1] kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, [2] modal

(47)

keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik, [3] wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk menyakinkan orang lain. Komunikasi matematika merupakan semua kegiatan yang meliputi pencatatan dan mempresentasikan ide-ide matematika dengan simbol atau bahasa matematika (Nasution & Ahmad, 2018).

Dari dua pendapat tentang komunikasi matematis diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematis adalah suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan ide-ide atau pendapat terkait matematika secara lisan maupun tulisan kepada orang lain baik dalam bentuk gambar, tabel, grafik, diagram, atau simbol.

Komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan dan penjelasan gagasan yang berkaitan dengan matematika. Komunikasi tulisan dapat berupa penggunakan kata-kata, gambar, tabel, uraian pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

NCTM menyatakan bahwa kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika dapat dilihat dari :

a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikan serta menggambarkannya secara visual.

b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan, tulisan, maupun bentuk visual lainnya.

c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya, untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi.

Gambar

Diagram  garis  merupakan  model  penyajian  data  yang  dituangkan  dalam  bentuk  garis
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur  untuk Guru Matematika
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Lembar Validasi Modul  untuk Ahli Materi
Tabel 3. 7 Kisi-kisi Tes
+7

Referensi

Dokumen terkait

dapat diketahui bahwa hasil tes shooting siswa kelompok kontrol sebelum pembelajaran shooting bola basket (pre-test) yang diketahui dari usaha memasukan bola kedalam keranjang

Berdasarkan hasil berbagai perlakuan pada pertumbuhan tanaman menunjukkan bahwa penggunaan pupuk hayati, mikoriza, pupuk hayati + mikoriza memberikan pengaruh

Tabel IV.10 menunjukkan hasil pengujian hipotesis perusahaan non-manufaktur bahwa variabel independen DER tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada signifikansi

(3) Rasio pertumbuhan APBD pada tahun 2005 sampai dengan 2007 cenderung mengalami peningkatan, kecuali pada komponen total pendapatan mengalami penurunan sebesar 13,82% dan komponen

Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah mencegah defesiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar hemoglobin. Wanita hamil perlu menyerap zat besi rata-rata

Pendidikan yang didapat oleh para sahabat dalam pencarian ekonomi pada periode Madinah bahwa ekonomi Islam bertindak sangat hati-hati dan sangat cermat

Bentuk kerjasama yang dilakukan antara lain menjalin kerjasama dengan pihak jasa penyedia makanan untuk melatih masyarakat lokal agar mampu menyediakan kebutuhan

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber utama pertumbuhan Total Faktor Produktivitas pada Industri tekstil adalah perubahan efisiensi teknis dan perubahan efisiensi