BAB I PENDAHULUAN
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Debitur:
a. Sebagai masukan Debitur untuk memilih sumber peminjaman pada Credit Union Sejahtera Kabupaten Deli Serdang.
b. Sebagai bahan pertimbangan Debitur dalam pengambilan keputusan meminjam pada Credit Union Sejahtera Kabupaten Deli Serdang.
c. Sebagai saran untuk mengetahui hambatan-hambatan yang diterima Debitur dalam memperoleh pinjaman dari Credit Union Sejahtera Kabupaten Deli Serdang.
2. Penulis
Untuk mengembangkan dan menginterprestasikan teori ilmiah tentang tema penelitian ini sehingga mampu mencari solusi penyelesaian masalah yang terjadi di lapangan sesuai dengan kajian teoritis yang di dapat selama kuliah, referensi serta di dukung dengan kemampuan bernalar secara ilmiah.
3. Pemerintah dan masyarakat
Sebagai acuan dalam memilih kredit atau peminjaman dalam peningkatan kesejahteraan terutama masyarakat kalangan kecil dan menengah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengambilan Keputusan
2.1.1 Definisi Pengambilan Keputusan (Memilih)
Kata memilih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah menentukan atau mengambil sesuatu yang dianggap sesuai dengan kesukaan selera dan sebagainya. Memilih memiliki 3 arti. Memilih berasal dari kata dasar pilih. Memilih adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Davis memberikan pendapatnya tentang pengambilan keputusan bahwa pengambilan keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur perencanaan (Syamsi,2000:3). Menurut Suharnan, Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi (Rodiyah,2005:276).
Dari banyaknya definisi tentang pengambilan keputusan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif yang terbaik dari beberapa alternatif dengan sistematis dan dengan pertimbangan untuk digunakan sebagai cara pemecahan masalah yang berfungsi untuk melakukan tindakan yang paling tepat.
Menurut George R. Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu:
1. Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
5. Logika/Rasional
Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.
2.2 Koperasi
2.2.1 Pengertian Koperasi
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.
Sedangkan Menurut Fay dalam Hendrojogi (2012:20) koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri dari atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi. Menurut Djojohadikoesoemo dalam Hendrojogi (2012:21) koperasi adalah perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak berkerja sama untuk memajukan ekonominya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan koperasi merupakan suatu badan atau lembaga usaha yang beranggotakan orang-seorang untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi dalam bentuk kerja sama yang bersifat sukarela yang berdasarkan azas kekeluargaan.
2.2.2 Fungsi dan Peran Koperasi
Koperasi mempunyai fungsi dan peran sebagai berikut :
1. Berperan aktif yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas kehidupan anggota koperasi pada khususnya dan juga masyarakat pada umumnya.
2. Mengembangkan sekaligus membangun kemampuan dan potensi anggota koperasi khususnya dan masyarakat umumnya guna meningkatkan kesejahteraan di bidang perekonomian.
3. Berusaha mewujudkan serta dapat pula mengembangkan perekonomian nasional serta akan menjadi sebuah usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
4. Memperkuat dan memperkokoh perekonomian rakyat Indonesia dalam upaya menjaga ketahanan perekonomian nasional.
2.2.3 Prinsip-Prinsip Koperasi
Menurut Hendrojogi (2012:46) prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman bagi koperasi-koperasi dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktik.
Prinsip-prinsip koperasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keanggotaan yang sukarela dan terbuka
Koperasi adalah organisasi yang bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan jenis kelamin (gender), latar belakang sosial, ras, politik atau agama.
2. Pengawasan demokratis oleh anggota
Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh para anggotanya, yang secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. Pria dan wanita yang dipilih sebagai wakil anggota bertanggung jawab kepada rapat anggota.
3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi
Para anggota memberikan kontribusi permodalan koperasi secara adil dan melakuka pengawan secara demokratis (terhadap modal tersebut). Setidak-tidaknya sebagian dari modal itu adalah milik bersama koperasi. Apabila ada, para anggota biasanya menerima kompensasi yang terbatas atas modal yang diisyaratkan untuk menjadi anggota. Para anggota mengalokasikan sisa hasil usaha untuk beberapa atau semau dari tujuan berikut ini:
a. Mengembangkan koperasi mereka, dengan cara membentuk dana cadangan sebagian dari padanya tidak dapat dibagikan
b. Membagikan kepada anggota seimbang dengan transaksi mereka dengan koperasi
c. Mendukung kegitan lainnya yang disahkan oleh rapat anggota 4. Otonomi dan kemandirian (Independence)
Koperasi adalah organisasi otonom, menolong diri sendiri serta diawasi oleh para anggotanya. Apabila koperasi mengadakan perjanjian dengan organisasi lain, termasuk pemerintah atau modal dari sumber luar, koperasi melakukanya berdasarkan persyaratan yang menjamin pengawasan demokratis oleh para anggotanya dan yang mempertahankan otonomi mereka.
5. Pendidikan, pelatihan dan penerangan
Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para anggota, wakil-wakil anggota yang dipilih oleh rapat anggota serta para menajer dan karyawan, agar mereka dapat melakukan tugasnya lebih efektif bagi perkembangan koperasinya. Mereka memberikan penerangan kepada masyarakat umum khususnya pemuda dan para pembentuk opini dimasyarakat tentang hakikat perkoperasian dan manfaat berkoperasi.
6. Kerja sama antar koperasi
Koperasi melayani para anggotanya secara kolektif dan memperkuat gerakan koperasi dengan berkerja sama melalui organsasi koperasi, nasional, regional dan internasional.
7. Kepedulian terhadapt masyarakat
Koperasi melakukan kegiatan untuk pengembangan masyarakatsekitarnya secara bekelanjutan, melalui kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh rapat anggota.
Sementara itu prinsip koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian adalah sebagai berikut:
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadapmodal 5. Kemandirian
2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Koperasi
Terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dari sistem koperasi adalah sebagai berikut:
2.2.4.1 Kelebihan Koperasi
Adapun kelebihan koperasi adalah sebagai berikut :
1. Koperasi lebih mengutamakan tujuan kesejahteraan anggotanya.
2. Koperasi lebih mengutamakan pelayanan terhadap anggotanya.
3. Koperasi mempunyai keanggotaan yang sifatnya sukarela dan terbuka.
4. Setiap orang dapat dengan mudah menjadi anggota koperasi dengan membayar simpanan pokok dan simpanan wajib.
5. Besaran simpanan pokok dan simpanan wajib ditentukan bersama.
6. Tidak ada perbedaan diantara para anggotanya sehingga terhindar dari diskriminasi.
7. Bagian SHU yang diterima anggota didasarkan pada jasa yang diberikan masing-masing anggota.
8. Tanggung jawab anggota sifatnya terbatas.
9. Koperasi juga dapat berpotensi menjadi sebuah raksasa bisnis masa depan.
2.2.4.2 Kelemahan Koperasi
Berikut ini adalah kelemahan koperasi antara lain yaitu :
1. Presentase tingkat kesadaran anggota koeprasi masih dibilang cukup rendah untuk memulai suatu usaha meningkatkan kualitas koperasi.
2. Rendahnya kesadaran para anggota koperasi tersebut dapat menyebabkan sulitnya memilih pengurus koperasi yang profesional. Hal ini menyebabkan daya saing koperasi menajdi lebih rendang dibandingkan jenis badan usaha lainnya yang memang bertujuan murni untuk mencari profit.
2.2.5 Landasan Koperasi
Menurut UU No. 25 Tahun 1992 tentang koperasi menyatakan bahwa Landasan-landasan Koperasi Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Landasan idiil koperasi Indonesia adalah Pancasila. Kelima sila dari Pancasila, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kedaulatan Rakyat, dan Keadilan Sosial harus dijadikan dasar serta dilaksanakan dalam kehidupan koperasi, karena sila-sila tersebut memang menjadi sifat dan tujuan koperasi dan selamanya merupakan aspirasi anggota koperasi.
2. Landasan strukturil koperasi Indonesia adalah UUD 1945 dan landasan geraknya adalah pasal 33 ayat (1) UUD 1945 beserta penjelasannya. Pasal 33 ayat (1) berbunyi: ” Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan”. Dari rumusan tersebut pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu,
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.
3. Landasan mental koperasi Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi (rasa harga diri). Setia kawan telah ada dalam masyarakat Indonesia dan tampak keluar sebagai gotong-royong. Akan tetapi landasan setia kawan saja hanya dapat memelihara persekutuan dalam masyarakat yang statis, dan karenanya tidak dapat mendorong kemajuan. Kesadaran berpribadi, keinsyafan akan harga diri dan percaya pada diri sendiri adalah mutlak untuk menunaikan derajat kehidupan dan kemakmuran. Dalam koperasi harus tergabung kedua landasan mental tadi sebagai dua unsur yang dorong mendorong, hidup menghidupi, dan awas mengawasi.
2.3 Jenis-Jenis Koperasi
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 ada empat jenis koperasi sebagai berikut:
1. Koperasi konsumen
Menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang penyediaan barang kebutuhan anggota dan non anggota.
2. Koperasi produsen
Menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi yang dihasilkan anggota kepada anggota dan non anggota.
3. Koperasi jasa
Menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non simpan pinjam yang diperlukan oleh anggota dan non anggota.
4. Koperasi Kredit (Koperasi Simpan Pinjam)
Menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya yang melayani anggota.
2.4 Definisi Koperasi Kredit
Koperasi kredit atau Credit Union atau biasa disingkat CU adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak di bidang simpan pinjam yang dimiliki dan dikelola oleh anggotanya, dan yang bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya sendiri. Pilihan menabung dewasa ini semakin banyak, tidak hanya pada lembaga perbankan tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga keuangan yang didalamnya berkumpul orang yang saling percaya dan berwatak sosial dengan tujuan untuk kesejahteraan bersama. Jenis koperasi kredit ini (CU) didirikan untuk memberikan kesempatan kepada para anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan biaya bunga yang ringan.
Koperasi Kredit (Kopdit) bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan anggota secara terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggotanya secara mudah dan cepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Koperasi perlu melakukan akumulasi modal dari para anggotanya melalui simpanan yang diberikan oleh mereka dalam hal ini simpanan wajib, pokok dan sukarela sehingga dari uang simpanan itulah koperasi kemudian mampu menyalurkan kredit kepada para anggotanya. Hal ini simpanan wajib, pokok dan sukarela sehingga dari uang simpanan itulah koperasi kemudian mampu menyalurkan kredit kepada para anggotanya.
Credit Union diperuntukkan bagi setiap orang yang ingin menciptakan asset dengan cara menabung dengan harapan hari esok akan lebih sejahtera.
Konsep Credit Union sangat berbeda dengan koperasi kredit, kartu kredit, mobil kredit, rumah kredit, dan barang-barang kredit lainnya. Barang-barang tersebut
dilunasi secara perlahan-lahan tanpa memiliki nilai tabungan di dalamnya. Setelah lunas selesai sudah kreditnya dan orang yang mempunyai kredit tersebut tidak punya asset atau modal, sedangkan dalam Credit Union nilai kredit tersebut justru menjadi aset dan menjadi modal yang disebut saham (Petrus, 2004).
2.4.1 Fungsi dan Peran Credit Union
Sesuai dengan visi, misi, falsafah, asas dan prinsip-prinsip Credit Union yang dimiliki, Credut Union mempunyai fungsi dan peran sebagai berikut:
a. Membangun dan mengembangkan potensi kemampuan ekonomi anggota Credit Union pada khususnya dan masyarakat pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
b. Berperan aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian anggota dan masyarakat sebagai usaha dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian sosial.
2.4.2 Perbedaan Credit Union Dengan Lembaga Keuangan Lainnya
Credit Union berbeda dengan koperasi atau lembaga perbankan umumnya.
Manfaat Credit Union bagi anggota adalah mengubah pola pikir. Maksudnya, dari yang terbiasa instan/ langsung memanfaatkan uang saat mendapat pinjaman menjadi menciptakan modal dahulu dengan menabung secara rutin. Menabung sistem Credit Union berbeda dengan menabung secara tradisional di lembaga lain, misalnya bank, setelah menabung, uang itu ditarik untuk dipergunakan. Tetapi di Credit Union lebih modern karena ada dana yang tersimpan (Ameliana, 2012).
2.4.3 Prinsip Credit Union
Ada 9 prinsip yang dirumuskan dan disepakati dalam Forum Credit Union Internasional I yang diselenggarakan oleh WOCCU (World Council of Credit Union) pada tanggal 24 Agustus 1984 yaitu :
1. Keanggotaan yang terbuka dan sukarela, bagi semua orang yang bersedia menerima tanggung jawab keanggotannya tanpa membedakan jenis kelamin, ras, politik, maupun agama
2. Dikontrol secara demokratis oleh anggota, yang mempunyai hak yang sama (satu anggota satu suara) dan berperan dalam pengambilan keputusan tanpa dipengaruhi jumlah sahamnya.
3. Tidak dikriminatif, karena credit union tidak membedakan anggota dari suku, kebangsaan, jenis kelamin, agama, maupun politik
4. Pelayanan kepada anggota, ditujukan untuk meningkatkan ekonom seluruh anggotanya dengan mempertahankan azas dari, oleh, dan untuk anggota.
5. Distribusi kepada anggota, mendorong sikap hemat dengan cara menabung dan penyediaan pinjaman serta pelayanan lainnya. Surplus yang diperoleh dibagikan kepada seluruh anggota sebanding dengan transaksinya sebagai balas jasa saham dan balas jasa pinjaman. Balas jasa yang diberikan kepada anggota harus sebanding dengan besarnya modal saham yang dimilikinya dan partisipasinya dalam mengembangkan usaha credit union.
6. Membangun stabilitas keuangan, untuk membangun kekuatan financial, termasuk pembentukan cadangan yang memadai dan internal control yang memastikan pelayanan yang berkesinambungan kepada seluruh anggota
7. Pendidikan yang terus menerus bagi seluruh anggota, pengurus, pengawas dan manajemen serta masyarakat luas tentang ekonomi, sosial, dan demokrasi dan prinsip kerja sama dan saling membantu dalam credit union, termasuk pengelolaan keuangan, hidup hemat, dan penggunaan pinjaman secara bijaksana.
8. Kerjasama antar lembaga pada tingkat local, nasional, dan internasional dalam rangka memberikan pelayanan terbaik kepada anggota
9. Tanggung jawab sosial dalam menjunjung pembangunan manusia dan hubungan sosialnya.
2.4.4 Pilar Credit Union
Pilar pada Credit Union terdapat tiga Pilar Credit Union adalah diantaranya :
1. Pendidikan, tujuannya agar anggota dapat mengerti peran serta, hak dan kewajiban sebagai anggota credit union agar lebih bijaksana dalam mengatur keuangan keluarga maupun keuangan usaha, mengetahui dan memahami laporan keuangan serta perkembangan credit union. Dalam credit union dikenal motto: dimulai dengan pendidikan, berkembang melalui pendidikan dan dikontrol oleh pendidikan
2. Solidaritas atau kesetiakawanan, karena credit union tidak sekedar menghimpun simpanan dan memberikan pinjaman kepada anggotanya, namun yang paling utama adalah bagaimana setiap anggota credit union memperhatikan kepentingan bersama daripada kepentingan diri sendiri dan saling melayani. Hal ini secara nyata diwujudkan anggota credit union yang menyimpan atau menabung secara teratur, dan mengangsur pinjamannya secara tertib sehingga anggota-anggota lain juga memperoleh bantuan pinjaman bila membutuhkan.
3. Swadaya, karena credit union sedapat mungkin membiayai dirinya sendiri.
Agar hal tersebut dapat terwujud para anggota harus berusaha agar lembaganya semakin besar dan sehat. Caranya adalah menabung ke credit union secara teratur dan sebanyak banyaknya serta menghindari agar tidak menabung ke lembaga keuangan lain. Credit union adalah milik anggota sendiri, sedangkan di lembaga keuangan lain pemiliknya adalah sebagian orang, sedangkan penabung hanya sebagai nasabah.
2.4.5 Tantangan Credit Union dari Lingkungan Eksternal
Ada tujuh tantangan eksternal yang harus selalu diperhatikan menurut (Munaldus, dkk, 2012: 37- 43), yaitu :
1. Ketika harga komodit turun 2. Pola pikir instan
3. Medan yang berat 4. Persaingan tidak sehat 5. Citra koperasi masih jelek 6. kemajuan teknologi informasi 7. Regulasi
2.4.6 Tantangan Credit Union dari Lingkungan Internal
Ada tiga hal yang menjadi tantangan internal menurut (Munaldus et al., 2012: 44- 47) diantaranya:
1. Tantangan menuju organizational excellence.
Agar menjadi organisasi yang bagus organizational excellence, maka diperlukan enam komponen, yaitu visi, nilai-nilai, strategi, proses, system control, dan struktur.
2. Tantangan menuju Giant Leap Organization GLO.
GLO adalah organisasi yang mampu mencapai lompatan kinerja yang konsisten dan terjaga dalam kurun waktu lama.
3. Gunung es.
Istilah gunung es di Credit Union adalah kredit lalai delinquency atau kredit macet.
2.4.7 Struktur Organisasi Credit Union
Struktur organisasi Credit Union yang semula secara nasional adalah CUCO (Credit Union Council Office) didampingi oleh Dewan penyantun berkembang dengan terbentuknya Badan Koordinasi Nasional Koperasi Kredit BKNKK pada tahun 1980. Pada saat terakhir ini, organisasi Credit Union berdasarkan tingkatannya terdiri dari Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia BK3I di tingkat nasional yang dikembangkan menjadi Induk Koperasi Kredit Inkopdit dan mengkoordinir Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah BK3D di
daerah tingkat I ada 26 BK3D seluruh Indonesia yang dikembangkan menjadi Pusat Koperasi Kredit Puskopdit pelaksana antar Credit Union interlending membawahi wilayah koordinator di daerah tingkat II yang mengkoordinir kegiatan CU (Ginting, 1999). Di tingkat unit Credit Union, organisasi terdiri dari Dewan Pimpinan Pengurus: ketua, sekretaris dan bendahara, Badan Pemeriksa terdiri dari: ketua, panelis dan anggota. Panitia-panitia panitia kredit, panitia pendidikan dll terdiri dari: ketua, sekretaris dan anggota dan penasehat atau pelindung.
2.4.8 Mengatasi Kemiskinan Melalui Credit Union
Perlu adanya keselarasan antara pemerintah dan masyarakat untuk sama sama mengatasi permasalah kemiskinan, berbagai kebijakan pemerintah akan sangat tidak bermakna apabila tidak diwujudkan dalam masyarakat. untuk menghadapi persoalan dan tantangan ekonomi global Credit Union ke depannya, perlu membangun sinergisitas untuk sektor usaha lain. Ada beberapa program kegiatan yang disinergikan dengan Credit Union, diantaranya adalah program kegiatan pengembangan secara spesifik. Credit Union membantu pemerintah melakukan pembinaan secara sinergis serta menggerakkan ekonomi kerakyatan dalam mengatasi kemiskinan.
2.5 Kredit
2.5.1 Pengertian Kredit
Kredit adalah pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain yang akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu disertai dengan suatu kriteria prestasi, berupa bunga. Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Pihak yang terkait dalam hal kredit ada dua macam yaitu pihak pemberi kredit (kreditor) dan pihak penerima kredit (debitur), (Mardiyatmo, 2008:93). Menurut Teguh Pudjo (2007:9) pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang aneka ragam, dimulai dari arti kata kredit berasal dari bahasa Yunani Credere berarti kepercayaan dalam bahasa latin Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Menurut Kasmir (2008:100) tujuan utama pemberian kredit antara lain:
1. Mencari keuntungan, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2. Membantu usaha nasabah, bertujuan untuk membantu nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan mengembangkan dan meningkatkan usahanya.
3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik mengingat banyaknya kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.
Adapun peranan kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut:
1. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang, para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uang kepada para pengusaha yang memerlukan,untuk meningkatkan produksi atau untuk meningkatkan usahanya.
2. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan. Uang tersebut diberikan sebagai pinjaman kepada perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan usahanya.
3. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
4. Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan
4. Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan