• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian yang dilakukan untuk mengkaji nomina agentif (ism fa<’il) yang berperilaku verba dalam Alquran diharapkan mampu memberikan manfaat dalam dua aspek utama, baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat secara teoritis mengacu pada keilmuan sedangkan manfaat secara praktis lebih mengarah pada telaah fungsional.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan sebagai masukan dan ide bagi pembelajar bahasa Arab yang berkaitan dengan ilmu sharf dan ilmu nahwu tentang nomina agentif yang berperilaku verba.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat diharapkan memberi manfaat untuk berbagai pihak, diantaranya :

1. Bagi pembelajar bahasa Arab, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang nomina agentif yang berperilaku verba yang terdapat dalam Alquran secara morfologis maupun sintaksis yaitu yang berupa perubahan kata dan perubahan penanda gramatikal dalam bahasa Arab.

2. Bagi pengajar bahasa Arab, penelitian ini memberikan sumbangsih dalam pembelajaran bahasa Arab tentang morfologis dan sintaksis, khususnya tentang nomina agentif yang berperilaku verba dalam Alquran.

3. Bagi peneliti bahasa Arab, penelitian ini dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian-penelitian selanjutnya dalam upaya pengembangan penghetahuan yang berhubungan dengan linguistik Arab.

4. Bagi pembaca, penelitian ini menambah pengetahuan tentang morfologi dan sintaksis khususnya tentang nomina agentif yang berperilaku verba dalam Alquran.

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

Pada bab ini, diuraikan tentang tinjauan pustaka dan landasan teoretis.

Tinjauan pustaka memuat penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki relevan dengan penelitian ini. Sedangkan landasan teoretis berisi teori-teori yang mendukung penelitian ini.

2.1 Tinjauan Pustaka

Berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti berkenaan dengan topik penelitian ini antara lain oleh Alif Anharul Fahmi (2018), Ani Suryani (2018), Maulidatul Karimah (2019).

Fahmi (2018) melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul

“Sifah Musyabahah (Similar Quality) dalam Alquran (analisis morfosintaksis)”.

Penelitian yang dilakukan oleh fahmi ini membahas tentang sifat musyabahah yang ada dalam Alquran. Hasil penelitian yang ditemukan adalah peneliti menemukan 2200 data sifah musyabahah dan hanya mengambil 100 sampel data yang dianalisis.

Adapun 100 data yang dianalisis tersebut, ditemukan 12 data mengikuti wazan (ٌَلِع ف), 9 data mengikuti wazan (لعفأ) 5 data mengikuti wazan (نلعف) 8 data mengikuti wazan (لاعف) 5 data mengikuti wazan (لاعف) 6 data yang mengikuti wazan (لعف) 4 data mengikuti wazan (لعف) 3 data mengikuti wazan (لعف) 5 data mengikuti wazan (لعاف) 20 data mengikuti wazan (ليعف) 5 data mengikuti wazan (لوعف) dan 8 data mengikuti wazan (لعيف). Berdasarkan asal verba (fi’l) pembentukannya, dari 100 data yang dianalisis ditemukan sebanyak 45 data yang

asal fi’l-nya mengikuti wazan (ٌَلِعَف), 28 data yang asal fi’l-nya mengikuti wazan (ٌَل عَف), dan 27 data yang asal fi’l-nya mengikuti wazan (ٌَلَعَف). Sedangkan berdasarkan fungsi sintaksisnya, dari 100 data tersebut dibagi menjadi tiga kasus, yaitu terdapat 35 data berkasus nominatif, 47 data berkasus akusatif, dan 18 data berkasus genetif.

Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Fahmi dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dalam kajian dan objek penelitiannya yaitu sama-sama meneliti morfologi dan sintaksis bahasa Arab serta mengambil objek penelitian dalam Alquran, selain itu keduanya juga memiliki kesamaan pada jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif dan desain penelitian yaitu kepustakaan (library research). Sedangkan untuk perbedaannya adalah penelitian yang

dilakukan oleh fahmi mengkaji sifah musyabahah sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Ism Fa<’il yang Beramal.

Suryani (2018) telah melakukan sebuah penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Ism Tafdhil dalam Alquran juz 1 sampai 10 (analisis morfosintaksis)”. Adapun hasil penelitian adalah bahwa berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menghasilkan 194 data temuan, namun dalam penelitiannya hanya mengambil 100 sampel. Berdasarkan jenis perubahan morfologis dalam pembentukan ism al-tafdhi>l, dari 100 sampel data ism al-tafdhi>l, terdapat 84 data ism tafdhi>l yang pembentukannya melalui bentuk dasar mengikuti model pola ٌلَع فَأ, 9 data mengikuti pola ىَل عَف, dan 7 data yang pembentukannya melalui perubahan dari bentuk dasar menjadi slem nomina original (mashdar) dengan disertai penambahan ism al-tafdhi>l dari lafal yang memenuhi syarat

pembentukan ism al-tafdhi>l secara langsung. Berdasarkan jenis pola struktur ism al-tafdhi>l terdapat 66 tidak berupa murakkab idha>fi> dan tidak dibubuhi لا, 15 data dibubuhi لا, 2 data berupa murakkab idha>fi> dengan mudhaf ilaih-nya berupa nomina indefinite (nakirah), dan 17 data berupa murakkab idha>fi> dengan mudhaf ilaih-nya berupa nomina definit (ma’rifat). Berdasarkan jenis tingkat perbandingan ism al-tafdhi>l, ditemukan 66 data merupakan ism al-tafdhi>l yang berbentuk komparatif dan 34 data merupakan ism al-tafdhi>l yang berbentuk superlatif.

Berdasarkan fungsi sintaksisnya, terdapat 53 data menempati fungsi sintaksis sebagai khabar, 12 data menempati fungsi ma’thu>f, 9 data menempati fungsi sintaksis sebagai na’t, 8 data menempati fungsi sintaksis sebagai khabar ka>na, 6 data menempati fungsi sintaksis sebagai maf’u>l bih, 6 data menempati fungsi sintaksis sebagi majru>r, 3 data menempati fungsi sintaksis sebagai ism inna, 1 data menempati fungsi sintaksis sebagai khabar inna, 1 data menempati fungsi sintaksis sebagai fa>’il, 1 data menempati fungsi sintaksis sebagai mudhaf ilaih, dan 1 data sebagai badal. Berdasarkan ciri gramatikalnya, dalam penelitian ini terdapat 61 data ism al-tafdhi>l ber’irab raf’ (berkasus nominatif), 22 data ism al-tafdhi>l beri’ra>b nasb (berkasus akusatif), 16 data ism al-tafdhi>l beri’ra>b ja>r (berkasus genetif), dan 1 data ism al-tafdhi>l mah}al raf’ (menempati tempatnya raf’), Dan 61 data ism al-tafdhi>l yang beri’ra>b raf’ (berkasus nominatif), peneliti menemukan 50 data desinennya berupa harakat dhummah, 9 data desinennya berupa dhummah muqaddarah, 1 data desinennya berupa h}arf waw dan 1 data desinennya berupa h}arf alif. Adapun dari keseluruhan data ism al-tafdhi>l yang beri’ra>b nasb (berkasus akusatif), peneliti menemukan 18 data desinennya berupa harakat fathah dan 4

data desinennya berupa fathah muqaddarah, sedangkan dari 16 data ism al-tafdhi>l yang ber’irab ja>r (berkasus genetif), peneliti menemukan 7 data desinennya berupa harakat kasrah, 6 data desinennya berupa kasrah muqaddarah, 2 data desinennya berupa harakat fathah, dan 1 data desinennya berupa h}arf ya.

Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Suryani dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dalam kajiannya yaitu sama-sama meneliti morfologi dan sintaksis bahasa Arab, selain itu keduanya memiliki kesamaan pada jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif dan desain penelitian yaitu kepustakaan (library research). Sedangkan untuk perbedaannya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Suryani mengkaji ism al-tafdhi>l sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Ism Fa<’il yang Beramal, kemudian Suryani mengambil data dari Alquran juz 1 sampai 10, sedangkan peneliti mengambil data dari Alquran juz 1-30.

Karimah (2019) telah melakukan sebuah penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Mashdar Fi’l Tsula>tsi> Mujarrad dalam Alquran Juz 28 sampai 30 (Analisis Morfosintaksis). Adapun hasil penelitian adalah mashdar fi’l tsula>tsi>>

mujarrad dalam al Quran juz 28-30 ditemukan sebanyak 430 data secara keseluruhan, namun hanya mengambil 80 data untuk dianalisis. Berdasarkan jenis mashdar fi’l tsula>tsi> mujarrad dari 80 data yang dianalisis ditemukan sebanyak 41 data yang termasuk bentuk qiya>si> yaitu ٌ، ل مَحٌ، ع يَبٌ، ةَراَجِتٌ، ل ضَفٌ، ر شَح

ٌ، ط وَسٌ ، لصَفٌ ، ل وَقٌ ،ٌّقَشٌ ،ٌّبَصٌ ، ق لَخٌ ، ق رَفٌ ، س خَبٌ ، ر كَمٌ ، د رَحٌ ، ع مَس

ٌ، ظ يَغٌ، ت وَمٌ، لَجَأٌ، ماَيِصٌ، ح تَفٌ، ر صَنٌ، د يَكٌ، ع مَجٌ، ح دَقٌ، ر مَأٌ، ل كَأ

ٌَجَعٌ، راَرِفٌ، دو ج سٌ، رو ف نٌ، ب يَغ

، رو ب ثٌ، م وَنٌ، رو ك شٌ، ضَرَمٌ، قَهَرٌ، ب

ٌ

ف وَخٌ، ر يَخٌ، ز وٌَ فٌ، دو ع ق dan 39 data yang termasuk bentuk sima>’i> yaitu ٌ، ر كِذ

ٌ، نآر قٌ، ةَعاَفَشٌ، طَطَشٌ، ماَعَطٌ، رو ر غٌ، رَصَبٌ، لَمَعٌ، باَتِكٌ، م ك حٌ، ءَلَج

ٌ ، ماَتِخٌ ، ةَم حَرٌ ، كل مٌ ، ناَيَب

ٌ، م لِعٌ ، ن ذِإٌ ،ىَد هٌ ، ر زِوٌ ،ٌّب حٌ ، دو ه ش

ٌ، ةَم عَنٌ، ةَّلِذٌ، ر س عٌ، ةَح يَصٌ، لَلَضٌ، ةَب هَرٌ،ٌّلِغ، ناَو ضِرٌ، ب ع رٌ، بِذَك، م ثِإ . ةَلَصٌ، ر س خٌ، ةاَكَزٌ، ةاَيَحٌ، داَسَفٌ، تاَب س. Dari 80 data tersebut mengikuti beberapa wazan yaitu: ل عَف, ةلاَعِف, ٌلَعَف, لو ع ف, لاَعِف, لعِف, ل ع ف, لِعَف, لَعَف, لاَعَف, لاَع ف, نَل عِف, نَل ع ف, ةَل عَف, ةَل عٌِف, ة َلاَعَف. Berdasarkan fungsi sintaksisnya, terdapat 3 data berupa mubtada’ (topic), 5 data berupa khabar (comment), 1 data berupa khabar inna (comment of indeed), 4 data berupa fa>’il (agent), 2 data berupa na’t (descriptive), 6 data berupa ‘atf (attracted), 20 data berupa maf’u>l bih (direct patient), 9 data berupa maf’u>l muthlaq (absolute patient), 1 data berupa ism inna (noun of indeed), 4 data berupa tamyi>z (distinctive), 19 data berupa majru>r, dan 6 data berupa mudha>f ‘ilaih (annexation). Berdasarkan penanda gramatikalnya, terdapat 15 data berupa d}ummah za>hirah, 39 data berupa fathah za>hirah, 25 data berupa kasrah za>hirah, dan 1 data berupa kasrah muqaddarah.

Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Karimah dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dalam kajiannya yaitu sama-sama meneliti morfologi dan sintaksis bahasa Arab, selain itu keduanya memiliki kesamaan pada jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif dan desain penelitian yaitu kepustakaan (library research). Sedangkan untuk perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Suryani mengkaji Mashdar Fi’l Tsula>tsi> Mujarrad sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Ism Fa<’il yang Beramal, kemudian

Karimah mengambil data dari Alquran juz 28-30, sedangkan peneliti mengambil data dari Alquran juz 1-30.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif ini memiliki beberapa persamaan serta perbedaan dengan penelitian-penelitian kualitatif sebelumnya. Untuk lebih memudahkan dalam melihat relevansi dengan penelitian yang sebelumnya, berikut disajikan Tabel 2.1 yang berupa persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

Tabel 2. 1 Persamaan dan Perbedaan

No. Nama Judul Persamaan Perbedaan

1. Alif Anharul Fahmi (2013)

Sifah Musyabahah (Similar Quality) dalam Alquran (analisis

morfosintaksis)

Jenis Penelitian:

Kualitatif

Desain penelitian:

kepustakaan (library research) Data : Ism

Sumber Data : Alquran Instrumen

penelitian: kartu data

Data penelitian:

Sifah

musyabahah sedangkan

penelitian ini meneliti tentang Ism Fa<’il yang Beramal

Bersambung …

Lanjutan …

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang akan diteliti ini belum ada sebelumnya, walaupun diketahui bahwa penelitian ini memiliki kajian serta jenis penelitian yang sama namun pada objek kajiannya berbeda. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul “Nomina Agentif yang Berperilaku Verba (Ism Fa>’il yang Beramal) dalam Alquran (analisis morfosintaksis)”.

2.2 Landasan Teoritis

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini mengambil beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli sebagai landasan dalam melakukan penelitian ini.

Penelitian ism fa<’il yang beramal ini mengacu pada beberapa teori, di antaranya:

2.2.1 Pembentukan Kata Arab

Dalam tradisi Arab terdapat dua pandangan tentang dasar pembentukan kata. Para ilmuan bahasa Arab yang tergabung dalam aliran Bashrah memandang bahwa dasar pembentukan kata Arab adalah mashdar yaitu nomina deverbal.

Mereka beralasan bahwa bentuk nomina deverbal adalah bentuk sederhana yang tidak memuat informasi perbuatan terikat dan waktu. Melainkan perbuatan bebas tidak terikat bentuknya dengan pelaku dan waktunya. Selain itu kata mashdar sendiri berarti dasar atau pangkal sedangkan turunan dalam bahasa Arab disebut sha<dir . hal ini berbeda dengan verba Arab yang menyatakan perbuatan tentunya berkesesuaian dengan diatesis, persona, jumlah, gender, dan waktu. Namun demikian justru aliran Kufah yang muncul setelahnya memandang sebaliknya.

Dasar pembentukan kata Arab adalah verba. Para ilmuan tersebut beralasan bahwa dari verbalah derivasi Arab itu bermula.

Baik aliran Bashrah maupun Kufah dan umumnya tradisi Arab bahwa pembentukan kata Arab melalui analogi atau disebut dengan al Qiya<s atau al Taqdi<r yaitu analogi dengan merujuk pada apa yang disebut al Miqya<s al Sharfiy atau wazn. al Miqya<s al Sharfiy atau wazn pada dasarnya adalah model pola terdiri dari tiga konsonan (لعف) yang mempresentasikan akar dengan variasi vokal yang menyertainya atau afiks tertentu sebagai bentuk terikat yang mempresentasikan pola. Model pola tersebut merupakan kaidah yang diturunkan secara deduktif atau disimpulkan dari kata-kata Arab yang sering dan umumnya dipakai.

Dengan melihat dasar kata dalam pembentukannya, maka pembentukan kata Arab dalam tradisi Arab dapat dikatakan melalui dua proses, yaitu leksikalisasi dan gramatikalisasi. Leksikalisasi adalah perubahan kata sebagai unsur gramatikal menjadi unsur leksikal. Sedangkan gramatikalisasi adalah perubahan leksem yang merupakan unsur leksikal menjadi kata sebagai unsur gramatikal. Leksikalisasi terjadi secara bertahap, yaitu dari bentuk kata tertentu menjadi nomina deverbal atau verba. Kemudian leksikalisasi terjadi pada nomina deverbal Arab atau verba Arab menjadi akar, yaitu menanggalkan vokal ataupun konsonan afiks hingga tersisa bentuk terikat berupa 3 satuan konsonan tanpa vokal yang disebut akar.

Gramatikalisasi terjadi pada akar dengan menambahkan vokal atau konsonan afiks mengikuti model pola tertentu sehingga menjadi kata baru (Kuswardono 2017: 57-59).

2.2.2 Nomina Agentif (لعافُمسا)

Nomina agentif atau dikenal dalam tradisi Arab dengan sebutan ism fa<’il (لعافٌمسا) adalah nomina yang menyatakan makna yang melakukan atau terjadi

padanya perbuatan ‘dasar’ yang berarti pekerjaan, kejadian, keadaan (Kuswardono 2017 : 85). Menurut (Ismail 2000: 74) ism fa<’il adalah ism musytaq yang menunjukkan pelaku dari suatau pekerjaan. Sedangkan (Alhudloriy 2011 : 57) memberikan pengertian tentang ism fa<’il yaitu suatu sifat yang menunjukkan pelaku dari suatu pekerjaan. Nomina ini bersifat tentatif selama pekerjaan atau perbuatan itu dilakukan. Dalam tradisi Arab, nomina ini dibedakan dari nomina adjektif yang menyatakan makna yang sama namun bersifat seterusnya atau terus menerus atau berkesinambungan (Al Asyqar 2014 : 42). Nomina adjektif ini bentuknya menyerupai nomina agentif atau nomina obyektif, sehingga disebut nomina adjektif serupa atau dalam tradisi Arab, shifat al musyabbahah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nomina agentif (ism fa<’il) adalah nomina yang menunjukkan makna yang melakukan suatu pekerjaan.

Dalam kajian morfologis cara membuat ism fa<’il (nomina agentif) dengan mengikuti wazan (لعاف) jika berbentuk tsula<tsi< mujarrad (verba yang terdiri dari hanya tiga konsonan radikal), contoh : (عمس ،مهف ،بتك : نم عماج ،عماس ،مهاف ،بتاك), jika berbentuk tsulatsiy mu’tal alif maka huruf alif digantikan dengan huruf hamzah, contoh : ( مانو ماقو ماص نم مئان ،مئاق ،مئاص) (Ismail 2000 : 74). Sedangkan jika berbentuk ghoiru tsula<tsi<, maka mengikuti wazan fi’l mudlo>ri’nya dengan menggantikan huruf mudlo<ro’ah menjadi mim yang didlammahkan dan mengkasrahkan huruf sebelum akhir (Busyro 2017 : 193) (Ismail 2000 : 74) memberikan contoh : ( ،ملعت نم ملعتمو ،قلطنا نم قلطنمو ،نقتأ نم نقتمو ،نسحأ نم نسحم ماقتسا نم ميقتسمو ،جرختسا نم جرختسمو).

Terdapat beragam bentuk pada slot nomina agentif Arab yang mengikuti model-model pola yang beragam pula pada pembentukannya, (El Dahdah dalam Kuswardono 2017 : 85-87).

Tabel 2. 2 Model Pola Nomina Agentif Model Pola Verba Contoh Verba Model Pola Nomina

Agentif

Nomina Agentif

ٌَلَعَف

ل ع فَي ٌبب تكي-ٌَبَتَك لِعاف بِتاك لَعف

-لِعفي سِلجي-سَلج لِعاف سِلاج لَعف

-لَعفي حَتفي-حَتف لِعاف حِتاف ل عف

-ل عفي م ركي-م رك ل يِعف ميرك لِعف

-لَعفي مَلعي-مِلع لِعاف مِلاع لِعف

-لِعفي بَسحي-بِسح لِعاف بِساح لَّعف لَّدب لِعفم لِدبم لَعاف عَبات لِعافم عِباتم

لعفأ تبثأ لِعفم تِبثم

لَّعفت دَّرجت لِعفتم د ِرجتم لعافت لزانت لِعافتم لِزانتم لعفنا قلطنا لِعفنم قِلطنم

لعتفا طبترا لِعتفم طِبترم

ٌَّلعفا َّضيبا ٌ ٌٌّلعفم ضيبم ٌ لعفتسا لبقتسا لِعفتسم لِبقتسم لعوعفا بدودحا لِعوعفم بِدودحم لَّوعفا دَّولقا ل ِوعفم دِ ولقم

ٌَّ

لاعفا َّضاقنا ٌ ٌٌّلاعفم ٌّضاقنم ٌ

للعف لزلز لِلعفم لِزلزم

للعفت فجفجت لِلعفتم فِجفجتم لعوفت بروجت لِعوفتم بِروجتم

ٌَ

لَو عفت لورست لِو عفتم لِورستم

ليعفت ريمحت لِيعفتم رِيمحتم

للنعفا مجنرحا للنعفم مِجنرحم

ٌ

للعفا ٌنأمطا ٌللعفم ٌنأمطم

Dalam kajian sintaksis, nomina agentif (ism fa<’il) bisa berperilaku seperti verba yang bisa mempengaruhi nomina sesudahnya sama seperti halnya verba yang bisa mempengaruhi nomina sesudahnya.

Nomina agentif (Ism fa<’il) itu ada kalanya diawali prefiks artikula (لا) dan adakalanya tidak diawali prefiks artikula (لا). Apabila ism fa<’il (nomina agentif) diawali prefiks artikula (لا) maka bisa berperilaku secara mutlak tanpa

ketentuan ( Muhammad tanpa tahun : 349). Seperti pada surah An nazi’at ayat 2 (اطشنٌ تاطشانلاو), (ٌوأٌ سمأٌ نيكاسملاٌ يطعملاٌ ءاج ادغٌوأٌنلآا)(AlGhani 2010 : 230).

Apabila tidak diawali prefiks artikula (لا), dapat berperilaku seperti verba, yaitu dapat menjadikan nomina setelahnya berkasus nominatif dan menjadikan nomina setelahnya berkasus akusatif jika mengandung makna istiqba<l (masa datang) atau ha<l (masa sekarang) (Ibnu Aqil 2009 : 545).Terdapat beberapa ketentuan agar nomina agentif yang tidak diawali prefiks artikula (لا) bisa berperilaku seperti verba (As Suyuthi tanpa tahun :112). Di antaranya :

(1) Terletak sesudah istifha<m (kata tanya), contoh :

اًر مَعٌ د يَزٌ بِراَضٌَا Kata (براض) merupakan ism fa<’il yang beramal karena terletak sesudah istifha<m (أ) amalnya yaitu menashabkan kata (ارمع) yang berkedudukan sebagai maf’u<l bih

(2) Terletak sesudah huruf nida, contoh :

ًٌ

لَبَجٌاًعِلاَطٌاَي Kata (اعلاط) merupakan ism fa<’il yang beramal karena terletak sesudah nida’ (اي) amalnya yaitu menashabkan kata (لبج) yang berkedudukan sebagai maf’u<l bih

(3) Terletak sesudah nafi, contoh :

اًر مَعٌ د يَزٌ بِراَضٌاَم

Kata (براض) merupakan ism fa<’il yang beramal karena terletak sesudah nafi< (ام) amalnya yaitu menashabkan kata (ارمع) yang berkedudukan sebagai maf’u<l bih

(4) Berkedudukan sebagai na’t, contoh :

اًد يَزٌ بِراَضٌ ل جَرِبٌ ت رَرَم Kata (براض) merupakan ism fa<’il yang beramal karena berkedudukan sebagai na’t amalnya yaitu menashabkan kata (اديز) yang berkedudukan sebagai maf’u<l bih

(5) Berkedudukan sebagai ha<l, contoh :

اًسَرَفٌاًبِكاَرٌ د يَزٌَءاَج Kata (ابكار) merupakan ism fa<’il yang beramal karena berkedudukan sebagai ha<l amalnya yaitu menashabkan kata (اسرف) yang berkedudukan sebagai maf’ul bih.

(6) Berkedudukan sebagai khabar mubtada, contoh :

اًر مَعٌ بِراَضٌ د يَز Kata (ٌبِراَض) merupakan ism fa<’il yang beramal karena berkedudukan sebagai khabar mubtada amalnya yaitu menashabkan kata (اًر مَع) yang berkedudukan sebagai maf’ul bih.

Nomina agentif (Ism fa<’il) dapat berperilaku karena keserasiannya dengan verba yang menjadi maknanya, yaitu verba kala-kini mendatang. Apabila nomina agentif mengandung makna lampau, tidak dapat berperilaku karena tidak mempunyai keserasian dengan verba yang menjadi maknanya. Dengan demikian

hanya menyerupai verba dari segi maknanya saja sedangkan dari segi lafadznya tidak. Maka tidak boleh mengatakan ٌِس مَاٌاًد يَزٌ بِراَضٌاَذَه tetapi dengan mengatakan ِس ٌمَاٌ د يَزٌ بِراَضٌاَذَه (Ibnu Aqil 2009 : 545).

Ism fa<’il yang berbentuk selain mufrod dapat beramal sebagaimana ism fa<’il yang berbentuk mufrod jika memenuhi syarat-syaratnya yang telah disebutkan di atas. Ism fa<’il selain mufrod mencakup ism tatsniyah, jam’ taksir (baik mudzakar atau muannats), jam’ mudzakar salim dan jam’ muannats salim (Masykuri 2016 : 278). Contoh : (اًدٌيَزٌِناَبِراَّضلاٌِناَذَه)

Ism fa>’il yang telah memenuhi syarat dapat beramal menashbkan maf’ul bihnya atau diidlofahkan pada maf’ul bihnya, seperti : اًد يَزٌ بِراَضٌاَذَه/ٌاَذَه د يَزٌ بِراَض maf’ul bih ism fa>’il yang menjadi mudlof ilaihnya secara lafadz dihukumi jarr, namun secara mahall dihukumi nashb (Masykuri 2016 : 279).

2.2.3 Fungsi Sintaksis Arab

Fungsi dalam istilah linguistik adalah hubungan antara satuan-satuan dengan unsur-unsur gramatikal, leksikal, atau fonologis dalam suatu deret satuan-satuan. Fungsi juga berarti peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain. Adapun fungsi sintaksis adalah peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas (misal : nomina berfungsi sebagai subyek atau obyek dalam kalimat) (Kridalaksana dalam Kuswardono 2018 : 88).

Fungsi sintaksis dalam bahasa Arab, apabila diklasifikasikan berdasarkan i’ra>b-nya terbagi menjadi tiga :

1. Marfu>‘atul asma>

Marfu>‘atul asma> merupakan ism-ism (nomina) yang dibaca raf’ (nominatif).

Marfu’atul asma’ ini ada tujuh macam, meliputi: fa>‘il (agent), na>ib fa>‘il (pro-agent), mubtada’ (topic), dan khabarnya (comment), ism ka>na wa akhwatuha (noun of to be), khabarnya inna wa akhwatuha (comment of indeed), dan ta>bi’

(follower) yang meliputi empat macam: na’t (descriptive), ‘atf (attracted), taukid (confirmative), dan badal (substitute) (AlGhani 2011:9).

1) Fa>‘il (agent)

Fa>‘il (agent) adalah ism (nomina) yang dibaca raf’ (berkasus nominatif) yang sebelumnya didahului oleh fi’l (ma’lum) (AlGhani 2011:9). Fa>’il adalah ism (nomina) yang dibaca raf’ (nominatif) yang disandarkan pada fi’l ma’lu>m atau serupa dengan fi’l yang disebutkan sebelumnya dan menunjukkan arti pelaku atau yang melakukan pekerjaan (AlHasyimi 2012:87) contoh ٌد يَزٌَماَق.

2) Na>ib fa>‘il (pro-agent)

Na>ib fa>‘il adalah ism (nomina) yang dibaca raf’ (nominatif) yang menggantikan posisi fa’il secara i’ra>b-nya, bukan secara maknanya, dengan merubah wazan: ٌَلَعَف menjadi ٌَلِع ف, dan wazan ٌلَع فَي menjadi

ٌ

لَع ف ي, contoh: ٌر مَلأاٌَيِض ق (Nursiyo 2012:196).

3) Mubtada’ (topic)

Mubtada adalah ism (nomina) yang dibaca raf’ (nominatif) yang sepi dari

‘a>mil lafdzi, contoh: ٌَِّللّاٌٌلو سَرٌٌدَّمَح م (Muhammad tanpa tahun:122).

4) Khabar (comment)

Khabar adalah sesuatu yang disandarkan kepada mubtada’-nya dan menjadi keterangan dari mubtada’-nya, contoh:انبرٌ الله (Isma’il, 2000:102).

5) Ism ka>na (noun of to be) dan saudara-saudaranya

Ka>na dan saudaranya beramal me-raf’-kan ism-nya dan me-nashb-kan khabar-nya. Adapun saudara-saudaranya meliputi: ٌ،ىَس ٌمَأٌ ،ناَك

ٌَصٌ ،َتاَبٌ ،َّلَظٌ ،ىح ضَأٌ ،َحَب صَأ اَمٌ ،َلاَزاَمٌ ،َس ي َلٌ ،َرا

ا

ٌَ

مٌ ،َكَف ن ا

ٌ

ٌ

َحربٌامٌ،ماٌَدٌاَمٌ،َئِتَف, contoh: ٌَِّللّاٌَلو سَرٌٌدَّمَح م ٌناََ ك (AlGhani 2011:268).

6) Khabar inna (comment of indeed) dan saudaranya

Inna dan saudaranya beramal me-nashb-kan ism-nya dan me-raf’-kan khabar-nya. Adapun saudaranya meliputi:ٌ،َت ي َلٌ،َّن أَكٌ،َّنِك َلٌ،َنَأٌ،َّنِإ

ٌَّلَع َل , contoh: ٌمِئاَقٌاًد يَزٌَّنِإ (AlGhani 2011:291) 7) Ta>bi’ (follower)

Ta>bi’ merupakan lafadz yang mengikuti kata yang di-raf’-kan. Ta>bi’ ini terdapat empat macam meliputi: na’t (descriptive), ‘atf (attracted), taukid (confirmative), dan badal (substitute). Na’t adalah ism (nomina) yang mengikuti kata sebelumnya dalam i’ra>b-nya (raf’, nashb, dan ja>rnya), mudzakar muannats-nya, ma’rifat nakirah-nya, dan mufrad mutsanna jamak-nya. contoh: ٌلِضاَف لاٌدَّمَح مَءاَج (Nursiyo 2012:184).

‘Atf adalah tabi’ (kata yang ikut) pada matbu>’-nya (kata yag diikuti) yang memakai perantara salah satu dari sepuluh huruf ‘atf. Huruf-huruf ‘atf itu

meliputi نكلٌ،لاٌ،لبٌ،ا مإٌ،وأٌ،مأٌ،ى تحٌ، مثٌ،فٌ،وcontoh:

ٌ

رَم عٌَو دَّمَح مَءاَج (Muhammad tanpa tahun:318-320).

Taukid adalah kata yang mengikuti i’ra>b sebelumnya yang berfungsi sebagai penguat, contoh: ٌه س فٌنٌ َ دَّمَح مٌَءاَج (Nursiyo 2012:188).

Badal adalah kata ganti yang mengikuti i’ra>b sebelumnya (mubdal minhu) yang berfungsi sebagai penjelas dari mubdal minhu-nya tanpa lantaran huruf ‘atf yang bermakna “yaitu”, contoh: ٌِف و رٌعَم لاِبٌٌدَّمَح ماَن دِ يَسَرَمَأ (Nursiyo 2012:195).

2. Manshu>batul Asma>

Manshu>batul asma> adalah ism-ism (nomina) yang dibaca nasb (akusatif).

Manshu>batul asma ini meliputi: maf’u>l bih (direct patient), mashdar (absolute patient), Zharaf zaman (circumstantial of time), Zharaf makan (circumstantial of place), h}al (status), tamyiz (distinctive), mustasna (excluded), ism la (noun of no), munada, maf’u>l min ajlih (causal patient), maf’u>l ma’ah (concomitant patient), khabar ka>na dan saudaranya (comment of to be), ism inna dan saudaranya (noun of inndeed), dan ta>bi’ (follower) yang terdiri atas empat meliputi na’t (descriptive), ‘atf (attracted), taukid (confirmative), dan badal (substitute) (AlGhani 2011:12).

1) Maf’u>l bih (direct patient)

Maf’u>l bih adalah ism (nomina) yang dibaca nasb (akusatif) yang menjadi sasaran pekerjaan (objek penderita). contoh: ٌَسَرَف لاٌ ت بِكَر (Muhammad tanpa tahun:194).

2) Mashdar (absolute patient)

Mashdar atau dengan kata lain disebut dengan maf’u>l muthlaq adalah mashdar pelengkap yang mengukuhkan ‘a>mil-nya, menjelaskan macam atau bilangannya, contoh: اًٌب رَضٌ اًد يَزٌ ت بَرَض (Muhammad tanpa tahun:214).

3) Zharaf zaman (circumstantial of time)

Zharaf zaman adalah ism (nomina) yang menunjukkan arti masa (waktu) yang dibaca nashb (akusatif) dengan memperkirakan makna “يف”, yang artinya pada atau dalam, contoh:ٌٌِسيِمَخ لاٌٌَم وَيٌ ت م ص (Muhammad tanpa tahun:220).

4) Zharaf makan (circumstantial of place)

Zharaf makan adalah ism (nomina) yang menunjukkan arti tempat yang dibaca nasb (akusatif) dengan memperkirakan makna “يف”, yang artinya di, contoh:ت يَب لاٌٌَماَمَأٌ ت سَلَج (Muhammad tanpa tahun:221).

5) H}al (status)

H}al adalah ism (nomina) yang dibaca nasb (akusatif) yang menjelaskan keadaan fa>‘il atau maf’u>l, atau keduanya yang belum jelas, contoh: ٌَءاَج اًٌبِكاَرٌ د يَز (Muhammad tanpa tahun: 235)

6) Tamyi>z (distinctive)

Tamyi>z adalah ism (nomina) yang dibaca nasb (akusatif) yang menjelaskan dzat atau nisbat yang masih samar, contoh: ٌ ت يَرَت شِا اًمَل غٌَن يِر شِع (Muhammad tanpa tahun: 244).

7) Mustasna (excluded)

Mustatsna adalah ism yang disebutkan setelah h}arf istitsna’ yang hukumnya berbeda dari sebelumnya dalam segi makna contoh : ٌَماَق اًد يَزٌَّلاِإٌ م وَق لا (Isma’il 2000:157)

8) Munada

Munada adalah ism (nomina) yang dibaca nasb (akusatif) sebab kemasukan huruf nida’ (panggil) اي yang diserupakan dengan fi’l, contoh: ٌِ للّاٌٌد َبَعٌاَي (Nursiyo 2012:166).

9) Ism la (noun of no)

Ism la merupakan salah satu penyebab i’ra>b nashb (akusatif), contoh:

ٌِرا دلاٌيِفٌٌَل جَرٌَلا.

10) Maf’u>l min ajlih (causal patient)

Maf’u>l min ajlih adalah ism atau nomina (bentuk mashdar) yang dibaca nasb (akusatif) untuk menjelaskan sebab atau alasan terjadinya perbuatan, contoh: دَّمَح مِلًٌٌلاَل جٌِاٌ د يَزٌَماَق (Muhammad tanpa tahun:227).

11) Maf’u>l ma’ah (concomitant patient)

Maf’u>l ma’ah adalah ism (nomina) yang dibaca nasb (akusatif), yang disebutkan sesudah wawu yang bermakna ma’a (serta), untuk menjelaskan bahwa dilakukannya suatu pekerjaan adalah bersamaan dengan ism tersebut, dan jatuh sesudah jumlah fi’liyah atau ismiyah yang mengandung makna fi’l, contoh: ٌَش يَج لاٌ َوٌ ر يِمَلأاٌ َءاَج (Muhammad tanpa tahun:231).

12) Khabar ka>na (noun of to be) dan saudara-saudaranya

Ka>na dan saudaranya beramal me-raf’-kan ism-nya dan me-nasb-kan

Ka>na dan saudaranya beramal me-raf’-kan ism-nya dan me-nasb-kan