• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan agar para pembaca menambah pengetahuannya dalam kajian tindak tutur ilokusi yang memfokuskan pada dialog film “The Captain”. Diharapkan penelitian ini nantinya dapat dijadikan pedoman dalam penelitian selanjutnya serta dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran tentang tuturan yang terdapat dalam tindak tutur baik jenis-jenisnya maupun fungsinya khususnya dalam bahasa Mandarin.

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Menurut Kridalaksana (2018:132), konsep adalah gambaran yang bersifat mentalis dari hal-hal, runtutan perubahan, serta hal lain yang ada di luar bahasa, dan membutuhkan pemahaman dalam penggunaan makna. Adapun konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.1.1 Pragmatik

Di dalam buku J.L. Austin yang berjudul How to Do Things with Words, Pragmatik merupakan ilmu yang mengkaji tentang bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi yang mengkhususkan hubungan antar kalimat dengan kejelasan makna dan keadaan yang merujuk pada kalimat tersebut (Jumanto, 2017:36).

Pragmatik adalah ilmu yang mengkaji tentang penyampaian makna oleh pembicara (penutur) atau yang ditafsirkan oleh pendengar (mitra tutur) yang mengakibatkan penelitian ini menganalisis sesuatu yang lebih berkaitan dengan maksud penutur daripada memisahkan penggunaan makna kata atau frasa dalam ujaran yang sama. Dengan demikian, Yule memberikan definisi pragmatik sebagai ilmu yang meneliti makna penutur, bidang yang mempelajari makna berdasarkan konteks, bidang yang meneliti makna yang dituturkan, dan penelitian yang merujuk pada makna dalam komunikasi penutur dan aspek yang meneliti dalam acuan mengekspresikan sesuatu sesuai dengan tingkat keakraban dalam berinteraksi sosial yang mengidentifikasi orang-orang yang ikut dalam suatu pembicaraan (Yule, 2006:3-4).

Levinson (dalam Putrayasa, 2014:23-24) menjelaskan bahwa ada kurang lebih tujuh pengertian pragmatik, diantaranya adalah untuk memahami makna kata-kata manusia, pembicara harus mengetahui makna dari kata yang diujarkan dan hubungan tata bahasa antarkata serta dapat menarik kesimpulan dan menghubungkan apa yang diasumsikan atau yang telah dikatakan. Levinson juga

8

mengemukakan, ilmu tentang hubungan antara bahasa dan uraian kalimat sebagai dasar dari penjelasan pengertian bahasa disebut dengan pragmatik.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan oleh Yule dan Levinson sebelumnya, Putrayasa (2014:14) Mendefinisikan pragmatik sebagai penggunaan bahasa yang menelaah untuk menuangkan maksud dalam berkomunikasi dalam bertindak dengan uraian kalimat dan situasi ujaran.

Berdasarkan ungkapan di atas, kesimpulannyaialah pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Secara umum, pragmatik dapat diartikan sebagai studi bahasa yang telah dikaitkan dengan konteks yang mendasari interpretasi pemahaman bahasa mengenai penggunaan bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa pragmatik adalah studi kebahasaan yang terikat konteks.

2.1.2 Tindak Tutur

Tindak tutur atau ‘pertuturan’/speech act, speech event adalah Sebuah ujaran kalimat yang memperjelas maksud penutur atau pembicara dimengerti si pendengar atau mitra tutur (Kridalaksana dalam Putrayasa, 2014:85).Tindak tutur adalah presentasi pribadi secara psikologis dan ditentukan oleh kemampuan bahasa pembicara untuk menghadapi suatu situasi. Yule (2006:81-82) mengemukakan bahwa dalam upaya untuk mengekspresikan diri, dengan cara menghasilkan ucapan yang mengandung kata-kata dan struktur tata bahasa, serta juga dapat menunjukkan perbuatan melalui ucapan. Perbuatan yang ditampilkan melalui ujaran biasanya disebut sebagai tindak tutur.

Putrayasa (2014:86) menegaskan bahwa tindak tutur adalah penggunaan bahasa yang digunakan oleh seseorang kepada lawan tuturnya dengan maksud menyampaikan suatu hal. Penyampaian makna haruslah dapat dimengerti berdasarkan bahasa yang digunakan untuk berbicara, serta dapat ditentukan oleh aspek komunikasi yang dapat diterima dengan baik termasuk situasi berkomunikasi.

9

Austin juga menegaskan, dalam kata-kata yang diujarkan terdapat banyak hal yang berbeda yang bisa diujarkan. Menurutnya sebuah tuturan ialah pernyataan tentang sebuah informasi yang menyatakan sebuah perbuatan.

Milanowski juga mengatakan, dalam beberapa kasus penggunaan sebuah ujaran untuk membentuk perbuatan, bahkan dalam istilah yang ekstrim, dengan kata lain bahwa suatu tindakan tersebutlah yang merupakan tuturan itu sendiri.

Sederhananya, dapat diartikan bahwa tindak tutur ialah tuturan yang terealisasikan dengan tindakan ataupun sebaliknya (Putrayasa, 2014:86).

Berdasarkan hal di atas, kesimpulannya ialah tindak tutur adalah aktivitas atau perbuatan dalam tuturan yang memiliki makna, maksud serta tujuan yang ingin disampaikan penutur kepada mitra tuturnya sesuai dengan konteks yang bersangkutan.

Searle (dalam Putrayasa, 2014:87) menyatakan bahwa ada tiga jenis tindakan secara pragmatisnya yang bisa dicapai oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilucotionary act),dan tindak perlokusi (perlocutionary act).

2.1.3 Tindak Tutur Ilokusi

John Austin membagi tuturan menjadi tiga jenis, yaitu tuturan lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Maka Searle (dalam Putrayasa, 2014:89-90) membagi berdasarkan kategorinya menjadi lima, sebagai berikut:

1) Asertif (Assertives): bertujuan untuk menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan validitas proposisi atau pernyataan yang diungkapkan, misalnya, menerima, menolak, mengusulkan, membual, mengeluh, berpendapat, atau melaporkan.

2) Direktif (Directives): bertujuan meminta lawan tutur melakukan sesuatu untuk menghasilkan suatu efek terhadap tindakan yang dilakukan oleh penutur; misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat.

10

3) Komisif (Commissive): bertujuan untuk menyampaikan sesuatu yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya, menjanjikan, meyakinkan, menawarkan.

4) Ekspresif (Expressive): memiliki tujuan mengungkap sikap psikologis penutur, misalnya, mengucapkan selamat, permintaan maaf, mengucapkan terima kasih, memuji, mengungkapkan perasaan.

5) Deklarasi (Declaration): memiliki tujuan mengungkapkan pernyataannya menampakkan pada adanya kesesuaian dengan realitas keberhasilan pelaksananya, misalnya, mengundurkan diri, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang, mengangkat (pegawai).

2.1.4 Dialog

Dialog merupakan komunikasi antara dua atau lebih orang, atau komunikasi yang memiliki tingkat makna dan kemampuan tinggi yang mencakup keahlian untuk mendengarkan atau didengarkan, dan juga untuk berbagi pendapat satu sama lain. Menurut Wikipedia, dialog adalah sastra dan teater yang terdiri dari percakapan lisan dan tertulis antara dua orang atau lebih.

2.1.5 Film The Captain

Film adalah hasil dari alat budaya dan ekspresi artistik. Film sebagai komunikasi kelompok adalah campuran dari berbagai teknologi seperti fotografi, rekaman suara, seni rupa, seni teater sastra, arsitektur, dan seni musik (Effendy, 1986:239).

Film “The Captain”adalah film drama Tiongkok tahun 2019. Film ini terinspirasi oleh kisah nyata insiden penerbangan Sichuan Airlines 3U8633pada tanggal 14 Mei 2018, film inidirilis di Tiongkok pada tanggal 30 September 2019.

Film ini bercerita tentang bagaimana kapten Sichuan Airlines Liu Chuanjian menyelamatkan nyawa 119 penumpang dengan penanganannya yang tenang dari pendaratan darurat.Nama-nama pemeran serta kejadian didramatisir.Film yang disutradarai oleh Andrew Lau dan diproduseri oleh Li Jinwen ini yang bercerita

11

tentang Kapten Liu Chuanjian yang memiliki nama asli Zhang Hanyu, bersiap untuk melakukan penerbangan standar dari kota Chongqing ke kota Lhasa bersama dengan co-pilot dan staff lainnya. Film ini meraih peringkat kedua dan meraup 500 juta yuan dalam penjualan tiket bioskop. Berdasarkan peristiwa nyata, film ini menggambarkan tindakan heroik seorang kapten Sichuan Airlines yang pada Mei 2018 mendaratkan penerbangan setelah perjuangan 20 menit dengan hilangnya tekanan kabin. Terbang dari Chongqing ke Lhasa, Tibet, kaca depan tiba-tiba pecah pada ketinggian 32.000 kaki dan co-pilot terhisap setengah jalan dari jendela. Tak satu pun penumpang yang terluka dalam pertemuan itu. Film

“The Captain”berdurasi 111 menit atau sekitar 1 jam 51 menit.

2.2 Landasan Teori

Teori adalah pengetahuan tentang sekumpulan konsep, definisi, dan proposal yang disusun secara sistematis (Sugiyono, 2014:54). Adapun teori yang dipakai dalam penelitian ini sangat berkaitan erat dengan pragmatik yaitu sebagai berikut.

2.2.1 Tindak tutur

Tindak tutur atau ‘pertuturan’/speech act, speech event adalah Sebuah ujaran kalimat yang memperjelas maksud penutur atau pembicara dimengerti si pendengar atau mitra tutur (Kridalaksana dalam Putrayasa, 2014:85).Tindak tutur adalah presentasi pribadi secara psikologis dan ditentukan oleh kemampuan bahasa pembicara untuk menghadapi suatu situasi. Yule (2006:81-82) mengemukakan bahwa dalam upaya untuk mengekspresikan diri, dengan cara menghasilkan ucapan yang mengandung kata-kata dan struktur tata bahasa, serta juga dapat menunjukkan perbuatan melalui ucapan. Perbuatan yang ditampilkan melalui ujaran biasanya disebut sebagai tindak tutur.

Putrayasa (2014:86) menegaskan bahwa tindak tutur adalah penggunaan bahasa yang digunakan oleh seseorang kepada lawan tuturnya dengan maksud menyampaikan suatu hal. Penyampaian makna haruslah dapat dimengerti berdasarkan bahasa yang digunakan untuk berbicara, serta dapat ditentukan oleh

12

aspek komunikasi yang dapat diterima dengan baik termasuk situasi berkomunikasi.

Austin juga menegaskan, dalam kata-kata yang diujarkan terdapat banyak hal yang berbeda yang bisa diujarkan. Menurutnya sebuah tuturan ialah pernyataan tentang sebuah informasi yang menyatakan sebuah perbuatan.

Milanowski juga mengatakan, dalam beberapa kasus penggunaan sebuah ujaran untuk membentuk perbuatan, bahkan dalam istilah yang ekstrim, dengan kata lain bahwa suatu tindakan tersebutlah yang merupakan tuturan itu sendiri.

Sederhananya, dapat diartikan bahwa tindak tutur ialah tuturan yang terealisasikan dengan tindakan ataupun sebaliknya (Putrayasa, 2014:86).

Berdasarkan hal di atas, kesimpulannya ialah tindak tutur adalah aktivitas atau perbuatan dalam tuturan yang memiliki makna, maksud serta tujuan yang ingin disampaikan penutur kepada mitra tuturnya sesuai dengan konteks yang bersangkutan.Austin (dalam Jumanto, 2017:70-74) membagi tindak tutur menjadi tiga macam tindakan yaitu sebagai berikut:

a) Tindak Lokusi

Tindak Lokusi (locutionary act) adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu, biasanya disebut sebagai The Act of Saying Something (Rahardi, 2009; Sumarsono, 2009 dalam Putrayasa, 2014:87). Rohmadi (2004:30) mendefinisikan tindak tutur tempat sebagai perilaku yang paling mudah dikenali, karena pengakuan ini tidak mempertimbangkan konteks ujaran.

Tuturan diujarkan hanya sebagai tindak untuk menyampaikan informasi.

Contoh:

Ikan paus adalah binatang mamalia terbesar di samudra. (Putrayasa, 2014:87) Tuturan di atas merupakan tindak tutur lokusi. Pengutaraan tuturan tersebut hanya sebagai informasi suatu hal tanpa adanya tindakan untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk memberikan pengaruh kepada lawan tuturnya. Kalimat di atas hanya sebuh informasi yang tidak mempunyai dampak apa-apa terhadap mitra tuturnya.

13 b) Tindak Ilokusi

Tindak Ilokusi (Ilocutionary act) adalah tindak tutur yang berfungsi utnuk menginformasikan sesuatu, dapat juga digunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ini biasanya disebut sebagai The Act of Doing Something, dimana tuturannya memiliki daya maksud dan tujuan (Rahardi, 2009; Sumarsono, 2009 dalam Putrayasa 2014:87). Tindak tutur ilokusi adalah apa yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan dapat merupakan tindakan menyatakan, berjanji, meminta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah, meminta dan lain sebagainya.

Tindak ilokusi ini dapat dikatakan sebagai bagian terpenting dalam kajian dan pemahaman tindak tutur (Nadar dalam Putrayasa, 2014:87).

John Austin membagi tuturan menjadi tiga jenis, yaitu tuturan lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Maka Searle (dalam Putrayasa, 2014:89-90) membagi berdasarkan kategorinya menjadi lima, sebagai berikut:

1. Asertif (Assertives): bertujuan untuk menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan validitas proposisi atau pernyataan yang diungkapkan, misalnya, menerima, menolak, mengusulkan, membual, mengeluh, berpendapat, atau melaporkan.

2. Direktif (Directives): bertujuan meminta lawan tutur melakukan sesuatu untuk menghasilkan suatu efek terhadap tindakan yang dilakukan oleh penutur; misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat.

3. Komisif (Commissive): bertujuan untuk menyampaikan sesuatu yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya, menjanjikan, meyakinkan, menawarkan.

4. Ekspresif (Expressive): memiliki tujuan mengungkap sikap psikologis penutur, misalnya, mengucapkan selamat, permintaan maaf, mengucapkan terima kasih, memuji, mengungkapkan perasaan.

5. Deklarasi (Declaration): memiliki tujuan mengungkapkan pernyataannya menampakkan pada adanya kesesuaian dengan realitas keberhasilan pelaksananya, misalnya, mengundurkan diri, memecat,

14

memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang, mengangkat (pegawai).

Contoh:

Rambutmu sudah panjang. (Putrayasa, 2014:87-88)

Tuturan merupakan tindak tutur ilokusi pernyataan atau menyatakan.

Tuturan ini bila diujarkan oleh seorang ayah kepada anak perempuannya, kemungkinan berfungsi untuk menyatakan rasa kagumnya. Namun, bila diutarakan oleh seorang ayah kepada anak lelakinya, kalimat terebut memiliki maksud untuk menyuruh atau memerintah agar anak tersebut memotong rambutnya.

Dari uraian tersebut sudah jelas bahwa tindak ilokusi sangat sukat untuk diidentifikasikan karena harus terlebih dulu mempertimbangkan penutur dan lawan tuturnya, kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya. Dengan demikian, tindak tutur ilokusi merupakan bagian yang terpusat atau terpenting untuk memahami tindak tutur.

c) Tindak Perlokusi

Tindak Perlokusi (perlocutionary act) adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur. Tindak tutur ini disebut sebagai The Act of Affecting Some One. Yule (2006:84) mendefinisikan tindak perlokusi adalah apa yang dituturkan bergantung pada keadaan, dengan mengasumsikan bahwa pendengar mengenali akibat yang ditimbulkan dari apa yang dipertuturkan.

Contoh:

Rumahnya jauh. (Putrayasa, 2014:88)

Tuturan di atas adalah tindak tutur ilokusi yang memiliki efek perlokusi bagi pendengarnya. Diuraikan oleh seseorang kepada ketua organisasinya, maka ilokusinya adalah secara tidak langsung menginformasikan bahwa orang yang dibicarakan tidak dapat terlalu aktif di dalam organisasinya. Adapun efek perlokusi yang diharapkan adalah agar ketua tidak terlalu banyak memberikan tugas kepada para anggota.

15

Tindak tutur ilokusi, Searle (dalam Leech, 1993:164-165) mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi (ilocutionary act) dalam lima jenis tindak tutur, yaitu, Asertif (Assertives), Direktif (Directives), Komisif (Commissives), Ekspresif (Expressives), dan Deklarasi (Declarations).

2.2.2 Fungsi Tindak Tutur Ilokusi

Setiap kata atau frasa berisi maksud dan tujuan tertentu. Dalam hal ini, fungsi sosial tindak tutur ilokusi dapat dibagi menjadi empat jenis, menurut hubungan fungsi-fungsi ini dengan tujuan sosial dalam bentuk mempertahankan perilaku sopan dan hormat (Leech dalam Putrayasa, 2014:90). Leech mengklasifikasikan fungsi ilokusi sbb:

1) Kompetitif (Competitive), suatu tuturan dengan tujuan ilokusi yang bersaing dengan tujuan sosialyang termasuk tidak sopan, misalnya, meminta, menuntut, memerintah, memohon,dan menolak.

2) Menyenangkan (Convival), tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial, misalnya mengajak, menawarkan, menyapa, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat.

3) Bekerjasama (Collaborative), tujuan ilokusi ini tidak menghiraukan tujuan sosial, misalnya, melapor, mengajarkan, mengumumkan, menyatakan (menerima).

4) Bertentangan (Conflictive), tujuan ilokusi ini bertentangan dengan tujuan sosial, misalnya, mengancam, menuduh, menyumpahi, memarahi, mengkritik.

2.3 Kajian Relevan

Parapat (2019) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Dialog Film Full Circle Karya Zhang Yang : Kajian Pragmatik ( 《 飞 越 老 人 院 》 电 影 对 话 中 的 言 外 之 意 行 为 分 析 : 语 用 学 研 究 )”

mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi dan fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam film Full Circle 《 飞 越 老 人 院 》 . Penelitian ini menggunakan teori tindak tutur oleh Searle dan Leech. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian jenis desktiptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan

16

menggunakan metode simak. Penilitian ini membantu penulis dalam memahami suatu fenomena bahasa yang berupa jenis dan fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam dialog film tersebut. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah adalah objek penelitian, teori serta teknik dalam menganalisis data, penelitian ini memfokuskan pada teori tindak tutur oleh Searle dan Leech, dan untuk proses analisis datanya menggunakan tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Triyani (2017) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Tindak Tutur dalam Acara Variety Show Running Man 《奔跑吧兄弟》: Kajian Pragmatik (《奔跑吧兄弟》综艺节目中的言语行为分析:语用学研究 (《Bēnpǎo ba xiōngdì 》 zōngyì jiémù zhōng de yányǔ xíngwéi fēnxī : Yǔyòngxué yánjiū) mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur ilokusi beserta fungsinya, yakni dalam setiap tuturan para anggota, PD, dan bintang tamu dalam acara variety show Running Man 《奔跑吧兄弟》pada episode delapan dan sembilan yang tayang pada season ke empat di tahun 2016. Penelitian ini menggunakan teori tindak tutur oleh Austin. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian jenis desktiptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode simak.

Penilitian ini membantu penulis dalam memahami suatu fenomena bahasa yang berupa jenis dan fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam acara variety show Running Man 《奔跑吧兄弟》. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah adalah objek penelitian, teori serta teknik dalam menganalisis data, penelitian ini memfokuskan pada teori tindak tutur oleh Austin dan Searle, dan untuk proses analisis datanya menggunakan tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Kusumaningsih (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur Ilokusi dalalm Film Hors de Prix Karya Pierre Salvadori” mendeskripsikan jenis dan fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan antarpemain dalam film Hors de Prix. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah objek penelitian, teori, penelitian ini memfokuskan pada teori tindak tutur oleh Searle. Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode padan. Data

17

dikumpulkan dengan menggunakan metode simak serta menggunakan komponen tutur PARLANT untuk menentukan konteks data. Penelitian ini juga menerapkan validitas semantis.

Sari (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur Ilokusi dalam Dialog Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk Karya Buya Hamka Kajian Pragmatik” mendeskripsikan makna pragmatis dari tindak tutur ilokusi yang diujarkan oleh para tokoh dan mendeskripsikan bentuk tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam dialog film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk Karya Buya Hamka. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode simak bebas libat cakap dan teknik catat.

Menggunakan teori oleh Austin. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian jenis desktiptif kualitatif. Pengumpulan daata dengan menggunakan metode simak makna pragmatis dari tindak tutur ilokusi yang diujarkan oleh para tokoh dalam film dan mendeskripsikan bentuk tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam dialog film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk Karya Buya Hamka.

Setyanto (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur Ilokusi dalam Dialog Film 5cm Karya Rizal Mantovani (Sebuah Tinjauan Pragmatik)”

mengkaji tindak tutur ilokusi dan menggali maksud tindak tutur ilokusi dalam film 5cm Karya Rizal Mantovani. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dengan menggunakan metode simak dengan teknik dasar teknik sadap dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap kemudian teknik catat. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah objek penelitian, teori, serta teknik dalam menganalisi data.

Penelitian ini memfokuskan pada teori tindak tutur oleh Searle.

18 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan tentang metode penelitian atau tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan, yang melingkupi jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami kejadian-kejadian yang dialami subjek penelitian, seperti tingkah laku, tanggapan, motivasi, perbuatan, dan sebagainya (Moleong, 2005:6).

Berdasarkan penjelasan mengenai penelitian kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tindak tutur ilokusi dalam dialog film “The Captain”

《中国机长》melalui kata-kata atau tuturan-tuturan yang diujarkan. Metode pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena bahasa yang berupa jenis-jenis tindak tutur ilokusi beserta fungsinya dalam dialog film “The Captain”《中国机长》.

3.2 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah dialog yang mengandung jenis-jenis tindak tutur ilokusi dan fungsi tindak tutur ilokusi pada dialog film “The Captain”《中 国机长》.

Sumber data dalam penelitian ini adalah film “The Captain”《中国机长》, bahasa yang digunakan dalam film tersebut adalah bahasa Mandarin yang diperoleh dari situs internet di youtube.com dengan cara mengunduhnya. Film

“The Captain” adalah film drama Tiongkok tahun 2019. Film ini terinspirasi oleh kisah nyata insiden penerbangan Sichuan Airlines 3U8633 pada tanggal 14 Mei 2018, film inidirilis di Tiongkok pada tanggal 30 September 2019. Film ini bercerita tentang bagaimana kapten Sichuan Airlines Liu Chuanjian menyelamatkan nyawa 119 penumpang dengan penanganannya yang tenang dari pendaratan darurat. Nama-nama pemeran serta kejadian didramatisir. Film ini

19

disutradarai oleh Andrew Lau (刘伟强) dan diproduseri oleh Li Jinwen yang dibintangi oleh Zhang Hanyu (张涵于) sebagai Liu Chuanjian, Ou Hao (欧嚎) sebagai Xu Yichen, Du Jiang (杜江) sebagai Liang Dong, Yuan Quan (袁泉) sebagai Binan, Zhang Tiannai (张天爱) sebagai Huang Jia, Li Qin (李沁) sebagai Zhou Yawen.

Gambar 3.2 Cover Film “The Captain” 《中国机长》

Film yang akan diteliti memiliki durasi 111 menit atau sekitar 1 jam 51 menit yang tayang pada tahun 2019.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan metode simak.

Metode simak berupa penyimakan, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Dalam penerapannya, penelitian ini menyimak tuturan yang diujarkan oleh para pemain film “The Captain”《中国机长》pada tahun 2019 yang telah diunduh dari situs youtube.com.

Sudaryanto (2015: 6) mengemukakan bahwa tahap penyediaan data adalah ketika peneliti berusaha menyediakan atau mengumpulkan data yang cukup.

Penelitian ini menggunakan teknik simak catat. Sudaryanto (2015:203)

20

mengatakan bahwa metode simak adalah metode yang digunakan dalam penelitian bahasa dengan cara menyimak penggunaan bahasa pada objek yang akan diteliti.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Tarigan (1986: 15), menyimak adalah proses mendengarkan simbol lisan melalui konsentrasi, pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap atau pesan dan memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh penutur melalui tuturan yang diujarkan atau bahasa lisan.

Setelah melakukan teknik simak, peneliti menggunakan teknik catat untuk merekam semua tuturan-tuturan yang berisi jenis dan fungsi tindak tutur ilokusi.

Teknik catat adalah pencatatan hasil mendengarkan yang dapat dibuat menggunakan alat tulis tertentu (Sudaryanto, 2015:205-206). Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai berikut:

Teknik catat adalah pencatatan hasil mendengarkan yang dapat dibuat menggunakan alat tulis tertentu (Sudaryanto, 2015:205-206). Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai berikut:

Dokumen terkait