• Tidak ada hasil yang ditemukan

IWAN HP MANOPPO 21

Dalam dokumen KEPEMIMPINAN KEPEMIMPINAN EP (Halaman 78-98)

MERAWAT HUBUNGAN YANG HARMONIS DAN MENJAGA INTEGRITAS BERSAMA BADAN ADHOC

IWAN HP MANOPPO 21

Kotamobagu Kota Sarat Sejarah.

otamobagu adalah sebuah kota administratif yang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Sulawesi Utara, memiliki luas wilayah 184,33 Km2, terdiri dari 4 kecamatan, 33 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk 125.853 ribu jiwa22, Kotamobagu merupakan ibukota eks Swapraja (kerajaan) yang merupakan bagian dari 4 eks swapraja yang ada yaitu kerajaan Bolaang Mongondow yang kemudian bergabung dengan NKRI pada tahun 1958, dibawah kepemimpinan Raja H. Y. C. Manoppo.

21 Ketua KPU Kota Kotamobagu,

22 BPS Kotamobagu dalam angka thn 2019

K

pengundian nomor urut, serta rapat-rapat koordinasi yang menyertainya, bisa terlaksana dengan sangat memperhatikan protokol pencegahan penyebaran virus Corona.

Kami juga mendokumentasikan berbagai kegiatan persiapan yang harus dimodifikasi dengan cara daring, termasuk pengukuhan atau pelantikan petugas Adhoc; PPS dan KPPS, serta Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP). Bimbingan Teknis kepada penyelenggara di tingkat kecamatan dan desa memadukan metode tatap muka meski sangat terbatas, dengan metode daring. Memang bukan perkara mudah untuk mengarahkan ribuan orang hanya melalui perangkat telepon seluler.

Masih lekat dalam ingatan saya, ketika Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) mengikuti pengukuhan dan bimbingan teknis melalui daring. Sementara di beberapa lokasi seperti Desa Kokapoy, Jiko Belangan, Desa Bukaka dan juga beberapa desa lainnya yang belum terjangkau signal seluler, harus berupaya mencari jaringan di beberapa titik untuk bisa mengikuti kegiatan sakral dan juga penting demi peristiwa demokrasi yang akan melahirkan pemimpin.

Tentu dengan kelebihan dan kekurangannya metode daring telah menjadi fenomena baru dalam menyikapi situasi. Namun target sebagai penyelenggara agar pemilihan sukses alhamdulilah bisa diwujudkan. (*)

MERAWAT HUBUNGAN YANG HARMONIS DAN MENJAGA INTEGRITAS BERSAMA BADAN ADHOC

IWAN HP MANOPPO21

Kotamobagu Kota Sarat Sejarah.

otamobagu adalah sebuah kota administratif yang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Sulawesi Utara, memiliki luas wilayah 184,33 Km2, terdiri dari 4 kecamatan, 33 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk 125.853 ribu jiwa22, Kotamobagu merupakan ibukota eks Swapraja (kerajaan) yang merupakan bagian dari 4 eks swapraja yang ada yaitu kerajaan Bolaang Mongondow yang kemudian bergabung dengan NKRI pada tahun 1958, dibawah kepemimpinan Raja H. Y. C. Manoppo.

21 Ketua KPU Kota Kotamobagu,

22 BPS Kotamobagu dalam angka thn 2019

K

Kotamobagu juga merupakan eks ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow sebelum dimekarkan. Seperti diketahui Kabupaten Bolaang Mongondow telah mengalami sejumlah pemekaran. Pada 2007 dimekarkan Kota Kotamobagu dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Dan pada 2008 dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Sehingga Bolaang Mongondow menjadi 4 kabupaten dan 1 Kota. Potensi kedaerahan yang dimiliki oleh Kotamobagu adalah sektor pertanian, peternakan, pariwisata, dan banyaknya infrastruktur yang dimiliki pasca dimekarkan yang merupakan peninggalan dari kabupaten Bolaang Mongondow.

Kotamobagu yang berada di tengah-tengah 4 kabupaten (Bolaang Mongondow Raya) sangatlah strategis sehingga Kota Kotamobagu dikatakan juga adalah kota jasa dan perdagangan. (*)

Komisi Pemilihan Umum Kotamobagu

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Kotamobagu berdiri pada tahun 2008 pasca pemekaran dari kabupaten Bolaang Mongondow.

Saat tulisan ini dibuat, saya dan teman-teman merupakan komisioner pada periode ke 3 selama KPU berdiri di Kotamobagu. Sudah 3 kali melaksanakan pemilihan baik itu pemilihan umum (2009, 2014, 2019), Pemilihan Gubernur (2010, 2015, 2020), maupun pemilihan Wali Kota Kotamobagu (2008, 2013, 2018).

Saya sendiri diamanahkan untuk yang kedua kalinya menjadi komisioner KPU Kota Kotamobagu, setelah melewati proses seleksi yang ketat dan menegangkan. Usai dilantik, saya diberi kepercayaan teman-teman menakodai lembaga ini sebagai ketua. Periode sebelumnya (2013-2018), saya mengepalai Divisi SDM, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi masyarakat. (*)

Badan Adhoc

Badan Adhoc adalah organisasi yang melaksanakan penyelenggaraan pemilihan baik itu di tingkatan kecamatan, kelurahan/desa dan Tempat Pemilihan Suara (TPS). Dalam proses pembentukannya, harus mengacu pada Undang-undang Pemilu maupun Undang-undang Pilkada dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) serta Pedoman Teknis tentang pembentukan badan Adhoc. Sehingga dalam proses rekrutmennya kami selalu berpedoman pada regulasi yang ada agar setiap tahapan pembentukannya tidak keliru dan akan membuka ruang gugatan.

Sebagai ketua saya mengawal proses ini, tetapi secara teknis menyerahkan kepada ketua divisi terkait dalam proses pembentukannya. Saya sadar betul pembentukan badan Adhoc ini merupakan salah satu tahapan yang sangat krusial. Mereka adalah penyelenggara di tingkatannya yang selalu dilihat dan diawasi, baik oleh lembaga pengawas (Bawaslu/Panwascam), peserta Pemilu serta masyarakat dimana mereka bertugas.

Sedemikian pentingnya peran Adhoc, membuat seluruh tahapan proses pembentukannya dilakukan dengan sangat komprehensif.

Tujuannya konkrit. Agar nantinya diperoleh personel badan Adhoc yang tidak saja memiliki kapasitas, memahami dan menguasai wawasan kepemiluan, tetapi juga orang-orang yang memiliki integritas.

Kota Kotamobagu memiliki 20 orang anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) yang berasal dari 4 kecamatan dan 99 orang anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) yang bertugas di 33 Desa dan Kelurahan se Kota Kotamobagu. Sementara untuk jumlah Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) akan berbeda jumlahnya di setiap agenda pemilihan, karena berdasarkan undang-undang, dan ditentukan baik jumlah TPS maupun jumlah pemilih di masing-masing TPS. (*)

Kotamobagu juga merupakan eks ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow sebelum dimekarkan. Seperti diketahui Kabupaten Bolaang Mongondow telah mengalami sejumlah pemekaran. Pada 2007 dimekarkan Kota Kotamobagu dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Dan pada 2008 dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Sehingga Bolaang Mongondow menjadi 4 kabupaten dan 1 Kota. Potensi kedaerahan yang dimiliki oleh Kotamobagu adalah sektor pertanian, peternakan, pariwisata, dan banyaknya infrastruktur yang dimiliki pasca dimekarkan yang merupakan peninggalan dari kabupaten Bolaang Mongondow.

Kotamobagu yang berada di tengah-tengah 4 kabupaten (Bolaang Mongondow Raya) sangatlah strategis sehingga Kota Kotamobagu dikatakan juga adalah kota jasa dan perdagangan. (*)

Komisi Pemilihan Umum Kotamobagu

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Kotamobagu berdiri pada tahun 2008 pasca pemekaran dari kabupaten Bolaang Mongondow.

Saat tulisan ini dibuat, saya dan teman-teman merupakan komisioner pada periode ke 3 selama KPU berdiri di Kotamobagu. Sudah 3 kali melaksanakan pemilihan baik itu pemilihan umum (2009, 2014, 2019), Pemilihan Gubernur (2010, 2015, 2020), maupun pemilihan Wali Kota Kotamobagu (2008, 2013, 2018).

Saya sendiri diamanahkan untuk yang kedua kalinya menjadi komisioner KPU Kota Kotamobagu, setelah melewati proses seleksi yang ketat dan menegangkan. Usai dilantik, saya diberi kepercayaan teman-teman menakodai lembaga ini sebagai ketua. Periode sebelumnya (2013-2018), saya mengepalai Divisi SDM, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi masyarakat. (*)

Badan Adhoc

Badan Adhoc adalah organisasi yang melaksanakan penyelenggaraan pemilihan baik itu di tingkatan kecamatan, kelurahan/desa dan Tempat Pemilihan Suara (TPS). Dalam proses pembentukannya, harus mengacu pada Undang-undang Pemilu maupun Undang-undang Pilkada dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) serta Pedoman Teknis tentang pembentukan badan Adhoc. Sehingga dalam proses rekrutmennya kami selalu berpedoman pada regulasi yang ada agar setiap tahapan pembentukannya tidak keliru dan akan membuka ruang gugatan.

Sebagai ketua saya mengawal proses ini, tetapi secara teknis menyerahkan kepada ketua divisi terkait dalam proses pembentukannya. Saya sadar betul pembentukan badan Adhoc ini merupakan salah satu tahapan yang sangat krusial. Mereka adalah penyelenggara di tingkatannya yang selalu dilihat dan diawasi, baik oleh lembaga pengawas (Bawaslu/Panwascam), peserta Pemilu serta masyarakat dimana mereka bertugas.

Sedemikian pentingnya peran Adhoc, membuat seluruh tahapan proses pembentukannya dilakukan dengan sangat komprehensif.

Tujuannya konkrit. Agar nantinya diperoleh personel badan Adhoc yang tidak saja memiliki kapasitas, memahami dan menguasai wawasan kepemiluan, tetapi juga orang-orang yang memiliki integritas.

Kota Kotamobagu memiliki 20 orang anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) yang berasal dari 4 kecamatan dan 99 orang anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) yang bertugas di 33 Desa dan Kelurahan se Kota Kotamobagu. Sementara untuk jumlah Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) akan berbeda jumlahnya di setiap agenda pemilihan, karena berdasarkan undang-undang, dan ditentukan baik jumlah TPS maupun jumlah pemilih di masing-masing TPS. (*)

Tantangan, Hambatan, serta Peluang dalam pembentukan Badan Adhoc

Tugas sebagai ketua, sangatlah dirasakan penuh dengan tantangan dan dinamika. Salah satu tantangan adalah bagaimana seorang ketua dapat mengoordinir seluruh elemen dalam KPU Kota Kotamobagu agar bisa berjalan dengan sebagaimana mestinya. Yang paling kompleks adalah tahapan pembentukan badan adhoc.

Tantangan bagaimana setiap proses rekrutmen badan adhoc dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan regulasi dan mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan yaitu mendapatkan anggota badan adhoc yang profesional, independen, berintegritas, dengan melibatkan orang yang banyak dalam proses ini, maka yang dituntut adalah kecermatan dalam mempersiapkan segala sesuatunya agar dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Proses ini bukan berarti tidak memiliki hambatan. Salah satu yang paling mendebarkan adalah kurangnya peminat yang ingin terlibat sebagai penyelenggara baik itu di tingkatan kecamatan maupun di tingkatan desa/kelurahan. Di tingkatan TPS lebih kompleks lagi.

Terungkap berbagai alasan yang ada seperti tugas sebagai penyelenggara dirasakan terlalu berat karena diperhadapkan dengan kepentingan masyarakat dan kekuatan politik dari peserta Pemilu/pemilihan, ada rasa takut akan adanya kesalahan yang akan dilakukan sehingga berkonsekuensi hukum.

Adanya ketentuan bahwa orang-orang yang pernah menjadi penyelenggara dibatasi periodesasi maksimal 2 (dua) kali menjadi penyelenggara di tingkatan yang sama, dan aturan-aturan lainnya, benar-benar membuat kami sulit memenuhi kuota pendaftaran bakal calon badan adhoc. Untuk menjawab hambatan itu, sebagai pimpinan lembaga saya mengonsolidasikan dengan Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menggencarkan sosialisasi ke masyarakat.

Tujuannya jelas, agar masyarakat paham dan tertarik mendaftarkan diri ke kantor KPU dan selanjutnya mengikuti seluruh proses seleksi. Meski begitu, bukan berarti tidak lagi ada masalah.

Minimnya pengalaman pendatang baru jadi dilema tersendiri. Di satu sisi kehadiran mereka menjadi hal positif karena belum terlalu bias

dengan afiliasi politik, di sisi lain tingginya tensi dan kompleksitas masalah Pemilu dicemaskan bermuara pada kinerja yang tidak sesuai ekspektasi. Sebagai pimpinan lembaga ini adalah tantangan tersendiri.

Terkait ini, solusi parsial yang paling efektif adalah menghadirkan metode pelatihan dan bimtek yang efektif dan efisien, agar pemahaman tugas pokok dan fungsi bisa diserap dengan maksimal. (*)

Merawat Hubungan yang Harmonis

Dalam sebuah organisasi yang melibatkan banyak orang, tentunya kita harus memiliki kiat-kiat dalam mengkoordinir dan mengkomunikasikan hal-hal terkait, agar semua dapat berjalan dengan baik. Yang paling penting, kesalahan bisa diminimalisir. Selain lewat pertemuan-pertemuan formal seperti Bimtek dan Rakor, relasi komunikasi yang dilakukan adalah dengan membentuk satu wadah komunikasi lewat media sosial, seperti WhatsApp grup.

Cara ini menjadi sedemikian efektif dan banyak sekali manfaatnya.

Setiap ada tugas yang harus dilaksanakan segera, sebagai pimpinan saya dan komisioner lain dapat dengan mudah untuk meminta penyelenggara ad-hoc segera melaksanakannya. Metode lain dalam menjalin komunikasi yang baik dan intens adalah rutin menyambangi wilayah-wilayah kerja badan ad-hoc baik lewat pembagian koordinator wilayah ke masing-masing komisioner.

Sebagai pimpinan lembaga, saya rutin melakukan supervisi dan monitoring pelaksanaan tugas ke masing-masing kecamatan, desa/Kelurahan dan bahkan ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada saat hari pelaksanaan pemungutan dan perhitungan suara. Tidak jarang untuk mendekatkan diri dengan rekan-rekan badan adhoc, saya mengambil waktu mengajak mereka untuk sekedar “kongkow-kongkow”, berdiskusi terkait tugas sebagai penyelenggara.

Moment ini sekaligus mendengarkan curhat sekaligus sharing sebagai sesama keluarga penyelenggara. Manfaatnya berlipat-lipat.

Selain mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas yang sudah dilaksanakan, kendala-kendala yang ditemui di lapangan juga bisa diketahui. Alhasil, kongkow-kongkow ini sering bermuara pada lahirnya sejumlah solusi atas masalah di lapangan. Pelajaran berharga dari

Tantangan, Hambatan, serta Peluang dalam pembentukan Badan Adhoc

Tugas sebagai ketua, sangatlah dirasakan penuh dengan tantangan dan dinamika. Salah satu tantangan adalah bagaimana seorang ketua dapat mengoordinir seluruh elemen dalam KPU Kota Kotamobagu agar bisa berjalan dengan sebagaimana mestinya. Yang paling kompleks adalah tahapan pembentukan badan adhoc.

Tantangan bagaimana setiap proses rekrutmen badan adhoc dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan regulasi dan mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan yaitu mendapatkan anggota badan adhoc yang profesional, independen, berintegritas, dengan melibatkan orang yang banyak dalam proses ini, maka yang dituntut adalah kecermatan dalam mempersiapkan segala sesuatunya agar dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Proses ini bukan berarti tidak memiliki hambatan. Salah satu yang paling mendebarkan adalah kurangnya peminat yang ingin terlibat sebagai penyelenggara baik itu di tingkatan kecamatan maupun di tingkatan desa/kelurahan. Di tingkatan TPS lebih kompleks lagi.

Terungkap berbagai alasan yang ada seperti tugas sebagai penyelenggara dirasakan terlalu berat karena diperhadapkan dengan kepentingan masyarakat dan kekuatan politik dari peserta Pemilu/pemilihan, ada rasa takut akan adanya kesalahan yang akan dilakukan sehingga berkonsekuensi hukum.

Adanya ketentuan bahwa orang-orang yang pernah menjadi penyelenggara dibatasi periodesasi maksimal 2 (dua) kali menjadi penyelenggara di tingkatan yang sama, dan aturan-aturan lainnya, benar-benar membuat kami sulit memenuhi kuota pendaftaran bakal calon badan adhoc. Untuk menjawab hambatan itu, sebagai pimpinan lembaga saya mengonsolidasikan dengan Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menggencarkan sosialisasi ke masyarakat.

Tujuannya jelas, agar masyarakat paham dan tertarik mendaftarkan diri ke kantor KPU dan selanjutnya mengikuti seluruh proses seleksi. Meski begitu, bukan berarti tidak lagi ada masalah.

Minimnya pengalaman pendatang baru jadi dilema tersendiri. Di satu sisi kehadiran mereka menjadi hal positif karena belum terlalu bias

dengan afiliasi politik, di sisi lain tingginya tensi dan kompleksitas masalah Pemilu dicemaskan bermuara pada kinerja yang tidak sesuai ekspektasi. Sebagai pimpinan lembaga ini adalah tantangan tersendiri.

Terkait ini, solusi parsial yang paling efektif adalah menghadirkan metode pelatihan dan bimtek yang efektif dan efisien, agar pemahaman tugas pokok dan fungsi bisa diserap dengan maksimal. (*)

Merawat Hubungan yang Harmonis

Dalam sebuah organisasi yang melibatkan banyak orang, tentunya kita harus memiliki kiat-kiat dalam mengkoordinir dan mengkomunikasikan hal-hal terkait, agar semua dapat berjalan dengan baik. Yang paling penting, kesalahan bisa diminimalisir. Selain lewat pertemuan-pertemuan formal seperti Bimtek dan Rakor, relasi komunikasi yang dilakukan adalah dengan membentuk satu wadah komunikasi lewat media sosial, seperti WhatsApp grup.

Cara ini menjadi sedemikian efektif dan banyak sekali manfaatnya.

Setiap ada tugas yang harus dilaksanakan segera, sebagai pimpinan saya dan komisioner lain dapat dengan mudah untuk meminta penyelenggara ad-hoc segera melaksanakannya. Metode lain dalam menjalin komunikasi yang baik dan intens adalah rutin menyambangi wilayah-wilayah kerja badan ad-hoc baik lewat pembagian koordinator wilayah ke masing-masing komisioner.

Sebagai pimpinan lembaga, saya rutin melakukan supervisi dan monitoring pelaksanaan tugas ke masing-masing kecamatan, desa/Kelurahan dan bahkan ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada saat hari pelaksanaan pemungutan dan perhitungan suara. Tidak jarang untuk mendekatkan diri dengan rekan-rekan badan adhoc, saya mengambil waktu mengajak mereka untuk sekedar “kongkow-kongkow”, berdiskusi terkait tugas sebagai penyelenggara.

Moment ini sekaligus mendengarkan curhat sekaligus sharing sebagai sesama keluarga penyelenggara. Manfaatnya berlipat-lipat.

Selain mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas yang sudah dilaksanakan, kendala-kendala yang ditemui di lapangan juga bisa diketahui. Alhasil, kongkow-kongkow ini sering bermuara pada lahirnya sejumlah solusi atas masalah di lapangan. Pelajaran berharga dari

momentun ini, makin banyak komunikasi langsung secara formal maupun non formal, tenaga ad-hoc makin merasa sebagai bagian dari keluarga besar Komisi Pemilihan Umum Kota Kotamobagu. Sebagai pimpinan lembaga, saya makin menyadari bahwa sukses atau tidaknya tugas dalam sebuah organisasi, dedikasi kerja dan relasi harmonis dengan sesama partner kerja adalah elemen yang memegang peranan strategis.

Apa saja kiat untuk membuat hubungan yang harmonis dalam sebuah organisasi :

1. Saling menghargai dan menghormati.

Organisasi yang menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati, tentunya akan membuat hubungan dalam organisasi itu akan menjadi baik. Sikap saling menghargai tentunya tanpa menghilangkan marwah sebagai pimpinan. Dan sikap itulah yang kami terapkan dalam berinteraksi dengan rekan-rekan badan ad-hoc.

Hubungan antara pemimpin dan jajaran yang ada di bawah dibuat sedemikian cair, tanpa menghilangkan wibawa seorang leader dalam menjalankan fungsi organizing.

2. Keterbukaan.

Sikap ini penting agar badan ad-hoc merasa nyaman bekerja dan memiliki kepastian sehingga mereka akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Contoh keterbukaan paling sederhana adalah menyampaikan apa yang menjadi hak dan juga kewajiban mereka.

3. Komunikasi yang baik.

Komunikasi yang baik diperlukan sebagai mahluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain. Komunikasi adalah salah satu sarana untuk terkoneksi dengan orang-orang di sekeliling kita. Ada komunikasi yang bersifat verbal dan ada pula yang bersifat non verbal.

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang terjadi dengan berbicara pada orang lain sedangkan non verbal adalah komunikasi yang terjadi melalui perantara atau media. Komunikasi verbal konkritnya hadir dari saat tatap muka baik itu melalui rapat koordinasi maupun pelaksanaan

bimbingan teknis, juga komunikasi yang dibangun lewat supervisi dan monitoring di lapangan. Sementara komunikasi non verbal tercipta wadah media sosial seperti WhatsApp grup. (*)

Menjaga Integritas bersama Badan Adhoc

Menjaga integritas sebagai penyelenggara tidak bisa ditawar-tawar. Ini memang harus final karena sesuai Visi KPU yaitu

“terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki Integritas, Profesional, Mandiri, Transparan dan Akuntabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Pemilu 2019 adalah salah satu agenda pesta demokrasi terbesar yang pernah dilaksanakan di republik ini. Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden berjalan serentak. Jujur saja, secara teknis pelaksanaanya sangatlah rumit sekaligus menantang.

Makin kompleks karena tudingan serta hoax yang dialamatkan kepada KPU muncul tanpa henti. Kerja keras dibarengi integritas tinggi KPU dan jajarannya berusah di-delegitimasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab. Media sosial benar-benar jadi platform empuk mendiskreditkan KPU, mulai tuduhan tidak netral sepanjang tahapan Pemilu baik sebelum, sampai dengan isu-isu pelik lainnya.

Pada situasi seperti ini, sebagai pemimpin lembaga saya harus menjadi dinamo utama dalam meyakinkan sekaligus menularkan semangat kepada jajaran ad-hoc, agar mereka dapat bertugas tanpa keraguan dan tidak terpengaruh takut menghadapi hoax-hoax. Situasi ini malah kami manfaatkan untuk aktif memompa militansi dan profesionalisme jajaran penyelenggara agar berani menepis bujuk rayu termasuk iming-iming rupiah dari pihak manapun yang memiliki kepentingan agar penyelenggara mengikuti selera mereka.

Selama pelaksanaan tahapan Pemilu 2019 yang luar biasa kompeks itu, salah satu tantangan terberat muncul saat tahapan terkait data pemilih. Dimulai dari pemutakhiran, kami ingin memastikan semua warga Kotamobagu masuk dalam daftar pemilih sehingga tidak ada

momentun ini, makin banyak komunikasi langsung secara formal maupun non formal, tenaga ad-hoc makin merasa sebagai bagian dari keluarga besar Komisi Pemilihan Umum Kota Kotamobagu. Sebagai pimpinan lembaga, saya makin menyadari bahwa sukses atau tidaknya tugas dalam sebuah organisasi, dedikasi kerja dan relasi harmonis dengan sesama partner kerja adalah elemen yang memegang peranan strategis.

Apa saja kiat untuk membuat hubungan yang harmonis dalam sebuah organisasi :

1. Saling menghargai dan menghormati.

Organisasi yang menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati, tentunya akan membuat hubungan dalam organisasi itu akan menjadi baik. Sikap saling menghargai tentunya tanpa menghilangkan marwah sebagai pimpinan. Dan sikap itulah yang kami terapkan dalam berinteraksi dengan rekan-rekan badan ad-hoc.

Hubungan antara pemimpin dan jajaran yang ada di bawah dibuat sedemikian cair, tanpa menghilangkan wibawa seorang leader dalam menjalankan fungsi organizing.

2. Keterbukaan.

Sikap ini penting agar badan ad-hoc merasa nyaman bekerja dan memiliki kepastian sehingga mereka akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Contoh keterbukaan paling sederhana adalah menyampaikan apa yang menjadi hak dan juga kewajiban mereka.

3. Komunikasi yang baik.

Komunikasi yang baik diperlukan sebagai mahluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain. Komunikasi adalah salah satu sarana untuk terkoneksi dengan orang-orang di sekeliling kita. Ada komunikasi yang bersifat verbal dan ada pula yang bersifat non verbal.

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang terjadi dengan berbicara pada orang lain sedangkan non verbal adalah komunikasi yang terjadi melalui perantara atau media. Komunikasi verbal konkritnya hadir dari saat tatap muka baik itu melalui rapat koordinasi maupun pelaksanaan

bimbingan teknis, juga komunikasi yang dibangun lewat supervisi dan monitoring di lapangan. Sementara komunikasi non verbal tercipta wadah media sosial seperti WhatsApp grup. (*)

bimbingan teknis, juga komunikasi yang dibangun lewat supervisi dan monitoring di lapangan. Sementara komunikasi non verbal tercipta wadah media sosial seperti WhatsApp grup. (*)

Dalam dokumen KEPEMIMPINAN KEPEMIMPINAN EP (Halaman 78-98)