MEMBANGUN KEPERCAYAAN PUBLIK
WOLTER DOTULONG 23
iri sebuah negara demokratis adalah seberapa besar negara melibatkan masyarakat dalam perencanaan maupun pelaksanaan pemilihan umum. Sebab partisipasi politik masyarakat (pemilih) merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi. Dalam hubungannya dengan demokrasi, partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi oleh masyarakat terhadap jalannya suatu pemerintahan. Dalam Pemilu misalnya partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat kepada calon atau pasangan calon yang terpilih. Setiap masyarakat memiliki preferensi dan kepentingan masing-masing untuk menentukan pilihan mereka dalam Pemilu. Bisa dikatakan bahwa masa depan pejabat publik yang terpilih dalam suatu Pemilu tergantung pada preferensi masyarakat sebagai pemilih. Tidak hanya itu, partisipasi politik masyarakat dalam
23 Ketua KPU Kabupaten Minahasa Tenggara,
C
Pilkada 2020 = Kesuksesan Bersama
Suksesnya perhelatan pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Utara 2020 di tidak lepas dari dukungan para pemangku kepentingan dan masyarakat Kota Kotamobagu secara luas, dan bimbingan dari pimpinan kami KPU Provinsi Sulawesi Utara. Meski sejumlah kekurangan di sana sini, KPU Kotamobagu telah berupaya semaksimal mungkin agar pesta demokrasi ini bisa berjalan sebaik-baiknya. Seperti itula dinamika lasim dalam setiap kontestasi politik.
Pemilihan tidak saja berhasil dengan mendapatkan kepala daerah dan wakil kepala untuk memimpin Sulawesi Utara 5 tahun ke depan, tetapi seluruh elemen masyarakat yang terlibat pada pesta demokrasi ini, baik pemilih maupun penyelenggara bisa terhindar dari dampak buruk Pandemi Covid-19. (*)
MEMBANGUN KEPERCAYAAN PUBLIK
WOLTER DOTULONG23
iri sebuah negara demokratis adalah seberapa besar negara melibatkan masyarakat dalam perencanaan maupun pelaksanaan pemilihan umum. Sebab partisipasi politik masyarakat (pemilih) merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi. Dalam hubungannya dengan demokrasi, partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi oleh masyarakat terhadap jalannya suatu pemerintahan. Dalam Pemilu misalnya partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat kepada calon atau pasangan calon yang terpilih. Setiap masyarakat memiliki preferensi dan kepentingan masing-masing untuk menentukan pilihan mereka dalam Pemilu. Bisa dikatakan bahwa masa depan pejabat publik yang terpilih dalam suatu Pemilu tergantung pada preferensi masyarakat sebagai pemilih. Tidak hanya itu, partisipasi politik masyarakat dalam
23 Ketua KPU Kabupaten Minahasa Tenggara,
C
Pemilu dapat dipandang sebagai evaluasi dan kontrol masyarakat terhadap pemimpin atau pemerintahan.
Secara kelembagaan jaminan konstitusional pengaturan lembaga penyelenggara Pemilu disebutkan secara tegas dalam Pasal 22E Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) sebagai berikut:
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali.
(2) Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakian Rakyat Daerah adalah partai politik.
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan.
(5) Pemilihan Umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.
Pemilu merupakan sarana untuk memfasilitasi proses perebutan mandat rakyat untuk memperoleh kekuasaan. Rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara memilih pemimpin yang akan menentukan nasibnya untuk lima tahun ke depan. Menurut Jimly Asshiddiqie, tujuan penyelengaraan Pemilu, yaitu: Pertama, untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai; Kedua, untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan; Ketiga, untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat di lembaga perwakilan; Keempat, untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.
Tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan tersebut di atas akan sangat tergantung pada lembaga penyelenggara Pemilu yang melaksanakan dan memiliki kemandirian. Kemandirian lembaga penyelenggara
Pemilu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap proses penyelenggaraan Pemilu yang demokratis. Pasal 22E ayat (5) ditentukan bahwa Pemilu diselenggarakan oleh suatu KPU yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. UUD NRI 1945 dalam Pasal 1 ayat (2) mengamanatkan bahwa kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Konsekuensi rumusan pasal ini maka Pemilu haruslah benar-benar menampung aspirasi suara masyarakat yang akan memilih wakil-wakilnya yang akan duduk sebagai anggota perwakilan rakyat (DPR, DPD dan DPRD) maupun Presiden dan Wakil Presiden yang pelaksanaannya harus berdasarkan UUD NRI 1945.
Dalam konteks Pemilu menurut Robert Dhal, mekanisme pemilihan dikatakan demokratis apabila memenuhi beberapa parameter yaitu pemilihan umum, rotasi kekuasaan, rekrutmen secara terbuka, dan akuntabilitas publik. Merujuk pada pandangan tersebut, semakin jelas bahwa semangat demokrasi menuntut ruang partisipasi yang luas dan telah mengkonstruksi sistem demokrasi kita pada demokrasi langsung dimana rakyat secara langsung berpartisipasi untuk menentukan pilihan politiknya tanpa diwakilkan. Dalam negara demokrasi modern, pelaksanaan pemilihan secara langsung bukan sekedar prosedur melainkan juga suatu keharusan untuk memperbaiki dan mengoreksi kesalahan dalam pelaksanaan pemerintahan.
Dalam hal sebagai lembaga penyelenggara Pemilu, KPU memiliki peranan utama untuk menyelenggarakan Pemilu, baik Pemilu untuk legislatif (DPR, DPD dan DPRD), Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, maupun Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pasal 1 angka 6 UU Nomor 7 Tahun 2017, KPU disebut sebagai lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. KPU adalah lembaga independen yang dibentuk sebagai perwujudan amanat UUD NRI 1945 yang mempunyai lingkup kerja seluruh di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
KPU melaksanakan tugasnya secara berkesinambungan dan bebas dari pengaruh pihak manapun. Mengingat pentingnya tugas dan wewenang serta kewajiban penyelenggaraan Pemilu, maka kedudukan kelembagaan ini dalam sistem ketatanegaraan dapat dikatakan sejajar
Pemilu dapat dipandang sebagai evaluasi dan kontrol masyarakat terhadap pemimpin atau pemerintahan.
Secara kelembagaan jaminan konstitusional pengaturan lembaga penyelenggara Pemilu disebutkan secara tegas dalam Pasal 22E Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) sebagai berikut:
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali.
(2) Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakian Rakyat Daerah adalah partai politik.
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan.
(5) Pemilihan Umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.
Pemilu merupakan sarana untuk memfasilitasi proses perebutan mandat rakyat untuk memperoleh kekuasaan. Rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara memilih pemimpin yang akan menentukan nasibnya untuk lima tahun ke depan. Menurut Jimly Asshiddiqie, tujuan penyelengaraan Pemilu, yaitu: Pertama, untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai; Kedua, untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan; Ketiga, untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat di lembaga perwakilan; Keempat, untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.
Tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan tersebut di atas akan sangat tergantung pada lembaga penyelenggara Pemilu yang melaksanakan dan memiliki kemandirian. Kemandirian lembaga penyelenggara
Pemilu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap proses penyelenggaraan Pemilu yang demokratis. Pasal 22E ayat (5) ditentukan bahwa Pemilu diselenggarakan oleh suatu KPU yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. UUD NRI 1945 dalam Pasal 1 ayat (2) mengamanatkan bahwa kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Konsekuensi rumusan pasal ini maka Pemilu haruslah benar-benar menampung aspirasi suara masyarakat yang akan memilih wakil-wakilnya yang akan duduk sebagai anggota perwakilan rakyat (DPR, DPD dan DPRD) maupun Presiden dan Wakil Presiden yang pelaksanaannya harus berdasarkan UUD NRI 1945.
Dalam konteks Pemilu menurut Robert Dhal, mekanisme pemilihan dikatakan demokratis apabila memenuhi beberapa parameter yaitu pemilihan umum, rotasi kekuasaan, rekrutmen secara terbuka, dan akuntabilitas publik. Merujuk pada pandangan tersebut, semakin jelas bahwa semangat demokrasi menuntut ruang partisipasi yang luas dan telah mengkonstruksi sistem demokrasi kita pada demokrasi langsung dimana rakyat secara langsung berpartisipasi untuk menentukan pilihan politiknya tanpa diwakilkan. Dalam negara demokrasi modern, pelaksanaan pemilihan secara langsung bukan sekedar prosedur melainkan juga suatu keharusan untuk memperbaiki dan mengoreksi kesalahan dalam pelaksanaan pemerintahan.
Dalam hal sebagai lembaga penyelenggara Pemilu, KPU memiliki peranan utama untuk menyelenggarakan Pemilu, baik Pemilu untuk legislatif (DPR, DPD dan DPRD), Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, maupun Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pasal 1 angka 6 UU Nomor 7 Tahun 2017, KPU disebut sebagai lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. KPU adalah lembaga independen yang dibentuk sebagai perwujudan amanat UUD NRI 1945 yang mempunyai lingkup kerja seluruh di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
KPU melaksanakan tugasnya secara berkesinambungan dan bebas dari pengaruh pihak manapun. Mengingat pentingnya tugas dan wewenang serta kewajiban penyelenggaraan Pemilu, maka kedudukan kelembagaan ini dalam sistem ketatanegaraan dapat dikatakan sejajar
dengan lembaga-lembaga negara lainnya. Bahkan dapat dikatakan kedudukan lembaga penyelenggara Pemilu kuat bahkan lebih kuat dari lembaga lain, mengingat penyelenggaraan Pemilu sangat rawan akan intervensi politik maupun kekuasaan.
Keberhasilan Pemilu dipengaruhi oleh tingkat kesadaran politik warga negara yang bersangkutan. Kesadaran politik ini terefleksi dari seberapa besar partisipasi dan peran masyarakat dalam proses Pemilu, dengan memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk memberikan suara dukungannya dalam proses penetapan pemerintah baik dieksekutif maupun legislatif selaku pemangku kebijakan. Pada dasarnya partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dapat menjadi sarana bagi masyarakat dalam mengontrol jalannya pemerintah yang akan terpilih. Masyarakat berhak untuk menentukan dan menyerahkan amanahnya kepada mereka yang layak dan dipercaya untuk menjalankan roda pemerintahan ke depan.
Selain itu partisipasi politik masyarakat juga dapat menjadi alat untuk mengekspresikan eksistensi individu atau kelompok sosial di masyarakat dengan mempengaruhi pemerintah melalui mekanisme politik. Rendahnya partisipasi politik umumnya muncul karena sikap apatis dan sikap apriori terhadap aktifitas dan kegiatan politik, dimana masyarakat lebih memilih untuk menjalankan aktivitas harian mereka seperti bekerja, berolahraga, klub sosial, bertamasya dan sebagainya, yang dirasa dapat memberikan suatu manfaat yang lebih nyata dibandingkan dengan harus berpartisipasi dalam politik.
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa salah satu peran strategis KPU adalah meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam setiap proses pemilihan umum, dengan demikian diperlukan suatu upaya sistematis bagi lembaga KPU untuk melakukan model sosialisasi yang tepat kepada masyarakat dalam rangka membangun kesadaran politik masyarakat sehingga dapat menciptakan proses demokratisasi di Indonesia.
Dalam kesempatan ini penulis menitikberatkan pembahasan pada sosialisasi politik dan pendidikan politik yang dilakukan oleh KPU Minahasa Tenggara dalam kerangka penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2019, dan inovasi apa yang telah dilakukan sehingga
Pemilihan Umum 2019 di Kabupaten Minahasa Tenggara mendapat Kepercayaan dari masyarakat, sehingga boleh berjalan dengan sukses. Dan terakhir adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh KPU Minahasa Tenggara untuk semakin mengembangkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pesta demokrasi dengan semangat NKRI dan juga untuk meningkatkan public trust terhadap KPU Minahasa Tenggara agar penyelenggaraan Pemilu yang Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil benar benar terwujud.
Sosialisasi dan Pendidikan Politik
Dalam sebuah buku yang berjudul Political Socialization, Hyman merumuskan sosialisasi politik sebagai suatu proses belajar yang kontinyu yang melibatkan baik belajar secara emosional (emotional learning) maupun indoktrinasi politik yang manifes (nyata) dan dimediai (sarana komunikasi) oleh segala partisipasi dan pengalaman si individu yang menjalaninya. Pengertian sosialisasi politik secara sederhana dapat dipahami melalui menambahkan atau mengaitkan definisi yang ada tentang sosialisasi dengan politik. Jika didefinisikan dengan mengaitkan pengertian sosialisasi dengan politik, maka sosialisasi politik dapat diartikan sebagai suatu proses melakukan internalisasi konsep, nilai–nilai, ide atau gagasan, pengetahuan, sikap dan perilaku untuk memunculkan keikutsertaan (partisipasi) efektif di dalam kelompok atau institusi politik.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam proses sosialisasi politik ada suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok guna memberikan suatu penanaman atau internalisasi suatu gagasan atau nilai–nilai politik kepada orang lain (masyarakat) agar nantinya memunculkan suatu sikap politik (partispasi) suatu masyarakat atau institusi.
Kabupaten Minahasa Tenggara adalah salah satu Kabupaten di antara 15 Kabupaten/Kota (11 Kabupaten dan 4 Kota) yang ada di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Minahasa Tenggara beribukota kabupaten di Ratahan, berjarak sekitar 80 km dari Manado, ibukota
dengan lembaga-lembaga negara lainnya. Bahkan dapat dikatakan kedudukan lembaga penyelenggara Pemilu kuat bahkan lebih kuat dari lembaga lain, mengingat penyelenggaraan Pemilu sangat rawan akan intervensi politik maupun kekuasaan.
Keberhasilan Pemilu dipengaruhi oleh tingkat kesadaran politik warga negara yang bersangkutan. Kesadaran politik ini terefleksi dari seberapa besar partisipasi dan peran masyarakat dalam proses Pemilu, dengan memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk memberikan suara dukungannya dalam proses penetapan pemerintah baik dieksekutif maupun legislatif selaku pemangku kebijakan. Pada dasarnya partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dapat menjadi sarana bagi masyarakat dalam mengontrol jalannya pemerintah yang akan terpilih. Masyarakat berhak untuk menentukan dan menyerahkan amanahnya kepada mereka yang layak dan dipercaya untuk menjalankan roda pemerintahan ke depan.
Selain itu partisipasi politik masyarakat juga dapat menjadi alat untuk mengekspresikan eksistensi individu atau kelompok sosial di masyarakat dengan mempengaruhi pemerintah melalui mekanisme politik. Rendahnya partisipasi politik umumnya muncul karena sikap apatis dan sikap apriori terhadap aktifitas dan kegiatan politik, dimana masyarakat lebih memilih untuk menjalankan aktivitas harian mereka seperti bekerja, berolahraga, klub sosial, bertamasya dan sebagainya, yang dirasa dapat memberikan suatu manfaat yang lebih nyata dibandingkan dengan harus berpartisipasi dalam politik.
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa salah satu peran strategis KPU adalah meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam setiap proses pemilihan umum, dengan demikian diperlukan suatu upaya sistematis bagi lembaga KPU untuk melakukan model sosialisasi yang tepat kepada masyarakat dalam rangka membangun kesadaran politik masyarakat sehingga dapat menciptakan proses demokratisasi di Indonesia.
Dalam kesempatan ini penulis menitikberatkan pembahasan pada sosialisasi politik dan pendidikan politik yang dilakukan oleh KPU Minahasa Tenggara dalam kerangka penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2019, dan inovasi apa yang telah dilakukan sehingga
Pemilihan Umum 2019 di Kabupaten Minahasa Tenggara mendapat Kepercayaan dari masyarakat, sehingga boleh berjalan dengan sukses. Dan terakhir adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh KPU Minahasa Tenggara untuk semakin mengembangkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pesta demokrasi dengan semangat NKRI dan juga untuk meningkatkan public trust terhadap KPU Minahasa Tenggara agar penyelenggaraan Pemilu yang Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil benar benar terwujud.
Sosialisasi dan Pendidikan Politik
Dalam sebuah buku yang berjudul Political Socialization, Hyman merumuskan sosialisasi politik sebagai suatu proses belajar yang kontinyu yang melibatkan baik belajar secara emosional (emotional learning) maupun indoktrinasi politik yang manifes (nyata) dan dimediai (sarana komunikasi) oleh segala partisipasi dan pengalaman si individu yang menjalaninya. Pengertian sosialisasi politik secara sederhana dapat dipahami melalui menambahkan atau mengaitkan definisi yang ada tentang sosialisasi dengan politik. Jika didefinisikan dengan mengaitkan pengertian sosialisasi dengan politik, maka sosialisasi politik dapat diartikan sebagai suatu proses melakukan internalisasi konsep, nilai–nilai, ide atau gagasan, pengetahuan, sikap dan perilaku untuk memunculkan keikutsertaan (partisipasi) efektif di dalam kelompok atau institusi politik.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam proses sosialisasi politik ada suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok guna memberikan suatu penanaman atau internalisasi suatu gagasan atau nilai–nilai politik kepada orang lain (masyarakat) agar nantinya memunculkan suatu sikap politik (partispasi) suatu masyarakat atau institusi.
Kabupaten Minahasa Tenggara adalah salah satu Kabupaten di antara 15 Kabupaten/Kota (11 Kabupaten dan 4 Kota) yang ada di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Minahasa Tenggara beribukota kabupaten di Ratahan, berjarak sekitar 80 km dari Manado, ibukota
Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Minahasa Tenggara secara administratif telah ditetapkan dengan UU No. 9 tahun 2007. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari kabupaten induknya yaitu Kabupaten Minahasa Selatan.
Wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara berbatasan dengan Kecamatan Amurang Timur dan Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan di bagian utara, di bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Langowan Kabupaten Minahasa dan Laut Maluku, di selatan berbatasan dengan Laut Maluku dan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow dan di bagian barat Berbatasan dengan Kecamatan Ranoyapo dan Kecamatan Kumelembuai Kabupaten Minahasa Selatan.
Luas wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara adalah 710,805 Km2 atau 71.080,47 Ha, yang secara administratif terbagi menjadi 12 kecamatan, dengan Kecamatan terluas adalah kecamatan Ratatotok dengan luas 10.418 Ha yang kemudian diikuti oleh Kecamatan Touluaan Selatan dengan luas 10.180 Ha. Sedangkan Kecamatan Tombatu Timur sebagai kecamatan yang terkecil dengan luas 1.881 Ha serta Kecamatan Tombatu Utara dengan luas 3.717 Ha.
KPU Minahasa Tenggara dalam Pemilu 2019 menyelenggarakan pesta demokrasi terbesar karena melaksanakan Pemilihan serentak yaitu Pemilihan Legislatif (DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota) dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, dengan jumlah DPT yang ada sebanyak 83.850 Jiwa. 43.357 pemilih laki-laki dan 40.493 pemilih perempuan. Mereka tersebar di 352 TPS.
KPU Mitra sendiri dipimpin 5 komisioner. Saya sebagai Ketua dan sekaligus Ketua Divisi Keuangan, Umum dan Logistik, Otnie Tamod SPI sebagai Ketua Divisi Hukum dan Pengawasan; Otniel Wawo SE selaku Ketua Divisi Parmas dan SDM, Irfan Rabuka MPd mengepalai Divisi Perencanaan Program dan Data, dan terakhir Johnly Pangemanan MSi menyandang Ketua Divisi Teknis Penyelenggaraan.
Dalam hal administrasi, jajaran sekretariat dipimpin Drs Nolvi O Lendway.
Sejatinya, pelaksanaan Pemilihan Umum Tahun 2019 di Kabupaten Minahasa Tenggara berjalan dengan baik. Dalam menjalankan semua tahapan, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Minahasa Tenggara menjadikan berbagai persoalan yang mewarnai pelaksanaan agenda pemilihan sebelumnya, sebagai catatan penting untuk dijadikan masukkan dan dilakukan dicarikan solusinya.
Langkah awal yang dilakukan yakni membuat pemetaan terhadap persoalan-persoalan yang terjadi pada Pemilu sebelumnya, guna mencari substansi mana yang mendesak atau perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Dari sekian persoalan yang didapat, persentase pemilih di pemilihan sebelumnya (Pilkada) yang masih di angka 80-an persen.
Belum terlalu oke. Jadi salah aspek penting adalah meningkatkannya pada Pemilihan Umum Tahun 2019. Targetnya tinggi. Di atas 90 persen.
Mengacu pada hasil pemetaan sebagaimana disebutkan di atas, langkah awal yang kami lakukan adalah melakukan analisa di lapangan. Tujuannya mengetahui hal apa saja yang menjadi penyebab hingga partisipasi pemilih masih belum berada di angka yang sesuai harapan. Analisa ini setidaknya memunculkan lima hal substansial yang menjadi memicu rendahnya partisipasi pemilih di Kabupaten Minahasa Tenggara.
1. Ada pemilih yang bersikap apatis terhadap pelaksanaan Pemilu.
2. Kurangnya pemahaman sebagian warga tentang tujuan pelaksanaan Pemilu.
3. Pemilih sedang tidak ada di tempat saat hari H pemungutan suara (bekerja di luar daerah), dan atau sedang berada di kebun (mayoritas penduduk Minahasa Tenggara adalah petani).
4. Adanya pemilih yang masih bersikap pragmatis.
5. Menurunnya kepercayaan publik terhadap pelaksanaan Pemilihan Umum yang disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya penyelenggara di berbagai tingkatan yang dicap kurang profesional dalam menjalankan tugas.
Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Minahasa Tenggara secara administratif telah ditetapkan dengan UU No. 9 tahun 2007. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari kabupaten induknya yaitu Kabupaten Minahasa Selatan.
Wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara berbatasan dengan Kecamatan Amurang Timur dan Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan di bagian utara, di bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Langowan Kabupaten Minahasa dan Laut Maluku, di selatan berbatasan dengan Laut Maluku dan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow dan di bagian barat Berbatasan dengan Kecamatan Ranoyapo dan Kecamatan Kumelembuai Kabupaten Minahasa Selatan.
Luas wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara adalah 710,805 Km2 atau 71.080,47 Ha, yang secara administratif terbagi menjadi 12 kecamatan, dengan Kecamatan terluas adalah kecamatan Ratatotok dengan luas 10.418 Ha yang kemudian diikuti oleh Kecamatan Touluaan Selatan dengan luas 10.180 Ha. Sedangkan Kecamatan Tombatu Timur sebagai kecamatan yang terkecil dengan luas 1.881 Ha serta Kecamatan Tombatu Utara dengan luas 3.717 Ha.
KPU Minahasa Tenggara dalam Pemilu 2019 menyelenggarakan pesta demokrasi terbesar karena melaksanakan Pemilihan serentak yaitu Pemilihan Legislatif (DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota) dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, dengan jumlah DPT yang ada sebanyak 83.850 Jiwa. 43.357 pemilih laki-laki dan 40.493 pemilih perempuan. Mereka tersebar di 352 TPS.
KPU Mitra sendiri dipimpin 5 komisioner. Saya sebagai Ketua dan sekaligus Ketua Divisi Keuangan, Umum dan Logistik, Otnie Tamod SPI sebagai Ketua Divisi Hukum dan Pengawasan; Otniel Wawo SE selaku Ketua Divisi Parmas dan SDM, Irfan Rabuka MPd mengepalai Divisi Perencanaan Program dan Data, dan terakhir Johnly Pangemanan MSi menyandang Ketua Divisi Teknis Penyelenggaraan.
Dalam hal administrasi, jajaran sekretariat dipimpin Drs Nolvi O
Dalam hal administrasi, jajaran sekretariat dipimpin Drs Nolvi O