• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Temuan Penelitian dan Pembahasan

Dalam menganalisis kinerja perbankan syariah di ASEAN pada penelitian ini menggunakan dua variabel. Pertama menggunakan pendekatan yang ditemukan oleh Hameed (2004:18) yaitu Islamicity Performance Index. Indikator variabel Islamicity Performance Index yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Profit Sharing Ratio, Zakat Performance Ratio, Equitable Distribution Ratio, Director’s-Employees Welfare Ratio, Islamic Investment vs Non-Islamic Investment, Islamic Income vs Non-Islamic Income. Pertama kali yang perlu dilakukan adalah dengan menghitung masing-masing indikator variabel yang digunakan dan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis menggunakan alat bantu statistik SPSS versi 25.

Kedua menggunakan pendekatan yang ditemukan oleh Abu Zaharah (1997) yang kemudian dikembangkan dan sudah ditransformasi menjadi sebuah ukuran (index) untuk mengevaluasi kinerja bank syariah oleh Mohammed (2008:3) yaitu Maqashid Syariah Index. Indikator variabel Maqashid Syariah Index yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: pendidikan individu, menegakkan keadilan, dan meningkatkan kesejahteraan. Pertama kali yang perlu dilakukan adalah dengan menghitung masing-masing

85

indikator variabel yang digunakan dan dilanjutkan dengan verifikasi dari model dan pembobotan pada setiap konsep dan elemen melalui metode SAW (Simple Additive Weighting).

2. Analisis Kinerja Perbankan Syariah di ASEAN Melalui Pendekatan Islamicity Performance Index

a. Hasil Analisis Kinerja Perbankan Syariah di ASEAN Berdasarkan Pendekatan Islamicity Performance Index

1. Profit Sharing Ratio

Tujuan utama didirikannya perbankan syariah adalah untuk menyediakan produk keuangan berbasis profit sharing, oleh karena itu sangat penting untuk mengidentifikasi seberapa jauh perbankan syariah berhasil menjalankan tujuan utama keberadaannya dengan menyediakan produk keuangan berbasis profit sharing. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio tersebut adalah dengan membagi total pembiayaan berbasis mudharabah dan musyarakah dengan total pembiayaan. Rumus tersebut digunakan untuk mengukur Profit Sharing Ratio perbankan syariah di ASEAN selama 3 tahun terakhir.

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Perhitungan Rasio PSR Perbankan Syariah di ASEAN

Nama Bank

Tahun Mudharabah + Musyarakah

Total Pembiayaan PSR

BMI

2017 20,595,108,048.00 41,288,100,000.00 49.88%

2018 16,981,461,404.00 33,559,000,000.00 50.6%

86

2019 14,963,397,450.00 29,870,000,000.00 50.1%

BIMB

2017 2,428,896,804,607.00 28,344,075,007,113.00 8.57%

2018 2,566,938,620,189.00 31,944,699,399,627.30 8.04%

2019 2,598,877,498,403.00 35,345,429,917,702.50 7.35%

BIBD

2017 3,463,415,674,677.00 28,344,075,007,113.00 12.22%

2018 3,543,555,845,871.00 31,944,699,399,627.30 11.09%

2019 3,745,037,907,387.00 35,345,429,917,702.50 10.60%

Sumber: Data Sekunder diolah dengan Microsoft Excel (dalam rupiah) Berdasarkan hasil perhitungan tabel di atas, dapat diketahui bahwa Bank Muamalat Indonesia memiliki rasio PSR paling tinggi di ASEAN dan berbeda jauh dengan Bank Islam Malaysia Berhad maupun Bank Islam Brunei Darussalam. Hal ini disebabkan karena tingginya pembiayaan yang disalurkan pada Bank Muamalat Indonesia melalui skema akad mudharabah dan musyarakah dalam produk pembiayaan berbasis permodalan dan investasi. BMI selama tiga tahun berturut-turut memiliki nilai PSR sebesar 49.88% , 50.6%, dan 50.1%. Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) selama tiga tahun berturt-turut memiliki nilai PSR 8.57% , 8.04 %, dan 7.35% . Hal ini disebabkan karena BIMB lebih banyak menyalurkan pembiayaan dengan skema jual beli (murabahah) serta Ba’i Bithaman Ajil, kedua skema pembiayaan tersebut tidak mengandung unsur profit sharing.

Bank Islam Brunei Darussalam memiliki rasio PSR yang cukup baik dibandingkan dengan Bank Islam Malaysia Berhad. Selama tiga tahun berturut-turut BIBD memiliki rasio PSR sebesar 12.22% , 11.09%, dan 10,6% . Hal ini disebabkan karena Bank Islam Brunei Darussalam lebih memilih skema akad at-tawarruq dalam produk pembiayaan berbasis permodalan dibanding dengan skema akad

87

mudharabah dan musyarakah. Skema akad at-tawarruq tidak mengandung unsur profit sharing, sehingga BIBD tidak unggul dalam rasio PSR.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2019:57) yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki rasio PSR paling tinggi di ASEAN. Rata-rata rasio PSR dari peringkat yang terbesar hingga terkecil adalah Indonesia 30,94%, Brunei Darussalam 17,25%, Malaysia 15,67%, Filipina dan Thailand masing-masing sebesar 4%. Hal ini disebabkan karena tingginya pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia melalui skema akad mudharabah dan musyarakah dalam produk pembiayaan berbasis permodalan dan investasi.

2. Zakat Performance Ratio

Sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli, zakat merupakan tujuan daripada adanya prinsip keuangan syariah. Lebih daripada itu, zakat juga merupakan salah satu rukun islam yang kelima yang wajib ditunaikan oleh umat muslim sebagaimana ketentuannya dalam islam. Mengingat sangat pentingnya zakat, maka Hameed dkk (2004:19) menjadikan zakat sebagai salah satu rasio keuangan yang diukur untuk menggantikan Earning Per Share (EPS).

Terkait dengan pembayaran zakat yang diukur dalam Zakat Performance Ratio, Hameed dkk (2004:19) mengacu pada total aset yang dikurangi dengan total kewajiban. Sehingga semakin besar aset

88

yang dimiliki oleh suatu bank maka semakin besar pula zakat yang harus dikeluarkan atau dibayarkan oleh bank tersebut. Zakat Performance Ratio dihitung dengan membagi besaran zakat yang dikeluarkan dalam satu tahun periode dengan total aset yang sudah dikurangi dengan total liabilities. Rumus tersebut digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur Zakat Performance Ratio Perbankan Syariah di ASEAN selama 3 tahun terakhir. Berdasarkan rumus tersebut diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.2 Perhitungan Rasio ZPR Perbankan Syariah di ASEAN

Nama Bank

Tahun Total Zakat Total Aset – Total Liabilities

ZPR

BMI

2017 15,149,498,000.00 43,680,684,229.00 34.68%

2018 10,586,089,000.00 47,772,397,748.00 22.16%

2019 10,868,786,000.00 40,932,635,674.00 26.55%

BIMB

2017 46,212,179,080.59 17,163,315,938,669.20 0.27%

2018 47,021,395,804.31 18,248,799,622,052.00 0.26%

2019 37,533,069,241.24 19,759,034,630,475.70 0.19%

BIBD

2017 30,328,558,204.50 10,752,668,385,169.50 0.28%

2018 38,202,627,537.00 11,665,589,054,881.50 0.33%

2019 34,849,452,433.50 12,462,059,202,628.50 0.28%

Sumber: Data Sekunder diolah dengan Microsoft Excel (dalam rupiah) Berdasarkan hasil perhitungan ZPR perbankan syariah ASEAN pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa Bank Muamalat Indonesia memiliki nilai ZPR paling tinggi jika dibandingkan dengan BIMB maupun BIBD. Apabila ditinjau ulang dari segi total aset bersih, Bank Islam Malaysia Berhad seharusnya mampu mengalokasikan dengan porsi yang lebih besar dalam indikator ZPR, karena BIMB memiliki kekayaan bersih paling besar dibandingkan dengan BMI dan BIBD.

89

Berdasarkan hasil analisis pada annual report BMI Selama tiga tahun berturut-turut memiliki nilai rasio ZPR sebesar 34.685, 22,16%, dan 26.55% . Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) dengan total aset bersih paling besar justru selama tiga tahun berturt-turut memiliki nilai rasio ZPR sebesar 0.27%, 0.26%, dan 0.19%. BIBD dalam tiga tahun berturut-turut memiliki nilai rasio ZPR sebesar 0.28%, 0.33%, dan 0.28% . Besarnya rasio ZPR pada Bank Muamalat Indonesia bersumber dari dana zakat yang diperoleh dari internal maupun eksternal yang pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 348 juta dari tahun sebelumnya, dan kemudian disalurkan oleh entitas pengelola zakat yaitu Lembaga Amil Zakat (LAZ).

3. Equitable Distribution Ratio

Selain pengungkapan rasio PSR, dan ZPR, dalam akuntansi syariah juga menekankan sebuah entitas bisnis syariah untuk mampu mengungkapkan pemerataan pendapatan di antara para stakeholders, oleh karena itu pada rasio EDR (Equitable Distribution Ratio) ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pendapatan yang diterima oleh bank syariah telah didistribusikan secara merata dan adil kepada stakeholders terutama para pemilik saham, karyawan, dan komunitas di lingkungan sosial. Menurut Hameed (2004:19) dalam rasio EDR terbagi menjadi 4 aspek yaitu qard dan donasi (EDRQD), aspek beban gaji (EDRBG), aspek shareholders (EDRDIV), dan aspek laba bersih (EDRLB). Masing-masing rasio ini dihitung dengan membagi besaran

90

ke empat aspek tersebut dengan total pendapatan yang diterima oleh bank syariah setelah dikurangi dengan zakat dan pajak. Sehingga berdasarkan rumus tersebut, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.4 Perhitungan Rasio EDRQD Perbankan Syariah di ASEAN

Nama Bank

Tahun Total Qardh + Donasi Pendapatan – (Zakat + Pajak)

EDRQD

BMI

2017 743,693,200,000.00 4,216,245,831,000.00 17.64%

2018 742,490,411,000.00 3,563,478,051,000.00 20.84%

2019 577,701,660,000.00 3,411,475,830,000.00 16.93%

BIMB

2017 492,654,341,280.00 5,517,348,706,431.88 8.93%

2018 381,604,426,680.00 5,510,458,660,630.74 6.93%

2019 348,832,574,960.00 6,069,716,495,599.27 5.75%

BIBD

2017 393,242,834,571.80 1,404,446,813,483.05 28%

2018 277,443,125,928.85 806,354,146,343.03 34.41%

2019 231,692,125,928.85 1,053,523,650,030.94 21.99%

Sumber: Data Sekunder diolah dengan Microsoft Excel (dalam rupiah) Pada Bank Muamalat Indonesia selama tiga tahun berturut-turut memiliki rasio EDRQD sebesar 17.64%, 20.84%, dan 16.93%. Adapun Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) memiliki rasio EDRQD paling kecil jika dibandingkan dengan BMI maupun BIBD yaitu sebesar 8.93%, 5.75%, dan 8.93%. Bank Islam Brunei Darussalam memiliki nilai rasio EDRQD yang lebih unggul selama tiga tahun berturut-turut dengan nilai sebesar 28%, 34.41%, dan 21.99%.

Perbankan Syariah Indonesia, Malaysia, serta Brunei Darussalam memiliki sumber dana kebajikan yang berasal dari denda wanprestasi kegiatan pembiayaan dan penerimaan non halal yang berasal dari penempatan dana pada Giro di Bank Konvensional yang

91

kemudian disalurkan untuk dana kebajikan. Sebagaimana peraturan kepatuhan syariah bahwa dana non halal yang diterima oleh bank syariah harus dialokasikan untuk kepentingan publik dan tidak boleh digunakan untuk kepentingan operasional Bank Syariah.

Tabel 4.5 Perhitungan Rasio EDRBG Perbankan Syariah di ASEAN

2017 767,258,167,000.00 4,216,245,831,000.00 18.2%

2018 789,209,210,000.00 3,563,478,051,000.00 22.15%

2019 684,518,410,000.00 3,411,475,830,000.00 20.07%

BIMB

2017 1,960,152,173,560.00 5,517,348,706,431.88 35.53%

2018 2,040,639,680,800.00 5,510,458,660,630.74 37.03%

2019 2,269,297,928,240.00 6,069,716,495,599.27 37.39%

BIBD

2017 640,934,168,542.11 1,404,446,813,483.05 45.64%

2018 618,777,438,316.02 806,354,146,343.03 76.74%

2019 719,046,577,138.50 1,053,523,650,030.94 68.25%

Sumber: Data Sekunder diolah dengan Microsoft Excel (dalam rupiah) Pada rasio EDRBG Bank Muamalat Indonesia memiliki nilai rasio EDRBG sebesar 18.2%, 22.15%, dan 20.07%. Bank Islam Malaysia Berhad, selama tiga tahun terakhir memiliki rasio EDRBG sebesar 35.53%, 37.03%, dan 37.39%. Pada BIBD memiliki rasio EDRBG selama tiga tahun berturt-turut sebesar 45.64%, 76.74%, dan 68.25%, sehingga dapat diketahui bahwa BIBD mengalokasikan dana untuk karyawan dalam porsi yang cukup besar melalui rasio EDRBG nya.

Tabel 4.6 Perhitungan Rasio EDRDIV Perbankan Syariah di ASEAN

Nama Bank

Tahun Dividen Pendapatan – (Zakat + Pajak)

EDRDIV

BMI

2017 395,029,905,208.83 4,216,245,831,000.00 9.37%

2018 395,029,905,208.83 3,563,478,051,000.00 11.09%

92

2019 395,029,905,208.83 3,411,475,830,000.00 11.58%

BIMB

2017 925,456,314,296.58 5,517,348,706,431.88 16.77%

2018 1,017,742,517,758.05 5,510,458,660,630.74 18.47%

2019 1,086,850,377,716.65 6,069,716,495,599.27 17.91%

BIBD

2017 395,029,905,208.83 806,354,146,343.03 48.99%

2018 395,029,905,208.83 806,354,146,343.03 48.99%

2019 947,294,192,632.86 1,053,523,650,030.94 89.92%

Sumber: Data Sekunder diolah dengan Microsoft Excel

Berdasarkan analisis data pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa Bank Muamalat Indonesia selama tiga tahun berturut-turut mengalokasikan dana pada rasio EDRDIV sebesar 9.37%, 11.09%, dan 11.58%. Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) selama tiga tahun berturut-turut mengalokasikan dana untuk pemegang saham melalui dividen sebesar 16.77%, 18.47%, dan 17.91%. Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio shareholders (EDRDIV) Bank Islam Brunei Darussalam dengan nilai sebesar 48.99%, 48.99%, dan 89.92%. Hal ini menunjukkan bahwa dividen yang dibagikan oleh BIBD kepada para pemegang saham sangat tinggi.

Tabel 4.7 Perhitungan Rasio EDRLB Perbankan Syariah di ASEAN

Nama Bank

Tahun Laba Bersih Pendapatan – (Zakat + Pajak)

EDRLB

BMI

2017 26,000,000,000.00 4,216,245,831,000.00 0.62%

2018 46,000,000,000.00 3,563,478,051,000.00 1.29%

2019 26,166,000,000.00 3,411,475,830,000.00 0.77%

BIMB

2017 2,221,713,197,547.90 5,517,348,706,431.88 40.27%

2018 2,054,273,190,472.96 5,510,458,660,630.74 37.28%

2019 2,177,680,279,437.46 6,069,716,495,599.27 35.88%

BIBD

2017 395,029,905,208.83 806,354,146,343.03 48.99%

2018 395,029,905,208.83 806,354,146,343.03 48.99%

2019 947,294,192,632.86 1,053,523,650,030.94 89.92%

Sumber: Data Sekunder diolah dengan Microsoft Excel (dalam rupiah) Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.6, dapat diketahui bahwa Bank Muamalat Indonesia (BMI) selama tiga tahun berturut-turut

93

memiliki nilai rasio EDRLB sebesar 0.62%, 1.29%, dan 0.77%. Hal ini menunjukkan bahwa BMI tidak mengambil porsi laba bersih yang besar untuk perusahaannya sendiri. Bank Islam Malaysia Berhad selama tiga tahun berturut-turut memiliki rasio EDRLB sebesar 40.27%, 37.28%, dan 35.88%. Bank Islam Brunei Darusasalam memiliki nilai rasio EDRLB sebesar 48.99%, 48.99%, dan 89.92%.

Berdasarkan analisis data rasio EDR, menunjukkan bahwa Bank Islam Brunei Darussalam telah mengalokasikan pendapatannya secara merata di antara pemangku kepentingan utama yaitu karyawan, pemegang saham, masyarakat, dan perusahaannya. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai bisnis yang seharusnya dipatuhi dan dijalankan oleh entitas bisnis syariah.

4. Directors-Employees Welfare Ratio

Remunerasi bagi direktur Perbankan Syariah merupakan hal yang menjadi isu penting dalam mengukur standar penilaian manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan karena pada umumnya perusahaan membuat keputusan untuk memberikan kompensasi gaji seorang direktur dengan nominal yang besar untuk mencapai visi yang sudah ditetapkan oleh para pemegang saham (shareholder).

Sehingga berkenaan dengan isu tersebut, Hameed dkk (2004:19) pada rasio DEWR ini ingin mengukur seberapa besar nominal gaji direktur dibanding dengan dana yang dikeluarkan perusahaan untuk

94

mensejahterakan karyawan tetapnya. Kesejahteran dalam hal ini meliputi gaji karyawan, pelatihan dan beban lainnya yang berhubungan terhadapan development karyawan tetap. Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.8 Perhitungan Rasio DEWR Perbankan Syariah di ASEAN

Nama Bank

Tahun Rata-rata Gaji Direktur Rata-rata Kesejahteraan Karyawan Tetap

DEWR

BMI

2017 108,316,292,000.00 767,258,167,000.00 14.12%

2018 110,696,315,000.00 789,209,210,000.00 14.03%

2019 122,018,992,000.00 684,518,410,000.00 17.83%

BIMB

2017 39,108,821,360.00 1,960,152,173,560.00 2%

2018 22,250,967,760.00 2,040,639,680,800.00 1.09%

2019 21,250,688,480.00 2,269,297,928,240.00 0.94%

BIBD

2017 73,891,567,598.40 640,934,168,542.11 11.53%

2018 68,177,859,173.64 618,777,438,316.02 11.02%

2019 69,455,925,531.81 719,046,577,138.50 9.66%

Sumber: Data Sekunder diolah dengan Microsoft Excel (dalam rupiah) Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.7, dapat diketahui bahwa Bank Muamalat Indonesia (BMI) selama tiga tahun berturut-turut memiliki nilai rasio DEWR sebesar 14.12%, 14.03%, dan 17.83%. Hal ini menunjukkan bahwa pada Bank Muamalat Indonesia masih terdapat gap yang cukup jauh antara rata-rata gaji direktur dengan rata-rata gaji karyawan tetap.

Pada Bank Islam Malaysia Berhad selama tiga tahun berturut-turut memiliki rasio DEWR sebesar 2%, 1.09%, dan 0.94%. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) mampu menerapkan sistem pemerataan gaji maupun kompensasi terhadap direktur dan karyawan tetapnya sesuai dengan penerapan rasio DEWR.

Pada Bank Islam Brunei Darussalam (BIBD) selama tiga tahun

95

berturut-turut memiliki rasio DEWR sebesar 11.53%, 11.02%, dan 9.66%. Hal ini menunjukkan bahwa BIMB lebih mampu menunjukkan adanya pemerataan gaji yang lebih baik antara direksi dengan karyawan tetap daripada BMI, dan BIBD.

5. Islamic Investment vs Non-Islamic Investment

Idealnya Perbankan Syariah mampu mengalokasikan dananya secara optimal hanya pada investasi halal, karena dalam Islam melarang kegiatan operasional bisnis yang mengandung gharar, riba, dan maysir.

Islam juga mendorong umatnya untuk selalu melakukan perdagangan yang halal, sehingga berkaitan dengan ini, Perbankan Syariah harus mengungkapkan dengan jujur dan transparant atas setiap investasi yang dianggap halal dan memenuhi prinsip syariah, serta mampu membedakan mana investasi yang terlarang dalam Islam. Kegagalan Perbankan Syariah dalam mengungkapkan informasi yang jujur dan transparan akan investasi yang dilakukan akan menyesatkan para pembacanya serta mengakibatkan munculnya gambaran bisnis yang tidak akurat akan bisnis yang dijalankan.

Rasio ini diukur dengan membagi investasi halal dengan total investasi (investasi halal + investasi non halal). Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh hasil perhitungan rasio II vs NII sebagai berikut:

Tabel 4.9 Perhitungan Rasio II vs II Perbankan Syariah di ASEAN

Nama Bank

Tahun Investasi Halal

Investasi Halal + Investasi Non Halal

II vs NII 2017 21,575,788,976,000.00 25,396,310,842,000.00 84.96%

96

BMI 2018 19,037,020,048,000.00 31,221,973,180,000.00 60.97%

2019 16,748,676,453,000.00 28,081,571,632,000.00 59.64%

BIMB

2017 174,122,130,216,403.00 174,176,047,474,851.00 99.97%

2018 164,190,238,526,269.00 164,244,155,784,717.00 99.97%

2019 353,408,874,629,130.00 353,462,791,887,578.00 99.98%

BIBD

2017 41,458,614,629,791.40 41,962,151,294,803.50 98.80%

2018 45,126,955,059,181.90 45,662,314,502,507.10 98.83%

2019 46,974,738,291,599.70 47,567,610,721,042.60 98.75%

Sumber: Data Sekunder diolah dengan Microsoft Excel (dalam rupiah) Berdasarkan data pada tabel 4.8, dapat diketahui bahwa Bank Muamalat Indonesia memiliki rasio investasi halal sebesar 84.96%, 60.97%, dan 59.64%. Bank Islam Malaysia Berhad memiliki rasio investasi halal selama tiga tahun berturut-turut sebesar 99.97%, 99.97%, dan 99.98%. Bank Islam Brunei Darussalam memiliki rasio sebesar 98.80%, 98.83%, dan 98.75%. Hal ini menunjukkan bahwa BIMB dan BIBD mampu menerapkan prinsip syariah dengan baik melalui rasio pada investasi halal nya.

Pada Bank Muamalat Indonesia, investasi non halal disebabkan karena adanya penempatan dana BMI pada Giro Bank Konvensional baik lokal maupun asing. BMI juga melakukan investasi dalam bentuk obligasi, sehingga instrument investasi ini menyebabkan adanya investasi berbasis bunga.

6. Islamic Income vs Non-Islamic Income

Selain memisahkan investasi halal dan Non halal, Perbankan Syariah juga harus mampu memisahkan pendapatan halal dan non halal nya. Sebagaimana prinsip syariah yang melarang adanya transaksi yang dilarang, maka idealnya perbankan syariah tidak memperoleh

97

pendapatan yang non halal, namun, menurut Hameed (2004:20) apabila bank syariah memiliki pendapatan dari transaksi yang dilarang, bank harus mengungkapkan informasi secara eksplisit mengenai sumber pendapatan tersebut, prosedur apa yang bank syariah lakukan dalam memperoleh pendapatan non halal tersebut, bagaimana cara menyikapinya dan bagaimana solusi yang dilakukan oleh bank syariah untuk mencegah terjadinya transaksi dilarang tersebut. Berdasarkan rasio tersebut, diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.10 Perhitungan Rasio IInc vs NIInc Perbankan Syariah di ASEAN

2017 3,709,800,000.00 4,574,746,000.00 81.09%

2018 3,220,190,360.00 3,853,413,360.00 83.57%

2019 2,779,690,864.00 3,303,614,033.00 84.14%

BIMB

2017 857,974,036,197.40 860,902,906,391.44 99.66%

2018 895,721,337,507.39 899,167,240,169.83 99.62%

2019 1,374,114,290,690.83 1,405,360,668,588.95 97.78%

BIBD

2017 344,884,595,744.16 531,632,644,785.00 64.87%

2018 365,376,617,688.60 588,941,569,887.48 62.04%

2019 407,015,804,836.71 672,907,307,603.22 60.49%

Sumber: Data Sekunder diolah dengan Microsoft Excel (dalam rupiah) Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.9, dapat diketahui bahwa BMI dan BIMB merupakan dua bank dengan rasio pendapatan halal yang besar. BMI selama tiga tahun berturut-turut memiliki rasio pendapatan halal sebesar 81.09%, 83.57%, dan 84.14%, selebihnya pendapatan non halal BMI didapatkan dari dana ta’zir yang dibayar nasabah pembiayaan dalam mengangsur kewajibannya kepada bank, serta pendapatan bunga atas penempatan pada bank konvensional yang dilakukan oleh BMI, sehingga pendapatan tersebut tidak dapat diakui

98

oleh Bank Syariah sebagai pendapatan halal. Hasil dari pendapatan yang bersumber dari dana ta’zir dan penerimaan non halal harus dikelompokkan ke dalam sumber dana kebajikan dan harus dibagikan.

BIMB merupakan bank syariah yang selama tiga tahun berturut-turut memiliki rasio pendapatan halal yang besar yaitu 99.66%, 99.62%, dan 97.78%. Hal ini menunjukkan bahwa BIMB mampu melaksanakan prinsip syariah dengan baik melalui rasio pendapatan halal nya.

Sebagaimana dengan BMI, BIBD juga memiliki pendapatan non halal yang besar yang disebabkan karena banyaknya pembiayaan macet yang disalurkan oleh bank sehingga bank harus menerima dana ta’zir.

BIBD juga menempatkan dana pada bank konvensional dan pada induk perusahaannya sehingga BIBD memperoleh pendapatan bunga atas penempatan dana nya tersebut. Selama tiga tahun berturut-turut BIBD memiliki nilai rasio pendapatan halal sebesar 64.87%, 62.04%, dan 60.49%.

b. Analisis Deskriptif Kinerja Perbankan Syariah di ASEAN Berdasarkan Pendekatan Islamicity Performance Index

Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengelompokkan data penelitian untuk kemudian dianalisis dan dinterpretasi secara objektif dengan membandingkan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi. Berikut hasil statistik deskriptif Islamicity Performance Index Bank Muamalat

99

Indonesia, Bank Islam Malaysia Berhad dan Bank Islam Brunei Darussalam pada tahun 2017-2019:

Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik Deskriptif Menggunakan SPSS 25

Ratio N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

PSR 9 0.0735 0.5060 0.231611 0.2033235

ZPR 9 0.0019 0.3468 0.094444 0.1412593

EDRQD 9 0.0575 0.3441 0.179356 0.0967848

EDRBG 9 0.1820 0.7674 0.401111 0.2063453

EDRDIV 9 0.0937 0.8992 0.303433 0.2712750

EDRLB 9 0.0062 0.8992 0.337789 0.2940666

DEWR 9 0.0094 0.1783 0.091356 0.0629253

II vs NII 9 0.5964 0.9998 0.890967 0.1700331

IInc vs NIInc 9 0.6049 0.9966 0.814733 0.1593441 Valid N

(Listwise) 9

Sumber: Output SPSS 25 (data diolah)

Berdasarkan data hasil statistik deskriptif Islamicity Performance Index di atas, menunjukkan bahwa :

1. Nilai minimum rasio PSR adalah 0.0735 dan nilai maksimum sebesar 0.5060. Data juga menunjukkan nilai mean 0,231611 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,2033235.

2. Nilai minimum rasio ZPR adalah 0.019 dan nilai maksimum sebesar 0.3468. Data juga menunjukkan nilai mean 0,94444 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,1412593.

3. Nilai minimum rasio EDRQD adalah 0.0575 dan nilai maksimum sebesar 0.3441. Data juga menunjukkan nilai mean 0,179356 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,967848.

100

4. Nilai minimum rasio EDRBG adalah 0.1820 dan nilai maksimum sebesar 0.7674. Data juga menunjukkan nilai mean 0,401111 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,2063453.

5. Nilai minimum rasio EDRDIV adalah 0.0937 dan nilai maksimum sebesar 0.8992. Data juga menunjukkan nilai mean 0,401111 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,303433.

6. Nilai minimum rasio EDRLB adalah 0.0062 dan nilai maksimum sebesar 0.8992. Data juga menunjukkan nilai mean 0,337789 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,2940666.

7. Nilai minimum rasio DEWR adalah 0.0094 dan nilai maksimum sebesar 0.1783. Data juga menunjukkan nilai mean 0,91356 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,0629253.

8. Nilai minimum rasio II vs NII adalah 0.5964 dan nilai maksimum sebesar 0.9998. Data juga menunjukkan nilai mean 0,890967 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,1700331.

9. Nilai minimum rasio IInc vs NIInc adalah 0.6049 dan nilai maksimum sebesar 0.9966. Data juga menunjukkan nilai mean 0,814733 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,1593441.

Berdasarkan rincian penjelasan diatas dapat diketahui bahwa perbedaan rasio PSR, ZPR, EDRQD, EDRBG, EDRDIV, EDRLB, DEWR, II vs NII, IInc vs NIInc cukup bervariasi. Hal ini dibuktikan dari tingginya nilai standar deviasi dari masing-masing indikator variabel. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan nilai mata uang yang

101

berbeda dari masing-masing negara meskipun telah dikonfersikan ke dalam kurs Rupiah. Variasi ini juga dilihat dari rentang nilai minimum dan maksimum masing-masing indikator variabel yang memiliki jarak yang cukup jauh.

c. Uji Hipotesis

1. Uji Prasyarat Analisis Data

Setelah melakukan penilaian terhadap masing-masing indikator variabel, selanjutnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk menentukan uji beda yang akan digunakan.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Shapiro-Wilk melalui alat bantu software SPSS versi 25 untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dalam penelitian ini melalui pengukuran α=5% yang berarti, jika nilai Asymp Sig (2-tailed) lebih besar dari 0.05 maka data dapat dikatakan normal. Berikut hasil uji normalitas Variabel Islamicity Performance Index Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) dan Bank Islam Brunei Darussalam (BIBD) pada tahun 2017-2019:

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk SPSS 25 Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

PSR 0.371 9 0.001 0.680 9 0.001

102 B

e r d

Sumber: Output SPSS 25 (data diolah)

Berdasarkan tabel 4.11, diketahui bahwa nilai Asymp sig.

(2-tailed) rasio-rasio kinerja PSR, ZPR, EDRQD, EDRBG, EDRDIV, EDRLB, DEWR, II vs NII, IInc vs NIInc masing-masing sebesar 0.001, 0.001, 0.676, 0.179, 0.002, 0.038, 0.171, 0.125, dan 0.001.

Hasil ini menunjukkan bahwa nilai Asymp sig. (2-tailed) dari rasio kinerja perbankan melalui pendekatan Islamicity Performance Index < 0.05 kecuali rasio EDRQD, EDRBG, DEWR, dan IInc vs NIInc.

Hasil uji normalitas menunjukkan data tidak terdistribusi normal kecuali rasio EDRQD, EDRBG, DEWR, dan IInc vs NIInc.

Ketidaknormalan data ini disebabkan karena perbedaan mean dan median antar kelompok sehingga mengakibatkan data tidak dapat diolah atau diuji menggunakan statistik parametrik. Selanjutnya uji

ZPR 0.390 9 0.000 0.696 9 0.001

EDRQD 0.157 9 0.200* 0.949 9 0.676

EDRBG 0.219 9 0.200* 0.885 9 0.179

EDRDIV 0.350 9 0.002 0.717 9 0.002

EDRLB 0.303 9 0.017 0.823 9 0.038

DEWR 0.205 9 0.200* 0.884 9 0.171

IInc vs NIInc 0.185 9 0.200* 0.871 9 0.125

II vs NII 0.382 9 0.000 0.670 9 0.001

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

103

beda pada penelitian ini akan dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kruskal Wallis H.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan uji prasyarat data untuk menguji apakah sampel mempunyai varians yang sama atau tidak.

Berikut hasil uji homogenitas masing-masing rasio kinerja Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) dan Bank Islam Brunei Darussalam (BIBD) pada tahun 2017-2019:

Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas SPSS 25

Ratio Levene

Statistic df1 df2 Sig.

PSR 1.004 2 6 0.421

ZPR 7.119 2 6 0.026

EDRQD 1.796 2 6 0.245

EDRBG 7.741 2 6 0.022

EDRDIV 14.622 2 6 0.005

EDRLB 14.205 2 6 0.005

DEWR 5.152 2 6 0.050

II vs NII 15.644 2 6 0.004

IInc vs NIInc

0.860 2 6 0.470

Sumber: Output SPSS 25 (data diolah)

Berdasarkan tabel diatas, hasil uji homogenitas rasio ZPR, EDRBG, EDRDIV, EDRLB, DEWR, dan II vs NII secara berturut-turut menunjukkan nilai sig 0.026, 0.022, 0.005, 0.005, dan 0.004.

Hal ini menunjukkan bahwa Asymp sig. (2-tailed) masing-masing rasio tersebut lebih kecil dari 0,05. Sehingga hipotesis nol ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa variance tidak sama (heterogen) atau data berdistribusi heterogen. Sehingga uji beda

104

yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji beda non parametrik Kruskal-Wallis H.

2. Uji Beda

a. Uji Pemeringkatan (Ranks) Kruskall Wallis H

Hasil uji prasyarat data menunjukkan bahwa data variabel

Hasil uji prasyarat data menunjukkan bahwa data variabel