• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PENELITIAN

B. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil dari penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel.2.3 Hasil Penelitian Terdahulu

No. Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan

1. Recent Development of Islamic Banking Performance Measurement Azis Budi Setiawan, Amilin, dan M. Nur Rianto Al Arif (2020)

Metode yang kinerja keuangan yang mirip dengan pengukuran kinerja

meta-42 Maqashid Index, dan Indeks Maqashid Bank Syariah (IMBS). Namun dalam perkembangannya model-model tersebut masih dalam tahap awal pengembangan bank syariah yang relevan dengan filosofi dan

Malaysia hanya sedikit lebih tinggi pada Zakat Performance Ratio dan Islamic Income vs. Non-

Hasil uji statistik kinerja syariah pada Bank

43 Thailand. Dari lima rasio yang ada diukur, Brunei Darussalam memiliki nilai rasio ZPR, EDR, dan IInc vs NIInc lebih tinggi.

wallis H perbankan

syariah di

4. Analisis Kinerja Keuangan zakat pada rasio Zakat Performance Index. Hal ini karena tidak sesuai dengan tujuan Perbankan (Qardh) yang paling baik adalah Bank BNI Syariah. Untuk Equitable Distribution Rasio (Employess Expense) yang paling baik adalah Bank BCA Syariah

44 sedangkan.

Untuk Rasio Equitable Distribution Rasio (Dividend) yang paling baik adalah Bank Syariah Mandiri.

Sedangkan rasio Islamic Income Vs Non Islamic Income semua memiliki hasil yang tinggi atau dapat dikatakan sangat aktivitas ISR. Hal ini menunjukkan semakin tinggi kinerja bank syariah, maka akan lebih bisa untuk melakukan

45

metode SAW.

6. Analisis Kinerja Bank Umum Index. Namun 11 Bank Umum

Syariah di Indonesia ini lebih

7. Komparasi Kinerja Perbankan Syariah

Hasil uji hipotesis ANOVA pada penelitian ini untuk maqasid index, tujuan di Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar.

46

8. Simple Additive Weighting Method for The Assesment of Sharia Banking

menunjukkan bahwa 8 bank syariah di Indonesia maqashid syariah, dan dari perhitungan tersebut, menunjukkan bahwa Bank Mualamah memiliki IK1 tertinggi selama dua tahun berturut-turut.

Bank Panin Syariah memiliki IK2 tertinggi dalam 5 tahun berturut-turut. BCAS Syariah dan Bank Bukopin Syariah memiliki IK3 tertinggi.

Menggunakan konsep pada IPI serta pada MSI menggunakan metode SAW.

9. Telaah Literatur Kode Etik Auditor:

47 pada IPI serta pada MSI menggunakan metode SAW.

10. Indeks Kinerja Perbankan Syariah Di syariah di Asia Tenggara memiliki kinerja indeks dengan prinsip syariah atau sharia compliance.

48

Performance Index, dan Maqashid Syariah Index, dan menggunakan metode kuantitatif statistik Uji Kruskal Wallis H pada IPI serta pada MSI menggunakan metode SAW.

Sumber: (data diolah pribadi oleh penulis)

49 C. Kerangka Pemikiran

C

Gambar.2.1 Kerangka Penelitian

Analisis Kinerja Perbankan Syariah di ASEAN Melalui Pendekatan Islamicity Performance Index dan Maqashid Syariah Index

Islamicity Performance Index berdasarkan teori Hameed dkk (2004) ( X1)

Maqashid Syariah Index berdasarkan konsep Muhammad Abu Zahrah (1974) dan dikembangkan oleh

Mohammed dkk (2008, 2015) ( X2) Profit Sharing ratio, Zakat Performance Ratio, Equitable

Distribution Ratio , Directors Employees Welfare Ratio, Islamic Investment vs Non Islamic Investment, Islamic Income vs Non Islamic Income.

Pendidikan Individu, Menegakkan Keadilan, Meningkatkan Kesejahteraan.

Metode Analisis Data : Analisis Rasio Maqashid Syariah Index dan Simple Additive Weighting (SAW)

Uji Pembobotan dan Pemeringkatan Simple Additive Weighting (SAW) Mohammed (2008,2015) Metode Analisis Data : Analisis Rasio Islamicity

Performance Index dan Uji Beda

Pengujian data: 1. Uji Normalitas 2. Uji Homogenitas

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran One Way Anova (jika

normal)

1. Uji Kruskall Wallis H (jika tidak normal) 2. Post Hoc Mann

Whitney U

50

Berdasarkan ilustrasi pada kerangka pemikiran di atas, data dari variabel penelitian akan diolah menggunakan metode analisis data rasio Islamicity Performance Index dan Maqashid Syariah Index dengan indikator variabel yang sudah ditentukan kemudian akan dilanjutkan dengan Uji Hipotesis dan Uji Beda pada Islamicity Performance Index guna dapat menganalisis kinerja perbankan syariah di ASEAN berdasarkan pendekatan Islamicity Performance Index, dan pada Maqashid Syariah Index menggunakan Uji Pembobotan dan Pemeringkatan Simple Additive Weighting (SAW) guna dapat menganalisis kinerja perbankan syariah di ASEAN berdasarkan pendekatan Maqashid Syariah Index.

D. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis

Bersumber pada latar belakang serta landasan teori, rumusan masalah dan penelitian terdahulu, sehingga penulis mengajukan hipotesis yang diperuntukkan sebagai kesimpulan sementara, yaitu sebagai berikut:

Hipotesis Sub Struktur (X1): Rasio Islamicity Performance Index

1. Hipotesis 1 :

1= Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja Perbankan

51

Syariah di ASEAN diukur melalui pendekatan Islamicity Performance Index

1= Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja Perbankan Syariah di ASEAN diukur melalui pendekatan Islamicity Performance Index

a. Perbedaan tingkat bagi hasil pada Perbankan Syariah di ASEAN Tujuan utama didirikannya perbankan syariah adalah untuk menyediakan produk keuangan berbasis profit sharing, oleh karena itu sangat penting untuk mengidentifikasi seberapa jauh perbankan syariah berhasil dalam menjalankan tujuan utamanya tersebut.

Penelitian yang sudah dilakukan oleh Khotimah (2019:57) menunjukkan bahwa Indonesia memiliki rasio PSR paling tinggi di ASEAN berbeda jauh dengan negara ASEAN lainnya. Dimana Rata-rata rasio PSR dari peringkat yang terbesar hingga terkecil adalah Indonesia 30,94%, Brunei Darussalam 17,25%, Malaysia 15,67%, Filipina dan Thailand masing-masing sebesar 4%. Hal ini disebabkan karena tingginya pembiayaan yang disalurkan bank syariah di Indonesia melalui skema akad mudharabah dan musyarakah dalam produk pembiayaan berbasis permodalan dan investasi.

b. Perbedaan tingkat pembayaran zakat pada Perbankan Syariah di ASEAN

Sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli, zakat merupakan bagian dari tujuan adanya prinsip akuntansi syariah, di

52

samping itu zakat merupakan rukun Islam yang kelima yang wajib ditunaikan oleh umat muslim. Hameed et al (2004:19) menjadikan zakat sebagai salah satu aspek yang harus diungkapkan sebagai salah satu rasio dalam laporan keuangan yang menggantikan Earning Per Share (EPS).

Penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2019:57) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam indikator zakat pada Perbankan Syariah yang diteliti. Dimana rata-rata rasio ZPR dari peringkat yang terbesar hingga terkecil adalah Brunei Darussalam 35,75%, Indonesia 24,72%, Malaysia 17,79%, dan Filipina dan Thailand masing-masing sebesar 4%. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa negara Brunei Darussalam sebagai negara dengan perbankan syariah yang paling memperhatikan distribusi pendapatan kepada komunitas dan masyarakat dalam rangka tercapainya pemerataan kesejahteraan.

c. Perbedaan tingkat pendapatan yang didistrubsikan kepada stakeholder pada Perbankan Syariah di ASEAN

Selain pengungkapan rasio PSR, dan ZPR, dalam akuntansi syariah juga menekankan sebuah entitas bisnis syariah untuk mampu mengungkapkan pemerataan pendapatan di antara para stakeholders, oleh karena itu pada rasio EDR (Equitable Distribution Ratio) ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pendapatan yang diterima oleh bank syariah telah didistribusikan secara merata dan adil kepada

53

para stakeholders terutama para pemilik saham, karyawan, dan komunitas di lingkungan sosial. Menurut Hameed (2004:19) dalam rasio EDR terbagi menjadi 4 aspek yaitu qard dan donasi (EDRQD), aspek beban gaji (EDRBG), aspek shareholders (EDRDIV), dan aspek laba bersih (EDRLB).

Penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2019:57) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam indikator Equitable Distribution Ratio pada kinerja perbankan syariah di ASEAN. Dimana rata-rata rasio EDRQD dari peringkat yang terbesar hingga terkecil adalah Indonesia 30,81%, Malaysia 16,75%, Brunei Darussalam 14,50%, Filipina dan Thailand masing-masing sebesar 4%. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa negara Indonesia sebagai negara dengan perbankan syariah yang mengalokasikan pendapatannya kepada pinjaman qardh dan donasi tertinggi di ASEAN. rata-rata rasio EDRBG dari peringkat yang terbesar hingga terkecil adalah Filipina 37,50%, Thailand 23,67%, Indonesia 23,38%, Malaysia 11,92%, dan Brunei Darussalam 10,50%. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa negara Filipina sebagai negara dengan perbankan syariah yang mengalokasikan pendapatannya kepada beban tenaga kerja tertinggi di ASEAN. Sedangkan rata-rata rasio EDRLB dari peringkat yang terbesar hingga terkecil adalah Brunei Darussalam 33,25%, Malaysia 30,92%, Indonesia 15,50%, Filipina 4,75%, dan Thailand 3%. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa

54

negara Brunei Darussalam mengalokasikan pendapatannya secara dominan kepada shareholders. Dalam penelitian Khotimah (2019:57) tidak menghitung rasio EDRDIV.

d. Perbedaan tingkat gaji direktur dan kesejahteraan karyawan pada Perbankan Syariah di ASEAN

Remunerasi bagi direktur perbankan syariah merupakan hal yang menjadi isu penting dalam mengukur standar penilaian manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan karena pada umumnya perusahaan membuat keputusan untuk memberikan kompensasi gaji seorang direktur dengan nominal yang besar untuk dapat mencapai visi yang sudah ditetapkan oleh para pemegang saham (shareholder).

Berkenaan dengan isu tersebut, Hameed dkk (2004:19) pada rasio DEWR ini ingin mengukur seberapa besar nominal gaji direktur dibanding dengan dana yang dikeluarkan perusahaan untuk mensejahterakan para karyawan tetapnya. Kesejahteran dalam hal ini meliputi gaji karyawan, pelatihan dan beban lainnya yang berhubungan terhadapan development karyawan tetap.

Penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2019:58) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam indikator directors-employees welfare ratio pada kinerja perbankan syariah di ASEAN. Rata-rata rasio DEWR dari urutan yang terbesar hingga terkecil adalah Malaysia 28,67 kali, Filipina 22,75 kali, Brunei Darussalam 19,50 kali, Indonesia 15,84 kali, dan Thailand

55

4,50 kali. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa negara Thailand merupakan negara yang memiliki kesenjangan terkecil antara gaji direktur dan kesejahteraan karyawannya. dengan urutan dari yang terkecil hingga tertinggi yaitu Tlailand, Indonesia, Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia.

e. Perbedaan tingkat investasi halal dan non halal pada Perbankan Syariah di ASEAN

Idealnya Perbankan Syariah mampu mengalokasikan dana nya secara optimal hanya pada investasi halal. Karena dalam Islam sendiri melarang kegiatan operasional bisnis yang mengandung gharar, riba, dan maysir. Islam juga mendorong umatnya untuk selalu melakukan perdagangan yang halal. Sehingga berkaitan dengan ini, Perbankan Syariah harus mengungkapkan dengan jujur dan transparant atas setiap investasi yang dianggap halal dan memenuhi prinsip syariah, serta mampu membedakan mana investasi yang terlarang dalam Islam. Kegagalan Perbankan Syariah dalam mengungkapkan informasi yang jujur dan transparan akan investasi yang dilakukan akan menyesatkan para pembacanya serta mengakibatkan munculnya gambaran bisnis yang tidak akurat akan bisnis yang dijalankan (Hameed et al., 2004:19).

Penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2019:58) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam indikator investasi halal vs investasi non halal pada kinerja perbankan

56

syariah di ASEAN. Dimana rata-rata rasio II vs NII dari urutan yang terbesar hingga terkecil adalah Brunei Darussalam dan Thailand 32,00%, Malaysia 28,83%, Indonesia 12,50%, dan Filipina 2,50%.

Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa negara Brunei Darussalam dan Thailand merupakan negara yang secara keseluruhan menginvestasikan asetnya di instrumen yang halal.

f. Perbedaan tingkat pendapatan halal dan non halal pada Perbankan Syariah di ASEAN

Selain memisahkan investasi halal dan Non halal, Perbankan Syariah juga harus mampu memisahkan pendapatan halal dan non halal nya. Sebagaimana prinsip syariah yang melarang adanya transaksi yang dilarang, maka idealnya perbankan syariah tidak memperoleh pendapatan yang non halal. Namun, menurut Hameed (2004:20) apabila bank syariah memiliki pendapatan dari transaksi yang dilarang, bank harus mengungkapkan informasi secara eksplisit mengenai sumber pendapatan tersebut, prosedur apa yang bank syariah lakukan dalam memperoleh pendapatan non halal tersebut, bagaimana cara menyikapinya dan bagaimana solusi yang dilakukan oleh bank syariah untuk mencegah terjadinya transaksi dilarang tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2019:58) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam indikator pendapatan halal vs pendapatan non halal pada kinerja

57

perbankan syariah di ASEAN. Dimana rata-rata rasio IInc vs NIInc dari urutan yang terbesar hingga terkecil adalah Brunei Darussalam dan Thailand 33,00%, Malaysia 27,63%, Indonesia 12,97%, dan Filipina 2,50%. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bah-wa negara Brunei Darussalam dan Thailand merupakan negara yang secara keseluruhan menerima pendapatan di sumber yang halal.

Hipotesis Sub Struktur (X2): Rasio Maqashid Syariah Index.

2. Hipotesis 2 :

2= Tidak terdapat perbedaan pada kinerja Perbankan Syariah di ASEAN diukur melalui pendekatan Maqashid Syariah Index

2= Terdapat perbedaan pada kinerja Perbankan Syariah di ASEAN diukur melalui pendekatan Maqashid Syariah Index

a. Pendidikan Individu (Tahdzib al-fard)

Berdasarkan teori Maqashid Syariah Abu Zaharah yang dikembangkan oleh Mohammed et al (2015:61), pada tujuan pertama berarti penyebaran ilmu pengetahuan dan keterampilan serta penanaman nilai-nilai individu untuk pengembangan spiritualnya.

58

Oleh karena itu, bank syariah harus merancang program pendidikan, pelatihan, penelitian, dan publisitas yang mampu mengembangkan tenaga kerja yang berpengetahuan dan terampil berlandaskan pada nilai-nilai moral yang tepat. Mereka juga harus menyebarkan informasi terhadap pemangku kepentingan tentang produk mereka.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suhartanto et al (2020:121) menunjukkan bahwa Bank Muamalat Indonesia lebih unggul dalam menerapkan tujuan maqashid syariah yang pertama (IK1).

b. Iqamat al-adl

Berdasarkan teori Maqashid Syariah Abu Zaharah yang dikembangkan oleh Mohammed et al (2015:61), dalam keadilan pada tujuan kedua, bank syariah harus memastikan transaksi yang adil dalam semua kegiatan bisnisnya, yang meliputi produk, harga dan syarat serta ketentuan kontrak. Disamping itu, juga harus memastikan bahwa semua usaha bisnisnya bebas dari unsur-unsur negatif yang dapat menciptakan ketidakadilan, seperti riba (termasuk bunga), gharar, dan maysir. Secara tidak langsung, bank harus secara bijaksana menggunakan keuntungannya dan mengarahkan kegiatannya ke area vital tersebut. yang dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan pendapatan dan kekayaan serta mendorong sirkulasi kekayaan dan pemerataan distributif.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suhartanto et al

59

(2020:121) menunjukkan bahwa selama 5 tahun berturut-turut pada indikator kinerja tujuan kedua paling tinggi diisi oleh Bank Panin Syariah.

c. Jalb al-maslahah

Berdasarkan teori Maqashid Syariah Abu Zaharah yang dikembangkan oleh Mohammed et al (2015:61), berkenaan dengan tujuan ketiga, maslahah atau kepentingan umum, bank syariah harus mengutamakan kegiatan usaha yang menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat umum, termasuk kegiatan di bidang yang berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat seperti investasi di sektor rill, pembiayaan proyek perumahan, dll.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suhartanto et al (2020:121) menunjukkan bahwa selama 5 tahun berturut-turut pada indikator kinerja tujuan ketiga paling tinggi diisi oleh BCA Syariah dan Bank Bukopin Syariah. Secara umum Perbankan Syariah sudah cukup mampu mengimplementasikan ketiga tujuan maqashid syariah.

60 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012:29) dalam Sutama (2018:29) menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah metode statistika yang digunakan untuk menganalisa data dan mendeskripsikan sekaligus memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Adapun metode verifikatif menurut Sugiyono (2012:29) dalam Sutama (2018:29) adalah metode yang memperlihatkan pengaruh antara beberapa variabel yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan data statistika. Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SPSS versi 25. Adapun pendekatan kuantitatif menurut Sugiyono (2012:29) dalam Sitoyo (2015:17) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, yang digunakan untuk meneliti populasi dan sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Pengukuran yang digunakan dalam menganalisis kinerja perbankan syariah adalah dengan menggunakan pendekatan Islamicity Performance

61

Index dan Maqashid Syariah Index. Islamicity Performance Index menggunakan Profit Sharing Ratio, Zakat Performance Ratio, Equitable Distribution Ratio, Directors Employees Welfare Ratio, Islamic Investment vs Non Islamic Investment, Islamic Income vs Non Islamic Income.

Maqashid Syariah Index menggunakan Pendiidkan Individu, Menegakkan Keadilan, dan Meningkatkan Kemaslahatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder kuantitatif yang bersumber dari laporan keuangan tahunan (annual report) masing-masing Bank Syariah melalui website resmi.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sitoyo dan Sodik (2015:63) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang berada di kawasan ASEAN.

Tabel.3.1 Perbankan Syariah di Kawasan ASEAN

No. Bank Umum Syariah Tahun Berdiri Negara

1. Bank Syariah Mandiri 1999 Indonesia

2. BTPN Syariah 2014 Indonesia

3. BNI Syariah 2010 Indonesia

62

10. Bank Net Indonesia Syariah 2010 Indonesia

11. Bank Victoria Syariah 2010 Indonesia

12. Bank Syariah Bukopin 2008 Indonesia

13. BJB Syariah 2010 Indonesia

14. Panin Dubai Syariah 2009 Indonesia

15. Affin Islamic Bank Berhad 2005 Malaysia

16.

18. AmBank Islamic Berhad 1987 Malaysia

19.

21. CIMB Islamic Bank Berhad 2003 Malaysia

22.

HSBC Amanah Malaysia Berhad

1994 Malaysia

23.

Hong Leong Islamic Bank Berhad

2005 Malaysia

24. MBSB Bank Berhad 2005 Malaysia

63

11. Bank Victoria Syariah 2010 Malaysia

12. Bank Syariah Bukopin 2008 Malaysia

13. BJB Syariah 2010 Malaysia

14. Panin Dubai Syariah 2009 Malaysia

15. Affin Islamic Bank Berhad 2005 Malaysia

16.

18. AmBank Islamic Berhad 1987 Malaysia

19.

21. CIMB Islamic Bank Berhad 2003 Malaysia

25.

Kuwait Finance House Malaysia Berhad

2005 Malaysia

26. Maybank Islamic Berhad 2007 Malaysia

27.

OCBC Al-Amin Bank Berhad

2008 Malaysia

28. Public Islamic Bank Berhad 2008 Malaysia

29. RHB Islamic Bank Berhad 2005 Malaysia

30.

32. Islamic Bank Of Thailand 2002 Thailand

33.

Amanah Islamic Bank Filipina

1973 Filipina

Sumber: Data Diolah Penulis

64 2. Sampel

Sampel merupakan bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Sitoyo & Sodik, 2015:64). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Purposive Sampling, teknik ini dilakukan dengan membuat pertimbangan tertentu atau seleksi khusus (Sitoyo & Sodik, 2015:66).

Berdasarkan teknik purposive sampling, maka pertimbangan yang ditetapkan dalam menentukan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bank Umum Syariah di negara kawasan ASEAN yang termasuk menjadi bagian dari Top Ten negara dengan perkembangan keuangan syariah yang positif berdasarkan Islamic Finance Development Report (IFDR) tahun 2019, yaitu Malaysia, Indonesia dan Brunei Darussalam. Malaysia memiliki nilai value sebesar 115 dan menduduki peringkat pertama, adapun Indonesia memiliki nilai value sebesar 68 dan menempati posisi keempat. Brunei Darussalam memiliki nilai value sebesar 45, dan menempati posisi kesepuluh.

2. Bank Umum Syariah lokal dalam negeri yang pertama kali berdiri di negara kawasan ASEAN yang termasuk menjadi bagian dari Top Ten negara dengan perkembangan keuangan syariah yang positif berdasarkan Islamic Finance Development Report (IFDR) tahun

65

2019, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB), dan Bank Islam Brunei Darussalam (BIBD).

3. Telah mempublikasikan laporan keuangan tahunan di website resmi masing-masing Bank selama periode waktu 2017-2019 4. Memiliki kelengkapan data terkait dengan Islamicity Performance

Index dan Maqashid Syariah Index.

Berdasarkan kriteria penentuan sampel yang telah dijelaskan di atas, maka sampel penelitian ini adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB), dan Bank Islam Brunei Darussalam (BIBD). Periode pelaporan keuangan yang digunakan 2017-2019. Laporan keuangan digunakan untuk menghitung indikator rasio dalam pendekatan Islamicity Performance Index dan Maqashid Syariah Index.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bank Umum Syariah di kawasan ASEAN yang termasuk menjadi bagian dari Top Ten negara dengan perkembangan keuangan syariah yang positif berdasarkan Islamic Finance Development Report (IFDR) tahun 2019, yaitu Malaysia, Indonesia dan Brunei Darussalam. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2021 dengan periode pelaporan 2017-2019 dan tidak dilakukan secara langsung melainkan melalui pengambilan data sekunder dari website resmi masing-masing bank syariah.

66 D. Data dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan masing-masing Bank Umum Syariah di Negara kawasan ASEAN melalui website resminya. Dimana menurut Sitoyo dan Sodik (2015:68) data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).

E. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam..pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Pustaka (LibrarydResearch)

Data yang diperoleh dengan membaca buku, majalah, artikel, dan lain-lain dalam kepustakaan yang berkaitan dengan aspek-aspek yang diteliti dalam upaya memperoleh data yang valid.

2. Penelitian Internetd (InternetdResearch)

Ilmu pengetahuan berkembang dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, penulis mengantisipasi hal ini dan menggunakan teknologi yang berkembang seperti internet untuk membuat data tersedia tepat waktu dan sesuai dengan perkebangan zaman.

67 F. Metode Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiamana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Uji statistik deskriptif merupakan metode yang semua datanya berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif dengan membandingkan nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai rata-rata dari sampel (Sitoyo &

Sodik, 2015:111).

2. Uji Prasyarat Data a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji penelitian untuk mengetahui data empiris yang didapatkan berasal dari populasi yang berdistribusi secara normal atau. Data berdistribusi normal yaitu data yang mempunyai sebaran merata sehingga mampu mewakili populasi secara keseluruhan.

Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas data antara lain yaitu uji chi-kuadrat, Lillifors, teknik kolmogrov- smirnov, dan Shapiro Wilk. Kriteria dalam uji normalitas pada SPSS yaitu apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka

68

data tersebut berdistribusi normal, sebaliknya jika kurang dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk menguji apakah sampel

Uji Homogenitas dilakukan untuk menguji apakah sampel