• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bank Umum Syariah di kawasan ASEAN yang termasuk menjadi bagian dari Top Ten negara dengan perkembangan keuangan syariah yang positif berdasarkan Islamic Finance Development Report (IFDR) tahun 2019, yaitu Malaysia, Indonesia dan Brunei Darussalam. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2021 dengan periode pelaporan 2017-2019 dan tidak dilakukan secara langsung melainkan melalui pengambilan data sekunder dari website resmi masing-masing bank syariah.

66 D. Data dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan masing-masing Bank Umum Syariah di Negara kawasan ASEAN melalui website resminya. Dimana menurut Sitoyo dan Sodik (2015:68) data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).

E. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam..pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Pustaka (LibrarydResearch)

Data yang diperoleh dengan membaca buku, majalah, artikel, dan lain-lain dalam kepustakaan yang berkaitan dengan aspek-aspek yang diteliti dalam upaya memperoleh data yang valid.

2. Penelitian Internetd (InternetdResearch)

Ilmu pengetahuan berkembang dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, penulis mengantisipasi hal ini dan menggunakan teknologi yang berkembang seperti internet untuk membuat data tersedia tepat waktu dan sesuai dengan perkebangan zaman.

67 F. Metode Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiamana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Uji statistik deskriptif merupakan metode yang semua datanya berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif dengan membandingkan nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai rata-rata dari sampel (Sitoyo &

Sodik, 2015:111).

2. Uji Prasyarat Data a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji penelitian untuk mengetahui data empiris yang didapatkan berasal dari populasi yang berdistribusi secara normal atau. Data berdistribusi normal yaitu data yang mempunyai sebaran merata sehingga mampu mewakili populasi secara keseluruhan.

Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas data antara lain yaitu uji chi-kuadrat, Lillifors, teknik kolmogrov- smirnov, dan Shapiro Wilk. Kriteria dalam uji normalitas pada SPSS yaitu apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka

68

data tersebut berdistribusi normal, sebaliknya jika kurang dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk menguji apakah sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika levene statistic signifikan pada 0,05, maka kita dapat menolak hipotesis nol yang menyatakan grup memiliki variance sama. Terkecuali apabila hasil uji levene test menunjukkan hasil probabilitas signifikan yang berarti variance tidak sama (berbeda), hal ini tidak fatal untuk tetap dilakukan uji beda one way Anova dan analisis masih dapat dilanjutkan sepanjang grup memiliki sample size yang proporsional.

3. Uji Beda

a. Uji One Way Anova

Uji Anova digunakan untuk menguji rata-rata pengaruh perlakuan dari suatu percobaan yang menggunakan satu faktor. Uji Anova merupakan pengujian hipotesis komparatif untuk data berjenis interval atau rasio dengan k sampel lebih dari dua, yang berkorelasi dengan satu faktor yang mempengaruhi. Prasyarat data yang digunakan dengan menerapkan metode ini adalah sebagai berikut:

1. Data dari sampel berjenis interval atau rasio 2. Sampel yang akan diuji lebih dari dua sampel

69

3. Sampel yang akan diuji terdistribusi normal 4. Varians setiap populasi sama

Rumus yang digunakan dalam perhitungan uji ANOVA menggunakan Uji F sebagai berikut:

1. Jika < maka diterima dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara sampel.

2. Jika > maka ditolak dan terdapat perbedaan yang signifikan di antara sampel.

Atau jika menggunakan nilai signifikansi:

1. Jika > 0.05 maka diterima dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

2. Jika < 0.05 maka ditolak dan terdapat perbedaan yang signifikan.

b. Uji Kruskall Wallis H

Uji Kruskal-Wallis H merupakan uji statistic non parametrik berbasis peringkat yang bertujuan untuk menentukan apakah terdepat perbedaan yang signifikan secara statistik antara dua atau lebih kelompok variabel independen pada variabel dependen yang berskala data numeric (interval atau rasio) dan skala ordinal. Uji Kruskal-Wallis H dilakukan sebagai alternatif dari Uji One Way Anova apabila data penelitian tidak terdistribusi normal. Prasyarat data yang digunakan untuk menerapkan metode ini adalah:

70

1) Data merupakan sampel acak hasil pengamatan 2) Populasi (sampel) tidak terdistribusi normal 3) Jumlah sampel tidak besar

4) Skala pengukuran yang dipakai ordinal 5) Ketiga sampel tidak saling mempengaruhi

6) Variabel yang diamati yaitu variabel acak kontinu

Rumus yang digunakan dalam perhitungan uji Uji Kruskal-Wallis H sebagai berikut:

1. Jika probabilitas atau Asymp. Sig (2-tailed) > 0.05 maka diterima dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

2. Jika probabilitas atau Asymp. Sig (2-tailed) < 0.05 maka ditolak dan terdapat perbedaan yang signifikan.

c. Uji Post Hoc Mann Whitney U

Uji Post Hoc merupakan pengujian lanjut setelah dilakukan uji beda dengan statistic non parametrik. Uji Post Hoc dilakukan apabila terdapat perbedaan yang signifikan diantara variabel independen. Apabila data berdistribusi normal uji Post Hoc yang dilakukan adalah Uji Post Hoc Anova, namun apabila data tidak berdistribusi normal maka pengujian yang dilakukan Uji Nonparametrik yakni menggunakan Mann Whitney U-Test. Mann Whitney U Test merupakan pengujian untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata antara rata-rata dua populasi yang distribusinya sama melalui dua sampel independen yang diambil

71

dari kedua populasi. Uji Mann Whitney dilakukan melalui pengujian pada dua sampel independen (Two Independent Sample Test) dengan bentuk data ordinal. Asumsi dalam Uji Mann Whitney adalah sebagai berikut :

1. Skala data variabel terikat adalah ordinal, interval, atau rasio.

Apabila skala interval atau rasio, asumsi normalitas tidak terpenuhi (Normalitas dapat diketahui setelah uji normalitas).

2. Data berasal dari dua kelompok.

3. Variabel independen satu dengan yang lainnya, artinya data berasal dari kelompok yang berbeda atau tidak berpasangan.

4. Varians kedua kelompok sama atau homogen.

4. Simple Additive Weighting (SAW)

Mohammed et al (2008:7) menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) untuk memecah konsep abstrak (C) maqashid syariah menjadi perilaku karakteristik yang dapat diamati, yang disebut sebagai dimensi (D). Dimensi tersebut kemudian dipecah lagi menjadi perilaku terukur yang disebut sebagai elemen (E). Mohammed et al (2008:7) mengutip contoh kehausan sebagai sebuah konsep.

Perilaku orang yang haus adalah minum banyak cairan (Dimensi).

Derajat rasa haus dapat diukur dengan banyaknya gelas yang diminum oleh setiap individu yang haus (Elemen). Model Sekaran dapat diilustrasikan sebagai berikut di mana D menunjukkan Dimensi dan E

72

sebagai Elemen yang ditransformasi ke dalam maqashid syariah menjadi sebuah index yaitu maqashid syariah index. Tahapan yang dilakukan dalam metode Simple Additive Weighting (SAW) adalah sebagai berikut:

a. Menghitung rasio kinerja pada masing-masing bank syariah.

Rasio-rasio tersebut adalah:

R1 = Hibah Pendidikan / Total Biaya R2 = Penelitian / Total Biaya

R3 = Pelatihan / Total Biaya R4 = Publisitas / Total Biaya R5 = Laba / Total Pendapatan

R6 = Investasi Mudharabah dan Musharakah / Total Investasi R7 = Pendapatan Bebas Bunga / Total Pendapatan

R8 = Laba bersih / Total Aset R9 = Zakat / Laba Bersih

R10 = Investasi pada Sektor Ekonomi Rill / Total Investasi

b. Melakukan pembobotan untuk masing-masing tujuan syariah sesuai dengan bobot rasio yang ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

73

IKn = Indikator Kinerja ke-n Bn = Bobot untuk tujuan ke-n En = Bobot untuk elemen ke-n Rn = Rasio ke-n

Tabel.3.2 Pembobotan Nilai Rasio Metode Simple Additive Weighting

Objectives Average Weight

Elements Average Weight

O1.Education

74

E7. Interest Free product

0.38

Total 1

O3. Public Interest

(Al-Maslahah) 0.29

E8. Profit Ratios 0.33 E9. Personal

Income

0.30 E10. Investment

in real sector

0.37

Total 1 Total 1

Sumber : Mohammed et al (2015:64).

c. Menjumlahkan indikator kinerja masing-masing tujuan syariah untuk mengetahui nilai tujuan-tujuan syariah ketiga bank syariah dengan rumus sebagai berikut:

IK (T1) = IK11 + IK21 + IK31 + IK41 IK (T2) = -IK12 + IK22 + IK32

IK (T3) = IK13 + IK23 + IK33 Keterangan:

IK(Tn) = Tujuan ke-n

IKn = Indikator Kinerja ke-n

Catatan: IK12 yang merupakan indikator kinerja untuk rasio fair returns memiliki nilai pengurang, yang artinya semakin rendah nilainya akan semakin baik nilai tujuan pembentukan keadilannya.

d. Menjumlahkan nilai tujuan-tujuan untuk mengetahui nilai maqashid index (MI) ketiga bank syariah dengan rumus sebagai

75 berikut:

MI = IK (T1) + IK (T2) + IK (T3) Keterangan:

MI = Maqashid Index

IK (T1) = Tujuan Pembentukan Pendidikan Individu IK (T2) = Tujuan Pembentukan Keadilan

IK (T3) = Tujuan Pembentukan Kemaslahatan

G. Definisi Operasional Variabel

1. Rasio Kinerja Islamicity Performance Index

Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan enam indikator dari tujuh indikator IPI. Hal ini disebabkan keterbatasan memperoleh data AAOIFI Index serta belum adanya penelitian terdahulu yang menggunakan indikator AAOIFI Index. Meskipun tidak menggunakan seluruh indikator di dalam IPI, Pengukuran kinerja syariah tidak akan terganggu karena tidak adanya sistem pembobotan pada IPI. Berikut rasio yang menjadi indikator pengukuran berdasarkan Islamicity Performance Index:

Tabel.3.3 Variabel Islamicity Performance Index

No. Rasio Islamicity

Performance Index Definisi Operasional Pengukuran

1. Profit Sharing Ratio (PSR)

Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar bank syariah dalam menyalurkan dana ke sektor produktif dengan skemaprofit-sharing.

PSR = Mudharabah +

Musyarakah / Total Pembiayaan

2. Zakat Performance Ratio (ZPR)

Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar bank syariah

ZPR= Zakat / Aktiva Bersih

76

menyalurkan zakat.

3. Equitable Distribution Ratio (EDR)

Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar bank syariah dalam

4. Directors Employees Welfare Ratio (DEWR)

Rasio yang digunakan untuk membandingkan antara gaji direktur dengan dana yang digunakan untuk kesejahteraan pegawai.

Investment (II vs NII)

Rasio yang digunakan untuk membandingkan

Islamic Income vs Non Islamic Income (IInc vs NIInc)

Rasio yang digunakan untuk membandingkan antara pendapatan halal dan non halal dengan seluruh total pendapatan.

IInc vs NIInc=

Pendapatan halal / Total pendapatan

Sumber : (Hameed et al., 2004:364).

2. Rasio Kinerja Maqashid Syariah Index

Maqashid Syariah Indeks merupakan salah satu metode penilaian kinerja perbankan syariah dengan menggunakan pendekatan Maqashid Syariah. Metode ini dikembangkan dan sudah ditransformasikan menjadi sebuah ukuran untuk mengevaluasi kinerja bank syariah oleh Mohammed et al (2015:63) dengan menggunakan

77

konsep Maqashid Syariah dari Abu Zahrah (1997) yaitu pendidikan individu, menegakkan keadilan dan meningkatkan kesejahteraan.

Ketiga tujuan tersebut dapat diketahui melalui beberapa rasio kinerja yaitu:

Tabel.3.4 Variabel Maqashid Syariah Index

No. Variabel Keterangan

1. Pendidikan Individu (Tahzib Al Fard)

a. Hibah pendidikan dilihat melalui seberapa besar dana yang dikeluarkan untuk pendidikan bagi internal ataupun eksternal perbankan. Rumus yang digunakan untuk menghitung hibah pendidikan adalah:

R1 = Education Grant / Total Expense

b. Penelitian dilihat melalui seberapa besar perbankan melakukan pengembangan dan penelitian dalam industri perbankan syariah.

Rumus yang digunakan untuk menghitung penelitian adalah:

R2 = Research Expense / Total Expense

c. Pelatihan dilakukan untuk menciptakan

SDM yang unggul dan memiliki kompetensi bagi karyawan, maka beban pelatihan ini masuk pada beban karyawan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung pelatihan adalah:

R3 = Training Expense / Total Expense

d. Publisitas yang kecil akan berpengaruh pada kesadaran masyarakat mengenai perbankan syariah, maka dari itu perbankan syariah harus memiliki dana publisitas untuk memperluas pengetahuan masyarakat mengenai perbankan syariah. Rumus yang digunakan untuk menghitung publisitas adalah:

R4 = Publicity Expense / Total Expense

78 2. Menegakkan Keadilan

(Iqamat al-Adl)

a. Pengembalian adil dilihat melalui seberapa besar persentase laba dibandingkan dengan total pendapatan. Semakin rendah laba bersih yang diterima oleh bank dibandingkan total pendapatan maka dinilai semakin menerapkan tujuan Iqamat al-Adl. Rumus yang digunakan untuk menghitung fair returns adalah:

R5 = Profit Equalization Reserves (PER) / Net or Investment Income

b. Distribusi fungsional dilihat melalui seberapa besar bank syariah mengalokasikan dananya melalui mudharabah dan musyarakah terhadap total investasi sebagai aktivitas yang berlandaskan keadilan. Semakin tinggi pembiayaan mudharabah & musyarakah maka menunjukkan bahwa bank syariah telah mewujudkan keadilan sosio- ekonomi melalui system bagi hasil. Rumus yang digunakan untuk menghitung distribusi fungsional adalah:

R6 = Mudarabah and Musharakah Modes / Total Income

c. Produk bebas bunga menggambarkan bagaimana bank syariah dituntut untuk menjalankan aktivitas investasi yang terbebas dari unsur riba (bunga).

Semakin tinggi rasio ini maka dianggap

semakin berkurangnya kesenjangan pendapatan dan kekayaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Rumus yang digunakan untuk menghitung produk bebas bunga adalah:

R7 = Interest free income / Total Income

79 3. Meningkatkan

Kesejahteraan (Jalb al-Maslahah)

a. Profit ratio dapat menggambarkan seberapa besar pencapaian nilai maslahah bagi bank syariah itu sendiri. Semakin tinggi rasio ini maka akan dapat berkontribusi pada anggaran pemerintah dalam pembangunan dan pelayanan sosial yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rumus yang digunakan untuk menghitung profitabilitas adalah:

R8 = Net Income / Total Asset

b. Pendapatan pribadi dapat dilihat melalui penyaluran dana zakat yang dikeluarkan oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio zakat terhadap laba bersih maka dapat membantu dalam menangani kesenjangan masyarakat.

Rumus yang digunakan untuk menghitung personal income adalah:

R9 = Zakah paid / Net Asset

c. Investasi disektor riil dapat dilihat melalui investasi bank syariah pada sektor seperti pertanian, pertambangan, perikanan dan lain-lain. Semakin tinggi rasio investasi ini akan dapat menggambarkan pencapaian nilai maslahah untuk masyarakat. Rumus yang digunakan adalah:

R10 = Invetment in real economic sector / Total Investment

Sumber : Mohammed et al (2015:64).

80 BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Berikut ini merupakan gambaran umum bank syariah yang menjadi objek penelitian.

1. Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Bank Muamalat merupakan bank syariah pertama di Indonesia yang berdiri sejak 1 November 1991 dan resmi beroperasi mulai tanggal 1 Mei 1992. Bank yang dibentuk dan diusung oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan pengusaha muslim ini terus berinovasi dengan mengeluarkan produk-produk keuangan syariah melalui pendirian Asuransi Syariah (Asuransi Takaful), Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat (DPLK Muamalat) dan Multifinance Syariah (Al-Ijarah Indonesia Finance).

Dalam memulai usahanya di bidang perbankan yang berorientasi pada keuangan syariah, Bank Muamalat Indonesia berhasil mendapatkan izin sebagai Bank Devisa dan terdaftar sebagai perusahaan publik yang tidak listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Oktober 1994. Bank Muamalat Indonesia telah melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 5 (lima) kali dan menjadi lembaga perbankan pertama di Indonesia yang mengeluarkan Sukuk

81

Subordinasi Mudharabah. Usaha nyata tersebut semakin menegaskan posisi Bank Muamalat Indonesia pada peta industri perbankan Indonesia khususnya perbankan syariah.

Di samping itu, Bank Muamalat Indonesia juga pada akhirnya meluncurkan produk shar-e sebagai tabungan pertama di Indonesia pada tahun 2004. Bank Muamalat terus melakukan ekspansi dengan menambah jaringan kantor cabang di seluruh Indonesia. di samping itu, Bank Muamalat juga berhasil menjadi bank pertama di Indonesia yang mendapatkan izin ekspansi untuk membuka kantor cabang di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 2009.

Pada tahun 2011, Bank Muamalat Indonesia masih terus berinovasi sehingga berhasil meluncurkan produk Shar-e Gold Debit Visa dan memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Kartu Debit Syariah dengan teknologi chip pertama di Indonesia serta layanan e-channel seperti internet banking, mobile banking, ATM, dan cash management. Produk-produk tersebut menjadi pionir produk syariah dan tonggak sejarah penting pada industri perbankan syariah di Indonesia.

Bank Muamalat Indonesia pada akhirnya melakukan rebranding pada usia bisnisnya yang ke 20 tahun yaitu pada tahun 2012.

Keputusan rebranding yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia terletak pada perubahan logo bank guna untuk meningkatkan awareness terhadap brand image Bank Muamalat Indonesia sebagai

82

bank yang Islami, Modern, dan Profesional. Pada saat ini Bank Muamalat Indonesia berhasil memiliki 276 kantor layanan termasuk 1 (satu) kantor cabang di Malaysia. Operasional Bank juga didukung oleh jaringan layanan yang luas berupa 710 unit ATM Muamalat, 120.000 jaringan ATM Bersama dan ATM Prima, 97 Mobil Kas Keliling (mobile branch) serta jaringan ATM di Malaysia melalui Malaysia Electronic Payment (MEPS).

2. Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB)

Bank Islam Malaysia Berhad berdiri sejak tahun 1983, dan menjadi Bank Syariah pertama di Malaysia maupun di Asia Tenggara yang beroperasi sesuai dengan aturan dan prinsip syariah. Berdirinya Bank Islam Malaysia Berhad memiliki tujuan sebagai katalisator bagi pertumbuhan industri keuangan syariah di kawasan asia tenggara.

Bank Islam Malaysia Berhad menawarkan beragam pelayanan dalam memenuhi kebutuhan keuangan pelanggan. Pelaksanaan bisnis dengan operasional bank yang terstruktur dilengkapi dengan orang-orang yang ahli dalam bisnis di bidang simpanan, korporasi, komersial, UKM, dan Treasuri didedikasikan oleh Bank Islam Malaysia Berhad untuk memberikan pelayanan terbaik kepada empat juta lebih pelanggannya. Saat ini Bank Islam Malaysia Berhad memiliki jaringan perbankan syariah terluas di Malaysia dengan 147 cabang dan 1.117 terminal swalayan di seluruh negeri.

3. Bank Islam Brunei Darussalam (BIBD)

83

Bank Islam Brunei Darussalam merupakan bank islam yang berdiri sejak tahun 2005 dari hasil merger antara bank Islam Brunei dan Bank Pembangunan Islam Brunei. Sebagai bank terbesar, Bank Islam Brunei Darussalam memiliki asset senilai B $ 10 miliar, dengan jumlah karyawan sebanyak 900 lebih, dan nasabah sejumlah 216.000 lebih.

Bank Islam Brunei Darussalam berkantor pusat di Bandar Seri Begawan yang memiliki 17 cabang di lokasi yang strategis di empat distrik Brunei Darussalam dan memiliki jaringan ATM terbesar yang mampu melayani lebih dari seperempat populasi di Brunei Darussalam. Kehadiran Bank Islam Brunei Darussalam di seluruh negeri menjadikannya sebagai satu-satunya bank di Brunei Darussalam yang melayani semua segmen dalam pasar perbankan ritel.

Bank Islam Brunei Darussalam selalu transformatif dalam menjalankan operasional bisnisnya dan telah berhasil dalam membuat langkah besar dalam pengembangan kapabilitas yang mencakup tentang peningkatan bisnis pada seluruh layanan yang ditawarkan.

Dalam hal ini Bank Islam Brunei Darussalam juga mampu menghadirkan desain cabang yang mewakili karakteristik Bank islam Brunei Darussalam. Identitas yang berbeda ini menjadikan Bank Islam Brunei Darussalam berbeda dengan lembaga keuangan lainnya di Brunei Darussalam. Upaya-upaya pengembangan yang dilakukan oleh Bank Islam Brunei Darussalam tersebut pada akhirnya menjadikan

84

BIBD berada di posisi yang lebih kuat dalam memenuhi aspirasi dan terdepan dalam kancah lokal maupun internasional.

B. Temuan Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Analisis Deskriptif

Dalam menganalisis kinerja perbankan syariah di ASEAN pada penelitian ini menggunakan dua variabel. Pertama menggunakan pendekatan yang ditemukan oleh Hameed (2004:18) yaitu Islamicity Performance Index. Indikator variabel Islamicity Performance Index yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Profit Sharing Ratio, Zakat Performance Ratio, Equitable Distribution Ratio, Director’s-Employees Welfare Ratio, Islamic Investment vs Non-Islamic Investment, Islamic Income vs Non-Islamic Income. Pertama kali yang perlu dilakukan adalah dengan menghitung masing-masing indikator variabel yang digunakan dan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis menggunakan alat bantu statistik SPSS versi 25.

Kedua menggunakan pendekatan yang ditemukan oleh Abu Zaharah (1997) yang kemudian dikembangkan dan sudah ditransformasi menjadi sebuah ukuran (index) untuk mengevaluasi kinerja bank syariah oleh Mohammed (2008:3) yaitu Maqashid Syariah Index. Indikator variabel Maqashid Syariah Index yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: pendidikan individu, menegakkan keadilan, dan meningkatkan kesejahteraan. Pertama kali yang perlu dilakukan adalah dengan menghitung masing-masing

85

indikator variabel yang digunakan dan dilanjutkan dengan verifikasi dari model dan pembobotan pada setiap konsep dan elemen melalui metode SAW (Simple Additive Weighting).

2. Analisis Kinerja Perbankan Syariah di ASEAN Melalui Pendekatan Islamicity Performance Index

a. Hasil Analisis Kinerja Perbankan Syariah di ASEAN Berdasarkan Pendekatan Islamicity Performance Index

1. Profit Sharing Ratio

Tujuan utama didirikannya perbankan syariah adalah untuk menyediakan produk keuangan berbasis profit sharing, oleh karena itu sangat penting untuk mengidentifikasi seberapa jauh perbankan syariah berhasil menjalankan tujuan utama keberadaannya dengan menyediakan produk keuangan berbasis profit sharing. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio tersebut adalah dengan membagi total pembiayaan berbasis mudharabah dan musyarakah dengan total pembiayaan. Rumus tersebut digunakan untuk mengukur Profit Sharing Ratio perbankan syariah di ASEAN selama 3 tahun terakhir.

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Perhitungan Rasio PSR Perbankan Syariah di ASEAN

Nama Bank

Tahun Mudharabah + Musyarakah

Total Pembiayaan PSR

BMI

2017 20,595,108,048.00 41,288,100,000.00 49.88%

2018 16,981,461,404.00 33,559,000,000.00 50.6%

86

2019 14,963,397,450.00 29,870,000,000.00 50.1%

BIMB

2017 2,428,896,804,607.00 28,344,075,007,113.00 8.57%

2018 2,566,938,620,189.00 31,944,699,399,627.30 8.04%

2019 2,598,877,498,403.00 35,345,429,917,702.50 7.35%

BIBD

2017 3,463,415,674,677.00 28,344,075,007,113.00 12.22%

2018 3,543,555,845,871.00 31,944,699,399,627.30 11.09%

2019 3,745,037,907,387.00 35,345,429,917,702.50 10.60%

Sumber: Data Sekunder diolah dengan Microsoft Excel (dalam rupiah) Berdasarkan hasil perhitungan tabel di atas, dapat diketahui bahwa Bank Muamalat Indonesia memiliki rasio PSR paling tinggi di ASEAN dan berbeda jauh dengan Bank Islam Malaysia Berhad maupun Bank Islam Brunei Darussalam. Hal ini disebabkan karena tingginya pembiayaan yang disalurkan pada Bank Muamalat Indonesia melalui skema akad mudharabah dan musyarakah dalam produk pembiayaan berbasis permodalan dan investasi. BMI selama tiga tahun berturut-turut memiliki nilai PSR sebesar 49.88% , 50.6%, dan 50.1%. Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) selama tiga tahun berturt-turut memiliki nilai PSR 8.57% , 8.04 %, dan 7.35% . Hal ini disebabkan karena BIMB lebih banyak menyalurkan pembiayaan dengan skema jual beli (murabahah) serta Ba’i Bithaman Ajil, kedua skema pembiayaan tersebut tidak mengandung unsur profit sharing.

Bank Islam Brunei Darussalam memiliki rasio PSR yang cukup baik dibandingkan dengan Bank Islam Malaysia Berhad. Selama tiga tahun berturut-turut BIBD memiliki rasio PSR sebesar 12.22% , 11.09%, dan 10,6% . Hal ini disebabkan karena Bank Islam Brunei

Bank Islam Brunei Darussalam memiliki rasio PSR yang cukup baik dibandingkan dengan Bank Islam Malaysia Berhad. Selama tiga tahun berturut-turut BIBD memiliki rasio PSR sebesar 12.22% , 11.09%, dan 10,6% . Hal ini disebabkan karena Bank Islam Brunei