• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI PENELITIAN

4.8 Masalah Sosial

Masalah sosial yang terdapat di kecamatan Kabandungan adalah: 4.8.1. Kemiskinan

Penduduk miskin di Kecamatan Kabandungan masih cukup besar yaitu mencapai 5.170 keluarga dari 8.467 Rumah tangga yang ada di Kecamatan Kabandungan atau sekitar 61,06 %, dan merupakan jumlah prensentase keluarga miskin terbesar se-Kabupaten Sukabumi, seperti tecantum dalam Tabel 4.16 berikut:

Tabel 4.16. Rumah Tangga Miskin Penerima BLT di Kecamatan Kabandungan Tahun 2005/2006

Rumah Tangga Rumah Tangga Miskin

Persentase

Rumah Tangga Miskin ( %)

8.467 5.170 61.06 %

Sumber Data: BPS Kab. Sukabumi 2006 (Diolah)

Jumlah Rumah Tangga miskin penerima BLT (Bantuan Tunai Langsung Kompensasi BBM) di Kabupaten Sukabumi tercatat sejumlah 228.370 atau

38.70% dari jumlah total rumah tangga di kabupaten Sukabumi. Persentase rumah tangga miskin terbesar berada di Kecamatan Kabandungan yaitu sebesar 61.06% dari jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan tersebut.

Beberapa masalah sosial yang terdapat di kecamatan Kabandungan sebagiamana terlihat dari Tabel 4.17 berikut:

Tabel 4.17. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Menurut Jenisnya di kecamatan Kabandungan

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 32 150 2 - 4 37 325 - 262 - 68 29 - -

Lanjutan Tabel 14

A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26

5 7 - 1.646 239 3 2 39 2 - 1 -

Sumber: Kantor Penanggulangan Masalah Sosial Kabupaten Sukabumi (Diolah) Keterangan Tabel :

A1 : anak balita terlantar A2 : Anak terlantar

A3 : Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah A4 : Anak Nakal

A5 : Anak Jalanan A6 : Anak Cacat

A7 : Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE)

A8 : Wanita yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah A9 : Lanjut Usia terlantar

A10 : Lanjut Usia yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah

A11 : Penyandang Cacat

A12 : Penyandang cacat bekas penderita penyakit kronis A13 : Tuna Susila

A14 : Pengemis A15 : Gelandangan A16 : Eks Narapidana

A17 : Korban Penyalahgunaan NAPZA A18 : Keluarga Fakir Miskin

A19 : Keluarga Berumah tidak layak huni A20 : Keluarga bermasalah Sosial psikologis A21 : Komunitas adat terpencil

A22 : Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana A23 : Korban bencana Alam

A24 : Korban bencana sosial A25 : Pekerja Migran

A26 : HIV/AIDS

Dari tabel diatas terlihat bahwa penyandang masalah kesejahteraan sosial yang terbanyak adalah keuarga fakir miskin diikuti oleh wanita rawan sosial ekonomi.

4.8.2. Pendidikan

Dominasi tingkat pendidikan masyarakat kecamatan Kabandungan adalah SD/Sederajat. Dalam rangka menuntaskan wajib belajar 9 tahun, beberapa upaya telah dilakukan oleh Pemerintah dengan menekan angka siswa putus sekolah (drop out/DO). Pada tahun ajaran 2005/2006 jumlah siswa drop out umur 7 -12 tahun di kecamatan Kabandungan adalah 86 Orang dan umur 13-15 tahun 0 orang.

Tabel 4.18. Jumlah Murid Drop Out (DO) Menurut Umur Sekolah

Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sukabumi 2005/2006 (Diolah) Tingginya angka putus sekolah untuk usia 7-12 tahun ini disebabkan lemahnya kondisi ekonomi keluarga serta masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakan tentang pentingnya pendidikan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh LSM KPP (komunitas Peduli Pendidikan) tahun 2004 rata-rata tingkat melanjutkan murid SD ke SLTP di kecamatan Kabandungan adalah 36.91% suatu jumlah yang relatif kecil.hal ini berarti hanya 36,91 % atau kurang dari setengah siswa lulusan SD yang melanjutkan ke tingkat SLTP. Siswa lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah biasanya pergi ke kota untuk mencari pekerjaan informal atau tetap tinggal untuk membantu keluarga.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh KPP tahun 2004 juga ditemukan bahwa jumlah tenaga kependidikan sekolah dasar di kecamatan Kabandungan sangat kurang dimana jumlah yang di butuhkan adalah sebanyak 220 orang tetapi yang tersedia hanya 89 orang, seperti terlihat dalam Tabel 4.19.

Tabel 4.19. Keadaan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar di kecamatan Kabandungan

Jabatan Jumlah diperlukan Jumlah yang ada

Kepala Sekolah 22 22 Guru Umum 132 46 Guru Agama 22 7 Guru Olahraga 22 4 Penjaga Sekolah 22 10 Jumlah 220 89

Sumber:Profil Pendidikan kecamatan Kabandungan – KPP 2004

Jumlah Mudir Drop Out (DO) KECAMATAN

Umur 7 - 12 Umur 13 - 15

4.8.3. Kesehatan

Terbatasnya Jumlah fasilitas dan tenaga bidang kesehatan di kecamatan Kabandungan, mengakibatkan pelayanan bidang kesehatan menjadi kurang maksimal. Jumlah fasilitass kesehatan dikecamatan kabandungan terdiri atas 1 puskesmas, 2 puskesmas pembantu (pustu) dan 38 pos yandu sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.11 . Jumlah fasilitas kesehatan tersebut di layani oleh SDM bidang kesehatan yang terbatas pula seperti terdapat dalam Tabel 4.20 berikut:

Tabel 4.20. Jumlah SDM Bidang Kesehatan di kecamatan Kabandungan

Jenis Tanaga Medis Jumlah

Dokter Ahli Dokter Umum 1 Dokter Gigi Akademi Kesehatan 2 Bidan 3 Perawat 2 Perawat Gigi SPPH 1 SPAG Jumlah 9

Sumber Data: Dinas Kesehata Kabupaten Sukabumi 2005/2006 (Diolah)

4.8.4. Masalah Lingkungan a. Krisis Air

Mengingat topografi wilayah Kecamatan Kabandungan yang terdiri dari perbukitan/dataran tinggi sehingga kemungkinkan menggunakan air tanah dalam menjadi sangat mahal, maka penyediaan air bersih selama ini sangat bergantung kepada pada mata air dan aliran air dari gunung/hutan. Pada musim kemarau debit air relatif kecil sehingga tidak seimbang dengan tuntutan kebutuhan air masyarakat, sedangakan ketika musim hujan air menjadi banjir, hal ini terjadi karena adanya illegal logging dan penambangan galian C di beberapa sungai.(sungai Ciawitali, Cibeureum, Cipanas, Ciherang, Citarik).

b. Bencana Longsor

Pada musim hujan wilayah Kecamatan Kabandungan merupakan daerah rawan longsor, karena tingkat kemiringan lahan yang relatif tinggi. Bencana longsor hampir terjadi setiap tahun walaupun tidak selalu

menimbulkan korban jiwa, tetapi kerugian materil dengan rusaknya rumah penduduk dan prasarana jalan atau kebun cukup meresahkan Masyarakat. Berikut ini adalah (Tabel 4.21) bencana yang terjadi selama tahun 2005

Tabel 4.21 Jumlah Kejadian Bencana Alam Menurut Jenisnya Kecamatan Kebakaran Angin Topan Longsor

Kabandungan 3 1 24

Sumber: Kantor Penanggulangan Masalah Sosial Kabupaten Sukabumi tahun 2005 (Diolah)

Tingginya tingkat bencana longsor ini menyebabkan kerugian bagi warga masyarakat baik kerugian jiwa maupun kerugian materi, seperti terlihat dalam Tabel 4.22 berikut:

Tabel 4.22. Jumlah Kerugian Akibat Kejadian Bencana Alam Dan taksiran Nilai Kerugan

Kerugian Jiwa Kerugian Material

Menderita Meninggal KK Jiwa Rumah Sawah/ Darat (ha) Taksiran Kerugian (000) 3 11 24 7 15.000

Sumber: Kantor Penanggulangan Masalah Sosial Kabupaten Sukabumi tahun 2005 (Diolah)

Tingginya angka bencana longsor dipicu juga oleh pemanfaatan lahan-lahan kritis oleh masyarakat tanpa melakukan konservasi terhadap lahan-lahan tersebut, luas lahan kritis di Kecamatan kabandungan seluas 97,38 Ha.

Tabel 4.23. Luas Lahan Kritis di kecamatan Kabandungan (Ha) Luas lahan kritis

Awal 2005

Luas total Penghijauan

Luas lahan kritis Akhir 2005

97,38 - 97,38

Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi tahun 2005 (Diolah).

4.9. CHV.

Keberadaan CHV, Diawali dengan diketemukannya cadangan panas bumi di daerah Awi bengkok Gunung Salak oleh perusahaan Amerika Union,kemudian berubah menjadi Unocal kemudian perusahaan ini diakuisisi oleh CHV dan berganti nama menjadi CHV geothermal Salak,Ltd (CHV) pada tahun 2006.

CHV mulai beroperasi sejak tahun 1982, bergerak dalam bidang eksplorasi dan eksploitasi panas bumi di daerah Awi Bengkok yang merupakan wilayah vulkanis dalam gugusan Gunung Salak melalui pengeboran sumur-sumur produksi penghasil uap panas bumi, terdapat 65 sumur-sumur bor (35 di kecamatan pamijahan dan 30 di kecamatan Kabandungan) dengan kedalaman 1.250 meter sampai dengan 3.211 meter.

CHV, merupakan pemegang kontrak proyek panas bumi di Gunung Salak ,Kontrak ini ditandatangani pada tahun 1982 antara Pertamina, PLN dan CHV Dari tahun 1983 – 1986 dilakukan proses studi rona awal lingkungan dan pengajuan proposal pembuktian 230 MW ke Pertamina. Tahun 1989 penyusunan AMDAL dan mengajukan proposal pengembangan sebesar 110 MW ke Pertamina. Pada tahun 1994, CHV memulai operasi secara komersial sebesar 110 MW, kemudian pada tahun yang sama diajukan proposal pengembangan ke Pertamina sebesar 220 MW, sehingga pada tahun 1997 CHV melakukan operasi secara komersial sebesar 330 MW. Pada tahun 1998 – 2002 dilakukanlah renegosiasi kontrak dan akhirnya pada bulan Juli 2002 kontrak diamandemen dan disetujui oleh para pihak.( Azof;Iwan. S.,2002 ).

CHV melaksanakan program pengembangan masyarakat (community development) untuk masyarakat di sekitar wilayah operasi gunung Salak antara lain meliputi bidang Pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi lokal, lingkungan, infrastruktur serta komunikasi dan hubungan sosial dengan masyarakat.