• Tidak ada hasil yang ditemukan

10 1.4 Kegunaan Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Konsep Wilayah dan Pembangunan

Menurut Rustiadi et al.(2005), di Indonesia berbagai konsep nomenklatur kewilayahan seperti Wilayah, kawasan, wilayah, regional, area, ruang dan istilah- istilah sejenis, banyak dipergunakan dan saling dapat dipertukarkan pengertiannya walaupun masing-masing memiliki bobot penekanan pemahaman yang berbeda-beda. Ketidak konsistenan istilah tersebut kadang menyebabkan kerancuan pemahaman dan sering membingungkan.

Lebih jauh Rustiadi et al.(2005) menjelaskan, secara teoritik tidak ada perbedaan nomenklatur antara istilah wilayah, kawasan. Kawasan dan wilayah. Semuanya secara umum dapat diistilahkan dengan wilayah (region). Penggunaan istilah kawasan di Indonesia digunakan karena adanya penekanan fungsional suatu unit wilayah.

Karena itu definisi konsep kawasan adalah adanya karakteristik hubungan dari fungsi-fungsi dan komoponen-komponen dalam suatu unit wilayah, sehingga batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional. Dengan semikian, setiap kawasan atau sub kawasan memiliki fungsi-fungsi khusus yang tentunya memerlukan pendekatan program tertentu sesuai dengan fungsi yang dikembangkan tersebut.

Pengertian wilayah pada dasarnya bukan sekedar areal dengan batas- batas tertentu, namun suatu areal yang memiliki arti (meaningfull) karena adanya masalah-masalah didalamnya. (Isard 1975 dalam Rustiadi et al. 2005). Menurut (Glasson 1990 dalam Rustiadi et al. 2005), wilayah sebagai kesatuan area geografis yang menggambarkan hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan implementasi dari pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

Selanjutnya menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, pengertian wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif atau aspek fungsional. Sedangkan pengertian kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya. Sementara itu pengertian wilayah walaupun tidak disebutkan

secara eksplisit namun umumnya dipahami sebagai unit wilayah berdasarkan aspek administratif.

Menurut Budiharsono (2001), wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal. Selanjutnya dijelaskan bahwa wilayah dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu: (1) wilayah homogen (uniform/homogeneous region), adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek/kriteria mempunyai sifat/ciri-ciri yang relatif sama misal dari aspek ekonomi struktur produksi dan konsumsi homogen. (2) wilayah nodal (nodal region), adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan wilayah belakangnya (hinterland), (3) wilayah perencanaan (planning region / programming region), adalah wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi dan; (4) wilayah administratif (administrative region), adalah wilayah yang batas- batasnya ditentukan berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti: provinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan dan RT/RW.

Terdapat beberapa perspektif dalam memandang wilayah, pertama, perspektif spatial-fungsionalisme yang memandang wilayah secara fungsional berdasarkan fungsi tertentu dari suatu unit wilayah. Dalam hal ini, fungsi bisa terkait dengan fungsi sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Berbeda dengan wilayah homogen, konsep wilayah fungsional justru menekankan perbedaan dua komponen-komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. Kedua, perspektif Kulturalisme melihat wilayah sebagai teritori yang diatasnya terbangun komunitas yang membangun konfigurasi budaya. Dalam konteks perspektif ini tumbuhnya aktivits sosio-ekonomi atau kehidupan secara umum disebabkan oleh adanya interaksi antara manusia dan sumberdaya alam lokal sepanjang waktu. Ketiga, Perspektif Pengaturan-Institutionalisme memandang wilayah sebagai kesatuan kelembagaan pengaturan, legislasi, eksekusi, atau manajemen pembangunan wilayah.

Berbagai konsep nomenklatur kewilayahan banyak dipergunakan dan saling dapat dipertukarkan pengertiannya walaupun masing-masing memiliki bobot penekanan pemahaman yang berbeda-beda (Matriks 2.2).

Matriks 2.2. Definisi Nomenklatur Kewilayahan

KONSEP DEFINISI

WILAYAH • Menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif atau aspek fungsional. • Menurut Budiharsono (2001), wilayah didefinisikan sebagai

suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal.

• Menurut Isard (1975) dalam Rustiadi et al (2005), Pengertian wilayah pada dasarnya bukan sekedar areal dengan batas- batas tertentu, namun suatu areal yang memiliki arti

(meaningfull) karena adanya masalah-masalah didalamnya. • Menurut Glasson (1990) dalam Rustiadi et al (2005),, wilayah

sebagai kesatuan area geografis yang menggambarkan hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan implementasi dari pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut

KAWASAN Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya (Undang-undang Nomor 26 tahun 2007)

TERITORIAL Tempat yang dapat berwujud sebagai suatu Negara, Negara bagian , provinsi atau distrik dan perdesaan (Murty, 2000 dalam Rustiadi , et al. 2005)

REGIONAL/DAERAH Umumnya dipahami sebagai unit wilayah berdasarkan aspek administratif.

RUANG/SPASIAL Secara geofisik: Sebagai tempat kehidupan (Biosphere): Tempat Kehidupan Alamiah geosphere (permukaan kulit bumi hingga kedalaman ± 3 m dalam tanah dan ± 200 m dpl)

atmosphere (hingga kira-kira 30 m diatas permukaan tanah). Tempat kehidupan yang dibatasi teknologi manusia batas ruang dimana teknologi manusia mampu menjangkau / mengakses / mengeksplorasi batas terbawah geosphere dan batas

atmosphere / luar angkasa (Rustiadi, et al, 2005) sumber: Rustiadi, et al,( 2005),Undang-undang Nomor 26 tahun 2007

Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan atau mengadakan perubahan-perubahan kearah keadaan yang lebih baik. Selanjutnya di jelaskan bahwa teori pembangunan pada awalnya adalah teori pembangunan ekonomi yang merupakan suatu

rangkaian usaha dan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Sejalan dengan perkembangan situasi dan kondisi dunia, teori pembangunan ekonomi tersebut berkembang kearah pendekatan politik, sosial budaya dan pendekatan menyeluruh pada setiap aspek kehidupan (holistik). Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multi dimensional yang mencakup berbagai macam perubahan mendasar atas struktur sosial,sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakekatnya pembangunan ini harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada didalamnya untuk bergerak maju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material dan spiritual (Todaro, 2000). Selanjutnya dijelaskannya pula bahwa pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan perdapatan perkapita yang cepat, penyediaan dan perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar wilayah/regional serta mendorong transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanaian dan industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia dengan tetap memperhatikan aspek kelestarianya (sustainable).

Pemerataan pembangunan dalam suatau wilayah menjadi sangat penting untuk menghindari hal-hal yang dapat menghambat pembangunan. Pemerataaan pembangunan (equity) bukan berarti identik dengan persamaan pembangunan (equality), tetapi lebih kearah adanya keseimbangan yang proporsional antara kemajuan suatu wilayah dengan wilayah lainnya, sesuai dengan potensi dan kondisi wilayah masing-masing. Potensi suatu wilayah dalam konteks regional menyangkut tingkat kandungan sumberdaya alam, kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia sampai kepada letak geografis suatu wilayah. Sedang kondisi suatu wilayah menyangkut keadaan infrastuktur sampai kepada jumlah penduduk yang merupakan asset sekaligus tujuan pembangunan agar tercapai kehidupan yang sejahtera (Hadi,2001).

Penerapan otonomi daerah sudah saatnya untuk mengembangkan konsep pembangunan yang mampu mengurangi disparitas antara wilayah secara lebih menyeluruh melalui pembangunan inter-regional yang berimbang hal ini diperlukan karena perkembangan suatu wilayah sangat terkait dengan wilayah

lainnya. Pembangunan inter-regoional yang berimbang adalah suatu bentuk sinergi pembangunan antar wilayah dimana interaksi antara wilayah tersebut adalah dalam hubungan saling memperkuat dan nilai tambah yang terbentuk dapat terbagi secara adil (Rustiadi et al., 2005)

Menurut Ditjen Bangdes (1999 dalam Supardian 2005), tujuan pembangunan desa pada umumnnya adalah: (1) meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan segala aspek, baik bersifat fisik maupun mental spiritual, (2) meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah desa/kelurahan dalam memanfaatkan potensi sumberdaya yang tersedia, (3) menumbuhkan swadaya gotong royong, kemandirian dan keswasembadaan masyarakat dalam proses pembangunan di desa sehingga tidak terlalu tergantung kepada pemerintah.

Pembangunan ekonomi perdesaan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi wilayah, tidak dapat dipungkiri telah menghasilkan sesuatu, dalam bentuk peningkatan taraf hidup sebahagian masyarakat desa, terealisasinya berbagai prasarana dan sarana yang memperluas pelayanan dasar kepada masyarakat desa. Meningkatnya taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat ditandai dengan meningkatnya konsumsi sebagai akibat peningkatan pendapatan dan meningkatnya pendapatan ini sebagi akibat dari meningkatnya produksi. Proses kesejahteraan tersebut hanya dapat terwujud apabila memenuhi asumsi-asumsi pembangunan yaitu kesempatan kerja sudah dimanfaatkan secara penuh (full employment), semua orang mempunyai kemampuan yang sama (equal productivity) dan setiap pelaku ekonomi bertindak rasional (rational-efficient)