• Tidak ada hasil yang ditemukan

10 1.4 Kegunaan Penelitian

Matriks 5.4. Ikhtisar Analisis Pelaksanaan Program Pegembangan Masyarakat Pada Industri Panas Bumi Gunung Salak.

5. Partisipasi Fungsional,

6.5. Konflik Yang Muncul Dalam Masyarakat

6.5.1. CHV dengan Masyarakat

Sumber konflik antara masyarakat dengan CHV diantaranya adalah tuntutan pembangunan sarana (infrastruktur) pedesaan dalam program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh CHV yang di rasa masih kurang oleh masyarakat. Program pengembangan masyarakat yang selama ini dilaksanakan oleh CHV dianggap masih kurang dan tidak menyentuh kebutuhan- kebutuhan mendasar dari masyarakat, disamping distribusi bantuan dan pelaksanaan program yang tidak merata.

Oleh karena itu, dalam pengalokasian bantuan idealnya tidak didasarkan atas pertimbangan lokalitas area dan kemudahan dalam pemberian bantuan, tetapi harus berdasarkan pertimbangan yang objektif atas usulan permohonan masyarakt dengan memperhatikan aspek efesiensi, ketepatan sasaran dan pemenuhan rasa keadilan dalam arti diberikan kepada yang paling membutuhkan dan yang dapat memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat.

Disamping masalah tersebut diatas, yang menjadi sumber konflik adalah tuntutan untuk bekerja pada perusahaan, kesempatan kerja bagi masyarakat dinilai masih kurang serta masalah-masalah lingkungan seperti berkurangnya sumber air dan pencemaran air yang dianggap oleh masyarakat disebabkan oleh operasi CHV. Aksi demonstrasi sudah beberapa kali di lakukan oleh masyarakat terhadap CHV untuk menuntut perhatian yang lebih banyak terhadap hal-hal tersebut diatas. Tetapi aksi-aksi tersebut berjalan dengan damai dan tidak terjadi

kekerasan dan sebagian dapat diredam oleh CHV dengan melibatkan tokoh- tokoh masyarakat dengan janji akan memberikan bantuan-bantuan.

Masyarakat juga menilai adanya kecenderungan mark-up terhadap biaya yang digunakan untuk merealisasi program pengembangan masyarakat. Masyarakat merasa bahwa realisasi program tidak menggunakan biaya sebesar seperti yang tertulis pada laporan-laporan yang di keluarkan oleh CHV. Tetapi menurut hasil wawancara dengan pihak CHV, bahwa perbedaan biaya yang terjadi antara yang tertulis pada laporan dengan pelaksanaan, bukanlah mark-up, jumlah biaya yang ditulis dalam laporan adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh CGS untuk pelaksanaan program pengembangan masyarakat, tetapi dalam pelaksanaanya pengadaan barang-barang yang dipergunakan untuk pelaksanaan program tersebut di sediakan oleh vendor sehingga terdapat pebedaan antara nilai barang yang diterima dengan jumlah uang yang dikeluarkan oleh CHV, hal ini disebabkan karena adanya margin yang di peroleh oleh vendor sebagai suplayer.

Konflik yang terjadi antara CHV dengan masyarakat dapat di kelompokan ke dalam Konflik kepentingan. Menurut Anwar (1998), Konflik Kepentingan, disebabkan oleh persaingan kepentingan yang dirasakan atau yang secara nyata memang tidak bersesuai dengan yag diinginkan seseorang atau kelompok. Konflik kepentingan dapat terjadi ketika satu pihak atau lebih menyakini bahwa untuk memuaskan kebutuhannya, maka pihak lain diharapkan harus mau berkorban. Konflik yang berdasarkan kepentingan ini terjadi karena masalah yang mendasar (karena uang, sumberdaya fisik, waktu, dll), atau menyangkut masalah tata-cara (sikap dalam menangani masalahnya) atau masalah psikologis (presepsi atau rasa percaya diri, mempertahankan keadilan, rasa hormat, dll).

Disamping hal tersebut diatas, penyebab tidak harmonisnya relasi sosial antara masyarakat dengan perusahaan disebabkan juga oleh beberapa hal berikut dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat yaitu:1) Dalam hubungan Masyarakat dengan Perusahaan, masyarakat terus menerus menuntut apa yang mereka anggap sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Akan tetapi apa yang disebut sebagai masyarakat hanya merupakan sekumpulan individu atau kelopmpok yang tidak ada hubungannya dengan keberadaan Masyarakat. Apa yang mereka tuntut juga seringkali tidak ada hubungannya dengan kepentingan masyarakat banyak melainkan kepentingan pribadi maupun

kelompok, 2). Perusahaan menerjemahkan tanggung jawab sosial mereka kedalam bentuk kegiatan-kegiatan yang bersifat reaktif, untuk meredam tuntutan warga kepada perusahaan, dimana yang disebut warga tersebut tidak lebih dari individu atau kelompok yang membawa kepentingannya. 3). Perusahaan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dirancang oleh kebijakan Perusahaan sendiri tanpa melakukan komunikasi dan kesepakatan dengan Masyarakat.

6.5.2. CHV dengan Pemerintah Daerah

Konflik yang terjadi antara CHV dengan Pemerintah daerah dalam hal ini dengan Kecamatan Kabandungan masih bersifat laten artinya konflik ini belum muncul secara terbuka kepermukaan.

“Kecamatan tidak mau memberikan tanda tangan pada proposal yang di ajukan oleh masyarakat, karena mereka merasa hanya di jadikan sebagai tukang stempel saja” (IW, 53 Tahun, Ketua kelompok Pertanian)

Konflik ini di sebabkan oleh tidak transparannya CHV dalam melaksanakan program pengembangan masyarakat serta tidak dilibatkannya pihak Kecamatan dalam perencanaan dan penentuan kelompok-kelompok yang akan memerima bantuan.

Disamping itu CHV juga tidak pernah melaporkan program-program yang telah dilaksanakan kepada pihak Kecamatan, sedangkan disisi lain pihak kecamatan merasa berhak tahu, karena proposal yang diajukan oleh kelompok- kelompok masyarakat harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Muspika. Hal ini ditunjukan dengan kenyataan bahwa perusahaan lebih merasa bertanggung jawab kepada pemerintah pusat dibanding kepada pemerintah daerah dan masyarakat. Pemerintah daerah tidak mendapatkan laporan tertulis secara rinci mengenai realisasi program pengembangan masyarakat. Kontrak kerjasama berlangsung antara pemerintah pusat yang diwakili oleh Badan Pelaksana Minyak dan Gas (BP Migas) di bawah payung Departemen Pertambangan dan Energi. Penandatanganan itu tidak melibatkan pemerintah daerah dan masyarakat walaupun merekalah yang merasakan langsung konsekuensi-konsekuensi buruk proses ekstraksi yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk menunjukkan bahwa perusahaan sudah melakukan kegiatan- kegiatan tersebut maka perusahaan menyatakan hal tersebut pada publik dengan mempropagandakannya lewat media massa

Keadaan yang seperti itu berdampak tidak diakuinya pelaksanaan program pengembangan masyarakat oleh pemerintah Kecamatan Kabandungan dan di anggap bukan merupakan bagian dari pembangunan wilayah yang di laukan oleh pemerintah. Disisi lain CHV membuthkan pengakuan dari pemerintah daerah terhadap program pengembangan masyarakat yang telah dilkukannya, sebagai laporan dari pelaksanaan pengembangan masyarakat ke Pertamina atau pemerintah pusat.