• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif

II. STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Pariwisata

2.9 Manajemen Strategis

2.9.3 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif

QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix) merupakan teknik yang secara objektif dapat menetapkan strategi alternatif yang diprioritaskan. Sebagai suatu teknik, QSPM memerlukan intuisi yang baik dalam penilaian. Metode ini adalah alat yang dirokemandasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor kunci kesuksesan internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Secara konseptual, tujuan metode ini adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif dari strategi- strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang paling baik untuk diimplementasikan. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif

Faktor-Faktor Kunci Bobot

Alternatif-alternatif Strategi AS (Strategi 1) TAS (Strategi 1) AS (Strategi 2) TAS (Strategi 2) uang st ncaman st ekuatan st lemahan st Jumlah Total

eterangan : AS (Attract Score)

TAS (Total Attract Score)

Sumber : David (2004)

III. STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Pariwisata

Secara etimologis, kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata “travel” dalam bahasa inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali- kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan (Wardiyanto, 2010).

Selain itu ada bermacam pengertian lain mengenai pariwisata yaitu Mcintosh (1984) menyatakan bahwa pariwisata adalah : “A composite of activities, services and industries that delivers a travel experience, transportation, activity and other hospitality service available for individuals or group that are away from home”. Dari definisi tersebut menyatakan bahwa pariwisata adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan wisatawan baik individu maupun berkelompok dengan menikmati jasa dan insustri pariwisata, transportasi, akomodasi, restoran, hiburan dan sebagainya (Mulyadi dan Nurhayati, 2002).

Hunzieker dan Kraft (Yoeti, 2001) mengemukakan definisi pariwisata dengan batasan yang lebih bersifat teknis yang diterima secara offisial oleh The Association Experts Scientific Internationale des Experts Scientifique du Tourisme (AIEST), batasan yang diberikan sebagai berikut : “Tourism is the sum of the phenomenom and relationships arising from the travel and stay of non resident, in so far as they do not lead to permanent residence and are not connected with any earning activity” (pariwisata adalah gabungan dari gejala dan hubungan- hubungan yang muncul dari adanya perjalanan dan tinggal sementara dari orang- orang yang bukan penduduk setempat, sejauh mereka tidak menunjukkan keinginan untuk menetap dan sejauh mereka tidak berhubungan dengan kegiatan yang menghasilkan uang).

Wahab (1975) merumuskan pengertian pariwisata sebagai berikut : “A Propeseful human activity that serves as a link between people either within one some country or beyond the geographical limits the states. It involves the temporary displacement of people to another region, country or continent for the satisfaction of varied needs other than exercising a renumerated function” (Suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri/diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap).

Undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, disebutkan pengertian pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Seseorang yang melakukan perjalanan wisata ke suatu daerah biasanya karena ingin sekedar untuk refreshing dan sekedar untuk berjalan-jalan. Selain itu, ada juga yang melakukan perjalanan wisata karena ada urusan bisnis ke suatu daerah. Ada berbagai jenis pariwisata yang dikelompokkan berdasarkan tujuan atau motif seseorang atau kelompok yang melakukan perjalanan wisata. Berikut jenis-jenis Pariwisata menurut Spillane (1987) :

5) Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, atau bahkan untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota.

6) Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.

7) Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan karena adanya keinginan untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat daerah lain selain itu untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain.

8) Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism)

Jenis ini dapat dibagi dalam dua kategori :

a. Big Sports Event, pariwisata yang dilakukan karena adanya peristiwa-

peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, World Cup, dan lain-

lain.

b. Sporting Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekan sendiri, seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, dan lain-lain.

5) Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism)

Perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan.

7) Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism)

Konvensi sering dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan peserta yang biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara.

Munculnya pariwisata tidak terlepas dari adanya dorongan naluri manusia yang selalu ini mengetahui dan mencari hal, hal yang baru, bagus, menarik, mengagumkan dan menantang. Orang-orang yang ingin mencari hal-hal tersebut diatas biasanya melakukan perjalanan ke luar daerah atau keluar dari kebiasaannya sehari-hari dalam kurun waktu tertentu. Seringkali perjalanan seperti ini dilakukan pada saat mereka mempunyai waktu luang (leisure) atau sengaja dilakukan untuk menghabiskan waktu luangnya mengunjungi dan menikmati sesuatu yang menarik seperti ; keindahan alam, hiburan, budaya, adat istiadat, mengunjungi tempat-tempat suci dll.

Pariwisata sebagai sesuatu fenomena sosial, terbentuk oleh berbagai faktor sekaligus berpengaruh terhadap banyak aspek kehidupan manusia. Soeriaatmaja (1997) mengatakan bahwa pariwisata melibatkan tiga unsur penting, yakni unsur dinamik, menyangkut urusan perjalanan atau gerakan menuju suatu daerah tujuan wisata; unsur statik, merupakan tempat terjadinya kegiatan wisata; dan unsur interaksi, yakni yang merupakan akibat dari keberadaan dua unsur penting sebelumnya. Kegiatan pariwisata, merupakan hasil interaksi antara wisatawan dengan masyarakat sekitar pada saat wisatawan mengunjungi objek wisata atau daya tarik wisata. Pariwisata dapat pula dipandang sebagai suatu fenomena geografis, kegiatan pariwisata akan senantiasa terpengaruh atau bahkan tergantung pada ciri khas yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata, baik mengenai masyarakatnya, maupun kondisi topografisnya. Setiap wilayah geografis mempunyai ciri khasnya masing-masing, pengembang pariwisata perlu memahami masalah ini supaya mereka dapat memasarkan kekhasan daerah tujuan wisata yang akan dijualnya kepada calon wisatawan secara tepat. Misalnya, ada daerah tertentu yang menarik karena : pemandangan alamnya yang sejuk, topografinya yang unik, keadaan lautnya yang memiliki keanekaragaman hayati yang dapat disaksikan dengan jelas, atraksi budayanya yang unik, dinamika sosial ekonomi masyarakatnya, dll.

Pariwisata merupakan kegiatan bersenang-senang yang melibatkan banyak orang, ditandai dengan adanya perpindahan (mobilisasi) dari satu tempat yang merupakan tempat tinggalnya ke tempat lain yang bukan tempat tinggalnya, dimana perpindahan ini tidak bertujuan untuk menetap atau mencari nafkah. Fenomena ini menimbulkan berbagai macam unit usaha (kegiatan bisnis) yang menimbulkan berbagai dampak positif maupun dampak negatif bagi pembangunan daerah.

Dalam kegiatan pariwisata banyak komponen yang terlibat, masing-masing saling berkaitan pengaruh mempengaruhi sehingga membentuk sebuah sistem. Komponen yang dimaksud adalah : jasa pelayanan pariwisata, sosial, ekonomi, budaya, politik, keamanan dan lingkungan. Aktifitas pariwisata secara tidak langsung melibatkan kehidupan sosial, baik itu masyarakat sebagai wisatawan maupun sebagai penyedia objek pariwisata dan penerima wisatawan. Hubungan sosial masyarakat ini sangat berpengaruh pada perkembangan kepariwisataan. Semakin erat dan harmonis hubungan antara wisatawan dengan masyarakat penerima didaerah tujuan wisatawan, semakin cepat perkembangan pariwisatanya. Dengan kegiatan pariwisata ini masyarakat bisa berinteraksi dan bertransaksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam dunia pariwisata misalnya sebagai karyawan sementara atau karyawan tetap di industri penyedia jasa pelayanan pariwisata seperti ; biro perjalanan wisata (travel agency), hotel, villa, bungalow, restoran, transportasi dan lain sebagainya.

Secara konseptual pariwisata didefinisikan sebagai perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan oleh perorangan maupun kelompok sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dalam lingkungan hidup untuk mencapai kebahagiaan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Guyer Freuler (1963) yang telah mempublikasikan sebuah studi “Contributions to Tourism Statistics” , menyatakan bahwa pariwisata merupakan gejala jaman

sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta, dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan sebagai bangsa dan kelas dalam masyarakat manusia sebagai hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan serta penyempurnaan alat-alat pengangkutan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan untuk sementara waktu dalam rangka menambah wawasan bidang sosial kemasyarakatan, sistem perilaku dari manusia itu sendiri dengan berbagai dorongan kepentingan sesuai dengan budaya yang berbeda-beda yang berhubungan dengan upaya untuk mencari kesenangan, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

Pada dasarnya hakikat pariwisata adalah mengandalkan adanya keunikan, kekhasan dan keindahan alam dan budaya yang tumbuh dalam suatu masyarakat. Hakikat ini merupakan kerangka dasar konsepsi pariwisata yang kemudian berkembang menjadi iklim pariwisata nasional. Dan diketahui juga tujuan pembangunan pariwisata indonesia adalah mewujudkan indonesia sebagai daerah tujuan wisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai dan berdaya saing tinggi.

2.2 Empat Aspek Dalam Penawaran Destinasi Pariwisata

Inti dari produk pariwisata adalah destinasi wisata dan inilah yang menjadi daya tarik utama berkembangnya industri pariwisata. Destinasi berkaitan dengan sebuah tempat atau wilayah yang mempunyai keunggulan dan ciri khas, baik secara geografi maupun budaya, sehingga dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi dan menikmatinya. Semua produk yang berkaitan dengan perjalanan sebelum, selama, dan sesudah mengunjungi suatu destinasi, adalah produk-produk pendukung industri pariwisata. Produk-produk tersebut menyatu dan tidak bisa dipisahkan untuk menciptakan pengalaman yang “memuaskan” bagi wisatawan. Jika salah satu produk membuat wisatawan kecewa, maka secara keseluruhan wisatawan akan kecewa terhadap destinasi tersebut. Untuk membuat sebuah destinasi wisata yang unggul, menurut Cooper (1993) dalam buku yang berjudul Tourism : Principle and Practise, juga pernah dikutip oleh Prof. Dr. I Gede Pitana dalam sambutannya di seminar Cooperation in the Development of Education and Tourism in Global Era pada 31 Mei 2012 di Surabaya, sebelum sebuah destinasi diperkenalkan dan dijual, terlebih dahulu harus mengkaji empat aspek utama (4A) yang harus dimiliki, yaitu atraksi, aksesibilitas, amenitas dan ancilliary.

5) Atraksi

Atraksi adalah produk utama dari sebuah destinasi, atraksi berkaitan dengan apa yang bisa dilihat (what to see), apa yang bisa dilakukan (what to do), apa yang bisa dibeli (what to buy) di suatu destinasi wisata sehingga bisa menjadi unsur daya tarik dan magnet bagi kedatangan wisatawan di suatu lokasi wisata. Atraksi ini bisa berupa objek alamiah karunia tuhan YME seperti keindahan panorama alam dan keunikan alam, selain itu dapat berupa akar budi manusia seperti seni dan budaya masyarakat setempat, peninggalan bangunan bersejarah, serta atraksi buatan seperti sarana permainan dan hiburan. Untuk menikmati atraksi wisata ini ada yang tidak perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu seperti

menikmati pemandangan alam, suasana pantai, danau, bangunan dan lain lain, selain itu ada yang perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu dan disajikan sebagai suatu pertunjukan seperti seni budaya daerah, pertandingan olahraga dan lain lain.

6) Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah sarana dan infrastruktur untuk menuju destinasi wisata. Akses jalan raya dan ketersediaan sarana transportasi yang baik merupakan aspek penting bagi sebuah destinasi wisata. Banyak sekali wilayah di Indonesia yang mempunyai keindahan alam dan budaya yang layak untuk dijual kepada wisatawan, tetapi tidak mempunyai aksesibilitas yang baik, sehingga ketika diperkenalkan dan dijual, tak banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjunginya. Perlu juga diperhatikan bahwa akses jalan yang baik saja tidak cukup tanpa diiringi dengan ketersediaan sarana transportasi. Bagi individual tourist, transportasi umum sangat penting karena kebanyakan mereka mengatur perjalanannya sendiri tanpa bantuan travel agent, sehingga sangat bergantung kepada sarana dan fasilitas publik yang tersedia ke lokasi wisata.

7) Amenitas

Amenitas adalah segala fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada di destinasi. Amenitas berkaitan dengan ketersediaan sarana akomodasi untuk menginap serta restoran atau warung untuk makan dan minum dan fasilitas pendukung lainnya yang mungkin juga diinginkan dan diperlukan oleh wisatawan, seperti toilet umum, rest area, tempat parkir, klinik kesehatan, dan sarana ibadah. Tentu saja fasilitas- fasilitas tersebut juga perlu melihat dan mengkaji situasi dan kondisi dari destinasi sendiri dan kebutuhan wisatawan. Tidak semua amenitas harus berdekatan dan berada di daerah utama destinasi, contohnya untuk destinasi alam dan peninggalan bersejarah sebaiknya agak berjauhan dari amenitas yang bersifat komersial, seperti hotel, restoran, rest area dan lain lain.

8) Ancilliary

Ancilliary berkaitan dengan ketersediaan sebuah organisasi atau orang- orang yang mengurus destinasi tersebut. Ini menjadi penting karena walaupun destinasi sudah mempunyai atraksi, aksesibilitas dan amenitas yang baik, tapi jika tidak ada yang mengatur dan mengurus maka destinasi tersebut akan terbengkalai dan tidak bisa memberikan nilai jual bagi wisatawan. Organisasi bisa merupakan sebuah perusahaan atau organisasi masyarakat dimana akan melakukan tugasnya seperti sebuah perusahaan. Organisasi ini mengelola destinasi sehingga bisa memberikan keuntungan kepada pihak terkait seperti pemerintah, masyarakat sekitar, wisatawan, lingkungan dan para stakeholder lainnya.

2.5 Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut The World Conservation Union (WCU) adalah proses pembangunan suatu tempat atau daerah tanpa mengurangi nilai guna dari sumber daya yang sudah ada. Secara umum hal ini dapat dicapai dengan pengawasan dan pemeliharaan terhadap sumber-sumber daya yang sekarang ada, agar dapat dinikmati untuk masa yang akan datang. Pembangunan kepariwisataan bertahan lama menghubungkan wisatawan sebagai penyokong dana terhadap fasilitas pariwisata dengan pemeliharaan

konsep pariwisata berkelanjutan adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan kebutuhan saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan (hidup) generasi penerus di waktu yang akan datang. Arti lebih jauh, dalam pembangunan hendaknya jangan menghabiskan atau menguras sumber daya pariwisata untuk jangka pendek, tetapi harus memperhatikan kelanjutan

pembangunan pariwisata jangka panjang di waktu yang akan datang. Tourism

Stream, action strategy yang diambil dari Glo e’90 o fere e Va ouver, Canada (J. Swarbroke, 1998) menyatakan bahwa, kepariwisataan berkelanjutan (sustainable tourism) didefinisikan sebagai bentuk dari pengembangan ekonomi yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup dari masyarakat sekitar,

memberikan image yang positif bagi wisatawan, pemeliharaan kualitas

lingkungan hidup yang tergantung dari masyarakat sekitar dan wisatawan itu sendiri.

Daya dukung (carring capacity) adalah kunci bagi pengembangan kepariwisataan bertahan lama (sustainable tourism). Konsep ini mengacu pada penggunaan secara maksimal dari suatu daya tarik wisata tanpa mengakibatkan kerusakan sumber-sumber yang ada, yang dapat mengurangi kepuasan turis atau menambah masalah sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Prinsip lain dari sustainable tourism yang juga kurang lebih sama dengan konsep-konsep yang sudah ditulis sebelumnya antara lain :

6. Lingkungan hidup mempunyai nilai yang tersirat sebagai asset dari

pariwisata, yang keberadaannya harus dipertimbangkan untuk jangka panjang.

7. Kepariwisataan harus dapat dikenalkan sebagai aktivitas yang positif yang

dapat memberikan keuntungan yang potensial kepada masyarakat di tempat-tempat lain disekitarnya.

8. Hubungan antara pariwisata dan lingkungan harus dikelola sehingga

lingkungan hidup dapat bertahan untuk jangka panjang dan kegiatan pariwisata tidak boleh membawa dampak yang tidak diharapkan.

9. Kegiatan kepariwisataan dan pengembangan-pengembangannya harus

mempertimbangkan derajat kealamian dan karakter dari tempat dimana mereka berlokasi.

10. Keserasian antara kebutuhan wisatawan, tempat, dan penduduk sekitar

harus dicari dan dipertemukan.

McIntyre (1993) dalam buku yang berjudul Sustainable Tourism

Development Guide for Local Planner dinyatakan bahwa ada tiga komponen

penting yang saling terkait dalam pengembangan sustainable tourism dan

apabila ketiga komponen ini dilibatkan maka akan terjadi peningkatan kualitas hidup. Ketiga komponen yang dimaksud adalah:

4. Industri pariwisata

Industri pariwisata adalah dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan, mendorong penanaman modal, meningkatkan kesempatan

untuk mengembangkan bisnis. Dalam industri pariwisata yang dimaksud dengan penawaran adalah terdiri dari transportasi, atraksi wisata, fasilitas wisatawan, pelayanan dan semua yang berhubungan dengan infrastruktur, serta informasi dan promosi, industri pariwisata mencari lingkungan bisnis yang sehat dengan tersedianya jaminan keamanan, keuangan, tenaga kerja yang terlatih dan bertanggung jawab, atraksi yang berkualitas sehingga dapat mendatangkan wisatawan yang terus menerus.

5. Lingkungan

Agar kepariwisataan dapat bertahan lama maka tipe dan tingkat aktivitas kepariwisataan harus diseimbangkan dengan kapasitas tersedianya sumber

daya, baik alam maupun buatan. Carrying capacity adalah hal yang

mendasar dalam perlindungan dan pengembangan kepariwisataan bertahan lama. Konsep ini mengacu pada penggunaan secara maksimal terhadap sumber daya yang tersedia tanpa menyebabkan dampak negatif terhadap sumber-sumber daya tersebut, tanpa mengurangi kepuasan wisatawan, atau tanpa menambah masalah sosial, ekonomi, dan budaya di area obyek wisata tersebut.

Tiga aspek dari lingkungan kepariwisataan, adalah : (a) Ecological, yaitu

berhubungan dengan lingkungan alam, (b) Sociocultural, yang berhubungan

dengan dampak terhadap kehidupan masyarakat dan kebudayaannya, (c)

Facility, yang berhubungan dengan pengalaman pengunjung. Dalam

mengembangkan kepariwisataan bertahan lama, sangat penting

mempertimbangkan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup dan kepuasan

pengunjung seperti yang ditekankan sebelumnya, jika produk

kepariwisataan merosot dalam kualitas, maka secara pasti akan terjadi kemerosotan ekonomi pariwisata.

6. Masyarakat

Pengembangan kepariwisataan memerlukan perubahan yang berhubungan dengan pemeliharaan, maka perlu bagi masyarakat sekitarnya untuk memperoleh keuntungan dan kepariwisataan yang dapat memuaskan mereka sehingga mereka mempunyai motivasi untuk mengadakan perubahan tersebut. Peningkatan taraf hidup masyarakat adalah faktor pokok. Keinginan masyarakat untuk terlibat adalah merupakan kunci untuk mengadakan perubahan yang akan meningkatkan kualitas hidup. Jika masyarakat terlibat dalam berbagai tahap maka masyarakat akan merasa termotivasi dan bertanggung jawab. Sejak awal masyarakat diberikan pengertian mengenai kepariwisataan dan dampak-dampak yang mungkin terjadi, sehingga nantinya tidak akan terjadi kesalahpahaman. Keuntungan yang dapat dicapai oleh masyarakat adalah tersedianya lapangan pekerjaan baru dan pendapatan tambahan, menciptakan kesempatan penanaman modal baru, memperbaiki fasilitas untuk pelayanan termasuk perairan, jalan, balai kesehatan, keamanan, serta infrastruktur yang lainnya, meningkatkan pangsa pasar untuk memasarkan produk lokal, memperbaiki kesempatan

untuk tenaga kerja terlatih, memperbaiki fasilitas dan aktivitas rekreasi dan budaya yang juga bisa dinikmati oleh penduduk, dan peningkatan penghargaan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Pihak yang merencanakan pengembangan harus mengikutsertakan masyarakat sejak awal tahap perencanaan. Penjelasan tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut :

Gambar 2.1 Pariwisata Berkelanjutan menurut WTO

Dari berbagai konsep yang sudah dijelaskan mengenai konsep sustainable tourism, maka dapat diketahui klasifikasi pengembangan pariwisata yang sustainable atau yang non sustainable dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Pengembangan Pariwisata yang Sustainable versus Non Sustainable

Sustainable Non Sustainable onsep Umum

7. Perkembangan lambat 8. Perkembangan terkontrol 9. Skalanya tepat

10.Untuk jangka panjang 11.Kualitas

12.Dikontrol dari dekat

onsep Umum

7. Perkembangan cepat

8. Perkembangan tidak terkontrol 9. Skala yang tidak sesuai 10. Untuk jangka pendek 11. Kuantitas

12. Dikontrol dari jauh ategi Pengembangan

8. Perencanaan baru pengembangan 9. Rencana memberikan pola

10.Memperhatikan pemandangan secara keseluruhan

11.Tekanan dan keuntungan yang disebarkan 12.Developer (pengembang) lokal

13.Tenaga kerja lokal 14.Arsitektur asli

ategi Pengembangan

8. Pengembangan baru perencanaan 9. Proyek memberikan pola

10. Memusatkan pola pada obyek tertentu 11. Menambah kapasitor

12. Developer dari luar 13. Tenaga kerja dari luar

14. Arsitektur tidak asli (non vernacular) rilaku Turis/Wisatawan

7. Bernilai tinggi

8. Maturity

9. Ada beberapa pengetahuan mengenai bahasa lokal

10.Bijaksana dan peka 11.Tenang/tidak ramai

12.Perkunjungan yang berulang-ulang

rilaku Turis/Wisatawan 7. Bernilai rendah

8. Tidak ada persiapan mental

9. Tidak ada pengetahuan akan bahasa lokal

10. Intensive dan tidak peka 11. Menyolok

12. Tidak ingin kembali

Sumber : Swarbrooke (1998) Lingkungan ndustri Pariwisata Masyarakat Pariwisata erkelanjutan

2.6 Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas

Komunitas (community) merupakan sekelompok orang yang hidup

bersama pada lokasi yang sama, sehingga mereka berkembang menjadi sebuah kelo pok hidup (group lives) yang diikat oleh kesamaan kepentingan (common