• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3 Analisis Hasil Penelitian

4.3.4 Melakukan Tindakan ( Action )

Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah membuat keputusan untuk mengambil tindakan koreksi-koreksi atau perbaikan. Proses Follow-Up atau tindakan ini dapat dilakukan apakah dengan merubah standar, ukuran, dan norma. Dalam suatu pengawasan, mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan adalah hal yang wajib dimanapun pengawasan itu berada supaya mengetahui kelemahan pada program yang dijalankan dan diperbaiki agar program tersebut berjalan dengan tujuan yang sudah direncanakan. Tindakan perbaikan diartikan sebagai tindakan yang diambil untuk menyesuaikan hasil pekerjaan nyata yag menyimpang agar kemudian sesuai dengan standar atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk melakukan tindakan perbaikan maka harus diketahui apa yang menyebabkan terjadi penyimpangan seperti halnya di tahap sebelumnya.

Dalam penyelenggaraan dan pengelolaan operasional Pasar Tradisional Bandeng Kota Tangerang terdapat hal-hal yang harus dihadapi seperti masalah, penyimpangan, serta kendala yang ada baik dari faktor internal maupun eksternal. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan di lapangan banyak ditemukan penyimpangan dan permasalahan pada pengelolaan Pasar Bandeng. Seperti yang dikatakan oleh I1-2 yang menyatakan:

“Ya, kalau kita lihat sendiri di sini masih ada berbagai masalah di dalam pasar. Tapi, seberapa banyaknya masalah, bagaimanapun keadaan pasar ini, kami tetap melakukan yang terbaik untuk membenahi pasar ini agar kedepannya lebih baik”(Wawancara dengan Sanusi Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret 2016).

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa Kepala Pasar selaku bagian dari PD Pasar Kota Tangerang mengakui masih banyaknya kelemahan dan kekurangan Pasar Bandeng sehingga menimbulkan berbagai masalah. Namun di sisi lain ia juga menyatakan bahwa pihaknya terus melakukan pembenahan dan bekerja dengan maksimal demi mendapatkan hasil yang maksimal juga yaitu agar Pasar Bandeng kedepannya dapat lebih maju lagi.

Terdapat beberapa hal yang telah dilakukan dari berbagai pihak untuk melakukan tindakan lanjut yakni tindakan korektif untuk menghadapi penyimpangan yang terjadi di Pasar Bandeng, seperti halnya yang dikatakan oleh I1-1 yang mengatakan:

Untuk pelanggaran dan penyimpangan yang dilakukan oleh pedagang, saya sudah sering menegur pedagang atas kesalahan yang telah dilakukan serta saya juga telah menasihati pedagang agar menciptakan dan menjaga susana yang bersih di Pasar Bandeng serta saya memberikan informasi tentang peraturan-peraturan yang telah ditetapkan bagi para pedagang” (Wawancara dengan Sugeng, SH sebagai Mantan Kepala Pasar Bandeng, Rabu 9 Maret 2016).

Hal senada juga diakui oleh I1-2 yang mengatakan:

“Ya, untuk kesalahan-kesalahan yang dibuat pedagang agak susah kami ubah karena pedagangnya pada ngeyel. Sudah sering dikasih tau kalau dilarang nambah peti nambah meja dilarang nyempitin jalan tapi tetap aja dilakuin. Setiap kali saya keliling melakukan pengawasan, saya sering bilangin ke pedagang tapi hasilnya ya nihil. Mungkin karena dasarnya orang pasar ini dari faktor lingkungan yang ngebuat mereka punya sikap yang acuh, namanya orang pasar ya kerjanya dilapangan gini ketemu sama berbagai macam sifat orang-orang di pasar jadi biasanya nggak nurut kalau dikasih tau” (Wawancara dengan Sanusi Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret 2016).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa dalam menangani dan menghadapi kasus pelanggaran yang telah dilakukan oleh

pedagang, Kepala Pasar telah melakukan perannya sebagai pengawas dengan menegur, menasihati, dan melarang pedagang untuk mengulangi kesalahan yang sama. Dari mulai Kepala Pasar yang lama hingga yang baru masih melakukan pemberitahuan kepada pedagang, dengan begitu dapat kita lihat bahwa pelanggaran yang ada pada pedagang masih terus-menerus dilakukan dan belum ada perubahan dari dahulu hingga sekarang. Pelanggaran tersebut juga susah dihilangkan karena adanya faktor internal yaitu faktor dari sifat, sikap, dan lingkungan para pedagang itu sendiri, karena seperti yang kita tahu bagaimana perilaku di lingkungan pasar. Sekalipun orang pasar berpendidikan, seiring berjalannya waktu mereka akan mengalami pergeseran mental karena lingkungannya, baik itu dari bahasa maupun sikap sehingga terdapat perlakuan/sikap melawan pada para pedagang.

Di sisi lain, pelanggaran yang telah di lakukan pedagang tersebut, dari mulai pelanggaran berjualan melewati batas yang telah ditetapkan, menempati tempat tidak sesuai zoning, hingga menambah peti dan meja tempat produk dagang yang mengakibatkan pencemaran dan penyempitan jalan dapat dimaklumi oleh pihak PD Pasar Kota Tangerang. I1-4 berkata:

“Awalnya sih kami tentunya tegas ya, semua pedagang harus tunduk pada peraturan yang da, dapat kita liha bahwa pelanggaran-pelanggaran tersebut tidak ada dan tidak dilakukan selama tahun pertama revitalisasi. Namun, dengan kondisi pasar yang semakin menurun, pedagang juga mendapatkan dampaknya yaitu menurunnya pedapatan pedagang. Mereka terpaksa melakukan hal-hal tersebut untuk menarik pelanggan demi tercapainya pemasukan yang cukup dengan menambah produk dagangan dan menempati lokasi yang strategis. Saya sendiri sih nggak tega kalau memaksa mereka untuk tertib tapi hasilnya merugikan pedagang. Memang di sisi lain dampaknya kurang baik untuk kondisi dan suasana pasar, tapi kami tetap melakukan yang terbaik dalam mengawasi pedagang” (Wawancara dengan Teguh Waluyo, SE sebagai Kepala Bidang Sub

Divisi Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar Kota Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).

Dari hasil wawancara di atas kita dapat mengetahui bahwa pihak dari PD Pasar Kota Tangerang juga melakukan tindakan menghadapi penyimpangan yang ada dengan menegur pedagang dalam pelaksanaan pengawasannya. Tapi sayangnya hal itu hanya dapat ditegaskan dengan waktu sebentar tepatnya pada tahun pertama revitalisasi. Selanjutnya dapat kita lihat bahwa PD Pasar Kota Tangerang memberikan toleransi dan kelonggaran kepada pedagang yang melakukan pelanggaran dengan berlatarbelakang kondisi dan suasana pasar yang semakin menurun sehingga untuk mencegah menurun pula pendapatan pedagang, terpaksa sanksi tidak diberlakukan. Seharusnya, sanksi yang telah ditetapkan menjadi acuan dan standar yang ada dipatuhi oleh sasaran yang melakukan penyimangan. Telah terdapat peraturan yang melarang segala penyimpangan pedagang yang telah disebutkan sebelumnya yaitu segala penyimpangan yang dilakukan oleh pedagang Pasar Bandeng yang tertulis pada Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pasar Pasal 7 yang mana di dalamnya telah diatur kewajiban dan larangan pedagang berikut sanksi yang tertulis pada Pasal 9 yaitu diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 bulan dan atau denda setinggi-tingginya Rp 5.000.000,-. Dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa PD Pasar Kota Tangerang tidak menerapkan sanksi yang sudah diatur dalam standar yang berlaku untuk pedagang.

Tidak hanya bagi pedagang, sanksi juga belum diberlakukan untuk pihak investor yang melakukan pelanggaran. Pemilik kios yang tidak membuka

usahanya dengan waktu yang lama seharusnya mendapat sanksi yang tegas sesuai dengan Pasal 10 yang menyebutkan bahwa sanksinya adalah penutupan dan penyegelan apabila pemakai tidak mempergunakan dan menelantarkan tempat berjualan selama-lamanya 3 bulan berturut-turut, pemutusan aliran listrik dan air apabila ada keterlambatan pembayaran selama 3 bulan berturut-turut, hingga pencabutan ijin tempat berjualan. Hal-hal seperti ini belum dilakukan oleh pihak yang berwajib. Pernyataan ini juga diakui oleh I1-1 yang berkata:

“Ya kalau soal itu memang kami belum pernah memberikannya dengan tegas, segala sanksi yang ada seperti masih ragu-ragu dan abu-abu karena dari semua itu belum benar-benar ditegaskan padahal seharusnya sanksi harus diberikan demi menghapus penyimpangan yang sama di hari-hari berikutnya” (Wawancara dengan Sugeng, SH sebagai Mantan Kepala Pasar Bandeng, Rabu 9 Maret 2016).

Dari pernyataan di atas bahwa Kepala Pasar mengakui bahwa belum ada pihak yang benar-benar memberikan sanksi tegas kepada pelaku usaha pasar yang melanggar peraturan meskipun mereka mengetahui hal tersebut seharusnya dilakukan demi memperbaiki permasalahan yang ada dan mencegah untuk dilakukan kembali pada masa yang akan datang. Untuk permasalahan investor, tindakan yang telah dilakukan oleh semua pihak baik pihak pemerintah maupun swasta adalah sebatas memberikan surat peringatan, menghubungi, dan melakukan pertemuan dengan investor untuk mencari solusi untuk kios yang tutup. Seperti halnya pernyataan dari I3-1 yang mengatakan:

”Untuk masalah kios kosong, yang telah kami lakukan adalah memberikan surat peringatan, memang sampai saat ini sanksi yang kami tegakkan masih dalam bentuk surat teguran, belum ada penyegelan kios akan tetapi kami memanfatakan kios-kios kosong untuk disewakan ke masyarakat tanpa sepengetahuan investor bagi investor yang alamat dan nomor teleponnya telah berubah atau dapat dikatakan

bahwa sanksi tidak tepat sasaran. Memang terdapat beberapa investor yang tidak dapat kami hubungi bahkan alamat yang berubah jadi surat yang kami kirim tidak sampai ke tangan investor tersebut” (Wawancara dengan Trias Anggraini selaku pegawai Administrasi dan Keuangan Pasar Bandeng dari PT. Bangunbina Persada, Kamis 10 Maret 2016). Berdasarkan pernyataan di atas kita daat mengetahui bahwa pihak pengelola Pasar Bandeng juga melakukan upaya dalam melakukan tindakan perbaikan akan penyimpangan yang telah dilakukan oleh pihak investor. Namun, hal yang dilakukan masih kurang kuat karena masih terdapat sanksi yang tidak tepat sasaran yang dapat kita lihat dari surat teguran yang tidak sampai ke tangan pemilik kios, kontak yang tidak dapat dihubungi, bahkan pertemuan yang telah dilakukan untuk melakukan musyawarah juga tidak membuahkan hasil yang baik. Apabila hal tersebut tidak mempengaruhi seharusnya sudah saat yang tepat untuk melakukan penyegelan terhadap kios-kios tersebut. Ditambah lagi, menurut pengakuan Kepala Pasar, musyawarah yang dilakukan baru sekali pertemuan saja. I1-2 berkata:

Yang saya tau, dalam menghadapi masalah investor itu pernah diadain pertemuan, pertemuan itu tujuannya untuk musyawarah bersama agar para investor tersebut mau mempertimbangkan harga sewa dan harga jual kios-kios tersebut demi keberlangsungan pasar. Pada saat itu telah terdapat persetujuan bahwa mereka setuju akan menurunka harganya,tapi kenyataannya nihil. Bahkan sampe sekarang kita liat sendiri masih banyak kios kosongnya” (Wawancara dengan Sanusi Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret 2016).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat kita ketahui bahwa setelah 3 tahun pengelolaan setelah revitalisasi berjalan dengan permasalahan kios yang telah lama kosong baru satu kali diadakan musyawarah bersama pihak investor. Dari waktu yang terbilang lama dengan masalah yag ada, seharusnya selain surat teguran, pertemuan musyawarah harus dilakukan denganjangka

waktu terus-menerus hingga akhirnya pihak investor melakukan persetujuan yang telah ditentukan dengan realisasi yang nyata sampai kios-kios tersebut terisi. Dalam hal ini, dapat kita simpulkan bahwa penanganan atas perbaikan yang dilakukan terbilang lalai dan lama sehingga sampai saat ini belum ada perubahan. Untuk menekan para investor, pihak pengelola berencana untuk melakukan sanksi yang berupa pembayaran salar seperti yang dikatakan oleh I2-2 yang menyatakan bahwa:

Kami juga akan menegaskan bahwa kios/los/counter yang tutup harus tetap membayar salar setiap meskipun tidak berjualan” (Wawancara dengan Yaman sebagai Humas Pengelola Pasar Bandeng dari pihak pengelola, Jumat 11 Maret 2016).

Dari hasil pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa pihak pengelola tetap berupaya melakukan tindakan baru untuk memperbaiki penyimpangan yang ada seperti yang telah direncanakan ke depan bahwa akan diberlakukannya iuran kontribusi atau salar perharinya untuk setiap kios baik yang buka maupun tutup. Hal ini adalah suatu rencana yang baik dimana selain dapat memberi ketegasan kepada para investor untuk memaksa agar membuka kios dan dapat meningkatkan pendapatan Pasar Bandeng agar kontribusi ke PD Pasar Kota Tangerang dapat terpenuhi.

Masih terdapat berbagai cara yang dilakukan semua pihak dalam melakukan tindakan perbaikan atau pembenahan terhadap masalah-masalah yang ada di Pasar Bandeng. Seperti masalah menurunnya pengunjung dan pedagang yang menyebabkan sepinya pasar dan menurunnya pendapatan PD Pasar Bandeng maupun pedagang Pasar Bandeng. Hal tersebut diungkapkan oleh I1-4 yang berkata:

“Untuk masalah kondisi Pasar Bandeng yang sepi sebenarnya selama ini kami pihak PD Pasar telah melakukan beberapa solusi untuk meramaikan pasar antara lain, PKL yang tadinya berada di halaman pasar kami izinkan untuk menempati kios didalam pasar selama 1 minggu, dengan tujuan agar para PKL memiliki minat untuk pindah berjualan di dalam pasar. Pembukaan pameran batu akik juga sudah dilakukan guna menarik perhatian masyarakat agar datang ke Pasar Bandeng seperti yang kita tahu sebelumnya bahwa banyak peminat batu akik sekarang ini. Lalu ada bazaar dari dealer motor yang dilakukan di area pasar” (Wawancara dengan Teguh Waluyo, SE sebagai Kepala Bidang Sub Divisi Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar Kota Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).

Hal serupa juga dikatakan oleh I1-1 yang menyatakan bahwa:

“Kami telah melakukan beberapa kegiatan sebagai solusi untuk meramaikan pasar, antara lain sewa kios gratis selama 3 bulan untuk pedagang, menyediakan tempat untuk bazar dari dealler motor dan optik, menyediakan tempat untuk pameran batu cincin, menginzinkan PKL masuk berjualan di halaman pasar untuk sementara” (Wawancara dengan Sugeng, SH sebagai Mantan Kepala Pasar Bandeng, Rabu 9 Maret 2016).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, kita dapat mengetahui baik dari PD Pasar Kota Tangerang maupun Kepala Pasar dari PD Pasar Bandeng mengakui bahwa mereka telah melakukan berbagai cara demi meningkatkan minat masyarakat menjadi pengunjung Pasar Bandeng melalui bazaar yang diadakan di area Pasar Bandeng, diadakannya pameran batu akik pada zamannya, memberikan tempat untuk PKL sampai sekarang, hingga memberikan sewa kios gratis selama 3 bulan pertama untuk pedagang. Tapi nampaknya hal tersebut belum berpengaruh besar untuk tingkat intensitas pengunjung di Pasar Bandeng. Di sisi lain, pihak PD Pasar Kota Tangerang melihat bahwa pihak pengelola belum memberika solusi untuk meramaikan pasar, seperti halnya yang dikatakan oleh I1-4 sebagai berikut:

Dalam hal ini justru kami belum melihat adanya ide, gerakan, maupun tindakan yang dilakukan pihak PT. Bangunbina Persada dalam hal

meramaikan pasar” (Wawancara dengan Teguh Waluyo, SE sebagai Kepala Bidang Sub Divisi Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar Kota Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).

Namun, di sisi lain I2-2 mengaku dan mengatakan:

“Kami mempunyai rencana agar di hari yang akan datang, terkhusus di lantai 2 akan dibuat food court yang mana tempat yang digunakan adalah kios-kios yang telah lama kosong tidak dibuka dan pemiliknya tidak merespon surat teguran dan telepon dari kami serta segala sanksi yang tidak tepat sasaran karena tidak bisa ditemui. Kami rasa hal itu dapat meningkatkan pengunjung karena kita tau bahwa sekarang banyak orang yang menggeluti bisnis kuliner” (Wawancara dengan Yaman sebagai Humas Pengelola Pasar Bandeng dari pihak pengelola, Jumat 11 Maret 2016).

Dari kedua pernyataan di atas dapat kita lihat bahwa ada sesuatu pernyataan yang tidak kontras dimana pihak PD Pasar Kota Tangerang tidak melihat ide dan upaya dari pihak PT Bangunbina Persada, namun ternyata pada kenyataannya pihak PT telah mempunyai ide dan rencana serta konsep untuk memberikan solusi meramaikan pasar, hanya saja hal tersebut belum disampaikan kepada pihak PD sehingga rencana tersebut belum diketahui oleh pihak PD.

Permasalahan-permasalahan yang ada di Pasar Bandeng bukan hanya disebabkan dari dalam namun juga dari luar yaitu faktor eksternal seperti lokasi dan tata bangunan pasar yang kurang strategis seperti yang telah dinyatakan oleh beberapa narasumber. Namun, hal itu juga telah mendapatkan solusi dan upaya dari pihak PD Pasar Kota Tangerang yang berkoordinasi dengan Dinas lain, pernyataan ini dikatakan oleh I1-2 yang meyatakan bahwa:

“Kami pernah meminta kepada Dishub agar membuat rambu dan polisi tidur di depan pasar agar jalan yang landai tidak membuat kendaraan melaju cepat sehingga Pasar Bandeng mendapat perhatian. Tetapi hingga kini belum ada tindakan dari Dishub” (Wawancara

dengan Sanusi Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret 2016).

Berdasarkan pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa segala sesuatu diperhatikan oleh pihak-pihak yang berperan sebagai pengawas Pasar Bandeng bahkan tidak hanya mengamati dan mengawasi area pasar melainkan dari luar pasar juga dilihat yakni meliputi kontur jalan, rambu, dan kondisi jalan raya di depan pasar yang menjadi salah satu penyebab sepinya pengunjung di pasar ini. Seperti yang kita tahu, bahwa suasana jalan raya di depan pasar tradisional biasanya mengalami kemacetan, keramaian, dan penyempitan namun tidak pada Pasar Bandeng. Tindakan yang telah dilakukan oleh PD Pasar Kota Tangerang adalah dengan bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Kota Tangerang agar mempertimbangkan jalan raya di depan pasar untuk diberikan tanda atau rambu maupun polisi tidur di depan Pasar Bandeng agar pasar mendapat perhatian dari masyarakat sehingga menarik masyarakat untuk menjadi pengunjung. Sayangnya, hal tersebut belum mendapat respon dari pihak Dishub.

Dengan kondisi pasar yang menurun serta permasalahan-permasalahan yang ada di dalam pasar, berpengaruh kepada kontribusi yang telah ditetapkan dalam perjanjian antara PT. Bangunbina Persada dan PD Pasar Kota Tangerang, seperti halnya pengakuan dari I1-1 yang mengatakan:

“Masalah yang ada di Pasar Bandeng ini menyebabkan dampak buruk yaitu kerugian bagi PT. Bangunbina Persada maupun PD Pasar Kota Tangerang karena dengan kondisi pasar yang semakin sepi menyebabkan menurunnya pendapatan pasar sehingga kontribusi ke PD Pasar Kota Tangerang yang telah ditetapkan tidak dapat dipenuhi oleh PT. Bangunbina Persada lagi” (Wawancara dengan Sugeng, SH sebagai Mantan Kepala Pasar Bandeng, Rabu 9 Maret 2016).

Hal serupa juga dikatakan oleh I1-2 yang menyatakan bahwa:

“Ya. Pada tahun pertama kontribusi berjalan lancar dan dipenuhi oleh pihak pengelola sebagaimana jumlah yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp 20.000.000,- setiap bulannya. Namun, dengan kondisi pasar yang seperti ini berpengaruh pula pada pendapatan pasar jadi berdampak ke berurangnya kontribusi yang diberikan menjadi Rp 13.000.000,-. Kontribusi yang diharapkan bisa naik setiap tahunnya malah jadi turun karena kondisi pasar yang sepi”(Wawancara dengan Sanusi Endang Priyatna sebagai Kepala Pasar Bandeng, Jumat 11 Maret 2016).

Dari pernyataan di atas, bahwa keadaaan pasar yang kondisinya semakin lama semakin menurun ditandai dengan sepinya pedagang dan pengunjung juga berdampak pada pendapatan Pasar Bandeng itu sendiri. PT. Bangunbina Persada sebagai pihak pengelola yang awalnya mempunyai perjanjian ketetapan kontribusi sebesar Rp 20.000.000,- per bulan dan diharapkan dapat terus naik di waktu yang akan datang menjadi turun sebesar Rp 13.000.000,- per bulan karena minimnya pendapatan Pasar Bandeng. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan standar dalam hal pembayaran kompensasi atas pengelolaan pasar atau kontribusi ke PD Pasar Kota Tangerang.

Untuk perubahan standar, ukuran, atau norma di dalam pengelolaan dan pengawasan Pasar Bandeng hingga saat ini belum ada, seperti yang diakui oleh I1-4 yang mengatakan:

“Kalau itu belum ada ya, semua masih memakai peraturan yang dari awal ditetapkan. Belum ada perubahan hingga saat ini” (Wawancara dengan Teguh Waluyo, SE sebagai Kepala Bidang Sub Divisi Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi PD Pasar Kota Tangerang, Rabu 16 Maret 2016).

Hal senada juga dikatakan oleh I1-1, namun ada pendapat yang ditambahkan dengan mengatakan:

“Sampai saat ini belum ada perubahan dari standar yang telah ada melalui peraturan. Menurut saya standar yang ada sudah baik tetapi kalau menurut saya sih standar tersebut harusnya lebih ditingkatkan lagi melalui proses revisi karena masanya sudah lewat dari 5 tahun yang dimana bagusnya peraturan itu dievaluasi dan direvisi dalam jangka waktu 5 tahun untuk menyesuaikan dengan perubahan kondisi dan keadaan nyata yang ada pada Pasar Kota Tangerang termasuk Pasar Bandeng” (Wawancara dengan Sugeng, SH sebagai Kepala Pasar Bandeng, Senin 8 Februari 2015).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa standar yang ada yaitu melalui peraturan daerah, peraturan PD Pasar, maupun perjanjian-perjanian yang telah ditetapkan belum ada yang dirubah atau diperbaharui hingga saat ini. Sedangkan idealnya, peraturan lebih baik apabila dievaluasi dan direvisi dalam jangka waktu 5 tahun agar menyesuaikan dengan kondisi real di lapangan demi mengikuti perkembangan Pasar Tradsional di Kota Tangerang.

Dokumen terkait