PENGAWASAN PERUSAHAAN DAERAH (PD)
PASAR KOTA TANGERANG PADA PASAR
TRADISIONAL BANDENG PASCA REVITALISASI
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh Naomi Laura
6661111108
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
ABSTRAK
Naomi Laura. 6661111108. Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Kondisi Pasar Tradisional semakin hari semakin buruk, sedangkan sekarang semakin banyak Pasar Modern yang berkembang di Kota Tangerang. Pemerintah Kota Tangerang melakukan revitalisasi Pasar Tradisional untuk meningkatkan kualitas Pasar Tradisional sehingga tidak kehilangan konsumen. Melalui PD Pasar Kota Tangerang, Pemerintah Kota Tangerang membuat program untuk merevitalisasi Pasar Tradisional yang kondisinya sudah buruk, salah satunya adalah Pasar Bandeng. Setelah dilakukannya revitalisasi, pengawasan terus dilakukan dari semua pihak demi mempertahankan kondisi pasar yang jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengawasan di Pasar Bandeng pasca revitalisasi. Peneliti menggunakan metode kualitatif. Pemilihan informan menggunakan teknik puposive sampling. Peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins dan Marry Coulter yang terdiri dari 4 dimensi pengawasan, yaitu menetapkan standar, pengukuran, membandingkan, dan melakukan tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengawasan masih kurang optimal karena intensitas pengawasan yang rendah dan pembenahan yang belum berhasil. Untuk itu peneliti memberikan saran yaitu, perlu dibuatnya peraturan khusus pengawasanan, diadakannya jadwal pengawasan agar pengawasan dilakukan secara rutin, ditegakkannya peraturan yang ada dengan cara memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggar peraturan, dilakukan pembenahan atas fasilitas yang rusak.
ABSTRACT
Naomi Laura. 6661111108. Controlling of Market Regional Company Tangerang City on Bandeng Traditional Market After Revitalized. School of Public Administration. The Faculty of Social Science and Political Sciene. Sultan Ageng Tirtayasa University.
Traditional market conditions are getting worse, while Modern Market growing in Tangerang City. The Government of Tangerang City revitalizing Traditional Market to increase the quality of Traditional Market so that not lose consumers. The Government of Tangerang make a program revitalizing for Traditional Market in bad condition, one of which is Bandeng Market trough Market Regional Company Tangerang City. After the revitalization, controlling are contiued by all parties to mantain market condition much better than before. The purpose of this research was to determine how the control in Bandeng Market after revitalized. This research used qualitative methods. Election research informants used purposive sampling technique. This research used the teory put forward by Stephen P. Robbins and Marry Coulter consist of four dimensions of controlling, there are Standards, Measurement, Compare, and Action. The result showed that controlling is still not optimal because low intensity of control and revamping unsuccsessful. The suggestions to this research are the need special regulation for controlling, made a regular schedule for controlling, enforce all regulations by give strict sanctions. Revamping over the demage facilities.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya yang selalu setia menyertai penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar
Kota Tangerang Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”. Skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (satu)
pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun sebagai perbaikan dan guna untuk menambah wawasan di
masa yang akan datang. Dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis juga
memperoleh bantuan bimbingan dan juga saran baik berupa moril maupun
materiil. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
atas bantuan dan bimbingannya kepada yang terhormat:
1. Yth. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Yth. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Yth. Ibu Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa serta selaku Dosen
Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan membagi ilmunya
4. Yth. Bapak Iman Mukhroman, M.Ikom sebagai Wakil Dekan II
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
5. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan
III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
6. Yth. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa serta selaku
Dosen Pembimbing Akademik penulis, yang memberikan bimbingan,
semangat, dan motivasi selama menjalani perkuliahan.
7. Yth. Bapak Riswanda, Ph.D selaku Sekretaris Jurusan Program Studi
Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Yth. Ibu Dr. Ayuning Budiati, S.IP., MPPM selaku Dosen Pembimbing
I yang telah bersedia meluangkan waktunya dan membagi banyak
ilmunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan ilmu
selama menjalani perkuliahan.
10.Yth. Bapak Teguh Waluyo, SE selaku Kepala Sub. Divisi
Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi Pasar dari Kantor
Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yang telah membantu penulis
dalam memberikan informasi untuk penyediaan data dalam
11.Yth. Bapak Sugeng Aryanto, SH selaku Kepala Pasar Malabar dan
Bapak Sanusi Endang Priyatna selaku Kepala Pasar Bandeng yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan penjelasan mengenai
informasi dan data tentang Pasar Bandeng.
12.Yth. Bapak Hizbulloh selaku Staff Pasar Bandeng yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan informasi tentang Pasar
Bandeng.
13.Orang tua serta Keluarga yang telah memberikan dukungan, doa, dan
motivasi kepada penulis dalam menjalani skripsi ini.
14.Semua teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi
Negara angakatan 2011 yang telah memberikan banyak pengalaman,
dukungan, serta doa, terkhusus untuk Firstyana Gusti Ayu, Nita Retna
Sari, Dhani Chairani, Indri Selianawati, Diana Pusvitasari, Desy
Hartining, Gesti Resti Fitri, Deddy Rusadi, Helen Kartikasari.
Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.
Serang, 01 November 2016 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 17
1.3 Batasan Masalah ... 17
1.4 Rumusan Masalah ... 17
1.5 Manfaat Penelitian ... 18
1.5.1 Manfaat Teoritis ... 18
1.5.2 Manfaat Praktis ... 18
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori ... 22
2.1.1 Pengertian Pasar ... 22
2.1.2 Pengertian Perusahaan Daerah ... 24
2.1.3 Pengertian Pengawasan ... 26
2.1.4 Manfaat Pengawasan ... 28
2.1.5 Tujuan Pengawasan ... 29
2.1.6 Tipe-Tipe Pengawasan ... 30
2.1.7 Proses Pengawasan ... 33
2.1.8 Prinsip-Prinsip Pengawasan ... 36
2.1.9 Dimensi Pengawasan ... 38
2.1.10 Syarat-Syarat Pengawasan Yang Efektif ... 39
2.2 Penelitian Terdahulu ... 43
2.3 Kerangka Berpikir ... 46
2.4 Asumsi Dasar ... 49
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 50
3.2 Ruang Lingkup Penelitian... 51
3.3 Lokasi Penelitian ... 52
3.4 Variabel Penelitian ... 52
3.4.1 Definisi Konsep ... 52
3.4.2 Definisi Operasional ... 53
3.5 Instrumen Penelitian ... 54
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 56
3.6.1 Cara Pengumpulan Data ... 56
3.6.2 Jenis dan Sumber Data ... 61
3.8 Teknik Analisis Data ... 64
3.9 Teknik Pengujian dan Keabsahan Data ... 66
3.10 Jadwal Penelitian ... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 70
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang ... 70
4.1.2 Gambaran Umum PD Pasar Kota Tangerang ... 73
4.1.3 Tugas Unsur Organisasi ... 73
4.1.4 Susunan Organisasi PD Pasar Kota Tangerang ... 82
4.1.5 Visi dan Misi PD Pasar Kota Tangerang ... 85
4.1.6 Gambaran Umum Pasar Bandeng ... 86
4.1.7 Struktur Organisasi Pasar Kota Tangerang ... 89
4.2 Deskripsi Data ... 90
4.2.1 Data Informan Penelitian ... 91
4.2.2 Daftar Nama Informan ... 93
4.3 Analisis Hasil Penelitian ... 95
4.3.1 Menetapkan Standar (Standards) ... 96
4.3.2 Pengukuran (Measurement) ... 107
4.3.3 Membandingkan (Compare) ... 122
4.3.4 Melakukan Tindakan (Action) ... 136
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 148
4.4.1 Menetapkan Standar (Standards) ... 149
4.4.2 Pengukuran (Measurement) ... 153
4.4.3 Membandingkan (Compare) ... 157
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 164 5.2 Saran ... 166
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keterangan Pasar Milik PD Pasar Kota Tangerang ... 6
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 58
Tabel 3.2 Daftar Informan ... 62
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 69
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Pasar Bandeng ... 88
Tabel 4.2 Kode Penelitian ... 91
Tabel 4.3 Kodefikasi Informan Penelitian ... 93
Tabel 4.4 Daftar Harga Renovasi Pasar Bandeng ... 127
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tipe-tipe Pengawasan ... 30
Gambar 2.2 Proses Pengawasan ... 34
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 48
Gambar 3.1 Teknik Analisis Data ... 66
Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang ... 71
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian
LAMPIRAN II Member Check
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar adalah sebagai suatu tempat dimana pembeli dan penjual bertemu
untuk membeli atau menjual barang dan jasa atau faktor-faktor produksi.
Syarat-syarat terbentuknya pasar antara lain, adanya penjual, adanya pembeli,
adanya barang atau jasa yang diperjualbelikan, terjadinya kesepakatan antara
penjual dan pembeli. Pasar menjadi tujuan utama masyarakat sebagai tempat
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai kebutuhan pokok tersedia di
pasar, baik berupa bahan pangan maupun sandang yang dijual secara grosir dan
ritel (Kotler & Keller, 2012:8).
Peranan pasar terbagi untuk produsen, konsumen, dan pemerintah.
Peran pasar bagi produsen yaitu sebagai tempat untuk mempromosikan barang,
menjual hasil produksi, memperoleh bahan produksi. Peran pasar bagi
konsumen yaitu untuk memudahkan konsumen mendapat barang kebutuhan
dan sebagai tempat bagi konsumen untuk menawarkan sumber daya yang
dimiliki. Peran pasar bagi pemerintah yaitu sebagai penunjang kelancaran
pembangunan dan sebagai sumber pendapatan daerah. Kegunaan pasar konkret
dalam kegiatan ekonomi masyarakat, antara lain merupakan tempat menjual
hasil produksi yang dihasilkan masyarakat, menjadi tempat pemenuhan
kebutuhan masyarakat secara langsung, menjadi tempat transaksi jual beli
menciptakan lapangan kerja, membantu meningkatkan pendapatan daerah
(Robert S. Pyndick, 2007:152).
Pasar mempunyai beberapa fungsi antara lain, fungsi disribusi, yaitu
untuk mendekatkan jarak antara konsumen dengan produsen dalam
melaksanakan transaksi. Fungsi pembentukan harga, yaitu kesepakatan harga
antara penjual dan pembeli. Fungsi promosi, yaitu sebagai sarana paling tepat
untuk ajang promosi. Dalam pengklasifikasiannya, pasar dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional
merupakan sektor perekonomian yang sangat penting bagi mayoritas
penduduk di Indonesia. Masyarakat miskin yang bergantung kehidupannya
pada pasar tradisional tidak sedikit. Menjadi pedagang di pasar tradisional
merupakan alternatif pekerjaan di tengah banyaknya pengangguran di
Indonesia. Pasar tradisional biasanya terhubung dengan toko-toko kecil di
dusun-dusun sebagai tempat kulakan. Pasar tradisional di pedesaan juga
terhubung dengan pasar tradisional di perkotaan yang biasa menjadi sentral
kulakan bagi pedagang pasar-pasar pedesaan di sekitarnya. Pasar tradisional
merupakan penggerak ekonomi masyarakat.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar serta ditandai dengan
adanya transaksi. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los, dan
dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun pengelola pasar. Pasar
tradisional mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelebihannya antara lain,
lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang
keakraban antara penjual dan pembeli. Di dalam pasar tradisional,
tawar-menawar harga adalah wujud transaksi interaktif yang sering dilakukan. Harga
di pasar tradisional merupakan hasil kesepakatan antara pedagang dan pembeli.
Informasi mengenai harga dagangan merupakan sebuah komponen penting di
pasar tradisional. Sistem jual beli yang terjadi merupakan sebuah sistem
transaksi yang interaktif yang tidak dapat ditemui di pasar modern.
Fleksibilitas dalam pasar tradisional tidak hanya dalam masalah harga. Para
pedagang pun relatif fleksibel dalam melakukan kegiatannya, baik pada sisi
waktu, kegiatan, maupun tempat. Hal ini menjadi salah satu pendongkrak
perekonomian kalangan menengah ke bawah. Saat bangsa sedang di landa
kritis ekonomi, pasar tradisional terbukti menjadi salah satu katup penyelamat
ekonomi kerakyatan. Bila diatur dengan baik pasar tradisioanal sebenarnya bisa
memberikan kontribusi yang signifikan bagi PAD pemerintah daerah.
Kelemahannya antara lain, kumuh dan kotornya lokasi pasar,
banyaknya produk yang mayoritas diperjualbelikan oleh oknum yang tidak
bertanggungjawab menggunakan bahan kimia yang tidak seharusnya dipakai,
cara pengemasan yang kurang dilirik oleh konsumen. Selain itu, pedagang juga
harus berjuang menghadapi pungutan, baik resmi maupun ilegal. Gambaran
yang melekat pada pasar tradisional secara umum dilatar belakangi oleh
perilaku dari padagang pasar, pengunjung, atau pembeli dan pengelola pasar.
Gambaran negatif terhadap pasar tradisional mengakibatkan sebagian pada
pengunjung mencari alternatif tempat belanja lain yang mudah dijangkau
Pasar modern adalah pasar yang pelayanannya dilakukan secara
mandiri dan dilayani oleh pramuniaga. Kelebihan dari pasar modern ini adalah
memiliki sirkulasi pengunjung yang teratur, ventilasi dan sanitasi yang baik,
kapasitas parkir yang memadai dan keamanan yang terjamin. Pasar modern ini
juga menyediakan fasilitas penunjang aktivitas pasar seperti mushola, ATM
center, toilet, tempat cuci dan pemotongan. Sedangkan kelemahannya yaitu
pada praktik jual beli yang tidak melakukan kontrak langsung antara penjual
dan pembeli (https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar).
Dengan berjalannya waktu, peran pasar tradisional terlihat terus
menurun. Selain itu peran pasar tradisional skala kecil menengah di perkotan
terancam hadirnya pedagang keliling dan warung di perkampungan. Pada sisi
lain, kehadiran mereka adalah solusi yang jitu bagi kalangan menengah
kebawah untuk belanja harian tanpa harus ke pasar. Sehingga menghemat
biaya transportasi. Akibatnya akan terdapat beberapa pasar tradisional yang
tutup karena kehilangan fungsinya. Hilangnya pasar tradisional yang berpuluh
tahun menjadi penghubung perekonomian perdesaan dengan perkotaan,
dikhawatirkan akan mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan.
Di Indonesia, pangsa pasar dan kinerja pasar tradisional mengalami
penurunan, sementara pasar modern mengalami peningkatan karena banyaknya
investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia untuk mendirikan
pasar-pasar modern. Hal ini menyebabkan pasar tradisional kurang diminati.
Selain karena pasar modern, penurunan pangsa pasar tradisional juga
disebabkan oleh banyak faktor lainnya, antara lain kondisi pasar yang
letak, dan lemahnya daya saing para kegiatan tradisional. Karena munculnya
berbagai macam pasar modern yang memiliki fasilitas lebih menarik dan
nyaman dibandingkan dengan pasar tradisional, akhirnya tidak sedikit
masyarakat yang mulai berpaling dari pasar tradisional ke pasar modern.
(Leksono, 2007:55).
Pasar-pasar tradisional dan pasar modern rata-rata mempunyai
spesifikasi barang dagangan yang hampir sama sehingga berpeluang
mengakibatkan terjadi persaingan diantara dua pasar tersebut. Jika dibiarkan
persaingan bebas antara kedua pasar tersebut dapat menggeser keberadaan
pasar tradisional. Dari banyak sisi, pasar tradisional tidak lebih baik dari
pasar modern, apalagi karakter masyarakat saat ini lebih menyukai tempat
belanja yang nyaman dan efisien dan hal inilah yang ditawarkan oleh pasar
modern. Pasar tradisional tidak memiliki dua hal tersebut karena keterbatasan
modal. Dan hal inilah yang harus dijembatani pemerintah. Kebijakan
revitalisasi pasar adalah cara yang tepat untuk mengatasi ketimpangan ini.
Pada kota-kota besar trend yang mengakibatkan menurunnya
perkembangan pasar tradisional semakin menjadi perhatian. Salah satu kota
yang memiliki masalah tersebut adalah Kota Tangerang. Pembangunan
infrastruktur, sarana dan prasarana di kota berjuluk “kota 1000 industri” ini
terlihat sangat dinamis. Di sektor perdagangan pun terlihat gairah investasi dan
transaksi yang terus menggeliat. Namun, di tengah gemerlapnya semua itu,
Pemkot Tangerang tidak melupakan arti penting pasar tradisional sebagai roda
Pengelolaan pasar pada saat dikelola oleh Pemerintah Kota Tangerang
melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Pariwisata dan Dunia Usaha tidak
sesuai lagi karena adanya persaingan global dan seiring dengan perkembangan
Kota Tangerang maka Pemerintah Kota Tangerang pada tahun 2003
membentuk PD Pasar Kota Tangerang sesuai dengan Perda No. 3 Tahun 2003
Tentang Pembentukan PD Pasar dan mulai beroperasi pada tanggal 10 April
2004. Dengan adanya PD Pasar Kota Tangerang diharapkan dapat
meningkatkan kualitas Pasar Tradisional di Kota Tangerang. PD Pasar Kota
Tangerang dibentuk untuk mengelola pasar tradisional dengan mengacu pada
Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Pasar. Jumlah, lokasi, kondisi, dan status pasar-pasar yang sudah sejak lama
ada dan diberikan kewenangannya kepada PD Pasar Kota Tangerang adalah
sbb:
Tabel 1.1
Keterangan Pasar Milik PD Pasar Kota Tangerang
NO NAMA PASAR
LUAS LAHAN
KONDISI
Melihat besarnya peran dan fungsi pasar-pasar tradisional tersebut,
Pemerintah Kota Tangerang pun memiliki sejumlah program untuk
meningkatkan mutu fisik dan pelayanan pasar-pasar tradisionalnya. Salah
satunya adalah program revitalisasi pasar yang sudah rutin dilakukan sejak
beberapa tahun lalu. Dilaporkan, Tahun 2012 lalu Pemerintah Kota Tangerang
menyiapkan dana sebesar Rp 17.500.000.000,- untuk merevitalisasi sejumlah
pasar tradisional yang tersebar di 13 kecamatan di Kota Tangerang
(http://pdpasarkotatangerang.blogspot.co.id/2013/10/revitalisasi-pasar-tradisional-di-kota.html).
Pengertian dari revitalisasi bisa berarti proses, cara dan atau perbuatan
untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan
apapun. Sehingga secara umum pengertian dari revitalisasi merupakan
usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.
Terdapat beberapa pasar tradisional di Kota Tangerang yang mendapat
perhatian dan telah di revitalisasi. Salah satu pasar tradisional yang telah
direvitalisasi adalah Pasar Bandeng yang beralamat di Jalan Beringin Raya,
Kecamatan Karawaci, Kelurahan Karawaci Baru, Kota Tangerang. Kondisi
Pasar Bandeng sebelum direvitalisasi terbilang sangat memperihatinkan, yakni
kondisi pasar yang kumuh seperti perkampungan, dijadikan tempat tinggal oleh
oknum-oknum preman, dan disinyalir menjadi sarang kriminal. Begitu pula
dengan kondisi bangunan yang sesuai dengan keterangan kondisi pada data PD
Pasar Kota Tangerang menyatakan rusak berat.
Revitalisasi Pasar Bandeng mulai dilakukan pada Bulan Maret 2012
biaya sebesar Rp 16.000.000.000,- dan terlaksana atas kerjasama dalam
perjanjian MoU (Memorandum of Understanding) antara Pemerintah Kota
Tangerang dengan PT Bangun Bina Persada. Terkait kerja sama pengelolaan,
pihak ke tiga akan diberikan hak pengelolaan pasar selama 5 tahun. Pendapatan
yang masuk ke dalam Perusahaan Daerah Pasar Bandeng antara lain dari bagi
hasil jual beli kios sebesar 70% : 30%, dan pengelolaan kebersihan, keamanan,
dan kotribusi sebesar 70% : 30%, serta diberikannya kotribusi sebesar Rp
20.000.000,-/bulan. Dengan dikelolanya Pasar Bandeng oleh pihak swasta,
diharapkan bisa memberikan kontibusi yang besar terhadap PAD Kota
Tangerang. Selain itu juga dapat menjadi percontohan untuk pasar-pasar
tradisional lain di Kota Tangerang. Revitalisasi ini bertujuan untuk
memberikan kesan nyaman dan aman kepada pembeli maupun penjual. Kini
Pasar Bandeng berdiri dengan bangunan pasar seluas 4.500 m2 dan total kios
sebanyak 401 kios. Revitalisasi ini telah merubah kondisi pasar menjadi
lebih bersih dan tertata rapi. Pasar ini juga dilengkapi dengan berbagai
fasilitas penunjang seperti mushola, kantor unit pasar, kantor koppas, bank, pos
keamanan dan parkir, kantor pemasaran, gardu listrik, PJU di lingkungan pasar,
area bongkar-muat barang, area parkir, TPS, fire hydrant, rambu lalulintas,
MCK, dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Namun demikian, revitalisasi pasar tidak otomatis mendorong
peningkatan pembeli. Di balik pembangunan fisik yang telah dibaharui,
terdapat masalah yang timbul pada pasar tersebut. Bahkan dalam jangka
pendek, revitalisasi pasar membuat orang kehilangan pelanggan karena untuk
tingkat pengunjung dan pedagang di Pasar Bandeng semakin menurun
sehingga kebijakan kontribusi kepada Perusahaan Daerah Pasar Bandeng
diturunkan menjadi Rp 13.000.000,-/bulan dari yang seharusnya kontribusi
tersebut naik setiap tahunnya. Untuk itu dibutuhkan proses pemulihan untuk
menarik kembali pelanggan pasar yang lama (Wawancara dengan Kepala
Pasar, Februari 2015).
Dari ke-7 pasar tradisional milik Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang, diketahui bahwa kondisi Pasar Bandeng yang paling
memprihatinkan yaitu dengan kategori rusak berat sehingga pada tahun 2012
PD Pasar Kota Tangerang merevitalisasi Pasar Bandeng. Namun, setelah pasar
direvitalisasi kondisinya semakin sepi pengunjung dan pendapatannya pun
semakin menurun sehingga kondisi Pasar Bandeng yang sekarang adalah pasar
yang memiliki bangunan yang terbaik dan fasilitas yang terlengkap
dibandingkan Pasar Tradisional milik PD Pasar Kota Tangerang lainnya namun
menjadi pasar yang paling sepi pengunjung bahkan dibandingkan dengan
kondisi sebelum revitalisasi yang lebih ramai pengunjung, sehingga hal
tersebut yang menjadi alasan peneliti menulis penelitian yang memilih tempat
di Pasar Bandeng sebagai lokasi penelitian.
Berdasarkan pengamatan awal penulis, kenyataan yang dijumpai di
Pasar Bandeng Kota Tangerang dengan kompleksitas masalah yang terjadi
pada saat berlangsungnya kegiatan pelayanan pasar, terdapat penyimpangan
yang merupakan masalah pengawasan dan harus dilakukan perbaikan oleh PD
Pertama, kurangnya pengawasan kepada pelaku usaha pasar terutama
investor. Pada Pasar Bandeng, masih terdapat banyak kios yang kosong
terutama di lantai dua, hal ini dikarenakan harga sewa yang mahal yang
disebabkan oleh penjualan dari pihak ketiga. Walaupun kios yang berada di
pasar ini tersedia dengan keadaan yang baik tetapi ternyata banyak pedagang
yang mengaku bahwa harga kios yang disewakan atau dijual dengan harga
yang mahal karena banyak kios dan toko yang diinvestasikan oleh masyarakat,
bukan untuk membuka usaha dagang sehingga penyewa mendapat harga yang
lebih mahal daripada harga asli. Berdasarkan pernyataan administrasi keuangan
pihak pengelola pasar, perbedaan harga antara daftar harga asli dengan harga
yang diberikan oleh investor ada yang mencapai 50%. Seperti contohnya kios
yang berukuran 3x2 M mempunyai harga jual dari pihak pengelola sebesar Rp
118.000.000,- termasuk PPN 10% dan para investor menjual kembali pada
pedagang dengan kisaran harga Rp 225.000.000 – Rp 250.000.000.
Dari hasil observasi dan data yang diberikan oleh pihak PD Pasar
Bandeng, terdapat 7 jenis tempat pedagang untuk dibeli atau disewa oleh
pedagang yaitu los yang berbentuk meja keramik, counter yang berbentuk
tempat setengah lingkaran, 3 kios dengan ukuran yang berbeda-beda, kios
mamin (makanan dan minuman), dan kios KBT (kios bawah tangga). Semua
jenis tempat mempunyai ukuran yang berbeda-beda berdasarkan tanah dan huk.
Semua jenis tempat dagang tersebut tersusun dengan bangunan rapi yaitu kios
berada di sisi pinggir bangunan pasar, los berada di tengah pasar pada lantai 1,
counter berada di tengah pasar pada lantai 2, kios mamin berada di luar area
kebakaran yang disebabkan oleh dapur, dan kios KBT yang berada di setiap
bawah tangga pada area bangunan pasar. Dari semua itu, bangunan yang paling
banyak kosong adalah kios terutama pada lantai dua.
Hal yang disebabkan dari banyaknya kios yang kosong di Pasar
Bandeng berdampak pada sepinya pengunjung pasar dan menurunnya
pemasukan kepada PD Pasar Kota Tangerang. Mayoritas pengunjung adalah
hanya masyarakat di perumahan sekitar pasar. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan dengan masyarakat sekitar, terdapat pernyataan bahwa masyarakat
banyak yang memilih pergi ke pasar lain yang lebih ramai dengan alasan pasar
lain mempunyai barang yang lebih lengkap dibandingkan Pasar Bandeng.
Bahkan terdapat beberapa pedagang pasar bandeng yang tidak rutin berjualan
maupun yang menutup usaha dagangannya dikarenakan kerugian yang didapat
oleh pedagang atas sepinya pengunjung pasar. Sepinya pengunjung juga
berdampak pada pemasukan pendapatan bagi pihak pengelola Pasar Bandeng
sehingga tidak dapat mencapai target kebijakan kontribusi yang seharusnya
diberikan kepada PD Pasar yaitu sebesar Rp 20.000.000,- menjadi diturunkan
pada tahun ke-2 setelah revitalisasi sebesar Rp 13.000.000,-. Hal ini berdampak
kerugian bagi PD Pasar Bandeng Kota Tangerang karena pada ketentuan awal,
besaran kontribusi untuk PD Pasar Bandeng seharusnya naik setiap tahunnya.
Dalam hal ini, PD Pasar pernah mengadakan sekali pertemuan bersama
para inverstor yaitu pada tahun pertama revitalisasi untuk melakukan himbauan
supaya para investor dapat mempertimbangkan harga jual atau sewa demi
keberlangsungan pasar tetapi hingga saat ini himbauan tersebut belum
bersama investor. PD Pasar juga belum memberikan peringatan dan sanksi
kepada para pedagang dan investor yang telah lama bahkan bertahun-tahun
menutup kiosnya sebagaimana sanksi yang tertulis di Peraturan Daerah Kota
Tangerang No 6 Tahun 2005 Pasal 10 yaitu sanksi ditutup dan disegelnya
tempat berjualan selama-lamanya 3 bulan berturut-turut, dikenakan denda
100% tiap keterlambatan 1 bulan membayar biaya jasa pengelolaan dan ijin
pemakai Tempat Berjualan dicabut apabila keterlambatan berlangsung selama
3 bulan berturut-turut, pemutusan aliran listrik dan air diputus.
Kedua, belum dilakukannya tindak lanjut dari hasil pengawasan
mengenai pelanggaran atas kewajiban dan larangan pedagang sesuai peraturan
yang ada. Melalui pengawasan yang dilakukan, terdapat beberapa pedagang di
Pasar Bandeng yang terbukti melakukan pelanggaran. Beberapa pelanggaran
tersebut antara lain, menempati los tempat berjualan dengan tidak sesuai aturan
yang ada, menambah dan memperluas tempat usahanya, tidak memelihara
kebersihan tempat dan barang dagangan serta menyediakan tempat sampah,
tidak memenuhi pembayaran pungutan pada waktunya. Masih terdapat
keterangan nama los yang tercantum di jalan dalam pasar yang tidak sesuai
dengan barang yang dijual di tempat tersebut. Pada saat pasar mempunyai
bangunan yang baru, pedagang di dalamnya berjualan dengan sesuai aturan,
tetapi kondisi seperti itu tidak berjalan lama karena para pedagang mengaku
merasa kehilangan konsumen. Hal ini terjadi karena pada awalnya masih
terdapat pedagang yang berjumlah sedikit sehingga pedagang memilih
berjualan di los yang berdekatan dengan los yang telah terisi agar tidak
memperbolehkan pedagang menyewa kios dengan menjual dagangan yang
berbeda dengan keterangan kios. Pada akhirnya pedagang baru yang ingin
mengisi sesuai dengan aturan los tidak mendapat tempat karena sudah terisi
oleh pedagang lain. Selain itu, pedagang los terutama pada los sayur tidak
hanya berjualan di meja keramik yang telah disediakan, melainkan menambah
peti atau meja tambahan untuk memperbanyak produk dagang walaupun telah
terdapat aturan ambang toleransi dengan batasan keramik berwarna yang tetap
saja dilanggar oleh pedagang tersebut. Kebersihan yang kurang diperhatikan
oleh pedagang yang diakibatkan oleh bercampurnya sampah antara sayur
dengan daging atau yang lainnya di pinggir jalan membuat kurang nyamannya
jalan bagi pengunjung.
Berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola Pasar Bandeng,
mereka menyatakan bahwa hal tersebut telah diketahui oleh pihaknya maupun
Kepala Pasar dan mereka menyadari hal tersebut memang menimbulkan
penyimpangan, tetapi pada akhirnya pihak pengelola membiarkan
ketidakteraturan tersebut demi meningkatkan pendapatan pedagang dan kondisi
pasar yang tidak memungkinkan untuk teratur. Namun sesuai dengan peraturan
yang ada, seharusnya PD Pasar mempunyai tugas untuk melakukan penyuluhan
kepada para pedagang, pelaku usaha, dan warga masyarakat pengguna pasar
mengenai kebersihan, keamanan, dan ketertiban. Selain itu, harus menegakkan
peraturan berupa sanksi ancaman pidana kurungan selama-lamanya 3 bulan
atau denda setinggi-tingginya Rp 5.000.000,00 sesuai dengan pelanggaran atas
kewajiban dan larangan pemakai tempat usaha. Hingga saat ini belum ada
Ketiga, kurangnya Sumber Daya Manusia di PD Pasar Bandeng. Pada
Pasar Bandeng, Kepala Pasar adalah satu-satunya orang yang bekerja untuk
menangani segala permasalahan yang ada di Pasar. Kepala Pasar juga berperan
sebagai pengawas atau kepanjangan tangan dari PD Pasar Kota Tangerang
yang diberikan wewenang untuk mengawas dan mengevaluasi serta memberika
laporan kepada PD Pasar Kota Tangerang mengenai masing-masing pasar.
Namun sesuai aturan yang ada seharusnya Pasar Kota Tangerang mempunya
struktur organisasi sebagai berikut:
Bagan 1.1
Struktur Organisasi Pasar Kota Tangerang
Pada Pasar lainnya di Kota Tangerang terdapat PD Pasar masing-masing yang
mempunyai staff sesuai dengan struktur tersebut. Dengan kurangnya SDM di
Pasar Bandeng, peran pengawasan untuk mengupayakan perbaikan perilaku
pedagang menjadi terbatas. Hal tersebut diakibatkan oleh karena Kepala Pasar
harus bekerja sendiri untuk menghandle seluruh tanggung jawab dalam KepalaPasar
Subag Administrasi & Keuangan
Urusan Kebersihan Urusan Ketentraman,
Ketertiban, Keamanan
Petugas Psapon Petugas Satuan
organisasi pasar, tidak adanya koordinasi dalam organisasi pasar itu sendiri,
dan kurangnya kemampuan/kompetensi Kepala Pasar.
Keempat, tidak adanya SOP (Standar Operating Procedur) sebagai
acuan atau buku panduan dalam melakukan pengawasan untuk Kepala Pasar.
Dalam melakukan perannya sebagai pengawas, Kepala Pasar Bandeng tidak
memiliki standar yang baku untuk melakukan pengawasan sistematis sesuai
dengan prosedur. Namun, pada wawancara yang dilakukan peneliti, Kepala
Pasar Bandeng menyatakan bahwa ia mengetahui bagaimana alur pengawasan
pasar itu sendiri, yakni perannya mengawasi keadaan pasar dari mulai fisik
hingga pelaku usaha, selanjutnya menilai apa yang menjadi permasalahan atau
menemukan pelanggaran, kemudian membuat laporan kepada PD Pasar Kota
Tangerang untuk ditindaklanjuti langsung oleh PD Pasar Kota Tangerang
maupun dengan memberikan surat teguran untuk pihak pengelola/pihak swasta
agar melakukan tindakan perbaikan. Kepala Pasar Bandeng menyatakan bahwa
pihak pengelola tidak mempunyai inisiatif untuk melihat langsung
permasalahan yang ada atau pelanggaran yang ada di dalam pasar maupun
memberikan tindakan korektif untuk perbaikan. Bagaimanapun kemampuan
yang dimiliki oleh Kepala Pasar dalam melakukan pengawasan akan lebih baik
bila mempunyai SOP dimana kinerjanya dapat diukur dan dapat menciptakan
manajemen yang baik, serta dapat dilakukan penerapan sanksi yang tegas.
Kelima, lambatnya penangangan atas keluhan pedagang. Beberapa
pedagang mengaku bahwa seringkali keluhan yang mereka sampaikan tidak
mendapat respon yang cepat dari pihak pengelola maupun pd pasar. Pedagang
dengan pihak pengelola maupun pd pasar, padahal seringkali pedagang
mengharapkan hal tersebut dilakukan demi kemajuan pedagang maupun pasar.
Keluhan pedagang biasanya disampaikan kepada Kepala Pasar saat berada di
lapangan. Keluhan tersebut antara lain, 1) bagian-bagian fisik pasar yang telah
rusak seperti atap yang bocor, pagar yang roboh, dan pintu masuk yang kurang
yang membuat beberapa pedagang kehilangan konsumen, 2) harga kios yang
terbilang mahal karena investor, 3) sepinya pengunjung pasar terutama pada
lantai dua, 4) berkurangnya petugas kebersihan yang berdampak menurunnya
kebersihan lingkungan pasar. Kepala Pasar sendiri menyatakan bahwa setiap
keluhan dari pedagang selalu ia pertimbangkan dan dilaporkan kepada PD
Pasar Kota Tangerang, hanya saja untuk hal-hal yang berkaitan dengan fisik
pasar maupun pengelolaan pasar harus sepenuhnya tanggung jawab pihak
pengelola untuk menindaklanjuti dan seringkali hal tersebut dilakukan dengan
waktu yang lama sekalipun telah mendapat surat teguran dari pihak PD Pasar
Kota Tangerang.
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasikan
permasalahan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilaksanakan
yaitu sebagai berikut:
2. Belum dilakukannya tindak lanjut dari hasil pengawasan mengenai
pelanggaran atas kewajiban dan larangan pedagang sesuai peraturan
yang ada.
3. Kurangnya Sumber Daya Manusia di PD Pasar Bandeng.
4. Tidak adanya SOP (Standar Operating Procedur) sebagai acuan atau
buku panduan dalam melakukan pengawasan untuk Kepala Pasar.
5. Lambatnya penangangan atas keluhan pedagang pasar.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini dilakukan agar peneliti lebih
fokus terhadap permasalahan secara mendalam, dalam hal ini peneliti
membatasi pada ruang lingkup permasalahan yang difokuskan kepada “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang Pada Pasar
Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”.
1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui “Bagaimana Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar
Kota Tangerang”.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Untuk menambah khasanah dalam ilmu pengetahuan terkait
pengembangan ilmu administrasi negara, khususnya pada teori
bermanfaat sebagai bahan referensi dan pembelajaran bagi peneliti yang
lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Pengawasan
Pasar Tradisional.
1.5.2 Manfaat Praktis
Bagi Pemerintah Kota Tangerang, Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota
Tangerang dan PD Pasar Bandeng Kota Tangerang diharapkan hasil
penelitian ini dapat memberikan kontribusi melalui masukan yang
bersifat membangun untuk meningkatkan kualitas pengelolaan Pasar
Tradisional di Kota Tangerang guna meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini
yang bertujuan untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi
dari penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian
mengenai “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang
Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”, tersusun atas
sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari latar belakang yang menerangkan ruang
Selanjutnya identifikasi masalah, dalam hal ini identifikasi masalah mendeteksi
aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema/topik/judul
penelitian atau masalah. Kemudian terdapat juga kegunaan penelitian yang
akan diteliti, dan yang terakhir yaitu sistematika penelitian yang menjelaskan
dari bab per bab yang ada dalam penelitian. menjelaskan tentang latar belakang
yang menerangkan secara jelas mengenai ruang lingkup masalah yang akan
diteliti dalam penelitian penelitian tersebut, lalu identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II DESKRIPSI TEORI
Bab ini akan membahas mengenai teori-teori relevan yang digunakan
untuk mengkaji permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.
Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian
yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, sehingga dapat diketahui
kesamaan atau perbedaan dari masing-masing penelitian yang dilakukan.
Selanjutnya, kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan
teori yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan
kesimpulan penelitian sementara.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang digunakan.
Ruang lingkup penelitian dan lokasi dilakukannya penelitian. Definisi variabel
penelitian yang menjelaskan mengenai variabel penelitian itu sendiri.
Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat
dengan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengolahan dan
uji keabsahan data yang menjelaskan tentang teknik dan rasionalisasinya. Serta
tentang jadwal yang memaparkan waktu penelitian ini dilakukan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi
penelitian secara jelas. Kemudian terdapat deskripsi data dari hasil penelitian
yang diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang
relevan sebagaimana dengan penggunaan teori dalam penelitian ini.
Selanjutnya data yang sudah dianalisis, peneliti uji validitas dengan
menggunakan teknik triangulasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang
diharapkan. Kemudian melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap persoalan
dan pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai
keterbatasan pelaksanaan penelitian, terutama untuk penelitian eksperimen dan
ketebatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut
dalam bidang yang menjadi obyek penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan secara jelas mengenai jawaban dari tujuan
penelitian. Kesimpulan dibuat dari hasil penelitian yang dilakukan secara
singkat, jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, peneliti
memberikan saran yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
bidang yang diteliti secara praktis agar dapat direalisasikan dalam kehidupan
DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang digunakan dalam
penyusunan skripsi, daftar pustaka hendaknya menggunakan literatur yang
mutakhir.
LAMPIRAN
Memuat tentang hal-hal yang perlu dilampirkan untuk menunjang
penyususnan skripsi, seperti lampiran tabel-tabel, lampiran grafik, instrumen
22
DESKRPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,
DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Teori digunakan agar peneliti dapat menemukan cara yang mudah
untuk mengelola sumber daya sewaktu dalam menyelesaikan pekerjaan. Maka
dari itu peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang digunakan sebagai acuan
dalam mengkaji permasalahan serta yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Dalam hal ini, teori yang digunakan yaitu pengertian Pasar, pengertian
Perusahan Daerah (PD) Pasar, dan pengertian Pengawasan.
2.1.1 Pengertian Pasar
Pengertian Pasar sebagaimana Peraturan Presiden Republik Indonesia
(Perpres-RI) Nomor 112 Tahun 2007 adalah area tempat jual beli barang
dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat
perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan
maupun sebutan lainnya. Lebih lanjut Perpres-RI tersebut mendefinisikan pasar
tradisional adalah pasar yang dibangun, dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa
toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal
Pengertian Pasar menurut Perda Kota Tangerang No. 6 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Pasar adalah sebagai berikut:
“Pasar adalah suatu kawasan tertentu beserta bangunan di atasnya yang
dimiliki dan ditetapkan oleh Pemeritah Kota Tangerang sebagai tempat dilakukannya transaksi jual beli antara masyarakat umum dengan para pedagang atau pelaku usaha yang secara teratur dan langsung memperdagangkan barang atau menawarkan jasa, baik berupa Pasar
Tradisional, Pasar Induk maupun Pasar Modern.”
Sedangkan Pasar Tradisional adalah tempat yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah untuk memperdagangkan barang dan/atau jasa dan dalam penentuan
harga terjadi tawar-menawar antara penjual dan pembeli.
Pasar bisa dibedakan berdasarkan tujuan pembeliannya menjadi dua
macam, yaitu pasar konsumen akhir dan pasar organisasional (pasar bisnis).
Pasar konsumen akhir terdiri atas setiap individu dan rumah tangga yang tujuan
pembeliannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk
dikonsumsi langsung. Perilaku pasar konsumen dipengaruhi oleh empat faktor
utama, yakni budaya (kultur, sub kultur, dan kelas sosial), sosial (kelompok
referensi, keluarga, serta peran dan status), pribadi (usia dan tahap siklus hidup,
pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri),
dan psikologis (motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan dan
pendirian). Sementara itu, pasar organisasional atau sering disebut pula pasar
antara (pasar produsen) terdiri atas organisasi, pemakai industri, pedagang,
pemerintah, dan lembaga non-profiit yang tujuan pembeliannya adalah untuk
diproses lebih lanjut hingga menjadi produk akhir; dijual kembali; disewakan
atau dipasok kepada pihak lain, baik untuk kepentingan meraih laba ataupun
Berdasarkan pengertian pasar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pasar adalah tempat bertemunya pedagang dan pembeli yang berbentuk
bangunan dan dalam pelaksanaannya mempunya peraturan yang harus
dipatuhi.
2.1.2 Pengertian Perusahaan Daerah
Badan usaha milik daerah adalah badan usaha yang modalnya sebagian
atau seluruhnya milik pemerintah daerah dengan tujuan memberikan layanan
kepada masyarakat setempat. Contoh: Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM), Perusahaan Daerah Pasar (PD Pasar), PT Bank Jateng, PT Bank
DKI. Pendirian badan usaha milik daerah bertujuan untuk:
1. Melayani kebutuhan masyarakat di daerah tersebut
2. Memperoleh keuntungan yang akan digunakan untuk pembangunan di
daerahnya
Perusahaan Daerah adalah badan hukum yang kedudukannya sebagai
badan hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah. Perusahaan
daerah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat :
a) Memberi jasa
b) Menyelenggarakan kemanfaatan umum
c) Memupuk pendapatan.
Tujuan perusahaan daerah ialah untuk turut serta melaksanakan
pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi umumnya dalam
mengutamakan industrilisasi dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam
perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Undang–Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1962 Tentang
Perusahaan Daerah: Dalam pasal ini ditegaskan bahwa Perusahaan Daerah itu
adalah kesatuan produksi (regional), yaitu kesatuan produksi dalam arti luas,
yang meliputi perusahaan yang memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan
umum yang bersifat nasional untuk kebutuhan seluruh masyarakat dan tidak
termasuk dalam bidang usaha yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat.
Perusahaan Daerah dalam menuaikan tugasnya selalu meperhatikan daya guna
yang sebesar–besarnya dengan tidak melupakan tujuan perusahaan untuk ikut
serta dalam pembangunan daerah khusunya dan pembangunan ekonomi
nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuh
kebutuhan rakyat dengan mengutamakan indutrialisasi dan ketentraman serta
kesenganan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat yang adil dan makmur
materil dan spiritual. Sebagai contoh yang harusnya diusahakan oleh
Perusahaan Daerah yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan
daerah dapat disebutkan Perusahaan Air Minum, Perusahaan Tanah untuk
Pembangunan perumahan, Perusahaan Pasar, Perusahaan Pembangunan
Perumahan Rakyat.
2.1.3 Pengertian Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu fungsi organik manajemen yang
tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana
dengan baik sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, instruksi, dan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan berlaku. (LAN RI, 1997:159)
George R. Terry dan Leslie W. Rue dalam bukunya “Dasar–Dasar
Manajemen” (2009:163) menyatakan bahwa pengawasan adalah proses
mengevaluasikan pelaksanaan kerja dengan membandingkan pelaksanaan
aktual dengan apa yang diharapkan serta mengambil tindakan yang perlu.
Harold Koontz & Cyrill O’Donnell (Silalahi 1992:175), memberikan
definisi pengawasan adalah suatu pengukuran dan koreksi terhadap kegiatan
yang dilakukan oleh bawahan untuk menjamin agar apa yang terjadi ada
kesesuaian dengan rencana.
Herbert G. Hicks (Silalahi 1992:175), mengemukakan bahwa
pengawasan itu berkaitan dengan pembandingan antara kejadian-kejadian
dengan rencana dan mengadakan koreksi seperlunya apabila terjadi
penyimpangan dari rencana.
Pengawasan menurut Newman yang dikutip oleh Manullang adalah
“Controlling is assurance that the performance conform to plan”. Yang artinya
pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai
dengan rencana.
Pengawasan adalah “keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan
kegiatan operasional guna menjamin bahwa berbagai kegiatan tersebut sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.” Dari definisi tersebut
sedang berlangsung. Berarti: (a) orientasi waktu pelaksanaan pengawasan
adalah sekarang; (b) sasaran pengawasan terbatas pada keterkaitannya dengan
rencana; (c) sifat pengawasan pada dasarnya adalah prefentif. (Siagian,
2007:258)
Handoko (1986:359) mengatakan pengawasan dapat didefinisikan
sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan
manajemen tercapai. Hal ini berkenaan dengan cara-cara membuat
kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya
hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan.
Siagian (2005:125) mengatakan pengawasan merupakan proses
pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa
semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
Definisi pengawasan yang dikemukakan oleh Robert J. Mockler berikut
ini telah memperjelas unsur-unsur esensial proses pengawasan:
“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan.”
Handayaningrat (1990:21) mengatakan bahwa pengawasan
dimaksudkan untuk mengetahui bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan sedapat
mungkin sesuai dengan rencana (“Seeing that the operating result conform as
John F. Mee dalam bukunya Management thought in a Dynamic
Economy menyatakan pengawasan adalah (controlling) adalah proses
pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin
agar semua pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya (Handayaningrat, 1990:26).
Pengertian pengawasan menurut peneliti yaitu pengawasan adalah
rangkaian kegiatan yang meliputi pengamatan hingga pengoreksian dari suatu
organisasi pada suatu proses pelaksanaan agar dapat berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan demi tercapainya tujuan.
2.1.4 Manfaat Pengawasan
Manfaat terpenting dari pengawasan adalah: (a) tersedianya bahan
informasi bagi manajemen tentang situasi nyata dalam mana organisasi berada,
(b) dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi rencana
dengan efisien dan efektif, (c) pemahaman tentang berbagai faktor yang
menimbulkan kesulitan dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional,
(d) langkah-langkah apa yang segera dapat diambil untuk menghargai kinerja
yang memuaskan dan (e) tindakan prefentif apa yang segera dapat dilakukan
agar deviasi dari standar tidak terus berlanjut. (Siagian, 2007:261)
2.1.5 Tujuan Pengawasan
Tujuan utama dari pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang
direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu, agar sistem pengawasan itu
benar-benar efektif artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu sistem
penyimpangan-penyimpangan dari rencana. Apa yang telah terjadi dapat disetir
ke tujuan tertentu. Oleh karna itulah, suatu sistem pengawasan yang efektif
harus dapat segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan sehingga
berdasarkan penyimpangan-penyimpangan itu dapat diambil tindakan untuk
pelaksanaan selanjutannya agar pelaksanaan keseluruhan benar-benar dapat
sesuai atau mendekati apa yang direncanakan sebelumnya. (Manullang,
2004:174)
Beberapa tujuan pengawasan administrasi kantor menurut Odgers
(2005) adalah:
1. meningkatkan kinerja organisasi secara kontinu, karena kondisi
persaingan usaha yang semakin tinggi menuntut organisasi untuk setiap
saat mengawasi kinerjanya;
2. meningkatkan efisiensi dan keuntungan bagi organisasi dengan
menghilangkan pekerjaan yang tidak perlu atau mengurangi
penyalahgunaan alat atau bahan;
3. menilai derajat pencapaian rencana kerja dengan hasil aktual yang
dicapai, dan dapat dipakai sebagai dasar pemberian kompensasi bagi
seorang pegawai;
4. mengoordinasikan beberapa elemen tugas atau program yang
dijalankan;
5. meningkatkan keterkaitan terhadap tujuan organisasi agar tercapai.
Hasil pengawasan harus dijadikan masukan oleh pimpinan dalam
pengambilan keputusan, untuk:
1. menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidak-tertiban.
2. Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidak-tertiban tersebut.
3. Mencari cara-cara yang lebih atau membina yang telah baik untuk
mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi.
(LAN RI, 1997:159)
2.1.6 Tipe-tipe Pengawasan
Dalam Handoko (2003:361) terdapat tiga tipe pengawasan, yaitu 1)
pengawasan pendahuluan, 2) pengawasan “concurrent”, dan 3) pengawasan
umpan balik.
Gambar 2.1
Sumber: (Handoko, 2003:361)
Pengawasan Pendahuluan (Feedforward Control). Pengawasan
pendahuluan, atau sering disebut steering controls, dirancang untuk
mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari
standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap
Feedforward Control Concurrent Control Feedback Control Kegiatan Belum
Dilaksanakan
Kegiatan Sedang Dilaksanakan
kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi, pendekatan pengawasan ini lebih aktif dan
agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang
diperlukan sebelum suatu masalah terjadi. Pengawasan ini akan efektif hanya
bila manajer mampu mendapatkan informasi akurat dan tepat pada waktunya
tentang perubahan-perubahan dalam lingkungan atau tentang perkembangan
terhadap tujuan yang diinginkan.
Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan
(concurrent control), atau pengawasan ini sering disebut pengawasan “
Ya-Tidak”, screening control atau “berhenti-terus”, dilakukan selama suatu
kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek
tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus
dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa lanjutkan, atau menjadi
semacam peralatan “double-check” yang lebih menjamin ketepatan
pelaksanaan suatu kegiatan.
Pengawasan umpan balik (Feedback Control). Pengawasan umpan
balik, juga dikenal sebagai past-action controls, mengukur hasil-hasil dari
suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari
rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk
kegiatan-kegiatan serupa di masa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat
historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.
Menurut Lembaga Administrasi Negara dalam buku “Sistem
Administrasi Negara Republik Indonesia”, pengawasan dapat dibedakan
1) Subyek yang melakukan pengawasan
Berdasarkan subyek yang melakukan pengawasan, terdapat 4 macam
pengawasan, antara lain:
a) Pengawasan Melekat (Waskat), yaitu pengawasan yang dilakukan
oleh setiap pimpinan terhadap bawahan dan satuan kerja yang
dipimpinnya.
b) Pengawasan Fungsional (Wasnal), yaitu pengawasan yang
dilakukan oleh aparat yang tugas pokoknya melakukan pengawasan.
c) Pengawasan Legislatif (Wasleg), yaitu pengawasan yang dilakukan
oleh Lembaga Perwakilan Rakyat baik di Pusat (DPR) maupun di
daerah (DPRD). Pengawasan ini merupakan pengawasan politik
(Waspol).
d) Pengawasan Masyarakat (Wasmas), yaitu pengawasan yang
dilakukan oleh masyarakat, seperti yang termuat dalam media
massa.
2) Cara pelaksanaan pengawasan
Berdasarkan faktor ini, dapat dibedakan antara pengawasan langsung
dan pengawasan tidak langsung.
a) Pengawasan langsung ialah pengawasan yang dilaksanakan di
tempat kegiatan berlangsung, yaitu dengan mengadakan inspeksi
dan pemeriksaan.
b) Pengawasan tidak langsung, yaitu pengawasan yang dilaksanakan
pejabat/satuan kerja yang bersangkutan, aparat pengawasan
fungsional, pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat.
3) Waktu pelaksanaan pengawasan
a) Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dimulai.
Pengawasan ini antara lain dilakukan dengan mengadakan
pemeriksaan dan persetujuan rencana kerja dan rencana
anggarannya, Petunjuk Operasional (PO), persetujuan atas
rancangan peraturan perundangan yang akan ditetapkan oleh
pejabat/instansi yang lebih rencah.
b) Pengawasan yang dilakukan selama pekerjaan sedang berlangsung.
Pengawasan ini dilakukan dengan tujuan membandingkan antara
hasil yang nyata-nyata dicapai dengan yang seharusnya telah dan
yang harus dicapai dalam waktu selanjutnya.
c) Pengawasan yang dilakukan sesudah pekerjaan selesai
dilaksanakan. Pengawasan ini dilakukan dengan cara
membandingkan antara rencana dan hasil.
2.1.7 Proses Pengawasan
Dalam Handoko (2003:362) proses pengawasan biasanya terdiri paling
sedikit lima tahap (langkah), yaitu: 1) penetapan standar pelaksanaan, 2)
penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, 3) pengukuran pelaksanaan
kegiatan nyata, 4) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan
penganalisaan penyimpangan - penyimpangan, dan 5) pengambilan tindakan
Gambar 2.2 Proses Pengawasan
Sumber: (Handoko, 2003:362)
Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar
pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang
dapat digunakan sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil tujuan, sasaran,
kuota, dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Bentuk standar
yang lebih khusus antara lain target penjualan, anggaran, bagian pasar (
market-share), marjin keuntungan, keselamatan kerja dan sasaran produksi.
Tiga bentuk standar yang umum (Handoko, 2003:364) adalah:
1. Standar-standar phisik, mungkin meliputi kuantitas barang atau jasa,
jumlah langganan atau kualitas produk.
Tindakan Koreksi Penetapan Standart
Pelaksanaan
Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Pengukuran pelaksanaan kegiatan
Perbandingan dengan standar
evaluasi
Pengambilan tindakan koreksi
2. Standar-standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup
biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan,
dan sejenisnya.
3. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas suatu
waktu
Tahap kedua dalam pengawasan yaitu penentuan pengukuran
pelaksanaan kegiatan. Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai
berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata.
Oleh karena itu, tahap kedua dalam pengawasan adalah menentukan
pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat. Beberapa pertanyaan yang
penting berikut ini dapat digunakan: berapa kali (how often) pelaksanaan
seharusnya diukur – setiap jam, harian, mingguan, bulanan? Dalam bentuk
apa? (what form) pengukuran akan dilakukan – laporan tertulis, inspeksi visual,
melalui telepon? Siapa (who) yang akan terlibat? Manajer? Staf departemen?
Pengukuran ini sebaiknya mudah dilaksanakan dan tidak mahal, serta dapat
diterangkan kepada para karyawan.
Tahap ketiga dalam pengawasan adalah pengukuran pelaksanaan
kegiatan. Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan,
pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan
terus-menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan,
yaitu:
1. pengamatan (observasi);
3. metoda-metoda otomatis dan
4. inspeksi, pengujian (test) atau dengan pengambilan sampel.
Tahap keempat dalam pengawasan yaitu pembandingan pelaksanaan
dengan standar dan analisa penyimpangan. Tahap kritis dari proses
pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan
yang direncanakan atau standard yang telah ditetapkan. Walaupun tahap ini
paling mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada saat
menginterpretasikan penyimpangan (deviasi). Penyimpangan-penyimpangan
harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai.
Tahap kelima dalam pengawasan yaitu pengambilan tindakan koreksi
bila diperlukan. Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi,
tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai
bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya
dilakukan bersamaan.
2.1.8 Prinsip-prinsip Pengawasan
Prinsip-prinsip pengawasan dalam buku “Sistem Administrasi Negara
Republik Indonesia” adalah sebagai berikut:
1. Obyektif dan Menghasilkan Fakta
Pengawasan harus bersifat obyektif dan harus menemukan fakta-fakta
tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
Untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan
dan penyimpangan, pengawasan harus berpangkal tolak dari keputusan
pimpinan, yang tercantum dalam:
a) Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
b) Rencana kerja yang telah ditentukan
c) Pedoman kerja yang telah digariskan
d) Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
3. Preventif
Pengawasan harus bersifat mencegah sedini mungkin terjadinya
kesalahan-kesalahan, berkembang dan terulangnya
kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu pengawasan harus sudah dilakukan dengan
menilai rencana-rencana yang akan dilakukan.
4. Pengawasan bukan Tujuan
Pengawasan hendaknya bukan dijadikan tujuan, tetapi sarana untuk
menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan
organisasi.
5. Efisiensi
Pengawasan harus dilakukan secara efisiensi, bukan justru menghambat
efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
6. Menemukan Apa yang Salah
Pengawasan terutama harus ditujukan mencari apa yang salah,
penyebab kesalahan, bagaimana sifat kesalahannya.