• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN PERUSAHAAN DAERAH (PD) PASAR KOTA TANGERANG PADA PASAR TRADISIONAL BANDENG PASCA REVITALISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGAWASAN PERUSAHAAN DAERAH (PD) PASAR KOTA TANGERANG PADA PASAR TRADISIONAL BANDENG PASCA REVITALISASI"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN PERUSAHAAN DAERAH (PD)

PASAR KOTA TANGERANG PADA PASAR

TRADISIONAL BANDENG PASCA REVITALISASI

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh Naomi Laura

6661111108

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Naomi Laura. 6661111108. Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Kondisi Pasar Tradisional semakin hari semakin buruk, sedangkan sekarang semakin banyak Pasar Modern yang berkembang di Kota Tangerang. Pemerintah Kota Tangerang melakukan revitalisasi Pasar Tradisional untuk meningkatkan kualitas Pasar Tradisional sehingga tidak kehilangan konsumen. Melalui PD Pasar Kota Tangerang, Pemerintah Kota Tangerang membuat program untuk merevitalisasi Pasar Tradisional yang kondisinya sudah buruk, salah satunya adalah Pasar Bandeng. Setelah dilakukannya revitalisasi, pengawasan terus dilakukan dari semua pihak demi mempertahankan kondisi pasar yang jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengawasan di Pasar Bandeng pasca revitalisasi. Peneliti menggunakan metode kualitatif. Pemilihan informan menggunakan teknik puposive sampling. Peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins dan Marry Coulter yang terdiri dari 4 dimensi pengawasan, yaitu menetapkan standar, pengukuran, membandingkan, dan melakukan tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengawasan masih kurang optimal karena intensitas pengawasan yang rendah dan pembenahan yang belum berhasil. Untuk itu peneliti memberikan saran yaitu, perlu dibuatnya peraturan khusus pengawasanan, diadakannya jadwal pengawasan agar pengawasan dilakukan secara rutin, ditegakkannya peraturan yang ada dengan cara memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggar peraturan, dilakukan pembenahan atas fasilitas yang rusak.

(6)

ABSTRACT

Naomi Laura. 6661111108. Controlling of Market Regional Company Tangerang City on Bandeng Traditional Market After Revitalized. School of Public Administration. The Faculty of Social Science and Political Sciene. Sultan Ageng Tirtayasa University.

Traditional market conditions are getting worse, while Modern Market growing in Tangerang City. The Government of Tangerang City revitalizing Traditional Market to increase the quality of Traditional Market so that not lose consumers. The Government of Tangerang make a program revitalizing for Traditional Market in bad condition, one of which is Bandeng Market trough Market Regional Company Tangerang City. After the revitalization, controlling are contiued by all parties to mantain market condition much better than before. The purpose of this research was to determine how the control in Bandeng Market after revitalized. This research used qualitative methods. Election research informants used purposive sampling technique. This research used the teory put forward by Stephen P. Robbins and Marry Coulter consist of four dimensions of controlling, there are Standards, Measurement, Compare, and Action. The result showed that controlling is still not optimal because low intensity of control and revamping unsuccsessful. The suggestions to this research are the need special regulation for controlling, made a regular schedule for controlling, enforce all regulations by give strict sanctions. Revamping over the demage facilities.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmatNya yang selalu setia menyertai penulis dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Kota Tangerang Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”. Skripsi

ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (satu)

pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun sebagai perbaikan dan guna untuk menambah wawasan di

masa yang akan datang. Dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis juga

memperoleh bantuan bimbingan dan juga saran baik berupa moril maupun

materiil. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

atas bantuan dan bimbingannya kepada yang terhormat:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Yth. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Yth. Ibu Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa serta selaku Dosen

Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan membagi ilmunya

(8)

4. Yth. Bapak Iman Mukhroman, M.Ikom sebagai Wakil Dekan II

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

5. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan

III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

6. Yth. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa serta selaku

Dosen Pembimbing Akademik penulis, yang memberikan bimbingan,

semangat, dan motivasi selama menjalani perkuliahan.

7. Yth. Bapak Riswanda, Ph.D selaku Sekretaris Jurusan Program Studi

Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Yth. Ibu Dr. Ayuning Budiati, S.IP., MPPM selaku Dosen Pembimbing

I yang telah bersedia meluangkan waktunya dan membagi banyak

ilmunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan ilmu

selama menjalani perkuliahan.

10.Yth. Bapak Teguh Waluyo, SE selaku Kepala Sub. Divisi

Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi Pasar dari Kantor

Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yang telah membantu penulis

dalam memberikan informasi untuk penyediaan data dalam

(9)

11.Yth. Bapak Sugeng Aryanto, SH selaku Kepala Pasar Malabar dan

Bapak Sanusi Endang Priyatna selaku Kepala Pasar Bandeng yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan penjelasan mengenai

informasi dan data tentang Pasar Bandeng.

12.Yth. Bapak Hizbulloh selaku Staff Pasar Bandeng yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan informasi tentang Pasar

Bandeng.

13.Orang tua serta Keluarga yang telah memberikan dukungan, doa, dan

motivasi kepada penulis dalam menjalani skripsi ini.

14.Semua teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi

Negara angakatan 2011 yang telah memberikan banyak pengalaman,

dukungan, serta doa, terkhusus untuk Firstyana Gusti Ayu, Nita Retna

Sari, Dhani Chairani, Indri Selianawati, Diana Pusvitasari, Desy

Hartining, Gesti Resti Fitri, Deddy Rusadi, Helen Kartikasari.

Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.

Serang, 01 November 2016 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 17

1.3 Batasan Masalah ... 17

1.4 Rumusan Masalah ... 17

1.5 Manfaat Penelitian ... 18

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 18

1.5.2 Manfaat Praktis ... 18

(11)

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori ... 22

2.1.1 Pengertian Pasar ... 22

2.1.2 Pengertian Perusahaan Daerah ... 24

2.1.3 Pengertian Pengawasan ... 26

2.1.4 Manfaat Pengawasan ... 28

2.1.5 Tujuan Pengawasan ... 29

2.1.6 Tipe-Tipe Pengawasan ... 30

2.1.7 Proses Pengawasan ... 33

2.1.8 Prinsip-Prinsip Pengawasan ... 36

2.1.9 Dimensi Pengawasan ... 38

2.1.10 Syarat-Syarat Pengawasan Yang Efektif ... 39

2.2 Penelitian Terdahulu ... 43

2.3 Kerangka Berpikir ... 46

2.4 Asumsi Dasar ... 49

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 50

3.2 Ruang Lingkup Penelitian... 51

3.3 Lokasi Penelitian ... 52

3.4 Variabel Penelitian ... 52

3.4.1 Definisi Konsep ... 52

3.4.2 Definisi Operasional ... 53

3.5 Instrumen Penelitian ... 54

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.6.1 Cara Pengumpulan Data ... 56

3.6.2 Jenis dan Sumber Data ... 61

(12)

3.8 Teknik Analisis Data ... 64

3.9 Teknik Pengujian dan Keabsahan Data ... 66

3.10 Jadwal Penelitian ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 70

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang ... 70

4.1.2 Gambaran Umum PD Pasar Kota Tangerang ... 73

4.1.3 Tugas Unsur Organisasi ... 73

4.1.4 Susunan Organisasi PD Pasar Kota Tangerang ... 82

4.1.5 Visi dan Misi PD Pasar Kota Tangerang ... 85

4.1.6 Gambaran Umum Pasar Bandeng ... 86

4.1.7 Struktur Organisasi Pasar Kota Tangerang ... 89

4.2 Deskripsi Data ... 90

4.2.1 Data Informan Penelitian ... 91

4.2.2 Daftar Nama Informan ... 93

4.3 Analisis Hasil Penelitian ... 95

4.3.1 Menetapkan Standar (Standards) ... 96

4.3.2 Pengukuran (Measurement) ... 107

4.3.3 Membandingkan (Compare) ... 122

4.3.4 Melakukan Tindakan (Action) ... 136

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 148

4.4.1 Menetapkan Standar (Standards) ... 149

4.4.2 Pengukuran (Measurement) ... 153

4.4.3 Membandingkan (Compare) ... 157

(13)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 164 5.2 Saran ... 166

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Keterangan Pasar Milik PD Pasar Kota Tangerang ... 6

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 58

Tabel 3.2 Daftar Informan ... 62

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 69

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Pasar Bandeng ... 88

Tabel 4.2 Kode Penelitian ... 91

Tabel 4.3 Kodefikasi Informan Penelitian ... 93

Tabel 4.4 Daftar Harga Renovasi Pasar Bandeng ... 127

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tipe-tipe Pengawasan ... 30

Gambar 2.2 Proses Pengawasan ... 34

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 48

Gambar 3.1 Teknik Analisis Data ... 66

Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang ... 71

(16)

DAFTAR BAGAN

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN II Member Check

(18)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar adalah sebagai suatu tempat dimana pembeli dan penjual bertemu

untuk membeli atau menjual barang dan jasa atau faktor-faktor produksi.

Syarat-syarat terbentuknya pasar antara lain, adanya penjual, adanya pembeli,

adanya barang atau jasa yang diperjualbelikan, terjadinya kesepakatan antara

penjual dan pembeli. Pasar menjadi tujuan utama masyarakat sebagai tempat

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai kebutuhan pokok tersedia di

pasar, baik berupa bahan pangan maupun sandang yang dijual secara grosir dan

ritel (Kotler & Keller, 2012:8).

Peranan pasar terbagi untuk produsen, konsumen, dan pemerintah.

Peran pasar bagi produsen yaitu sebagai tempat untuk mempromosikan barang,

menjual hasil produksi, memperoleh bahan produksi. Peran pasar bagi

konsumen yaitu untuk memudahkan konsumen mendapat barang kebutuhan

dan sebagai tempat bagi konsumen untuk menawarkan sumber daya yang

dimiliki. Peran pasar bagi pemerintah yaitu sebagai penunjang kelancaran

pembangunan dan sebagai sumber pendapatan daerah. Kegunaan pasar konkret

dalam kegiatan ekonomi masyarakat, antara lain merupakan tempat menjual

hasil produksi yang dihasilkan masyarakat, menjadi tempat pemenuhan

kebutuhan masyarakat secara langsung, menjadi tempat transaksi jual beli

(19)

menciptakan lapangan kerja, membantu meningkatkan pendapatan daerah

(Robert S. Pyndick, 2007:152).

Pasar mempunyai beberapa fungsi antara lain, fungsi disribusi, yaitu

untuk mendekatkan jarak antara konsumen dengan produsen dalam

melaksanakan transaksi. Fungsi pembentukan harga, yaitu kesepakatan harga

antara penjual dan pembeli. Fungsi promosi, yaitu sebagai sarana paling tepat

untuk ajang promosi. Dalam pengklasifikasiannya, pasar dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional

merupakan sektor perekonomian yang sangat penting bagi mayoritas

penduduk di Indonesia. Masyarakat miskin yang bergantung kehidupannya

pada pasar tradisional tidak sedikit. Menjadi pedagang di pasar tradisional

merupakan alternatif pekerjaan di tengah banyaknya pengangguran di

Indonesia. Pasar tradisional biasanya terhubung dengan toko-toko kecil di

dusun-dusun sebagai tempat kulakan. Pasar tradisional di pedesaan juga

terhubung dengan pasar tradisional di perkotaan yang biasa menjadi sentral

kulakan bagi pedagang pasar-pasar pedesaan di sekitarnya. Pasar tradisional

merupakan penggerak ekonomi masyarakat.

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli

secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar serta ditandai dengan

adanya transaksi. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los, dan

dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun pengelola pasar. Pasar

tradisional mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelebihannya antara lain,

lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang

(20)

keakraban antara penjual dan pembeli. Di dalam pasar tradisional,

tawar-menawar harga adalah wujud transaksi interaktif yang sering dilakukan. Harga

di pasar tradisional merupakan hasil kesepakatan antara pedagang dan pembeli.

Informasi mengenai harga dagangan merupakan sebuah komponen penting di

pasar tradisional. Sistem jual beli yang terjadi merupakan sebuah sistem

transaksi yang interaktif yang tidak dapat ditemui di pasar modern.

Fleksibilitas dalam pasar tradisional tidak hanya dalam masalah harga. Para

pedagang pun relatif fleksibel dalam melakukan kegiatannya, baik pada sisi

waktu, kegiatan, maupun tempat. Hal ini menjadi salah satu pendongkrak

perekonomian kalangan menengah ke bawah. Saat bangsa sedang di landa

kritis ekonomi, pasar tradisional terbukti menjadi salah satu katup penyelamat

ekonomi kerakyatan. Bila diatur dengan baik pasar tradisioanal sebenarnya bisa

memberikan kontribusi yang signifikan bagi PAD pemerintah daerah.

Kelemahannya antara lain, kumuh dan kotornya lokasi pasar,

banyaknya produk yang mayoritas diperjualbelikan oleh oknum yang tidak

bertanggungjawab menggunakan bahan kimia yang tidak seharusnya dipakai,

cara pengemasan yang kurang dilirik oleh konsumen. Selain itu, pedagang juga

harus berjuang menghadapi pungutan, baik resmi maupun ilegal. Gambaran

yang melekat pada pasar tradisional secara umum dilatar belakangi oleh

perilaku dari padagang pasar, pengunjung, atau pembeli dan pengelola pasar.

Gambaran negatif terhadap pasar tradisional mengakibatkan sebagian pada

pengunjung mencari alternatif tempat belanja lain yang mudah dijangkau

(21)

Pasar modern adalah pasar yang pelayanannya dilakukan secara

mandiri dan dilayani oleh pramuniaga. Kelebihan dari pasar modern ini adalah

memiliki sirkulasi pengunjung yang teratur, ventilasi dan sanitasi yang baik,

kapasitas parkir yang memadai dan keamanan yang terjamin. Pasar modern ini

juga menyediakan fasilitas penunjang aktivitas pasar seperti mushola, ATM

center, toilet, tempat cuci dan pemotongan. Sedangkan kelemahannya yaitu

pada praktik jual beli yang tidak melakukan kontrak langsung antara penjual

dan pembeli (https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar).

Dengan berjalannya waktu, peran pasar tradisional terlihat terus

menurun. Selain itu peran pasar tradisional skala kecil menengah di perkotan

terancam hadirnya pedagang keliling dan warung di perkampungan. Pada sisi

lain, kehadiran mereka adalah solusi yang jitu bagi kalangan menengah

kebawah untuk belanja harian tanpa harus ke pasar. Sehingga menghemat

biaya transportasi. Akibatnya akan terdapat beberapa pasar tradisional yang

tutup karena kehilangan fungsinya. Hilangnya pasar tradisional yang berpuluh

tahun menjadi penghubung perekonomian perdesaan dengan perkotaan,

dikhawatirkan akan mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan.

Di Indonesia, pangsa pasar dan kinerja pasar tradisional mengalami

penurunan, sementara pasar modern mengalami peningkatan karena banyaknya

investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia untuk mendirikan

pasar-pasar modern. Hal ini menyebabkan pasar tradisional kurang diminati.

Selain karena pasar modern, penurunan pangsa pasar tradisional juga

disebabkan oleh banyak faktor lainnya, antara lain kondisi pasar yang

(22)

letak, dan lemahnya daya saing para kegiatan tradisional. Karena munculnya

berbagai macam pasar modern yang memiliki fasilitas lebih menarik dan

nyaman dibandingkan dengan pasar tradisional, akhirnya tidak sedikit

masyarakat yang mulai berpaling dari pasar tradisional ke pasar modern.

(Leksono, 2007:55).

Pasar-pasar tradisional dan pasar modern rata-rata mempunyai

spesifikasi barang dagangan yang hampir sama sehingga berpeluang

mengakibatkan terjadi persaingan diantara dua pasar tersebut. Jika dibiarkan

persaingan bebas antara kedua pasar tersebut dapat menggeser keberadaan

pasar tradisional. Dari banyak sisi, pasar tradisional tidak lebih baik dari

pasar modern, apalagi karakter masyarakat saat ini lebih menyukai tempat

belanja yang nyaman dan efisien dan hal inilah yang ditawarkan oleh pasar

modern. Pasar tradisional tidak memiliki dua hal tersebut karena keterbatasan

modal. Dan hal inilah yang harus dijembatani pemerintah. Kebijakan

revitalisasi pasar adalah cara yang tepat untuk mengatasi ketimpangan ini.

Pada kota-kota besar trend yang mengakibatkan menurunnya

perkembangan pasar tradisional semakin menjadi perhatian. Salah satu kota

yang memiliki masalah tersebut adalah Kota Tangerang. Pembangunan

infrastruktur, sarana dan prasarana di kota berjuluk “kota 1000 industri” ini

terlihat sangat dinamis. Di sektor perdagangan pun terlihat gairah investasi dan

transaksi yang terus menggeliat. Namun, di tengah gemerlapnya semua itu,

Pemkot Tangerang tidak melupakan arti penting pasar tradisional sebagai roda

(23)

Pengelolaan pasar pada saat dikelola oleh Pemerintah Kota Tangerang

melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Pariwisata dan Dunia Usaha tidak

sesuai lagi karena adanya persaingan global dan seiring dengan perkembangan

Kota Tangerang maka Pemerintah Kota Tangerang pada tahun 2003

membentuk PD Pasar Kota Tangerang sesuai dengan Perda No. 3 Tahun 2003

Tentang Pembentukan PD Pasar dan mulai beroperasi pada tanggal 10 April

2004. Dengan adanya PD Pasar Kota Tangerang diharapkan dapat

meningkatkan kualitas Pasar Tradisional di Kota Tangerang. PD Pasar Kota

Tangerang dibentuk untuk mengelola pasar tradisional dengan mengacu pada

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Pasar. Jumlah, lokasi, kondisi, dan status pasar-pasar yang sudah sejak lama

ada dan diberikan kewenangannya kepada PD Pasar Kota Tangerang adalah

sbb:

Tabel 1.1

Keterangan Pasar Milik PD Pasar Kota Tangerang

NO NAMA PASAR

LUAS LAHAN

KONDISI

(24)

Melihat besarnya peran dan fungsi pasar-pasar tradisional tersebut,

Pemerintah Kota Tangerang pun memiliki sejumlah program untuk

meningkatkan mutu fisik dan pelayanan pasar-pasar tradisionalnya. Salah

satunya adalah program revitalisasi pasar yang sudah rutin dilakukan sejak

beberapa tahun lalu. Dilaporkan, Tahun 2012 lalu Pemerintah Kota Tangerang

menyiapkan dana sebesar Rp 17.500.000.000,- untuk merevitalisasi sejumlah

pasar tradisional yang tersebar di 13 kecamatan di Kota Tangerang

(http://pdpasarkotatangerang.blogspot.co.id/2013/10/revitalisasi-pasar-tradisional-di-kota.html).

Pengertian dari revitalisasi bisa berarti proses, cara dan atau perbuatan

untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan

apapun. Sehingga secara umum pengertian dari revitalisasi merupakan

usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.

Terdapat beberapa pasar tradisional di Kota Tangerang yang mendapat

perhatian dan telah di revitalisasi. Salah satu pasar tradisional yang telah

direvitalisasi adalah Pasar Bandeng yang beralamat di Jalan Beringin Raya,

Kecamatan Karawaci, Kelurahan Karawaci Baru, Kota Tangerang. Kondisi

Pasar Bandeng sebelum direvitalisasi terbilang sangat memperihatinkan, yakni

kondisi pasar yang kumuh seperti perkampungan, dijadikan tempat tinggal oleh

oknum-oknum preman, dan disinyalir menjadi sarang kriminal. Begitu pula

dengan kondisi bangunan yang sesuai dengan keterangan kondisi pada data PD

Pasar Kota Tangerang menyatakan rusak berat.

Revitalisasi Pasar Bandeng mulai dilakukan pada Bulan Maret 2012

(25)

biaya sebesar Rp 16.000.000.000,- dan terlaksana atas kerjasama dalam

perjanjian MoU (Memorandum of Understanding) antara Pemerintah Kota

Tangerang dengan PT Bangun Bina Persada. Terkait kerja sama pengelolaan,

pihak ke tiga akan diberikan hak pengelolaan pasar selama 5 tahun. Pendapatan

yang masuk ke dalam Perusahaan Daerah Pasar Bandeng antara lain dari bagi

hasil jual beli kios sebesar 70% : 30%, dan pengelolaan kebersihan, keamanan,

dan kotribusi sebesar 70% : 30%, serta diberikannya kotribusi sebesar Rp

20.000.000,-/bulan. Dengan dikelolanya Pasar Bandeng oleh pihak swasta,

diharapkan bisa memberikan kontibusi yang besar terhadap PAD Kota

Tangerang. Selain itu juga dapat menjadi percontohan untuk pasar-pasar

tradisional lain di Kota Tangerang. Revitalisasi ini bertujuan untuk

memberikan kesan nyaman dan aman kepada pembeli maupun penjual. Kini

Pasar Bandeng berdiri dengan bangunan pasar seluas 4.500 m2 dan total kios

sebanyak 401 kios. Revitalisasi ini telah merubah kondisi pasar menjadi

lebih bersih dan tertata rapi. Pasar ini juga dilengkapi dengan berbagai

fasilitas penunjang seperti mushola, kantor unit pasar, kantor koppas, bank, pos

keamanan dan parkir, kantor pemasaran, gardu listrik, PJU di lingkungan pasar,

area bongkar-muat barang, area parkir, TPS, fire hydrant, rambu lalulintas,

MCK, dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

Namun demikian, revitalisasi pasar tidak otomatis mendorong

peningkatan pembeli. Di balik pembangunan fisik yang telah dibaharui,

terdapat masalah yang timbul pada pasar tersebut. Bahkan dalam jangka

pendek, revitalisasi pasar membuat orang kehilangan pelanggan karena untuk

(26)

tingkat pengunjung dan pedagang di Pasar Bandeng semakin menurun

sehingga kebijakan kontribusi kepada Perusahaan Daerah Pasar Bandeng

diturunkan menjadi Rp 13.000.000,-/bulan dari yang seharusnya kontribusi

tersebut naik setiap tahunnya. Untuk itu dibutuhkan proses pemulihan untuk

menarik kembali pelanggan pasar yang lama (Wawancara dengan Kepala

Pasar, Februari 2015).

Dari ke-7 pasar tradisional milik Perusahaan Daerah Pasar Kota

Tangerang, diketahui bahwa kondisi Pasar Bandeng yang paling

memprihatinkan yaitu dengan kategori rusak berat sehingga pada tahun 2012

PD Pasar Kota Tangerang merevitalisasi Pasar Bandeng. Namun, setelah pasar

direvitalisasi kondisinya semakin sepi pengunjung dan pendapatannya pun

semakin menurun sehingga kondisi Pasar Bandeng yang sekarang adalah pasar

yang memiliki bangunan yang terbaik dan fasilitas yang terlengkap

dibandingkan Pasar Tradisional milik PD Pasar Kota Tangerang lainnya namun

menjadi pasar yang paling sepi pengunjung bahkan dibandingkan dengan

kondisi sebelum revitalisasi yang lebih ramai pengunjung, sehingga hal

tersebut yang menjadi alasan peneliti menulis penelitian yang memilih tempat

di Pasar Bandeng sebagai lokasi penelitian.

Berdasarkan pengamatan awal penulis, kenyataan yang dijumpai di

Pasar Bandeng Kota Tangerang dengan kompleksitas masalah yang terjadi

pada saat berlangsungnya kegiatan pelayanan pasar, terdapat penyimpangan

yang merupakan masalah pengawasan dan harus dilakukan perbaikan oleh PD

(27)

Pertama, kurangnya pengawasan kepada pelaku usaha pasar terutama

investor. Pada Pasar Bandeng, masih terdapat banyak kios yang kosong

terutama di lantai dua, hal ini dikarenakan harga sewa yang mahal yang

disebabkan oleh penjualan dari pihak ketiga. Walaupun kios yang berada di

pasar ini tersedia dengan keadaan yang baik tetapi ternyata banyak pedagang

yang mengaku bahwa harga kios yang disewakan atau dijual dengan harga

yang mahal karena banyak kios dan toko yang diinvestasikan oleh masyarakat,

bukan untuk membuka usaha dagang sehingga penyewa mendapat harga yang

lebih mahal daripada harga asli. Berdasarkan pernyataan administrasi keuangan

pihak pengelola pasar, perbedaan harga antara daftar harga asli dengan harga

yang diberikan oleh investor ada yang mencapai 50%. Seperti contohnya kios

yang berukuran 3x2 M mempunyai harga jual dari pihak pengelola sebesar Rp

118.000.000,- termasuk PPN 10% dan para investor menjual kembali pada

pedagang dengan kisaran harga Rp 225.000.000 – Rp 250.000.000.

Dari hasil observasi dan data yang diberikan oleh pihak PD Pasar

Bandeng, terdapat 7 jenis tempat pedagang untuk dibeli atau disewa oleh

pedagang yaitu los yang berbentuk meja keramik, counter yang berbentuk

tempat setengah lingkaran, 3 kios dengan ukuran yang berbeda-beda, kios

mamin (makanan dan minuman), dan kios KBT (kios bawah tangga). Semua

jenis tempat mempunyai ukuran yang berbeda-beda berdasarkan tanah dan huk.

Semua jenis tempat dagang tersebut tersusun dengan bangunan rapi yaitu kios

berada di sisi pinggir bangunan pasar, los berada di tengah pasar pada lantai 1,

counter berada di tengah pasar pada lantai 2, kios mamin berada di luar area

(28)

kebakaran yang disebabkan oleh dapur, dan kios KBT yang berada di setiap

bawah tangga pada area bangunan pasar. Dari semua itu, bangunan yang paling

banyak kosong adalah kios terutama pada lantai dua.

Hal yang disebabkan dari banyaknya kios yang kosong di Pasar

Bandeng berdampak pada sepinya pengunjung pasar dan menurunnya

pemasukan kepada PD Pasar Kota Tangerang. Mayoritas pengunjung adalah

hanya masyarakat di perumahan sekitar pasar. Berdasarkan wawancara yang

dilakukan dengan masyarakat sekitar, terdapat pernyataan bahwa masyarakat

banyak yang memilih pergi ke pasar lain yang lebih ramai dengan alasan pasar

lain mempunyai barang yang lebih lengkap dibandingkan Pasar Bandeng.

Bahkan terdapat beberapa pedagang pasar bandeng yang tidak rutin berjualan

maupun yang menutup usaha dagangannya dikarenakan kerugian yang didapat

oleh pedagang atas sepinya pengunjung pasar. Sepinya pengunjung juga

berdampak pada pemasukan pendapatan bagi pihak pengelola Pasar Bandeng

sehingga tidak dapat mencapai target kebijakan kontribusi yang seharusnya

diberikan kepada PD Pasar yaitu sebesar Rp 20.000.000,- menjadi diturunkan

pada tahun ke-2 setelah revitalisasi sebesar Rp 13.000.000,-. Hal ini berdampak

kerugian bagi PD Pasar Bandeng Kota Tangerang karena pada ketentuan awal,

besaran kontribusi untuk PD Pasar Bandeng seharusnya naik setiap tahunnya.

Dalam hal ini, PD Pasar pernah mengadakan sekali pertemuan bersama

para inverstor yaitu pada tahun pertama revitalisasi untuk melakukan himbauan

supaya para investor dapat mempertimbangkan harga jual atau sewa demi

keberlangsungan pasar tetapi hingga saat ini himbauan tersebut belum

(29)

bersama investor. PD Pasar juga belum memberikan peringatan dan sanksi

kepada para pedagang dan investor yang telah lama bahkan bertahun-tahun

menutup kiosnya sebagaimana sanksi yang tertulis di Peraturan Daerah Kota

Tangerang No 6 Tahun 2005 Pasal 10 yaitu sanksi ditutup dan disegelnya

tempat berjualan selama-lamanya 3 bulan berturut-turut, dikenakan denda

100% tiap keterlambatan 1 bulan membayar biaya jasa pengelolaan dan ijin

pemakai Tempat Berjualan dicabut apabila keterlambatan berlangsung selama

3 bulan berturut-turut, pemutusan aliran listrik dan air diputus.

Kedua, belum dilakukannya tindak lanjut dari hasil pengawasan

mengenai pelanggaran atas kewajiban dan larangan pedagang sesuai peraturan

yang ada. Melalui pengawasan yang dilakukan, terdapat beberapa pedagang di

Pasar Bandeng yang terbukti melakukan pelanggaran. Beberapa pelanggaran

tersebut antara lain, menempati los tempat berjualan dengan tidak sesuai aturan

yang ada, menambah dan memperluas tempat usahanya, tidak memelihara

kebersihan tempat dan barang dagangan serta menyediakan tempat sampah,

tidak memenuhi pembayaran pungutan pada waktunya. Masih terdapat

keterangan nama los yang tercantum di jalan dalam pasar yang tidak sesuai

dengan barang yang dijual di tempat tersebut. Pada saat pasar mempunyai

bangunan yang baru, pedagang di dalamnya berjualan dengan sesuai aturan,

tetapi kondisi seperti itu tidak berjalan lama karena para pedagang mengaku

merasa kehilangan konsumen. Hal ini terjadi karena pada awalnya masih

terdapat pedagang yang berjumlah sedikit sehingga pedagang memilih

berjualan di los yang berdekatan dengan los yang telah terisi agar tidak

(30)

memperbolehkan pedagang menyewa kios dengan menjual dagangan yang

berbeda dengan keterangan kios. Pada akhirnya pedagang baru yang ingin

mengisi sesuai dengan aturan los tidak mendapat tempat karena sudah terisi

oleh pedagang lain. Selain itu, pedagang los terutama pada los sayur tidak

hanya berjualan di meja keramik yang telah disediakan, melainkan menambah

peti atau meja tambahan untuk memperbanyak produk dagang walaupun telah

terdapat aturan ambang toleransi dengan batasan keramik berwarna yang tetap

saja dilanggar oleh pedagang tersebut. Kebersihan yang kurang diperhatikan

oleh pedagang yang diakibatkan oleh bercampurnya sampah antara sayur

dengan daging atau yang lainnya di pinggir jalan membuat kurang nyamannya

jalan bagi pengunjung.

Berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola Pasar Bandeng,

mereka menyatakan bahwa hal tersebut telah diketahui oleh pihaknya maupun

Kepala Pasar dan mereka menyadari hal tersebut memang menimbulkan

penyimpangan, tetapi pada akhirnya pihak pengelola membiarkan

ketidakteraturan tersebut demi meningkatkan pendapatan pedagang dan kondisi

pasar yang tidak memungkinkan untuk teratur. Namun sesuai dengan peraturan

yang ada, seharusnya PD Pasar mempunyai tugas untuk melakukan penyuluhan

kepada para pedagang, pelaku usaha, dan warga masyarakat pengguna pasar

mengenai kebersihan, keamanan, dan ketertiban. Selain itu, harus menegakkan

peraturan berupa sanksi ancaman pidana kurungan selama-lamanya 3 bulan

atau denda setinggi-tingginya Rp 5.000.000,00 sesuai dengan pelanggaran atas

kewajiban dan larangan pemakai tempat usaha. Hingga saat ini belum ada

(31)

Ketiga, kurangnya Sumber Daya Manusia di PD Pasar Bandeng. Pada

Pasar Bandeng, Kepala Pasar adalah satu-satunya orang yang bekerja untuk

menangani segala permasalahan yang ada di Pasar. Kepala Pasar juga berperan

sebagai pengawas atau kepanjangan tangan dari PD Pasar Kota Tangerang

yang diberikan wewenang untuk mengawas dan mengevaluasi serta memberika

laporan kepada PD Pasar Kota Tangerang mengenai masing-masing pasar.

Namun sesuai aturan yang ada seharusnya Pasar Kota Tangerang mempunya

struktur organisasi sebagai berikut:

Bagan 1.1

Struktur Organisasi Pasar Kota Tangerang

Pada Pasar lainnya di Kota Tangerang terdapat PD Pasar masing-masing yang

mempunyai staff sesuai dengan struktur tersebut. Dengan kurangnya SDM di

Pasar Bandeng, peran pengawasan untuk mengupayakan perbaikan perilaku

pedagang menjadi terbatas. Hal tersebut diakibatkan oleh karena Kepala Pasar

harus bekerja sendiri untuk menghandle seluruh tanggung jawab dalam KepalaPasar

Subag Administrasi & Keuangan

Urusan Kebersihan Urusan Ketentraman,

Ketertiban, Keamanan

Petugas Psapon Petugas Satuan

(32)

organisasi pasar, tidak adanya koordinasi dalam organisasi pasar itu sendiri,

dan kurangnya kemampuan/kompetensi Kepala Pasar.

Keempat, tidak adanya SOP (Standar Operating Procedur) sebagai

acuan atau buku panduan dalam melakukan pengawasan untuk Kepala Pasar.

Dalam melakukan perannya sebagai pengawas, Kepala Pasar Bandeng tidak

memiliki standar yang baku untuk melakukan pengawasan sistematis sesuai

dengan prosedur. Namun, pada wawancara yang dilakukan peneliti, Kepala

Pasar Bandeng menyatakan bahwa ia mengetahui bagaimana alur pengawasan

pasar itu sendiri, yakni perannya mengawasi keadaan pasar dari mulai fisik

hingga pelaku usaha, selanjutnya menilai apa yang menjadi permasalahan atau

menemukan pelanggaran, kemudian membuat laporan kepada PD Pasar Kota

Tangerang untuk ditindaklanjuti langsung oleh PD Pasar Kota Tangerang

maupun dengan memberikan surat teguran untuk pihak pengelola/pihak swasta

agar melakukan tindakan perbaikan. Kepala Pasar Bandeng menyatakan bahwa

pihak pengelola tidak mempunyai inisiatif untuk melihat langsung

permasalahan yang ada atau pelanggaran yang ada di dalam pasar maupun

memberikan tindakan korektif untuk perbaikan. Bagaimanapun kemampuan

yang dimiliki oleh Kepala Pasar dalam melakukan pengawasan akan lebih baik

bila mempunyai SOP dimana kinerjanya dapat diukur dan dapat menciptakan

manajemen yang baik, serta dapat dilakukan penerapan sanksi yang tegas.

Kelima, lambatnya penangangan atas keluhan pedagang. Beberapa

pedagang mengaku bahwa seringkali keluhan yang mereka sampaikan tidak

mendapat respon yang cepat dari pihak pengelola maupun pd pasar. Pedagang

(33)

dengan pihak pengelola maupun pd pasar, padahal seringkali pedagang

mengharapkan hal tersebut dilakukan demi kemajuan pedagang maupun pasar.

Keluhan pedagang biasanya disampaikan kepada Kepala Pasar saat berada di

lapangan. Keluhan tersebut antara lain, 1) bagian-bagian fisik pasar yang telah

rusak seperti atap yang bocor, pagar yang roboh, dan pintu masuk yang kurang

yang membuat beberapa pedagang kehilangan konsumen, 2) harga kios yang

terbilang mahal karena investor, 3) sepinya pengunjung pasar terutama pada

lantai dua, 4) berkurangnya petugas kebersihan yang berdampak menurunnya

kebersihan lingkungan pasar. Kepala Pasar sendiri menyatakan bahwa setiap

keluhan dari pedagang selalu ia pertimbangkan dan dilaporkan kepada PD

Pasar Kota Tangerang, hanya saja untuk hal-hal yang berkaitan dengan fisik

pasar maupun pengelolaan pasar harus sepenuhnya tanggung jawab pihak

pengelola untuk menindaklanjuti dan seringkali hal tersebut dilakukan dengan

waktu yang lama sekalipun telah mendapat surat teguran dari pihak PD Pasar

Kota Tangerang.

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasikan

permasalahan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilaksanakan

yaitu sebagai berikut:

(34)

2. Belum dilakukannya tindak lanjut dari hasil pengawasan mengenai

pelanggaran atas kewajiban dan larangan pedagang sesuai peraturan

yang ada.

3. Kurangnya Sumber Daya Manusia di PD Pasar Bandeng.

4. Tidak adanya SOP (Standar Operating Procedur) sebagai acuan atau

buku panduan dalam melakukan pengawasan untuk Kepala Pasar.

5. Lambatnya penangangan atas keluhan pedagang pasar.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini dilakukan agar peneliti lebih

fokus terhadap permasalahan secara mendalam, dalam hal ini peneliti

membatasi pada ruang lingkup permasalahan yang difokuskan kepada “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang Pada Pasar

Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”.

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu

untuk mengetahui “Bagaimana Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar

Kota Tangerang”.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Untuk menambah khasanah dalam ilmu pengetahuan terkait

pengembangan ilmu administrasi negara, khususnya pada teori

(35)

bermanfaat sebagai bahan referensi dan pembelajaran bagi peneliti yang

lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Pengawasan

Pasar Tradisional.

1.5.2 Manfaat Praktis

Bagi Pemerintah Kota Tangerang, Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota

Tangerang dan PD Pasar Bandeng Kota Tangerang diharapkan hasil

penelitian ini dapat memberikan kontribusi melalui masukan yang

bersifat membangun untuk meningkatkan kualitas pengelolaan Pasar

Tradisional di Kota Tangerang guna meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini

yang bertujuan untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi

dari penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian

mengenai “Pengawasan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Tangerang

Pada Pasar Tradisional Bandeng Pasca Revitalisasi”, tersusun atas

sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari latar belakang yang menerangkan ruang

(36)

Selanjutnya identifikasi masalah, dalam hal ini identifikasi masalah mendeteksi

aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema/topik/judul

penelitian atau masalah. Kemudian terdapat juga kegunaan penelitian yang

akan diteliti, dan yang terakhir yaitu sistematika penelitian yang menjelaskan

dari bab per bab yang ada dalam penelitian. menjelaskan tentang latar belakang

yang menerangkan secara jelas mengenai ruang lingkup masalah yang akan

diteliti dalam penelitian penelitian tersebut, lalu identifikasi masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI TEORI

Bab ini akan membahas mengenai teori-teori relevan yang digunakan

untuk mengkaji permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.

Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian

yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, sehingga dapat diketahui

kesamaan atau perbedaan dari masing-masing penelitian yang dilakukan.

Selanjutnya, kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan

teori yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan

kesimpulan penelitian sementara.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang digunakan.

Ruang lingkup penelitian dan lokasi dilakukannya penelitian. Definisi variabel

penelitian yang menjelaskan mengenai variabel penelitian itu sendiri.

Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat

(37)

dengan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengolahan dan

uji keabsahan data yang menjelaskan tentang teknik dan rasionalisasinya. Serta

tentang jadwal yang memaparkan waktu penelitian ini dilakukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi

penelitian secara jelas. Kemudian terdapat deskripsi data dari hasil penelitian

yang diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang

relevan sebagaimana dengan penggunaan teori dalam penelitian ini.

Selanjutnya data yang sudah dianalisis, peneliti uji validitas dengan

menggunakan teknik triangulasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang

diharapkan. Kemudian melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap persoalan

dan pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai

keterbatasan pelaksanaan penelitian, terutama untuk penelitian eksperimen dan

ketebatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut

dalam bidang yang menjadi obyek penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan secara jelas mengenai jawaban dari tujuan

penelitian. Kesimpulan dibuat dari hasil penelitian yang dilakukan secara

singkat, jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, peneliti

memberikan saran yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap

bidang yang diteliti secara praktis agar dapat direalisasikan dalam kehidupan

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang digunakan dalam

penyusunan skripsi, daftar pustaka hendaknya menggunakan literatur yang

mutakhir.

LAMPIRAN

Memuat tentang hal-hal yang perlu dilampirkan untuk menunjang

penyususnan skripsi, seperti lampiran tabel-tabel, lampiran grafik, instrumen

(39)

22

DESKRPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,

DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Teori digunakan agar peneliti dapat menemukan cara yang mudah

untuk mengelola sumber daya sewaktu dalam menyelesaikan pekerjaan. Maka

dari itu peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang digunakan sebagai acuan

dalam mengkaji permasalahan serta yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Dalam hal ini, teori yang digunakan yaitu pengertian Pasar, pengertian

Perusahan Daerah (PD) Pasar, dan pengertian Pengawasan.

2.1.1 Pengertian Pasar

Pengertian Pasar sebagaimana Peraturan Presiden Republik Indonesia

(Perpres-RI) Nomor 112 Tahun 2007 adalah area tempat jual beli barang

dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat

perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan

maupun sebutan lainnya. Lebih lanjut Perpres-RI tersebut mendefinisikan pasar

tradisional adalah pasar yang dibangun, dan dikelola oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha

Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa

toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,

menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal

(40)

Pengertian Pasar menurut Perda Kota Tangerang No. 6 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Pasar adalah sebagai berikut:

“Pasar adalah suatu kawasan tertentu beserta bangunan di atasnya yang

dimiliki dan ditetapkan oleh Pemeritah Kota Tangerang sebagai tempat dilakukannya transaksi jual beli antara masyarakat umum dengan para pedagang atau pelaku usaha yang secara teratur dan langsung memperdagangkan barang atau menawarkan jasa, baik berupa Pasar

Tradisional, Pasar Induk maupun Pasar Modern.”

Sedangkan Pasar Tradisional adalah tempat yang disediakan oleh Pemerintah

Daerah untuk memperdagangkan barang dan/atau jasa dan dalam penentuan

harga terjadi tawar-menawar antara penjual dan pembeli.

Pasar bisa dibedakan berdasarkan tujuan pembeliannya menjadi dua

macam, yaitu pasar konsumen akhir dan pasar organisasional (pasar bisnis).

Pasar konsumen akhir terdiri atas setiap individu dan rumah tangga yang tujuan

pembeliannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk

dikonsumsi langsung. Perilaku pasar konsumen dipengaruhi oleh empat faktor

utama, yakni budaya (kultur, sub kultur, dan kelas sosial), sosial (kelompok

referensi, keluarga, serta peran dan status), pribadi (usia dan tahap siklus hidup,

pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri),

dan psikologis (motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan dan

pendirian). Sementara itu, pasar organisasional atau sering disebut pula pasar

antara (pasar produsen) terdiri atas organisasi, pemakai industri, pedagang,

pemerintah, dan lembaga non-profiit yang tujuan pembeliannya adalah untuk

diproses lebih lanjut hingga menjadi produk akhir; dijual kembali; disewakan

atau dipasok kepada pihak lain, baik untuk kepentingan meraih laba ataupun

(41)

Berdasarkan pengertian pasar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

pasar adalah tempat bertemunya pedagang dan pembeli yang berbentuk

bangunan dan dalam pelaksanaannya mempunya peraturan yang harus

dipatuhi.

2.1.2 Pengertian Perusahaan Daerah

Badan usaha milik daerah adalah badan usaha yang modalnya sebagian

atau seluruhnya milik pemerintah daerah dengan tujuan memberikan layanan

kepada masyarakat setempat. Contoh: Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM), Perusahaan Daerah Pasar (PD Pasar), PT Bank Jateng, PT Bank

DKI. Pendirian badan usaha milik daerah bertujuan untuk:

1. Melayani kebutuhan masyarakat di daerah tersebut

2. Memperoleh keuntungan yang akan digunakan untuk pembangunan di

daerahnya

Perusahaan Daerah adalah badan hukum yang kedudukannya sebagai

badan hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah. Perusahaan

daerah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat :

a) Memberi jasa

b) Menyelenggarakan kemanfaatan umum

c) Memupuk pendapatan.

Tujuan perusahaan daerah ialah untuk turut serta melaksanakan

pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi umumnya dalam

(42)

mengutamakan industrilisasi dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam

perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Undang–Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1962 Tentang

Perusahaan Daerah: Dalam pasal ini ditegaskan bahwa Perusahaan Daerah itu

adalah kesatuan produksi (regional), yaitu kesatuan produksi dalam arti luas,

yang meliputi perusahaan yang memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan

umum yang bersifat nasional untuk kebutuhan seluruh masyarakat dan tidak

termasuk dalam bidang usaha yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat.

Perusahaan Daerah dalam menuaikan tugasnya selalu meperhatikan daya guna

yang sebesar–besarnya dengan tidak melupakan tujuan perusahaan untuk ikut

serta dalam pembangunan daerah khusunya dan pembangunan ekonomi

nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuh

kebutuhan rakyat dengan mengutamakan indutrialisasi dan ketentraman serta

kesenganan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat yang adil dan makmur

materil dan spiritual. Sebagai contoh yang harusnya diusahakan oleh

Perusahaan Daerah yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan

daerah dapat disebutkan Perusahaan Air Minum, Perusahaan Tanah untuk

Pembangunan perumahan, Perusahaan Pasar, Perusahaan Pembangunan

Perumahan Rakyat.

2.1.3 Pengertian Pengawasan

Pengawasan adalah salah satu fungsi organik manajemen yang

(43)

tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana

dengan baik sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, instruksi, dan

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan berlaku. (LAN RI, 1997:159)

George R. Terry dan Leslie W. Rue dalam bukunya “Dasar–Dasar

Manajemen” (2009:163) menyatakan bahwa pengawasan adalah proses

mengevaluasikan pelaksanaan kerja dengan membandingkan pelaksanaan

aktual dengan apa yang diharapkan serta mengambil tindakan yang perlu.

Harold Koontz & Cyrill O’Donnell (Silalahi 1992:175), memberikan

definisi pengawasan adalah suatu pengukuran dan koreksi terhadap kegiatan

yang dilakukan oleh bawahan untuk menjamin agar apa yang terjadi ada

kesesuaian dengan rencana.

Herbert G. Hicks (Silalahi 1992:175), mengemukakan bahwa

pengawasan itu berkaitan dengan pembandingan antara kejadian-kejadian

dengan rencana dan mengadakan koreksi seperlunya apabila terjadi

penyimpangan dari rencana.

Pengawasan menurut Newman yang dikutip oleh Manullang adalah

Controlling is assurance that the performance conform to plan”. Yang artinya

pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai

dengan rencana.

Pengawasan adalah “keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan

kegiatan operasional guna menjamin bahwa berbagai kegiatan tersebut sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.” Dari definisi tersebut

(44)

sedang berlangsung. Berarti: (a) orientasi waktu pelaksanaan pengawasan

adalah sekarang; (b) sasaran pengawasan terbatas pada keterkaitannya dengan

rencana; (c) sifat pengawasan pada dasarnya adalah prefentif. (Siagian,

2007:258)

Handoko (1986:359) mengatakan pengawasan dapat didefinisikan

sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan

manajemen tercapai. Hal ini berkenaan dengan cara-cara membuat

kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya

hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan.

Siagian (2005:125) mengatakan pengawasan merupakan proses

pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa

semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya.

Definisi pengawasan yang dikemukakan oleh Robert J. Mockler berikut

ini telah memperjelas unsur-unsur esensial proses pengawasan:

“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan

standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan.”

Handayaningrat (1990:21) mengatakan bahwa pengawasan

dimaksudkan untuk mengetahui bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan sedapat

mungkin sesuai dengan rencana (“Seeing that the operating result conform as

(45)

John F. Mee dalam bukunya Management thought in a Dynamic

Economy menyatakan pengawasan adalah (controlling) adalah proses

pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin

agar semua pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya (Handayaningrat, 1990:26).

Pengertian pengawasan menurut peneliti yaitu pengawasan adalah

rangkaian kegiatan yang meliputi pengamatan hingga pengoreksian dari suatu

organisasi pada suatu proses pelaksanaan agar dapat berjalan sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan demi tercapainya tujuan.

2.1.4 Manfaat Pengawasan

Manfaat terpenting dari pengawasan adalah: (a) tersedianya bahan

informasi bagi manajemen tentang situasi nyata dalam mana organisasi berada,

(b) dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi rencana

dengan efisien dan efektif, (c) pemahaman tentang berbagai faktor yang

menimbulkan kesulitan dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional,

(d) langkah-langkah apa yang segera dapat diambil untuk menghargai kinerja

yang memuaskan dan (e) tindakan prefentif apa yang segera dapat dilakukan

agar deviasi dari standar tidak terus berlanjut. (Siagian, 2007:261)

2.1.5 Tujuan Pengawasan

Tujuan utama dari pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang

direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu, agar sistem pengawasan itu

benar-benar efektif artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu sistem

(46)

penyimpangan-penyimpangan dari rencana. Apa yang telah terjadi dapat disetir

ke tujuan tertentu. Oleh karna itulah, suatu sistem pengawasan yang efektif

harus dapat segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan sehingga

berdasarkan penyimpangan-penyimpangan itu dapat diambil tindakan untuk

pelaksanaan selanjutannya agar pelaksanaan keseluruhan benar-benar dapat

sesuai atau mendekati apa yang direncanakan sebelumnya. (Manullang,

2004:174)

Beberapa tujuan pengawasan administrasi kantor menurut Odgers

(2005) adalah:

1. meningkatkan kinerja organisasi secara kontinu, karena kondisi

persaingan usaha yang semakin tinggi menuntut organisasi untuk setiap

saat mengawasi kinerjanya;

2. meningkatkan efisiensi dan keuntungan bagi organisasi dengan

menghilangkan pekerjaan yang tidak perlu atau mengurangi

penyalahgunaan alat atau bahan;

3. menilai derajat pencapaian rencana kerja dengan hasil aktual yang

dicapai, dan dapat dipakai sebagai dasar pemberian kompensasi bagi

seorang pegawai;

4. mengoordinasikan beberapa elemen tugas atau program yang

dijalankan;

5. meningkatkan keterkaitan terhadap tujuan organisasi agar tercapai.

(47)

Hasil pengawasan harus dijadikan masukan oleh pimpinan dalam

pengambilan keputusan, untuk:

1. menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,

penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidak-tertiban.

2. Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan,

penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidak-tertiban tersebut.

3. Mencari cara-cara yang lebih atau membina yang telah baik untuk

mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi.

(LAN RI, 1997:159)

2.1.6 Tipe-tipe Pengawasan

Dalam Handoko (2003:361) terdapat tiga tipe pengawasan, yaitu 1)

pengawasan pendahuluan, 2) pengawasan “concurrent”, dan 3) pengawasan

umpan balik.

Gambar 2.1

Sumber: (Handoko, 2003:361)

Pengawasan Pendahuluan (Feedforward Control). Pengawasan

pendahuluan, atau sering disebut steering controls, dirancang untuk

mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari

standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap

Feedforward Control Concurrent Control Feedback Control Kegiatan Belum

Dilaksanakan

Kegiatan Sedang Dilaksanakan

(48)

kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi, pendekatan pengawasan ini lebih aktif dan

agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang

diperlukan sebelum suatu masalah terjadi. Pengawasan ini akan efektif hanya

bila manajer mampu mendapatkan informasi akurat dan tepat pada waktunya

tentang perubahan-perubahan dalam lingkungan atau tentang perkembangan

terhadap tujuan yang diinginkan.

Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan

(concurrent control), atau pengawasan ini sering disebut pengawasan “

Ya-Tidak”, screening control atau “berhenti-terus”, dilakukan selama suatu

kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek

tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus

dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa lanjutkan, atau menjadi

semacam peralatan “double-check” yang lebih menjamin ketepatan

pelaksanaan suatu kegiatan.

Pengawasan umpan balik (Feedback Control). Pengawasan umpan

balik, juga dikenal sebagai past-action controls, mengukur hasil-hasil dari

suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari

rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk

kegiatan-kegiatan serupa di masa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat

historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.

Menurut Lembaga Administrasi Negara dalam buku “Sistem

Administrasi Negara Republik Indonesia”, pengawasan dapat dibedakan

(49)

1) Subyek yang melakukan pengawasan

Berdasarkan subyek yang melakukan pengawasan, terdapat 4 macam

pengawasan, antara lain:

a) Pengawasan Melekat (Waskat), yaitu pengawasan yang dilakukan

oleh setiap pimpinan terhadap bawahan dan satuan kerja yang

dipimpinnya.

b) Pengawasan Fungsional (Wasnal), yaitu pengawasan yang

dilakukan oleh aparat yang tugas pokoknya melakukan pengawasan.

c) Pengawasan Legislatif (Wasleg), yaitu pengawasan yang dilakukan

oleh Lembaga Perwakilan Rakyat baik di Pusat (DPR) maupun di

daerah (DPRD). Pengawasan ini merupakan pengawasan politik

(Waspol).

d) Pengawasan Masyarakat (Wasmas), yaitu pengawasan yang

dilakukan oleh masyarakat, seperti yang termuat dalam media

massa.

2) Cara pelaksanaan pengawasan

Berdasarkan faktor ini, dapat dibedakan antara pengawasan langsung

dan pengawasan tidak langsung.

a) Pengawasan langsung ialah pengawasan yang dilaksanakan di

tempat kegiatan berlangsung, yaitu dengan mengadakan inspeksi

dan pemeriksaan.

b) Pengawasan tidak langsung, yaitu pengawasan yang dilaksanakan

(50)

pejabat/satuan kerja yang bersangkutan, aparat pengawasan

fungsional, pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat.

3) Waktu pelaksanaan pengawasan

a) Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dimulai.

Pengawasan ini antara lain dilakukan dengan mengadakan

pemeriksaan dan persetujuan rencana kerja dan rencana

anggarannya, Petunjuk Operasional (PO), persetujuan atas

rancangan peraturan perundangan yang akan ditetapkan oleh

pejabat/instansi yang lebih rencah.

b) Pengawasan yang dilakukan selama pekerjaan sedang berlangsung.

Pengawasan ini dilakukan dengan tujuan membandingkan antara

hasil yang nyata-nyata dicapai dengan yang seharusnya telah dan

yang harus dicapai dalam waktu selanjutnya.

c) Pengawasan yang dilakukan sesudah pekerjaan selesai

dilaksanakan. Pengawasan ini dilakukan dengan cara

membandingkan antara rencana dan hasil.

2.1.7 Proses Pengawasan

Dalam Handoko (2003:362) proses pengawasan biasanya terdiri paling

sedikit lima tahap (langkah), yaitu: 1) penetapan standar pelaksanaan, 2)

penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, 3) pengukuran pelaksanaan

kegiatan nyata, 4) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan

penganalisaan penyimpangan - penyimpangan, dan 5) pengambilan tindakan

(51)

Gambar 2.2 Proses Pengawasan

Sumber: (Handoko, 2003:362)

Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar

pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang

dapat digunakan sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil tujuan, sasaran,

kuota, dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Bentuk standar

yang lebih khusus antara lain target penjualan, anggaran, bagian pasar (

market-share), marjin keuntungan, keselamatan kerja dan sasaran produksi.

Tiga bentuk standar yang umum (Handoko, 2003:364) adalah:

1. Standar-standar phisik, mungkin meliputi kuantitas barang atau jasa,

jumlah langganan atau kualitas produk.

Tindakan Koreksi Penetapan Standart

Pelaksanaan

Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan

Pengukuran pelaksanaan kegiatan

Perbandingan dengan standar

evaluasi

Pengambilan tindakan koreksi

(52)

2. Standar-standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup

biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan,

dan sejenisnya.

3. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas suatu

waktu

Tahap kedua dalam pengawasan yaitu penentuan pengukuran

pelaksanaan kegiatan. Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai

berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata.

Oleh karena itu, tahap kedua dalam pengawasan adalah menentukan

pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat. Beberapa pertanyaan yang

penting berikut ini dapat digunakan: berapa kali (how often) pelaksanaan

seharusnya diukur – setiap jam, harian, mingguan, bulanan? Dalam bentuk

apa? (what form) pengukuran akan dilakukan – laporan tertulis, inspeksi visual,

melalui telepon? Siapa (who) yang akan terlibat? Manajer? Staf departemen?

Pengukuran ini sebaiknya mudah dilaksanakan dan tidak mahal, serta dapat

diterangkan kepada para karyawan.

Tahap ketiga dalam pengawasan adalah pengukuran pelaksanaan

kegiatan. Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan,

pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan

terus-menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan,

yaitu:

1. pengamatan (observasi);

(53)

3. metoda-metoda otomatis dan

4. inspeksi, pengujian (test) atau dengan pengambilan sampel.

Tahap keempat dalam pengawasan yaitu pembandingan pelaksanaan

dengan standar dan analisa penyimpangan. Tahap kritis dari proses

pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan

yang direncanakan atau standard yang telah ditetapkan. Walaupun tahap ini

paling mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada saat

menginterpretasikan penyimpangan (deviasi). Penyimpangan-penyimpangan

harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai.

Tahap kelima dalam pengawasan yaitu pengambilan tindakan koreksi

bila diperlukan. Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi,

tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai

bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya

dilakukan bersamaan.

2.1.8 Prinsip-prinsip Pengawasan

Prinsip-prinsip pengawasan dalam buku “Sistem Administrasi Negara

Republik Indonesia” adalah sebagai berikut:

1. Obyektif dan Menghasilkan Fakta

Pengawasan harus bersifat obyektif dan harus menemukan fakta-fakta

tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang

mempengaruhinya.

(54)

Untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan

dan penyimpangan, pengawasan harus berpangkal tolak dari keputusan

pimpinan, yang tercantum dalam:

a) Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

b) Rencana kerja yang telah ditentukan

c) Pedoman kerja yang telah digariskan

d) Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan

3. Preventif

Pengawasan harus bersifat mencegah sedini mungkin terjadinya

kesalahan-kesalahan, berkembang dan terulangnya

kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu pengawasan harus sudah dilakukan dengan

menilai rencana-rencana yang akan dilakukan.

4. Pengawasan bukan Tujuan

Pengawasan hendaknya bukan dijadikan tujuan, tetapi sarana untuk

menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan

organisasi.

5. Efisiensi

Pengawasan harus dilakukan secara efisiensi, bukan justru menghambat

efisiensi pelaksanaan pekerjaan.

6. Menemukan Apa yang Salah

Pengawasan terutama harus ditujukan mencari apa yang salah,

penyebab kesalahan, bagaimana sifat kesalahannya.

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1  Kegiatan Sedang
Gambar 2.2 Proses Pengawasan
Gambar 2.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

daerah d Tegangan Daerah l lasan, da (heat affe terpengar dari loga dan kem logam da yang sela termal pe induk ada suhu pen perubaha termal ad daerah la daerah te las sang Karena

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa fungsi hambatan atau sering disebut resistor adalah untuk mengatur besar kecilnya arus listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian

Program dan kegiatan Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yang mendukung upaya penyelamatan hasil untuk peningkatan mutu dan nilai tambah gabahlberas antara

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri otot

Form Input Absen Pada data absen terdapat form untuk menginput , menegdit dan memghapus data, setelah data absen diinputkan jika siswa tersebut alfa maka sistem

Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan usaha yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dan itu semua tidak terlepas dari usaha

Mahasiswa yang aktif dalam lembaga kemahasiswaan atau biasa yang disebut dengan fungsionaris lembaga kemahasiswaan adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang

Pada tahap ini data atlet yang sudah didapat saat tes diproses kedalam tahap fuzzifikasi untuk didapatkan nilai derajat keanggotaannya pada setiap kriterianya