• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membaca Intensif Pemahaman Teks Sastra

Dalam dokumen 35. BAHASA INDONESIA SMA Bahan Sertifikasi (Halaman 68-77)

MEMBACA PEMAHAMAN

E. Uraian Materi

1. Membaca Intensif Pemahaman Teks Sastra

B. Kompetensi Dasar

Memahami kiat membaca yang meliputi model, metode, dan teknik membaca; dan mampu menerapkan model, metode, dan teknik membaca sewaktu membaca intensif.

C. Indikator

1. Menjelaskan model membaca yang dapat diterapkan dalam membaca intensif.

2. Menjelaskan metode membaca yang dapat diterapkan dalam membaca intensif.

3. Menjelaskan teknik membaca yang dapat diterapkan dalam membaca intensif.

4. Menerapkan model membaca sewaktu membaca intensif. 5. Menerapkan metode membaca sewaktu membaca intensif. 6. Menerapkan teknik membaca sewaktu membaca intensif.

D. Deskripsi

Penyajian model, metode, dan teknik membaca serta penerapan model, metode, dan teknik membaca sewaktu membaca intensif.

E. Uraian Materi

1. Membaca Intensif Pemahaman Teks Sastra

Dalam standar isi pada kurikulum 2006, siswa kelas X dituntut untuk dapat mengidentifikasi karakteristik dan struktur unsur intrinsik

sastra Melayu klasik dan menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam sastra Melayu klasik. Siswa kelas XI dituntut untuk dapat menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat. Siswa kelas XI dituntut untuk dapat menganalisis unsur intrisik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Siswa kelas XII dituntut untuk dapat menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerpen. Untuk dapat terampil membaca intensif seperti tuntutan di atas, kiatnya adalah menggunakan model membaca bawah atas, metode kalimat, dan teknik close reading.

a. Model Membaca Bawah Atas

Model Membaca Bawah Atas (MMBA) atau battom-up merupakan model membaca yang bertitik tolak dari pandangan bahwa yang mempunyai peran penting (primer) dalam kegiatan atau proses membaca adalah struktur bacaan, sedangkan struktur pengetahuan yang dimiliki (di dalam otak) pembaca mempunyai peran sampingan (sekunder). Pembaca bergantung sekali pada bacaan. Dalam membaca, pembaca melakukan penyandian kembali paragraf-simbol tertulis sehingga mata pembaca selalu menatap bacaan. Hasil penyandian kembali dikirim ke otak melalui syaraf visual yang ada di mata untuk dipahami. Karena paragraf atau cara kerja berawal dan bergantung pada bacaan yang berada di bawah dan baru dikirimkan ke otak yang berada di atas, paragraf membaca seperti itu dinamakan model membaca bawah atas.

Apabila dibagankan model membaca bawah atas adalah berikut.

Bagan 4

Model Membaca Bawah Atas

Berdasarkan bagan 3, proses membaca diawali dari bawah, yaitu bacaan. Bacaan merangsang atau menstimulus mata, kemudian pembaca melakukan penyandian kembali 44paragraf-simbol tertulis. Setelah itu, hasil penyandian kembali dikirim ke otak untuk dipahami.

Membaca pada hakikatnya merupakan proses penerjemahan dan dekod. Penerjemahan tidak hanya diartikan sebagai penerjemahan paragraf grafis ke bentuk lisan (fisik), tetapi juga penerjemahan paragraf grafis ke bentuk pemahaman (psikis). Pemahaman tersebut mencakup dua hal, yaitu :

1. pemahaman makna leksikal, gramatikal, dan kalimat secara

eksplisit,

2. pemahaman maksud dan tujuan pengarang secara paragraf.

Dekoding merupakan proses pengubahan tanda-tanda grafis menjadi berita yang bermakna bagi pembaca. Berita-berita yang diterima pembaca mengandung informasi yang dibutuhkan atau dicarinya. Dekoding tidak hanya terjadi pada proses membaca, tetapi juga pada proses menyimak. Dekoding pada pembaca terjadi pada komunikasi tulis, sedangkan paragraf pada menyimak terjadi pada komunikasi lisan.

b. Metode Kalimat

Metode kalimat merupakan cara membaca dengan menelaah kalimat demi kalimat yang ada dalam bacaan. Pembaca mengayunkan pandangan matanya dari kalimat ke kalimat dan sekaligus memahami maknanya. Metode ini diterapkan dengan asumsi bahwa penulis menyampaikan ide-idenya atau gagasannya dalam bentuk kalimat. Kata dan frase dipandang sebagai paragraf kalimat pembentuk ide. Jika demikian, pembaca mengayunkan matanya lebih jauh lagi paragraf membaca frase. Pembaca hanya diperbolehkan mengadakan hentian sementara pada setiap akhir kalimat. Sewaktu mengayunkan pandangan mata pembaca dituntut memahami bacaan kalimat yang dibaca.

Dengan menerapkan metode ini pembaca akan dapat membaca lebih efisien dan efektif. Pembaca akan lebih dapat menghemat waktu baca sebab paragraf tidak lagi berhenti pada satuan-satuan frase atau kata, tetapi pada setiap akhir kalimat. Di samping itu, mata lebih dapat leluasa bergerak secara cepat. Keefektifan metode ini adalah pembaca akan lebih mudah memahami bacaan karena pembaca dapat menangkap ide demi ide yang dituangkan dalam bentuk kalimat. Dengan demikian, pembaca akan dapat menangkap makna kalimat dengan mudah dalam waktu yang paragraf singkat.

Untuk mencapai hal tersebut tidak mudah karena metode kalimat merupakan membaca yang kompleks, yaitu menerapkan beberapa kemahiran yang sudah didapat dalam latihan sebelumnya. Untuk itu, pembaca perlu latihan yang serius dan terencana. Latihan membaca dengan metode ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu mekanik dan konseptual.

(1) Metode Kalimat secara Mekanik

Secara mekanik, pembaca melakukan lompatan pandangan mata dari kalimat ke kalimat berikutnya. Hentian sementara dilakukan lebih jauh dibandingkan pada membaca frase. Mata lebih didorong untuk melakukan lompatan yang jauh dan mata didorong untuk mempunyai pandangan yang lebar.

Keuntungan membaca kalimat secara mekanik ada tiga. Pertama, sekali pandang mata sudah dapat memandang satu kalimat. Pembaca dikondisikan dapat membaca kalimat demi kalimat. Kedua, dilihat dari cara kerja mata, mata tidak mudah lelah karena mata tidak sering melakukan lompatan-lompatan. Apabila diperhatikan dalam satu paragraf mata hanya bergerak atau melompat beberapa kali saja (4 sampai 5 kali). Dibandingkan dengan membaca frase, pembaca melakukan hentian bisa mencapai kurang lebih 12 sampai dengan 20 kali pada setiap pparagrafafnya. Ketiga, pembaca lebih cepat selesai dalam membaca dibandingkan membaca frase. Membaca kalimat lebih cepat 3 atau 4 kali membaca frase.

Untuk mencapai kemahiran itu, pembaca perlu berlatih secara kontinyu, teratur, dan tekun. Tanpa latihan seperti itu, sulit rasanya kemahiran dapat dicapai karena membacanya semakin rumit. Latihan membaca kalimat secara mekanik dapat dilakukan dengan bacaan berikut ini.

Bacaan 4

Pentingnya Komunikasi

Sebagian besar mahasiswa mengalami kesulitan. Kesulitan komunikasi selagi mereka mulai ke luar dari keluarga, memasuki dunia sekolah, dan dunia kerja. Serta merta, dalam wawancara pekerjaan Anda harus tampil sebagai orang pribadi sekaligus sebagai komoditi. Anda adalah pribadi khusus, tetapi

Anda sedang mencoba menjual keterampilan. Keterampilan Anda kepada seseorang yang membutuhkannya.

Dalam tatap muka dengan manajer personalia, Anda sebagai calon karyawan menjadi sungguh-sungguh sadar akan pentingnya keterampilan komunikasi dasar dalam memperoleh dan mempertahankan pekerjaan. Betapa pun wawancara pekerjaan itu bisa dijadikan contoh pentingnya komunikasi dalam bisnis, paragraf, pemerintahan, pendidikan, dan profesi. Namun, setiap situasi kerja menuntut berbagai kemampuan berbicara yang luwes.

Tahap-tahap berikut ini dapat digunakan sebagai paragraf dalam latihan membaca bacaan di atas.

1. Tataplah bacaan di atas dengan pandangan yang lebar, yaitu

sekali pandang semua bacaan terlihat.

2. Mulailah pandangan mata terfokus pada kalimat pertama.

3. Ayunkan pandangan mata beralih ke kalimat berikutnya secara

perlahan-lahan.

4. Mata tidak boleh berhenti sebelum kalimat selesai atau Anda

boleh berhenti pada tanda titik atau 47arag, atau perintah (. , ? , !) sebagai tanda batas antarkalimat.

5. Ulangilah latihan sampai empat atau lima kali sambil meningkatkan kecepatan gerak mata.

6. Berlatih pada hari-hari berikutnya sampai Anda mempunyai kemahiran membaca kalimat demi kalimat secara mekanik.

(2) Metode Kalimat secara Konseptual

Secara konseptual, membaca melakukan usaha untuk memahami atau menafsirkan makna yang terkandung dalam masing-masing kalimat dan merangkaikannya menjadi makna yang utuh. Cara memahami metode frase digunakan sebagai dasar dalam

melakukan latihan ini. Pembaca dapat melakukan latihan membaca secara konseptual dengan bacaan berikut ini.

Bacaan 5 Bahan Ajar Membaca

Sebagai seorang guru, guru bidang studi apapun, tuntutan memilihkan bahan yang layak untuk siswanya merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Terlebih-lebih untuk guru bahasa Indonesia, karena pengajaran membaca secara formal dibebankan kepada guru bidang studi bahasa Indonesia. Meskipun buku paket atau buku teks sebagai buku pegangan dasar dalam melaksanakan kegiatan belajar dewasa ini sangat banyak jumlahnya, namun tidak berarti guru harus terpaku dengan satu macan bahan ajar yang ada.

Untuk pengajaran membaca, persoalan penyediaan bahan ajar membaca tidaklah terkait oleh ketentuan buku paket atau buku teks tertentu. Dalam kenyatan yang sesungguhnya dalam kehidupan di masyarakat, keragaman bahan bacaan untuk konsumsi baca ini terasa sangat kental. Bahan bacaan tersebut dapat berupa buku teks, buku ilmiah, surat kabar, majalah, paragraf-pamplet, dan lain-lain. Kesemua bahan bacaan tersebut berpeluang untuk dijadikan bahan ajar membaca atau mungkin untuk tugas membaca. Masalahnya, apakah semua bahan bacaan yang tersedia serta mudah didapat tersebut layak untuk dikonsumsi baca siswa kita? Bagaimana kita dapat menentukan paragraf kelayakan dimaksud? Seberapa jauh peran guru dalam memilihkan bahan bacaan yang layak baca untuk para siswanya?

Alternatif latihan metode kalimat secara konseptual pada bacaan tersebut adalah sebagai berikut.

2. Pahamilah kalimat demi kalimat secara perlahan-lahan. Pembaca tidak diperbolehkan memahami frase demi frase.

3. Ulangilah latihan ini 2 atau 3 kali sambil meningkatkan daya

pemahaman terhadap bacaan.

4. Berlatihlah pada hari-hari berikutnya sampai mahir.

c. Teknik Close Reading

Close reading (membaca teliti atau membaca cermat) adalah teknik membaca yang digunakan untuk memperoleh pemahaman (sepenuhnya) atas suatu bahan bacaan (Tarigan 1994:33). Dengan teknik ini, pembaca mengenal, menangkap, dan memahami informasi-informasi yang terdapat dalam bacaan secara tersurat (eksplisit). Pembaca hanya menangkap informasi-informasi yang terletak secara jelas dalam bacaan. Informasi secara eksplisit terdapat dalam baris-baris. Pembaca tinggal menangkap makna-makna tersebut, tidak menangkap makna-makna yang lebih dalam lagi (paragraf) atau makna dibalik baris-baris. Nurhadi (2004:57) paragraf nama membaca literal.

Menurut Farr dan Roser (1979:359) yang dapat dilakukan oleh pembaca dengan menggunakan teknik ini ada dua, yaitu:

1. Pembaca memahami organisasi, hubungan ide-ide bawahan

dan ide-ide utama.

2. Pembaca merangkaikan informasi yang baru diperoleh ke dalam suatu kerangka yang telah ada.

Ciri-ciri pembaca yang menggunakan teknik close reading adalah sebagai berikut:

1. Pembaca menerapkan keterampilan pemahaman pada tingkat

yang rendah (dasar).

2. Pembaca hanya menerima (memahami) apa yang ada pada

tulisan.

4. Pembaca hanya mengingat-ingat informasi yang ada dalam bacaan, yaitu tentang siapa, apa, di mana, tentang hal yang ada pada bacaan.

5. Pembaca tidak berpikir kritis dalam menerima informasi yang

ada pada bacaan.

Agar dapat berhasil dalam menggunakan teknik ini, pembaca harus memperhatikan hal-hal berikut ini.

1. Pembaca harus sudah mempunyai keterampilan-keterampilan

yang diperlukan untuk membaca dengan teknik close reading. 2. Pembaca menerapkan keterampilan-keterampilan yang

dibutuhkan untuk membaca dengan teknik ini secara bertingkat sesuai tingkatan keterampilan yang dibutuhkan atau sesuai urutan keterampilan.

3. Pembaca mempunyai tujuan dalam membaca yang dirancang

sebelum melakukan kegiatan membaca.

Tujuan yang diinginkan oleh pembaca pada umumnya adalah mencari dan memperoleh informasi yang mencakup pemahaman terhadap isi dan makna bacaan. Tujuan yang lain selain tujuan umum adalah tujuan khusus.

Tujuan khusus meliputi:

1. menemukan rincian atas fakta-fakta yang terjadi dalam bacaan,

2. memperoleh ide-ide pokok yang ada pada bacaan,

3. memperoleh informasi (ide) lain atau tambahan yang ada dalam

bacaan,

4. menemukan urutan atau susunan organisasi cerita yang ada

dalam bacaan.

Teknik ini perlu dilatihkan terutama untuk pembaca yang sedang belajar karena teknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk membaca telaah atau membaca studi. Dengan teknik ini, hal-hal yang diperoleh bersifat paragraf. Pembaca membaca bacaan yang mengandung informasi-informasi yang diperlukan pelajar untuk

memperoleh dan atau mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperlukan.

Teknik close reading melatihkan kemahiran pembaca dalam hal:

1. memahami makna kata,

2. memahami makna frase,

3. memahami makna kalimat,

4. memahami makna paragraf,

5. memahami makna paragraf detail,

6. menangkap paragraf perbandingan,

7. menangkap paragraf urutan,

8. menangkap paragraf sebab akibat,

9. memahami (menjawab) apa, siapa, kapan, dan dimana,

10. menyatakan kembali paragraf perbandingan, 11. menyatakan kembali paragraf urutan,

12. menyatakan kembali paragraf sebab akibat.

Dalam dokumen 35. BAHASA INDONESIA SMA Bahan Sertifikasi (Halaman 68-77)