• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT NAGARI SASAK DALAM KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN KAWASAN

MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT PESISIR

Sosialisasi kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan

Sosialisasi kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Nagari Sasak mulai dari tingkat kecamatan hingga tingkat jorong dilakukan melalui musyawarah jorong hingga musyawarah di kenagarian. Musyawarah dilakukan di gedung Balai Musyawarah (BAMUS) atau balai lainnya di kejorongan yang biasa dijadikan sebagai tempat musyawarah. Berdasarkan PTO PNPM Mandiri, musyawarah sosialisasi harus dilakukan paling lama satu minggu sejak fasilitator ditempatkan di wilayah kerjanya. Di Nagari Sasak, musyawarah sosialisasi pertama kali diadakan di minggu kedua setelah fasilitator ditempatkan di nagari tersebut. Hal tersebut disebabkan jarak masing-masing jorong yang berjauhan dan kondisi jalan yang cenderung kurang baik.

Kegiatan sosialisasi PNPM Mandiri juga dibantu oleh kader dari masing- masing jorong. Untuk mendukung proses sosialisasi, tim sosialisasi juga menggunakan papan informasi baik yang ada di kecamatan, kenagarian, maupun di kejorongan dan papan informasi lainnya. Penggunaan media musyawarah, kader dan papan informasi selama ini hanya menjangkau masyarakat tertentu dan tidak menjangkau seluruh masyarakat. Informasi yang disediakan hanya dapat diakses oleh masyarakat yang turut serta dalam musyawarah ataupun masyarakat yang membaca papan informasi.

Tabel 20 Persentase pengguna media informasi menurut sebaran akses masyarakat terhadap informasi dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013

Media Persentase pengguna (%)

Jorong Berhasil Jorong Kurang Berhasil

Papan informasi 21.2 11.2

Gosip 46.3 53.8

Pertemuan rutin

kelompok/musyawarah 32.5 35.0

Total 100.0 100.0

Menurut pihak TPK Jorong Berhasil, selama ini peran kader di jorong memiliki andil yang cukup besar dalam penyebaran informasi di kalangan masyarakat melalui media gosip (langsung). Pada prinsipnya, sosialisasi dilakukan secara berkesinambungan, tidak hanya melalui forum resmi untuk PNPM Mandiri Perdesaan, tetapi juga dalam pertemuan-pertemuan lain secara formal maupun informal. Sosialisasi juga dilakukan di kalangan akademisi. Dilakukannya sosialisasi di kalangan tersebut bertujuan untuk memperoleh saran/masukan demi perbaikan pelaksanaan program, juga bantuan upaya peningkatan kapasitas masyarakat dan pelaku program di lapangan. Di Nagari Sasak, sosialisasi juga dilakukan di kalangan akademisi.

Fasilitasi dan Pelatihan

Setiap tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Nagari Sasak diputuskan melalui musyawarah. Hanya saja, peran fasilitator kurang terlalu dapat

42

diandalkan. Adanya keterbatasan dari segi kemampuan berkomunikasi dan inovasi membuat fasilitator terkesan kaku dalam menjalankan tugasnya.

Di Nagari Sasak, sejak tahun 2010 dilakukan pelatihan keterampilan mulai dari pelatihan tata boga, pelatihan otomotif hingga pelatihan menjahit. Program tersebut berlaku hingga tahun 2014. Program pelatihan ini difasilitasi oleh TPK setempat dengan mendatangkan tim pelatih dari luar daerah. Untuk pelatihan otomotif yang masih berlangsung di tahun 2013, peserta pelatihan dilatih di Kota Padang (Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat) selama kurang lebih tiga bulan. Persentase peserta yang mengikuti program pelatihan baik pelatihan pelaku maupun pelatihan keterampilan di Nagari Sasak disajikan dalam Tabel 21.

Tabel 21 Persentase masyarakat menurut keikutsertaan dalam program pelatihan oleh PNPM Mandiri Perdesaan di Nagari Sasak tahun 2013

Tergabung dalam kelompok

Mengikuti program pelatihan (%) Jorong Berhasil Jorong kurang Berhasil

Tidak Ya Total Tidak Ya Total

Tidak 54.5 45.5 100.0 37.0 63.0 100.0

Ya 46.8 53.2 100.0 77.0 23.0 100.0

Berdasarkan Tabel 21, terlihat bahwa terdapat hubungan antara status keikutsertaan dalam kelompok dengan keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan PNPM Mandiri. Hubungan tersebut negatif. Artinya keikutsertaan dalam kelompok justru menyebabkan keikutsertaan dalam kegiatan rendah. Keikutsertaan dalam kelompok justru menyebabkan adanya penurunan persentase individu yang mengikuti kegiatan PNPM Mandiri. Adanya perbedaan keputusan berpartisipasi tersebut dipengaruhi oleh jenis kegiatan yang dibutuhkan/diadakan oleh masing-masing jorong. Di Jorong Berhasil, kegiatan pemberdayaan lebih difokuskan pada kegiatan pelatihan keterampilan kelompok sehingga kehadiran seluruh anggota kelompok merupakan keharusan untuk memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Hal itu berbeda dengan kelompok di Jorong Kurang Berhasil yang cenderung mengikuti kegiatan simpan pinjam kelompok, sehingga hanya perwakilan dari kelompok yang hadir dan ikut serta dalam tahapan kegiatan simpan pinjam tersebut.

Musyawarah dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir

Dalam pelaksanaan musyawarah sosialisasi antar nagari sampai musyawarah penetapan usulan dilakukan di gedung Balai Musyawarah (BAMUS) yang ada di kenagarian atau di tempat lain yang telah disepakati. Penjadwalan kegiatan musyawarah dilakukan pada musyawarah sosialisasi antar nagari dan musyawarah sosialisasi nagari. Tahapan musyawarah yang diadakan selama kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan dapat dilihat di Lampiran 3.

Tingkat Keberdayaan Masyarakat Kawasan Pesisir

Program PNPM Mandiri Perdesaan yang dilakukan sejak tahun 2010 dinilai mampu memberikan dampak yang dapat dinikmati secara langsung oleh penerima program seperti pembuatan jalan, jembatan, penambahan gedung sekolah,

43 pembangunan gedung musyawarah, pelatihan otomotif, pelatihan tata boga, hingga pinjaman modal usaha. Kaum perempuan diikutsertakan dalam musyawarah untuk menyampaikan/menentukan kegiatan pemberdayaan yang perlu dilakukan di nagari mereka. Selain itu, kegiatan PNPM Mandiri perdesaan juga dirasakan telah cukup menghidupkan kembali nilai-nilai lokal yakni kejujuran, keterbukaan, dan gotong royong. Beberapa kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan juga dinilai mampu memberdayakan masyarakat setempat khususnya untuk peserta pelatihan baik pelatihan pelaku maupun pelatihan keterampilan. Tabel 22 Persentase masyarakat menurut karakteristik keberdayaan, karakteristik

individu dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013 Karakteristik

keberdayaan

Tingkat keberdayaan (%)

Jorong Berhasil Jorong Kurang Berhasil Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Kemampuan memahami diri sendiri 20.0 27.5 52.2 100.0 27.5 42.5 30.0 100.0 Kemampuan mengarahkan diri 16.3 68.8 15.0 100.0 55.0 30.0 15.0 100.0 Kemampuan berunding 16.3 76.3 7.5 100.0 31.3 27.5 41.3 100.0 Kemampuan bertanggung jawab 12.5 66.3 21.3 100.0 8.8 40.0 51.3 100.0 Berdasarkan karakteristik keberdayaan individu yang merujuk pada Sumardjo (1999) dalam Tabel 22, masyarakat Jorong Berhasil cenderung lebih memahami potensi diri sendiri dari pada masyarakat Jorong Kurang Berhasil. Adanya kecenderungan tersebut membantu terealisasikannya kegiatan pemberdayaan yang mereka butuhkan. Dalam praktik kegiatannya, masyarakat Jorong Berhasil masih membutuhkan pendamping/fasilitator. Masyarakat Jorong Kurang Berhasil cenderung telah berdaya sebelum adanya PNPM Mandiri Perdesaan di jorong tersebut. Meskipun demikian, keterlibatan masyarakat Jorong Kurang Berhasil ini dalam kegiatan PNPM Mandiri cenderung kurang partisipasif bila dibandingkan Jorong Berhasil. Lokasi Jorong Kurang Berhasil yang mudah dicapai oleh pihak luar membuat jorong ini lebih mengarah pada masyarakat urban yang cenderung individualis dari pada Jorong Berhasil.

Hubungan tingkat keberdayaan masyarakat Nagari Sasak dengan intervensi dalam program pemberdayaan

Di Jorong Berhasil, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan kemampuan memahami diri sendiri menunjukkan hubungan yang positif dan sangat nyata. Semakin tinggi intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan maka semakin tinggi pula kemampuan memahami diri masyarakat. Koefisien korelasi disajikan dalam Tabel 23.

44

Tabel 23 Koefisien korelasi antara kemampuan memahami diri sendiri dengan intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di Nagari Sasak tahun 2013

Jorong Koefisien korelasi Sig. (2-tailed)

Jorong Berhasil 0.4** 0.0

Jorong Kurang Berhasil 0.2 0.1

Keterangan

**Correlation is significant at level 0,01 (2-tailed)

Di Jorong Berhasil, diketahui bahwa persentase kemampuan memahami diri sendiri berada di kategori tinggi saat intervensi dalam intensitas kegiatan berada di kategori sedang. Hal tersebut berbeda dengan kemampuan memahami diri sendiri masyarakat di Jorong Kurang Berhasil. Persentase kemampuan memahami diri sendiri ditinjau dari intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan disajikan dalam Tabel 24.

Tabel 24 Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan memahami diri sendiri, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan tingkat keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013

Intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan

Kemampuan memahami diri sendiri (%)

Jorong Berhasil Jorong Kurang Berhasil Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah 52.6 31.6 15.8 100.0 0.0 100.0 0.0 100.0 Sedang 0.0 22.2 77.8 100.0 32.2 40.7 27.1 100.0 Tinggi 11.5 26.9 61.5 100.0 16.7 38.9 44.4 100.0

Di Jorong Kurang Berhasil, kemampuan memahami diri sendiri pada masyarakat berada di kategori tinggi saat intervensi dari luar terhadap intensitas kegiatan pun tinggi. Perbedaan tersebut berlaku karena adanya perbedaan kegiatan yang dilakukan di kedua jorong. Di Jorong Berhasil hubungan kedua variabel sangat nyata dan positif. Untuk Jorong Kurang Berhasil, hubungan kedua variabel tersebut juga cenderung positif meskipun tidak nyata. Artinya, semakin tinggi intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan maka semakin tinggi pula kemampuan memahami diri sendiri pada masyarakat. Adanya intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dinilai dapat memicu kedisiplinan proses pemberdayaan yang dinilai kurang dilakukan pengawasan oleh masyarakat.

Tabel 25 Koefisien korelasi antara kemampuan mengarahkan diri sendiri dengan intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di Nagari Sasak tahun 2013

Jorong Koefisien korelasi Sig. (2-tailed)

Jorong Berhasil 0.3** 0.0

Jorong Kurang Berhasil 0.1 0.9

Keterangan:

45 Berdasarkan Tabel 25, di Jorong Berhasil, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan kemampuan mengarahkan diri masyarakat menunjukkan hubungan yang positif dan sangat nyata. Semakin tinggi tingkat intervensi terhadap intensitas kegiatan program maka kemampuan mengarahkan diri masyarakat semakin tinggi pula. Perbandingan persentase masyarakat berdasarkan kemampuan mengarahkan diri dan intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di kedua jorong disajikan dalam Tabel 26.

Tabel 26 Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan mengarahkan diri sendiri, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013

Intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberda- yaan

Kemampuan mengarahkan diri sendiri (%)

Jorong Berhasil Jorong Kurang Berhasil Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah 42.1 47.4 10.5 100.0 33.3 33.3 33.4 100.0 Sedang 22.2 66.7 11.1 100.0 57.6 28.8 13.6 100.0 Tinggi 5.8 76.9 17.3 100.0 55.0 30.0 15.0 100.0

Kemampuan mengarahkan diri masyarakat Jorong Berhasil cenderung tinggi saat intervensi terhadap kegiatan pemberdayaan pun tinggi. Hal tersebut berbeda dengan Jorong Kurang Berhasil. Masyarakat Jorong Kurang Berhasil cenderung menunjukkan kemampuan mengarahkan diri yang tinggi saat intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan rendah. Perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis program yang dibutuhkan oleh masing-masing jorong sehingga intervensi dari luar memberikan pengaruh yang berbeda pula di masing- masing jorong.

Tabel 27 Koefisien korelasi antara kemampuan berunding dengan intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di Nagari Sasak tahun 2013

Jorong Koefisien korelasi Sig. (2-tailed)

Jorong Berhasil 0.1 0.3

Jorong Kurang Berhasil -0.3 0.8

Berdasarkan Tabel 27, diketahui bahwa di Jorong Berhasil, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan kemampuan berunding menunjukkan hubungan yang positif dan tidak nyata. Semakin tinggi tingkat intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan maka kemampuan berunding masyarakat semakin tinggi. Pada Jorong Kurang Berhasil, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan kemampuan berunding memiliki hubungan yang negatif dan tidak nyata. Semakin tinggi intervensi terhadap intensitas kegiatan program maka semakin rendah kemampuan berunding masyarakat. Perbandingan persentase kedua jorong tersebut disajikan dalam bentuk Tabel 28.

46

Tabel 28 Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan berunding, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013

Intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan Kemampuan berunding (%)

Jorong Berhasil Jorong Kurang Berhasil Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah 31.6 57.9 10.5 100.0 66.7 0.0 33.3 100.0 Sedang 0.0 100.0 0.0 100.0 28.8 27.1 44.1 100.0 Tinggi 13.5 78.8 7.7 100.0 33.3 33.3 33.4 100.0 Di Jorong Berhasil, kemampuan berunding masyarakat cenderung tinggi saat intervensi terhadap kegiatan pemberdayaan rendah. Persentase terbesar pada variabel intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan kemampuan berunding di masyarakat Jorong Berhasil cenderung berada di kategori sedang saat sedang-sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan tidak mempengaruhi kemampuan berunding secara signifikan. Penjadwalan kegiatan pemberdayaan telah dirumuskan di forum musyawarah sebelum kegiatan tersebut dilakukan dilapangan. Perumusan tersebut melibatkan seluruh peserta musyarawah sehingga adanya intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan tidak mempengaruhi kemampuan berunding masyarakat dalam musyawarah atau kegiatan pemberdayaan di lapangan.

Tabel 29 Koefisien korelasi antara kemampuan bertanggung jawab dan intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di Nagari Sasak tahun 2013

Jorong Koefisien korelasi Sig. (2-tailed)

Jorong Berhasil 0.8 0.5

Jorong Kurang Berhasil 0.1 0.4

Berdasarkan Tabel 29, diketahui bahwa di Jorong Berhasil dan Jorong Kurang Berhasil, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan kemampuan bertanggung jawab memiliki hubungan yang positif dan tidak nyata. Semakin tinggi intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan maka kemampuan bertanggung jawab akan semakin tinggi pula.

Tabel 30 Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan bertanggung jawab, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013

Intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan

Kemampuan bertanggung jawab (%)

Jorong Berhasil Jorong Kurang Berhasil Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah 36.8 31.6 31.6 100.0 0.0 66.7 33.3 100.0 Sedang 0.0 77.8 22.2 100.0 11.9 37.3 50.8 100.0 Tinggi 5.8 76.9 17.3 100.0 0.0 44.4 55.6 100.0

47 Di Jorong Berhasil, kemampuan bertanggung jawab cenderung berada di kategori tinggi saat intervensi terhadap intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan rendah. Sementara itu di Jorong Kurang Berhasil, kemampuan bertanggung jawab masyarakat berada di kategori tinggi saat intervensi terhadap intensitas kegiatan tinggi. Masyarakat penerima manfaat kegiatan pemberdayaan di kedua jorong terikat dengan sanksi-sanksi tertentu untuk setiap pelanggaran sehingga adanya intervensi dalam intensitas kegiatan pemberdayaan tidak mempengaruhi kemampuan bertanggung jawab masyarakat. Apabila terjadi pelanggaran atau ketidaksesuaian dalam rencana kegiatan semula maka masyarakat penerima manfaat wajib menerima sanksi sesuai dengan sanksi program dan sanksi lokal yang telah disepakati. Perbedaan pengaruh intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di kedua jorong dapat disebabkan adanya perbedaan prioritas kegiatan yang dilakukan di masing-masing jorong tersebut.

Tabel 31 Koefisien korelasi antara kemampuan memahami diri sendiri dan intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan di Nagari Sasak tahun 2013

Jorong Koefisien korelasi Sig. (2-tailed)

Jorong Berhasil 0.1 0.2

Jorong Kurang Berhasil -0.1 0.4

Berdasarkan Tabel 31, diketahui bahwa di Jorong Berhasil, intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan dan kemampuan memahami diri menunjukkan hubungan yang positif. Artinya semakin tinggi intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan maka kemampuan mengarahkan diri akan semakin tinggi. Di Jorong Kurang Berhasil, hal tersebut justru bertolak belakang. Di Jorong Kurang Berhasil, semakin tinggi intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan maka kemampuan memahami diri sendiri akan semakin rendah. Baik di Jorong Berhasil maupun di Jorong Kurang Berhasil, hubungan kedua variabel ini tidak nyata.

Tabel 32 Persentase masyarakat menurut intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan, karakteristik kemampuan memahami diri sendiri dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013

Intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberda- yaan

Kemampuan memahami diri sendiri (%)

Jorong Berhasil Jorong Kurang Berhasil Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total

Rendah 17.4 43.5 39.1 100.0 23.8 28.6 47.6 100.0 Sedang 19.4 29.0 51.6 100.0 34.1 41.5 24.4 100.0 Tinggi 23.1 11.5 65.4 100.0 16.7 61.1 22.2 100.0

Kemampuan mengarahkan diri pada masyarakat Jorong Berhasil cenderung lebih tinggi saat intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan pun tinggi. Artinya, adanya intervensi tersebut mempengaruhi kemampuan memahami

48

diri sendiri pada masyarakat Jorong Berhasil. Di Jorong Kurang Berhasil, kemampuan memahami diri sendiri justru berada di kategori tinggi saat intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan rendah. Perbedaan respon tersebut disebabkan oleh prioritas kegiatan pemberdayaan yang berbeda.

Tabel 33 Koefisien korelasi kemampuan mengarahkan diri sendiri dan intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan di Nagari Sasak tahun 2013

Jorong Koefisien korelasi Sig. (2-tailed)

Jorong Berhasil 0.1 0.4

Jorong Kurang Berhasil 0.0 0.7

Intervensi terhadap tingkat dukungan program dan kemampuan mengarahkan diri cenderung mengarah pada hubungan yang positif. Semakin tinggi intervensi terhadap tingkat dukungan program maka semakin tinggi kemampuan mengarahkan diri masyarakat. Meskipun demikian, hubungan kedua variabel tersebut tidak nyata.

Tabel 34 Persentase masyarakat menurut intervensi terhadap tingkat dukungan program, karakteristik kemampuan mengarahkan diri dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013

Intervensi terhadap tingkat dukungan pemberda- yaan

Kemampuan mengarahkan diri (%)

Jorong Berhasil Jorong Kurang Berhasil Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total

Rendah 13.0 82.6 4.4 100.0 52.4 38.1 9.5 100.0 Sedang 22.6 54.8 22.6 100.0 58.5 26.8 14.7 100.0 Tinggi 11.5 73.1 15.4 100.0 50.0 27.8 22.2 100.0

Kemampuan mengarahkan diri pada masyarakat Jorong Berhasil dan Jorong Kurang Berhasil berada di kategori tinggi saat intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan berada sedang hingga tinggi. Artinya adanya intervensi terhadap tingkat dukungan program mempengaruhi kemampuan mengarahkan diri masyarakat setempat. Meskipun demikian, sebaran persentase membentuk pola yang menyebar dan tidak konsisten sehingga hubungan kedua variabel tersebut tidak nyata. Hal tersebut dikarenakan adanya kecenderungan peran masyarakat sebagai pengusul dan pemilik kegiatan itu sendiri sehingga intervensi dalam tingkat dukungan kurang memiliki andil untuk pengarahan diri dalam kegiatan pemberdayaan.

Tabel 35 Koefisien korelasi antara kemampuan berunding dan intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan di Nagari Sasak tahun 2013

Jorong Koefisien korelasi Sig. (2-tailed)

Jorong Berhasil 0.1 0.2

Jorong Kurang Berhasil 0.4 0.0**

Keterangan:

49 Berdasarkan Tabel 35, diketahui bahwa intervensi terhadap tingkat dukungan program dan kemampuan berunding menunjukkan hubungan yang positif dan nyata di Jorong Kurang Berhasil. Semakin tinggi intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan maka kemampuan berunding semakin tinggi pula. Untuk Jorong Berhasil, intervensi terhadap tingkat dukungan program dan kemampuan berunding menunjukkan hubungan yang tidak nyata.

Tabel 36 Persentase masyarakat menurut karakteriktik kemampuan berunding, intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013

Intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan Kemampuan berunding (%)

Jorong Berhasil Jorong Kurang Berhasil Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah 17.4 82.6 0.0 100.0 52.4 28.6 19.0 100.0 Sedang 22.6 64.5 12.9 100.0 29.3 22.0 48.8 100.0 Tinggi 7.7 84.6 7.7 100.0 11.1 38.9 50.0 100.0

Kemampuan berunding masyarakat di Jorong Berhasil berada di kategori tinggi saat intervensi terhadap tingkat dukungan program sedang-tinggi. Hal tersebut berlaku pula di Jorong Kurang Berhasil. Di Jorong Berhasil, kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan pelatihan. Dukungan program dalam kegiatan tersebut lebih diarahkan pada jumlah pelatih, fasilitas asrama, dan lain-lain. Di Jorong Kurang Berhasil, kegiatan yang dilaksanakan lebih mengarah pada kegiatan simpan pinjam kelompok sehingga dukungan program cenderung pada kegiatan yang berhubungan dengan modal sehingga masyarakat setempat mampu meningkatkan kemampuan berundingnya.

Tabel 37 Koefisien korelasi antara kemampuan bertanggung jawab dan intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan di Nagari Sasak tahun 2013

Jorong Koefisien korelasi Sig. (2-tailed)

Jorong Berhasil 0.1 0.8

Jorong Kurang Berhasil 0.1 0.2

Berdasarkan Tabel 37, diketahui bahwa intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan dan kemampuan bertanggung jawab menunjukkan hubungan yang positif namun tidak nyata. Semakin tinggi intervensi terhadap tingkat dukungan program maka semakin tinggi kemampuan bertanggung jawab masyarakat. Hubungan kedua variabel tersebut tidak nyata baik di Jorong Berhasil maupun di Jorong Kurang Berhasil.

50

Tabel 38 Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan bertanggung jawab, intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013

Intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberda- yaan

Kemampuan bertanggung jawab (%)

Jorong Berhasil Jorong Kurang Berhasil Ren-

Dah Sedang

Ting-

gi Total

Ren-

Dah Sedang Tinggi Total

Rendah 8.7 65.2 26.1 100.0 0.0 57.1 42.9 100.0

Sedang 16.1 67.7 16.2 100.0 17.1 34.1 48.8 100.0 Tinggi 11.5 64.5 23.1 100.0 0.0 33.3 66.7 100.0

Kemampuan bertanggung jawab pada masyarakat Jorong Berhasil cenderung berada di kategori tinggi saat intervensi terhadap tingkat dukungan program rendah. Kemampuan bertanggung jawab cenderung berkurang saat intervensi terhadap tingkat dukungan program berada di kategori sedang dan kembali meningkat saat intervensi tersebut tinggi. Kondisi tersebut cenderung sama dengan Jorong Kurang Berhasil. Hanya saja, pada masyarakat Jorong Berhasil, kemampuan bertanggung jawab cenderung mengalami peningkatan seiring dengan intervensi terhadap tingkat dukungan program. Meskipun demikian, sebaran persentase tidak membentuk pola yang konsisten sehingga hubungan kedua variabel tersebut tidak nyata. Tidak nyatanya hubungan antara kedua variabel disebabkan karena pihak PNPM Mandiri memiliki otoritas untuk memberikan sanksi pada pelaku pelanggaran sehingga masyarakat penerima manfaat harus tunduk pada ketentuan yang berlaku.

Hubungan tingkat keberdayaan masyarakat Nagari Sasak dengan keefektivan kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan

Berdasarkan Tabel 39, variabel aspek keefektivan kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan yang menunjukkan hubungan nyata dengan kemampuan memahami diri sendiri di Nagari Sasak (diwakili oleh Jorong Berhasil) adalah aspek tingkat pengawasan kegiatan dan aspek ketepatan pemberian sanksi. Kedua aspek tersebut menunjukkan hubungan positif dan nyata dengan taraf nyata 0.05. Tingkat pengawasan kegiatan pemberdayaan dan kemampuan memahami diri sendiri di Jorong Berhasil memiliki hubungan yang positif dan nyata. Semakin tinggi tingkat pengawasan kegiatan maka semakin tinggi pula kemampuan memahami diri sendiri di masyarakat. Keeratan hubungannya lemah namun pasti. Tingkat kesesuaian pemberian sanksi dan kemampuan memahami diri sendiri di Jorong Berhasil memiliki hubungan yang positif dan nyata. Semakin tinggi tingkat kesesuaian pemberian sanksi maka semakin tinggi kemampuan memahami diri sendiri di masyarakat jorong tersebut. keeratan hubungannya lemah namun pasti.

51 Tabel 39 Koefisien korelasi antara keefektivan kelembagaan PNPM Mandiri

Perdesaan dengan kemampuan memahami diri sendiri di Nagari Sasak tahun 2013

Aspek keefektivan kelembagaan

Kemampuan memahami diri sendiri

Jorong Berhasil Jorong Kurang Berhasil Koefisien korelasi Sig. (2- tailed) Koefisie n korelasi Sig. (2- tailed)

Tingkat kepemilikan terhadap

kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan -0.2 0.2 0.1 0.3 Tingkat proporsi manfaat dan biaya -0.1 0.6 0.1 0.3 Tingkat keteraturan kolektif -0.1 0.3 0.2 0.2 Tingkat pengawasan kegiatan 0.3* 0.0 0.0 0.8 Tingkat kesesuaian pemberian sanksi 0.2* 0.0 0.0 0.9 Keterangan:

* Correlation is significant at level 0.05 (2-tailed)

Di Jorong Berhasil hubungan tingkat kepemilikan terhadap kelembagaan PNPM Mandiri dan kemampuan memahami diri sendiri mengarah pada hubungan negatif. Semakin tinggi tingkat kepemilikan masyarakat terhadap kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan maka kemampuan memahami diri sendiri semakin rendah. Di jorong Kurang Berhasil, hubungan kedua variabel mengarah pada hubungan yang positif. Artinya, semakin tinggi tingkat kepemilikan terhadap kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan maka semakin tinggi kemampuan memahami diri masyarakat. Baik di Jorong Berhasil maupun Jorong Kurang Berhasil, hubungan kedua variabel tidak nyata. Persentase kedua jorong disajikan dalam Tabel 40.

Tabel 40 Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan memahami diri sendiri, tingkat kepemilikan masyarakat terhadap kelembagaan PNPM Mandiri dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013 Tingkat kepemili- kan terhadap kelemba- gaan PNPM Mandiri

Kemampuan memahami diri sendiri (%)

Dokumen terkait