BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
4.2 Hasil dan Pembahasan
4.2.1 Wujud Basa-basi Berbahasa
4.2.1.6 Meminta Maaf (F)
Basa-basi meminta maaf merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa
acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi.
Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
Wujud Basa-basi Tuturan (F7)
P = Bu, maaf ya tadi Bapak udah marah-marah. (sambil menggenggam tangan mitra tutur)
MT = Iya, enggak apa-apa Pak, Ibu juga minta maaf ya. P = Iya Bu.
(Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di kamar tidur pada malam hari. Penutur
merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang penjahit. Penutur laki-laki berusia 52 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 48 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan tegang dan kurang kondusif. Penutur bermaksud meminta maaf kepada MT karena telah marah-marah.)
Tuturan (F7) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di kamar tidur pada malam hari pukul 22.00 WIB. Penutur merupakan seorang guru berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan seorang penjahit berusia 52 tahun. Suasana di kamar tidur sedang
tegang karena penutur dan mitra tutur baru saja memperdebatkan suatu hal hingga penutur marah. Penutur menghampiri mitra tutur yang duduk diatas tempat tidur, dan penutur ingin meminta maaf kepada mitra tutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (F7) termasuk dalam kategori acknowledgments subkategori meminta maaf. Hal ini dikarenakan penutur mengekspresikan rasa penyesalannya karena telah marah kepada mitra tutur dan membuat mitra tutur menjadi sedih. Wujud basa-basi dari tuturan (F7) terlihat dari tuturan yang disampaikan oleh penutur terutama terdapat kata “Maaf” yang merupakan salah satu syarat agar suatu tuturan dapat dikatakan sebagai subkategori meminta maaf.
Tuturan (F7) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur yang sedang bertengkar dengan mitra tutur, tidak mau larut dalam amarah, maka dari itu penutur meminta maaf dan berharap agar hubungannya dengan mitra tutur kembali baik dan dapat mempererat hubungan. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.
Selanjutnya makna tersebut dapat terlihat dari penggunaan diksi oleh penutur. Kridalaksana (1989:111) mengatakan bahwa kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan
pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Penutur menggunakan partikel fatis “ya” pada tuturannya. Partikel fatis “ya” bertugas untuk meminta persetujuan kepada mitra tutur dengan mengucapkan kata “maaf ya” karena telah marah dan membuat mitra tutur merasa sedih sehingga hubungan antara mitra tutur bisa membaik dan lebih baik lagi.
Wujud Basa-basi Tuturan (F1)
P = Pak, maaf, ora masak dina iki, sek tak tumbaske sayur. (Pak, maaf, tidak masak hari ini, sebentar Ibu belikan sayur.) MT = Yo, rapopo Bu.
(Iya, tidak apa-apa Bu.)
(Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur
merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 50 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 54 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam santai. Penutur bermaksud meminta maaf kepada MT karena tidak memasak dan segera membeli sayur.)
Wujud basa-basi tuturan (F1) termasuk dalam subkategori meminta maaf. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul 13.00 WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 54 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menyetrika pakaian. Mitra tutur baru saja pulang dari sekolah dan meletakkan barang bawaannya. Penutur sedang menyetrika pakaian ketika mitra tutur pulang ke rumah. Menyadari mitra tutur pulang penutur segera membereskan pakaian yang telah di setrika dan menghampiri mitra tutur. Penutur bermaksud meminta maaf kepada mitra tutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi konteks tuturannya, tuturan (F1) termasuk dalam kategori acknowledgments subkategori meminta maaf. Hal ini dikarenakan penutur mengekspresikan rasa penyesalannya karena tidak memasak sayur dan mitra tutur menyikapi tuturan tersebut dengan memaafkan penutur. Wujud basa-basi dari tuturan (F1) terlihat dari tuturan yang disampaikan oleh penutur terutama terdapat kata “maaf” yang merupakan salah satu syarat agar suatu tuturan dapat dikatakan sebagai subkategori meminta maaf.
Tuturan (F1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur menyampaikan rasa penyesalannya kepada mitra tutur dengan tujuan hubungan antara penutur dan mitra tutur tidak terganggu karena perbuatan penutur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan (F1) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur tidak memasak sayur untuk makan siang. Selain itu, tuturan tersebut dilakukan oleh penutur untuk menunjukkan sikap sopan santunnya karena penutur beranggapan bahwa akan tidak sopan apabila tidak menjelaskan dan meminta maaf kepada mitra tutur karena tidak memasak. Merujuk pada tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi
tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Oleh karena itu, tuturan (F1) merupakan wujud basa-basi murni karena tuturan (F1) muncul secara spontan sebagai bagian dari ramah tamah dan sopan santun penutur kepada mitra tutur. Tuturan tersebut terbentuk oleh interaksi yang sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (F1) terlihat bahwa penutur menyampaikan rasa penyesalannya kepada mitra tutur karena tidak memasak sayur.