• Tidak ada hasil yang ditemukan

Basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DUSUN KENTENG, KEJIWAN, WONOSOBO. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Oleh: Cecilia Christa Pramadina 111224033. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015. i.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Ungkapan penuh syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah memberikan berkat serta kelancaran dalam setiap langkah penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya Stefanus Prasetya Hadi dan Heronima Dewi Palupi yang selalu membimbing, memotivasi, mendukung, membantu, serta mendoakan di setiap langkah saya. Samuel Chrisnandi Pramahudi selaku adik saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat. Irene Desty Renaningtyas, Angela Yohana Mentari Adistin, Bungsu Atmi Putranti, dan Hendrika Yuli, selaku teman sepayung yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan, doa, dan kasih sayang.. iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MOTTO. Bersuka citalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa. (Roma 12: 12). Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill). v.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. vii.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK. Pramadina, Cecilia Christa. 2015. Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.. Penelitian ini membahas mengenai wujud basa-basi berbahasa dan maksud basa-basi berbahasa di ranah keluarga pendidik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud basa-basi berbahasa dan mendeskripsikan maksud basabasi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Subjek dalam penelitian ini adalah anggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Penelitian basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo, ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini berisi gambaran basa-basi antaranggota keluarga pendidik yang diperoleh langsung di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Metode pengumpulan data yakni, pertama, metode simak dengan teknik catat dan rekam, dan kedua, metode cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara yang dilaksanakan dengan teknik pancing. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memahami fenomena basa-basi yang digunakan oleh penutur maupun mitra tutur untuk menyampaikan maksud tuturannya. Oleh karena itu, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai suatu pemahaman terhadap penggunaan basa-basi terutama penggunaan bahasa dalam tindakan komunikasi. Simpulan dari penelitian ini adalah (1) Wujud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo terbagi dalam kategori acknowledgments (subkategori salam, terima kasih, menolak, menerima, empati, meminta maaf, dan mengucapkan selamat), (2) Maksud basabasi berbahasa antarkeluarga pendidik adalah untuk mengekspresikan perasaan penutur kepada mitra tutur, menjalin dan menjaga hubungan antara penutur dengan mitra tutur, untuk mempertahankan atau mengukuhkan, serta untuk menyampaikan berbagai maksud lain. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan pengetahuan kepada keluarga pendidik mengenai basa-basi antaranggota keluarga pendidik. Basa-basi yang dipergunakan antaranggota keluarga pendidik untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur sehingga relasi semakin akrab maupun erat. Kata kunci: basa-basi, basa-basi murni, basa-basi polar, acknowledgments, wujud basa-basi, maksud basa-basi. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRACT Pramadina, Cecilia Christa. 2015. The Phatic Communication in Using Language between Educator’s Family Member at Kenteng Hamlet, Kejiwan, Wonosobo. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.. This research discussed about chit-chat form and the aims of phatic communication especially in educators family. The research intended to describe phatic communication form and the aim of phatic communication in using language between educator‟s family member at Kenteng Hamlet, Kejiwan, Wonosobo. The research was qualitative-descriptive. The research contained of phatic communication in using language between educator‟s family member at Kenteng Hamlet, Kejiwan, Wonosobo. The data collecting method were listening method by recording and taking note technique and speaking method parallelized by interviewing method applied by inducement method. In the research, the researcher tried to understand chit-chat phenomena used by speaker and another speaker to convey her/his speech. Therefore, the aim of the research was an understanding towards the use of phatic communication especially the use of language in communication. The conclusion of the research were (1) phatic communication in using language between educator‟s family member at Kenteng Hamlet, Kejiwan, Wonosobo divided into acknowledgments category (sub-category: greeting, thanking, rejecting, accepting, empathizing, apologizing, and congratulating), (2) The aims of phatic communication in using language between educator‟s family member were to express the speaker‟s feeling to another one, having and keeping relationship between speaker and another one, maintain and stand firm, and convey other aims. The research was expected to give knowledge for the educator‟s family about phatic communication among the educators family member. The phatic communication used by them to start, maintain, or stand firm social relationship between the speaker and another one in order to make their relationship more intimate and closer. Keywords: phatic communication, pure phatic communication, polar phatic communication, acknowledgments, form of phatic communication, aims of phatic communication.. ix.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih yang telah. melimpahkan. menyelesaikan. berkat. skripsi. dan. dengan. anugerah-Nya judul. sehingga. “Basa-Basi. penulis. Dalam. dapat. Berbahasa. Antaranggota Keluarga Pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo”. Penyusunan tugas akhir skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang selama ini bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, mendorong, dan memberi masukan yang sangat bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik. 4. Para. Dosen. PBSI. yang. telah. mendidik. dan. memberikan. pengetahuan yang berguna bagi penulis. 5. Sekretariat PBSI yang telah membantu kelancaran perkuliahan penulis. 6. Bapak, Ibu, dan Adikku tercinta, yang dengan penuh kasih memberi doa, dukungan, motivasi, dan bantuan, serta merupakan sumber semangat dan inspirasi dalam penyusunan skripsi ini. 7. Sahabat-sahabat dari kelompok basa-basi terima kasih untuk dukungannya serta suka duka dalam mengerjakan skripsi.. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. Rekan-rekan seperjuangan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia angkatan 2011 kelas A atas kebersamaan, hari-hari indah dan penuh semangat yang kita lalui bersama selama empat tahun. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan bagi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi kajian yang bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.. Penulis. Cecilia Christa Pramadina. xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv. HALAMAN MOTTO ................................................................................. v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................. vii. ABSTRAK ................................................................................................... viii. ABSTRACT .................................................................................................. ix. KATA PENGANTAR ................................................................................ x DAFTAR ISI ............................................................................................... xii. DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xv. DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1. 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1. 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4. 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5 1.5 Batasan Istilah .......................................................................................... 6. BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 8. 2.1 Penelitian yang Relevan ........................................................................... 8. 2.2 Kajian Teori ............................................................................................ 13 2.2.1 Pragmatik............................................................................................... 13 2.2.2 Konteks ................................................................................................. 15 2.2.3 Teori Maksud ........................................................................................ 19. xii.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2.2.4 Fenomena Pragmatik ............................................................................. 21. 2.2.4.1 Deiksis ................................................................................................ 21. 2.2.4.2 Praanggapan ....................................................................................... 22. 2.2.4.3 Implikatur ........................................................................................... 23. 2.2.4.4 Tindak Ujaran ..................................................................................... 25. 2.2.5 Basa-basi sebagai Fenomena Pragmatik ............................................... 28. 2.2.6 Kategori Fatis ........................................................................................ 36. 2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................... 43. BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 50 3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 50. 3.2 Data dan Sumber Data ............................................................................. 52 3.3 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 52. 3.4 Metode Analisis Data ............................................................................... 54. 3.5 Triangulasi Data ....................................................................................... 56. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN ......................... 57. 4.1 Deskripsi Data .......................................................................................... 57. 4.1.1 Salam .................................................................................................... 58. 4.1.2 Terima Kasih ......................................................................................... 58. 4.1.3 Menolak ................................................................................................. 59. 4.1.4 Menerima ……...................................................................................... 59 4.1.5 Empati ................................................................................................... 60 4.1.6 Meminta Maaf ....................................................................................... 60. 4.1.7 Meminta/ Mengundang ......................................................................... 61. 4.1.8 Mengucapkan Selamat .......................................................................... 62 4.2 Hasil dan Pembahasan .............................................................................. 62. 4.2.1 Wujud Basa-basi Berbahasa .................................................................. 63. 4.2.1.1 Salam (A) ........................................................................................... 64 4.2.1.2 Terima Kasih (B) ................................................................................ 68. 4.2.1.3 Menolak (C) ....................................................................................... 72. xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4.2.1.4 Menerima (D) ..................................................................................... 76. 4.2.1.5 Empati (E) .......................................................................................... 80. 4.2.1.6 Meminta Maaf (F) .............................................................................. 84. 4.2.1.7 Meminta/ Mengundang (G) ................................................................ 88. 4.2.1.4 Selamat (H) ........................................................................................ 91 4.2.2 Maksud Basa-basi Berbahasa ................................................................ 95. 4.2.2.1 Salam (A) ........................................................................................... 95 4.2.2.2 Terima Kasih (B) ................................................................................ 98. 4.2.2.3 Menolak (C) ....................................................................................... 103 4.2.2.4 Menerima (D) ..................................................................................... 107. 4.2.2.5 Empati (E) .......................................................................................... 110. 4.2.2.6 Meminta Maaf (F) .............................................................................. 113. 4.2.2.7 Meminta/ Mengundang (G) ................................................................ 117. 4.2.2.8 Mengucapkan Selamat (H) ................................................................. 121. BAB V PENUTUP ........................................................................................ 125. 5.1 Simpulan .................................................................................................. 125 5.2 Saran ........................................................................................................ 127. 5.2.1 Bagi Peneliti Lain .................................................................................. 127. 5.2.2 Bagi Keluarga Pendidik ....................................................................... 127. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 129. LAMPIRAN Lampiran 1. Triangulasi Basa-basi ................................................................ 131 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dan Observasi ........................................... 169 Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian ......................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP. xiv. 170.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR BAGAN Bagan 1. Kerangka Berpikir ........................................................................... 51. DAFTAR TABEL Tabel 1. Rincian Keluarga Pendidik ............................................................... xv. 54.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat yang penting bagi manusia untuk saling berkomunikasi. Melalui bahasa manusia dapat menyampaikan pesan kepada orang lain. Menurut Widjono (2007:14) bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Berdasarkan pengertian tersebut, terlihat jelas bahwa bahasa digunakan untuk saling berinteraksi satu dengan yang lain, serta dapat membentuk tingkah laku dan sopan santun saat bertutur kata. Bahasa selalu hadir dalam segala aktivitas ataupun kegiatan manusia. Maka dari itu, bahasa memegang peranan yang penting dalam berkomunikasi. Menurut KBBI (2008:721), komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak. Penerimaan serta pengirimin pesan sangat penting dalam menjalin sebuah komunikasi satu dengan lainnya, bila salah satu kurang dapat menerima maupun mengirim pesan, komunikasi dapat terhambat. Terkadang untuk menyampaikan sebuah informasi, penutur tidak mengungkapkan secara langsung melainkan dengan menjalin hubungan sosial dengan lawan tuturnya. Hal ini bertujuan untuk membuka atau.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. mempertahankan serta memelihara hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur yang dikenal dengan istilah basa-basi. Menurut KBBI (2008:143), basa-basi adalah (1) adat sopan santun; tata krama pergaulan, (2) ungkapan yang digunakan hanya untuk sopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi, misalnya kalimat “apa kabar?” yang diucapkan apabila kita bertemu dengan kawan (3) perihal menggunakan ungkapan semacam itu. Tingkat kesopansantunan seseorang dalam dilihat dari budayanya, salah satunya adalah budaya berbahasanya saat berkomunikasi. Oleh karena itu, basa-basi memiliki peranan penting dalam setiap hubungan dan komunikasi antarmanusia. Berikut ini memperlihatkan fenomena basa-basi: (1) Putri : Makasih ya, Dew. Mampir dulu. Dewi : Sama-sama, Put. Lain kali aja ya, aku langsungan aja. Daah. Putri : Daah, hati-hati Dewi. Pada dialog (1) konteknya ketika Putri diantar pulang ke rumah oleh Dewi. Tuturan tersebut termasuk tuturan basa-basi karena digunakan ketika Putri dan Dewi sampai di depan rumah. Ungkapan “Makasih ya, Dew” dipakai secara otomatis karena Dewi telah mengantar Putri pulang. Kemudian pada tuturan “Mampir dulu” menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya, karena Dewi sudah mau mengantarnya sampai ke rumah. Tuturan “Lain kali aja ya, aku langsungan aja” menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya, karena tuturan Dewi tidak bersungguh-sungguh meyakinkan tuan rumah.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. bahwa ia akan mampir lain waktu, melainkan hanya untuk memperhalus menolak ajakan untuk mampir di rumah Putri. Tuturan-tuturan tersebut dalam masyarakat bahasa Indonesia dikenal dengan istilah “basa-basi”. Penggunaan basa-basi tidak hanya digunakan dalam kehidupan seharihari di masyarakat, tetapi pada keluarga pendidik juga sering ditemukan adanya basa-basi. Keluraga menurut KBBI (2008:659) adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah. Keluarga merupakan kesatuan dari orangorang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan perananperanan sosial bagi suami dan istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Basa-basi pada keluarga pendidik merupakan salah satu bentuk dari kesantunan berbahasa antaranggota keluarga pendidik dalam satu rumah. Berikut ini memperlihatkan fenomena basa-basi: (2) Ayah Anak. : Bagaimana sekolahmu tadi? : Baik, yah.. Pada dialog (2) konteksnya ketika ayah dan anak bertemu di rumah setelah seharian ayah bekerja dan anak bersekolah. Ungkapan “bagaimana sekolahmu tadi?” digunakan untuk membuka sebuah percakapan antara ayah dengan anaknya, agar hubungan ayah dengan anakanya tetap terjalin erat. Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui basa-basi yang digunakan ayah dan ibu, orang tua dan anak, anak dan anak di dalam keluarga pendidik. Peneliti memilih objek penelitian di dusun.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. Kenteng, Kejiwan, Wonosobo karena dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo dianggap dapat mewakili tuturan basi-basi dari para keluarga pendidik dalam berkomunikasi dengan sesama keluarga. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan suatu penelitian dengan judul “Basa-Basi Dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo”.. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut: a.. Apa saja wujud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo?. b.. Apa saja maksud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo?. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: a.. Mendeskripsikan wujud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo.. b.. Mendeskripsikan maksud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo..

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu: a.. Manfaat Teoretis Hasil. dari. penelitian. ini. diharapkan. dapat. membantu. pengembangan pragmatik khususnya yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa,. serta. dapat. digunakan. sebagai. referensi. dalam. berkomunikasi untuk membuka serta mempererat hubungan sosial penutur dan lawan tutur. b. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian basa-basi berbahasa ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi keluarga pendidik terutama antara orang tua dan anak maupun sebaliknya untuk membuka serta mempererat hubungan sosial penutur dan lawan tutur dalam berkomunikasi. Penelitian ini dapat juga memberikan masukan kepada para praktisi dalam bidang pendidikan terutama bagi dosen, guru, mahasiswa, siswa, dan tenaga kependidikan untuk mengetahui pentingnya basa-basi berbahasa dalam lingkup keluarga pendidik..

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. 1.5 Batasan Istilah Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tidak lepas dari teori basa-basi dan teori-teori yang mendukung penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan istilah sebagai berikut: 1.. Pragmatik Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksud orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. (Yule, 2006: 3). 2. Maksud Basa-basi Maksud Basa-basi ialah sesuatu yang sungguh-sungguh ingin disampaikan oleh penutur dan hanya bersumber dari penutur. yaitu yang berwujud pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara penutur dengan lawan tutur. (Arimi, 1998) 3. Basa-basi Kata-kata. dipakai. untuk. memecahkan. kesunyian,. untuk. mempertahankan suasana baik, dan sebagainya. Penggunaan bahasa untuk keperluan seperti ini dapat disebut penggunaan basa basi. (Arimi, 1998).

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. 4. Basa-basi Murni Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan penutur selaras dengan kenyataan. (Arimi, 1998) 5. Basa-basi Polar Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. (Arimi, 1998) 6. Konteks Konteks tuturan dapat diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. (Rahardi, 2003:20) 7. Keluarga Pendidik Keluarga pendidik adalah kesatuan dari ayah dan ibu beserta anaknya yang berinteraksi dan berkomunikasi dalam lingkup guru..

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topiktopik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini yang terdiri atas teori pragmatik, konteks, teori maksud, fenomena-fenomena pragmatik, basa-basi sebagai fenomena pragmatik, dan kategori fatis. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah.. 2.1 Penelitian Relevan Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topik-topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini yang terdiri atas teori pragmatik, konteks, teori maksud, fenomena-fenomena pragmatik, basa-basi sebagai fenomena pragmatik, dan kategori fatis. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah. Penelitian Sailal Arimi (1998) berjudul “Basa-Basi Dalam Masyarakat Bahasa Indonesia”. Penelitian ini bertujuan: (1) mendapatkan gambaran.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. tentang etnografi berbasa-basi bagi penutur bahasa Indonesia, dan memperoleh pengetahuan yang memadai tentang aturan, atau kaidah penyampaian basa-basi dalam bahasa Indonesia, (2) mendapatkan kejelasan kembali atas fungsi basa-basi, (3) menemukan jenis-jenis basa-basi, distribusinya dalam wacana interaktif, beserta hubungannya dengan strategi berbasa-basi yang tepat, dan (4) menemukan kekhasannya dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, Sailal Arimi menghasilkan beberapa. kesimpulan.. Basa-basi. sebagai. tuturan. rutin. yang. tidak. mementingkan informasi merupakan simbol tindakan sosial secara verbal untuk bertegur sapa, bersopan-santun, dan beramah tamah guna menciptakan hubungan solidaritas dan harmonisasi antarpenutur. Masyarakat penutur membutuhkan basa-basi dikaitkan dengan hakikat fungsi interaksional baik untuk membina dan/atau mempertahankan hubungan sosial antar penutur. Dari sudut relasi sosial antarpenutur yang dihasilkan (outcome), bagi penutur basabasi merupakan upaya untuk memperoleh rasa solidaritas dan harmonisasi dengan mitra tutur. Dari sudut fungsi hakiki bahasa, basa-basi merupakan sejemput fenomena bahasa yang berfungsi sebagai pemelihara kerja sama dan sangat reflektif. Basa-basi dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basabasi keteralamian, dan basa-basi keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar personal. Basa-basi bersifat universal sehingga menghasilkan kekhasankekhasan yang bersumber dari kebiasaan berbahasa dan sistem bahasa. Pengalihan pragmatis berdasarkan kekhasan-kekhasan tersebut dari satu bahasa ke bahasa lain (dalam hal ini bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau sebaliknya) dapat menimbulkan kegagalan atau konflik komunikasi. Penelitian Fitri Apri Susilo (2014) berjudul Basa-basi dalam Berbahasa Antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Dalam penelitian tersebut terdapat dua rumusan masalah yang ingin dikaji oleh peneliti, yaitu apa sajakah wujud Basa-basi dalam Berbahasa Antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014, apa sajakah maksud Basabasi dalam Berbahasa Antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan tiap pemaparan hasil analisis terhadap kedua permasalahan. dalam. penelitian. tersebut. ditemukan. bahwa:. peneliti. menemukan delapan wujud Basa-basi Berbahasa Antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta yang ditinjau dari kategori acknowledgment-nya terdiri dari delapan subkategori. Kedelapan subkategori tuturan basa-basi tersebut adalah (1) Apologize (meminta maaf), (2) Condole (belasungkawa), (3) Congratulate.

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. (mengucapkan salam), (4) greet (memberi salam), (5) thanks (berterimakasih), (6) bid (meminta/mengundang), (7) accept (menerima), (8) reject (menolak). Apologize (meminta maaf) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan.. Condole. (bela. sungkawa). yaitu. fungsi. tuturan. untuk. mengekspresikan rasa simpati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur. Congatulate (mengucapkan selamat) yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena ada kabar baik. Greet (memberi salam) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang. Thanks (berterima kasih) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan. Bid (meminta) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi. Accept (menerima) yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai) basa-basi dari mitra tutur. Reject (menolak) yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi dari mitra tutur. Penelitian Rawinda Fitrotul Mualafina (2013) berjudul Basa-Basi Dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Tradisional Kertek Wonosobo. Terdapat tiga rumusan masalah yang dikaji oleh peneliti, yaitu (1) bagaimana bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek, (2) apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan bentuk, jenis, dan distribusi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek, dan (3) bagaimana fungsi dari penggunaan basa-basi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek. Berdasarkan pemaparan hasil analisis terhadap ketiga permasalahan dalam penelitian tersebut, dapat.

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. disimpulkan bahwa: (1) basa-basi yang digunakan dalam komunikasi di Pasar Kertek Wonosobo ini berbeda dengan basa-basi yang digunakan di tempat lain, (2) melalui pembahasan mengenai bentuk dan jenis, diperoleh fakta bahwa suatu kalimat mampu menyampaikan maksud yang berbeda dengan bentuk fisik kalimat tersebut, (3) ujaran basa-basi yang digunakan di Pasar Kertek ini hadir pada tiga posisi dalam struktur percakapan jual beli terjadi, yaitu rangkaian pembukaan atau opening sequences, rangkaian sisipan atau insertion sequences, dan rangkaian penutup atau closing sequences, (4) sebagai salah satu bentuk bahasa dalam masyarakat, penggunaan basa-basi tidak dapat terlepas dari sejumlah faktor sosial tertentu yang berpengaruh terhadap bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam sebuah percakapan jual-beli, (5) melalui enam fungsi yang ditemui dalam penggunaan basa-basi diketahui bahwa meskipun kehadirannya manasuka dan tidak mengandung informasi yang baru, kedudukan penggunaan basa-basi dalam percakapan tetaplah penting dalam kaitannya dengan fungsi secara sosial. Dari ketiga penelitian yang relevan tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Kesamaaan dengan penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya terletak pada topik yang sama yaitu basa-basi berbahasa. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Apri Susilo terdapat rumusan masalah yang hampir sama dengan peneliti yaitu mengkaji tentang bentuk basa-basi berbahasa. Akan tetapi, tentu terdapat perbedaan dengan penelian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. Perbedaan ini yakni terletak pada subjek penelitian. Penelitian yang berudul “Basa-basi.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo” menggunakan subjek keluarga pendidik yang tinggal di Dusun Kenteng, dalam penelitiannya. Hal inilah yang membedakan dengan peneliti-peneliti sebelumnya, dimana penelitian yang terdahulu belum ada yang menggunakan subjek yang sama dengan peneliti.. 2.2. Kajian Teori. 2.2.1 Pragmatik Rahardi (2003:10) mengatakan bahwa pragmatik merupakan cabang dari linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja yang termasuk di dalam stuktur bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi anatara penutur dengan mitra tutur, serta sebagai pegacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau luar bahasa. Levinson (1997) dalam Sudaryanto (2010:118) mengatakan “Pragmatics is the study of relations between language and context that a basic to an account of language understanding” (Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan kemampuan pengguna bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi penjelasan tentang pemahaman bahasa). Konteks sangat diperlukan dalam pragmatik, tanpa konteks analisis pragmatik tidak akan berjalan. Dengan kata lain, daya pragmatik sangat bergantung pada konteks yang berlangsung pada waktu tuturan diujarkan dalam sebuah peristiwa tutur. Yule (2006:3) mengatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar..

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksud orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu. sendiri.. Pragmatik. melibatkan. penafsiran. tentang apa. yang. dimaksudkan orang di dalam suatu konteks dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Setiap penutur yang bertutur memiliki maksud yang ingin disampaikannya. Maksud tersebut adalah milik si penutur, bukan tuturan. Tuturan merupakan media bagi penutur untuk menyampaikan maksud tersebut. Berkaitan dengan maksud tersebut, maka perlu dipahami bagaimana maksud dan makna dapat dibedakan, sebab kedua hal tersebut berbeda jika telah bersinggungan dengan konteks situasi. George (1964) dalam Rahardi (2003:12) telah menunjukkan bahwa ilmu bahasa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya adalah ilmu tentang makna bahasa, dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya. Terhadap tanda atau lambang bahasa yang mencuat di sekelilingnya itu, manusia akan selalu akan bereaksi dengan aneka kemungkinan sikap dan variasi tindakan atau perilakunya. Cruse (2000:16) dalam Cummings (2007:2) memaparkan bahwa pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi yang disampaikan melalui bahasa yang tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan,.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. tetapi yang juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada maknamakna yang dikodekan secara konvesional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut.. 2.2.2. Konteks Rahardi (2003:20) mengemukakan bahwa konteks tuturan dapat diartikan. sebagai. semua. latar. belakang pengetahuan. (background. knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. Konteks sangat penting dalam kajian pragmatik. Menurut Leech (1983:13) dalam Nadar (2009: 6) konteks didefinisikan sebagai background knowledge assumed to be shared by s and h and which contributes to h’s interpretation of what s means by a given utterance (Latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu) (s berarti speaker “penutur”; h berarti hearer “lawan tutur”). Leech menambahkan dalam definisinya tentang konteks yaitu sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang secara bersama dimiliki oleh penutur dan petutur,. dan. konteks. ini. membantu. petutur. menafsirkan. atau. menginterpretasikan maksud tuturan penutur. Dengan demikian, konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur.

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan. Hymes (1974) dalam Sudaryanto (2010:119) mengembangkan konteks situasi yang dikenalkan oleh Malinowski dan Firth yang menghubungkannya dengan situasi tutur. Dalam situasi tutur tersebut, terdapat delapan komponen tutur yang disingkat menjadi SPEAKING. Kedelapan komponen tutur itu dapat mempengaruhi tuturan seseorang. Delapan komponen tutur itu meliputi latar fisik dan latar psikologi (setting and scene), peserta tutur (partisipants), tujuan tutur (ends), urutan tindak (acts), nada tutur (keys), saluran tutur (instruments), norma tutur (norms), dan jenis tutur (genres). 1) Settings adalah tempat dan waktu terjadinya pertuturan, termasuk di dalamnya kondisi psikologis dan cultural yang menyangkut pertuturan tersebut. 2) Participant menyangkut peserta tutur. 3) Ends menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu situasi tutur. 4) Acts of sequence menunujuk pada saluran tutur yang dapat merupakan lisan maupun tertulis. 5) Key menunujukkan cara dari pertuturan yang dilangsungkan. 6) Instrumentalities menunjukkan penggunaan kaidah berbahasa dalam pertuturan. 7) Norms adalah norma atau tuturan dalam berinteraksi..

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. 8) Genre adalah kategori tuturan yang dapat merupakan puisi, surat, artikel, dan sebagainya. Syafi‟ie (1990:126) dalam Lubis (2011:60) mengatakan konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu (1) konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu; (2) konteks epistemis atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara ataupun pendengar; (3) konteks linguistik yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; (4) konteks sosial yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara penutur dengan pendengar. Anwar (1984:44-45) menjelaskan istilah konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih memahami masalah arti bahasa. Situasi itu dapat formal dan informal. Kata konteks lebih luas jangkauannya. Konteks itu mencakup pengertian situasi tetapi ditambah dengan pengertian lain. Konteks dari sebuah kata atau bicara dapat meliputi seluruh latar belakang sosial dari masyarakat bahasa itu. Bila kita membaca kata-kata tertentu dalam sebuah buku, kadang-kadang kita kurang memahami kata itu tanpa memahami isi buku itu secara keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa konteks daripada kata-kata itu tadi adalah semua kata-kata yang digunakan dalam buku itu. Konteks sangat.

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. penting dalam memahami suatu tuturan, ia tidak menelaah bahasa secara internal melainkan secara eksternal. Konteks itu bisa berupa bahasa dan bukan bahasa, kedua-duanya dapat mempengaruhi arti bahasa. Istilah konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih memahami arti masalah bahasa. Cumming. (2005:5). mengatakan. bahwa. kita. tidak. dapat. mendapatkan definisi pragmatik yang lengkap bila konteksnya tidak disebutkan. Gagasan tentang konteks berada di luar pengejawantahannya yang jelas seperti latar fisik tempat dihasilkannya suatu ujaran yang mencakup faktor-faktor linguistik, sosial dan epistemis. Meskipun peran konteks dalam bahasa sudah lama diketahui, akan tetapi baru sekaranglah kontribusi faktor-faktor konteks terhadap proses argumentasi diselidiki secara serius oleh para ahli pragmatik. Yule (1996) dalam Sudaryanto (2010:120) membahas konteks dalam kemampuan seorang untuk mengidentifikasi referen-referen yang bergantung pada satu atau lebih pemahaman orang itu terhadap ekspresi yang diacu. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Yule membedakan konteks dan koteks. Konteks ia definisikan sebagai lingkungan fisik dimana sebuah kata dipergunakan. Koteks adalah bahan linguistik yang membantu memahami sebuah ekspresi atau ungkapan. Gunarwan (2004) dalam Sudaryanto (2010:122) menjelaskan konteks merupakan konsep yang dinamis. Maksud dinamis di sini adalah bahwa. kenyataan. dunia. selalu. berubah,. dalam. arti. luas. yang.

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. memungkinkan partisispan berinteraksi dalam proses komunikasi dan ekspresi linguistik dari interaksi mereka yang dapat dimengerti. Misalnya, pragmatik menjelaskan pemilihan bentuk bahasa didasarkan pada tujuan para peserta pertuturan. Cutting (2008) dalam Sudaryanto (2010:122) menjelaskan konteks adalah pengetahuan ihwal dunia fisik dan sosial serta faktor-faktor sosiopsikologis yang memengaruhi komunikasi sebagaimana pengetahuan waktu dan tempat di dalam kata-kata yang dituturkan atau dituliskan. Konteks merupakan pengetahuan yang dimiliki bersama penutur dan petutur. Cutting membagi konteks menjadi tiga macam, yaitu konteks situasional, konteks pengetahuan latar, dan koteks. Konteks situasional berkaitan dengan situasi tempat interaksi tuturan, apakah penutur mengetahui ihwal apa yang dapat mereka lihat di sekelilingnya. Konteks pengetahuan latar berkaitan dengan apakah penutur dan petutur saling mengetahui ihwal budaya dan interpersonal.. 2.2.3. Teori Maksud Rahardi (2003:16−17) dalam bukunya telah berbicara perihal maksud dan makna. Rahardi memaparkan bahwa makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat terikat konteks (context dependent), sedangkan makna yang dikaji di dalam semantik berciri bebas konteks (context independent). Makna yang dikaji di dalam semantik bersifat diadik (diadic meaning), sedangkan dalam pragmatik makna itu bersifat triadik (triadic meaning). Pragmatik mengkaji bahasa untuk memahami maksud penutur, semantik.

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. mempelajarinya untuk memahami makna sebuah satuan linguan a sich, yang notabene tidak perlu disangkutpautkan dengan konteks situasi masyarakat dan kebudayaan tertentu yang menjadi wadahnya. Informasi dan maksud sama-sama sesuatu yang luar-ujaran. Hanya bedanya kalau informasi itu merupakan sesuatu yang luar-ujaran dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan; sedangkan maksud dilihat dari segi pengujarnya, orang yang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frasa, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri. Di simpang-simpang jalan di Jakarta banyak pedagang asongan menawarkan barang dagangannya kepada para pengemudi atau penumpang kendaraan (yang kebetulan kendaraannya tertahan arus lalu lintas) dengan kalimat tanya “Koran, Koran?”. Padahal mereka tidak bermaksud bertanya melainkan bermaksud menawarkan. Contoh lain, seorang ayah setelah memeriksa buku rapor anaknya, dan melihat bahwa angka-angka dalam buku rapor itu banyak yang merah, berkata kepada anaknya dengan nada memuji, dengan kalimat itu dia sebenarnya bermaksud menegur atau mungkin juga mengejek anaknya. Maksud banyak digunakan dalam bentuk-bentuk ujaran yang disebut metafora, ironi, litotes, dan bentuk-bentuk gaya bahasa lain. Selama masih menyangkut segi bahasa maka maksud itu masih dapat disebut sebagai bahasa maka maksud itu masih dapat disebut persoalan bahasa. Tetapi kalau sudah terlalu jauh dan tidak berkaitan lagi dengan.

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. dengan bahasa maka sudah tidak dapat lagi disebut sebagai persoalan bahasa. Mungkin termasuk persoalan bidang studi lain; entah filsafat, antropologi, atau juga psikologi. Maksud yang menyangkut pihak pengujar masih memiliki persoalan semantik, asal saja lambang-lambang yang digunakan masih berbentuk lingual. (Chaer, 2009: 35). 2.2.4. Fenomena Pragmatik Dalam ilmu pragmatik terdapat empat fenomena pragmatik yang. telah. disepakati,. (presupposition),. (3). yaitu. (1). implikatur. deiksis, percakapan. (2). praanggapan. (conversational. implicature), dan (4) tindak ujaran (speech acts), (Purwo, 1990:17).. 2.2.4.1 Deiksis Menurut Yule (2006:13) deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti „penunjukkan‟ melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan „penunjukkan‟ disebut ungkapan deiksis. Yule (2006:13-15) membagi deiksis menjadi tiga, yaitu deiksis persona (kata ganti orang pertama „saya‟, orang kedua „kamu‟, dan orang ketiga „dia laki-laki‟, „dia perempuan‟, atau „dia barang/ sesuatu‟), deiksis tempat („di sini‟ dan „di sana‟), dan deiksis waktu („pekan depan, „pekan yang lalu‟, „pekan ini‟, „kemarin‟, „hari ini‟, „nanti malam‟, „sekarang‟, dan „kemudian‟)..

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. Purwo (1990:17) menjelaskan bahwa kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata yang deiksis. Kata-kata tersebut tidak memiliki referen yang tetap. Berbeda halnya dengan kata rumah, kertas, kursi, di tempat manapun, pada waktu kapan pun, referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata saya, sini, sekarang barulah dapat diketahui pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Kushartanti (2005:111) menjelaskan bahwa deiksis adalah cara merujuk pada suatu hal yang berkaitan dengan erat dengan konteks penutur. Dengan demikian, ada rujukan yang berasal dari penutur, dekat dengan penutur, dan jauh dari penutur. Ada tiga jenis deiksis, yaitu deiksis ruang, deiksis persona, dan deiksis waktu.. 2.2.4.2 Praanggapan Rahardi (2005:42) mengatakan bahwa sebuah tuturan dapat dikatakan praanggapan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan yang dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang mempresuposisikan tidak dapat dikatakan. Tuturan yang berbunyi Mahasiswa tercantik di kelas itu pandai sekali. Mempraanggapkan adanya seseorang mahasiswa yang berparas sangat cantik. Apabila pada kenyataannya memang ada seorang mahasiswa yang berparas sangat cantik di kelas itu, tuturan di atas dapat dinilai benar atau salahnya. Sebaliknya, apabila di.

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. dalam kelas itu tidak ada seorang mahasiswa yang berparas cantik, tuturan tersebut tidak dapat ditentukan benar atau salahnya. Presuposisi merupakan kajian dalam lingkup semantik, namun dalam perkembangannya para linguis cenderung berpendapat bahwa kajian presuposisi dalam lingkup semantik saja tidak dapat memuaskan mereka, sehingga kajian presuposisi bergeser ke wilayah pragmatik (Nadar, 2009:63). Levinson dalam Nadar (2006:64-65) menyatakan bahwa preposisi pragmatik merupakan inferensi pragmatik yang sangat sensitif terhadap faktor-faktor konteks, dan membedakan terminologi preposisi menjadi dua macam. Pertama, kata “presuposisi” sebagai terminologi umum dalam penggunaan bahasa Inggris sehari-hari, serta kata “presuposisi” sebagai terminologi teknis dalam kajian pragmatik. Di bandingkan dengan luasnya makna preposisi secara umum dalam penggunaan seharihari, makna preposisi dalam pragmatik relatif lebih sempit. Preposisi dapat dijelaskan sebagai berbagai inferensi atau asumsi pragmatik yang nampaknya dibangun menjadi ungkapan linguistik.. 2.2.4.3 Implikatur Rahardi (2003:85) mengatakan bahwa di dalam pertuturan yang sesungguhnya, penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat semacam kontrak.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling dimengerti. Rahardi (2005: 42-43) menyebutkan tuturan Bapak datang, jangan. menangis!. Tidak. semata-mata. dimaksudkan. untuk. memberitahukan bahwa sang ayah sudah datang dari tempat tertentu. Si penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur bahwa sang ayah yang bersikap keras dan sangat kejam itu akan melakukan sesutau terhadapnya apabila ia masih terus menangis. Dengan perkataan lain, tuturan itu mengimplikasikan bahwa sang ayah adalah orang yang keras dan sangat kejam dan sering marah-marah pada anaknya yang sedang menangis. Di dalam implikatur, hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan maksud yang tidak dituturkan itu bersifat tidak mutlak. Inferensi maksud tuturan itu harus didasarkan pada konteks situasi tutur yang mewadahi munculnya tuturan tersebut. Menurut Levinson (183) dalam Hamid Hasan (2011:73), ada empat faedah konsep implikatur, yaitu: a) Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan yang tak terjangkau oleh teori linguistik; b) Dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa; c) Dapat memberikan pemerian semantik yang sederhana tentang hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang sama;.

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. d) Dapat memerikan bebagai fakta yang secara lahiriah kelihatan tidak berkaitan, malah berlawanan (seperti metafora).. 2.2.4.4 Tindak Ujaran Tindak tutur diklasifikasikan menjadi 5 jenis fungsi umum, yaitu deklarasi, presentatif, ekspresi, direktif, dan komisif (Yule, 2006: 92-94). Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Contoh 1: Wasit: Anda ke luar! contoh. 1. menggambarkan,. penutur. harus. memiliki. Seperti peran. institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi secara tepat. Pada waktu menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata. Representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Contoh 2: Bumi itu datar. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian, seperti yang digambarkan dalam contoh 2, merupakan contoh dunia sebagai. sesuatu. yang. diyakini. oleh. penutur. yang. menggambarkannya. Pada waktu menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya). Tindak tutur selanjutnya yaitu ekspresif. Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Contoh 3:.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. Sungguh, saya minta maaf. Seperti yang digambarkan dalam contoh 3, tindak tutur mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur. Pada waktu menggunakan ekspresif penutur menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya). Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain mengatakan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, dan pemberian saran. Contoh 4: Jangan menyentuh itu! Seperti yang digambarkan dalam contoh 4, bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Pada waktu menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata (lewat pendengar). Tindak tutur berikutnya ialah komisif. Komisif adalah jenis tindak tutur yang dapat dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa; janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Contoh 5: Kami tidak akan melakukan itu. Seperti ditunjukkan dalam contoh 5, dapat ditampilkan sendiri oleh penutur atau penutur sebagai anggota kelompok. Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan katakata (lewat penutur)..

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. Dengan mendasarkan gagasan pendahulunya, yakni Austin (1962), John R. Searle (1969) dalam buku Speech Acts: An Essay in The Philisophy of Language melalui Kunjana (2003: 70) menyatakan bahwa pada praktik penggunaan bahasa yang sesungguhnya itu terdapat tiga macam tindak tutur. Ketiga macam tindak tutur atau speech acts itu secara berturut-turut dapat disebutkan seperti berikut ini: (1) tindak lokusioner (locutionary acts), (2) tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan (3) tindak perlokusioner (perlocutionary acts).. 2.2.4.4.1 Tindak Lokusi Tindak tutur lokusioner adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat, sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu sendiri. Adapun tindak tutur lokusioner itu dapat dinyatakan dengan ungkapan the act of saying something. Di dalam tindak lokusioner itu sama sekali tidak dipermasalahkan dalam ihwal maksud tuturan yang disampaikan oleh penutur. Jadi sekali lagi, perlu dikatakan bahwa tindak tutur lokusioner itu adalah tindak menyampaikan informasi yang disampaikan oleh penutur.. 2.2.4.4.2. Tindak Ilokusi Tindak ilokusioner ini merupakan tindak melakukan sesuatu. dengan maksud dan fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya. Tindak tutur ilokusioner dapat dinyatakan dengan.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. ungkapan dalam bahasa Inggris, the act of doing something. Jadi, ada semacam daya atau force di dalamnya yang dicuatkan oleh makna dari sebuah tuturan.. 2.2.4.4.3. Tindak Perlokusi Tindak perlokusioner ini merupakan tindak menumbuhkan. pengaruh kepada sang mitra tutur oleh penutur. Tindak perlokusioner dapat dinyatakan dengan ungkapan dalam bahasa Inggris, the act of affecting someone. ((cf. Wijana, 1996); Rahardi; 2004, dan Rahardi; 2006), Rahardi, 2009: 17).. 2.2.5. Basa-basi Sebagai Fenomena Pragmatik Anwar (1984:47) mengatakan bahwa kata-kata dipakai untuk. memecahkan kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik, dan sebagainya. Penggunaan bahasa untuk keperluan seperti ini dapat disebut penggunaan basa basi. Dalam bahasa Inggris ada ahli yang menyebut dengan istilah phatic communication untuk jenis kegunaan seperti ini. Fungsi bahasa yang seperti ini tak dapat dianggap tak penting bahkan kadang-kadang bersifat menentukan dalam hubungan manusia selanjutnya. Bila salah menggunakan phatic communication maka ia dapat berakibat jelek atau tak menyenangkan. Yang penting dalam penggunaan bahasa untuk keperluan basa basi ini tentulah bukan isi pembicara tetapi sikap yang diperlihatkan oleh si pembicara. Si pembicara dapat melakukan gerak atau.

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. sikap badan tertentu dan alunan suara tertentu yang dapat dilazimkan dalam sesuatu masyarakat bahasa. Di negeri kita ini bila orang bertemu orang lain sering menanyakan hendak ke mana terhadap lawan bicara. Biasanya dalam hal ini si penanya tidak mempunyai minat untuk mengetahui hendak ke mana orang yang ditanya itu, dia hanya sekedar mengumumkan bahwa dia ingin mempertahankan hubungan baik selama ini. Yang ditanya pun tentu paham akan hal ini dan karena itu dapat memberikan jawaban juga juga sekedar memberi jawaban. Tentu ia boleh memberikan jawaban terperinci dengan menyebutkan rencana perjalanannya hari itu, tetapi biasanya ini jarang dilakukan. Setiap masyarakat bahasa mempunyai cara sendiri-sendiri dalam menggunakan bahasa untuk keperluan basa-basi. Orang yang sudah pandai berbahasa asing, akan tetapi belum menguasai penggunaan bahasa untuk keperluan basa-basi dalam bahasa asing itu, tanpa disengaja mungkin menerjemahkan saja bahasa basa-basi bahasa ibunya ke dalam bahasa asing itu. Hal ini sering menimbulkan salah pengertian pada lawan bicara sehingga tujuan pembicaraan tidak tercapai. Dalam sesuatu masyarakat bahasa macam basa-basi yang digunakan umumnya sudah diketahui setiap peserta masyarakat itu. Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2004:16) menjelaskan bahwa ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam fatik atau yang dikenal dengan basa-basi, biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu berjumpa,.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. pamit,. membicarakan. Ungkapan-ungkapan. cuaca, yang. atau. menanyakan. digunakan. tidak. keadaan. dapat. 30. keluarga.. diartikan. atau. diterjemahkan secara harfiah. Misalnya, dalam bahasa Indonesia ada ungkapan seperti Apa kabar?, Bagaimana kabar keluarga di rumah?, Mau kemana nih?, dan sebagainya. Oleh karena itu, penggunaan suatu bahasa tidak. akan. lepas. dari. basa-basi,. namun. hanya. berbeda. kadar. penggunaannya. Penggunaan paling besar dalam percakapan yang bertujuan untuk memelihara komunikasi, dimana ungkapan itu hanya uuntuk bersopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi. Malinowski. (1923:315). dalam. tesis. Waridin. (2008:13). mendefinisikan phatic communication sebagai “a type of speech in which ties of union are reated by more exchange of word”. Phatic communion mempunyai fungsi sosial. Phatic communication digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan.Phatic. communication. yang. digunakan. berfungsi. memantapkan ikatan persolan di antara peserta komunikasi semata-mata karena adanya kebutuhan akan kebersamaan, dan tidak bertujuan mengkomunikasikan ide. Arimi (1998:95) menegaskan basa-basi dapat didefinisikan sebagai fenomena bahasa yang secara sadar dipakai oleh penutur akan tetapi secara sadar pula tidak diakuinya ketika ditanyakan kebasa-basian itu. Dengan.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. perkataan lain, basa-basi adalah fenomena lingual yang alamiah tetapi penggunaannya mental atau menolak jika ditanyakan apakah penutur berbasa-basi. Arimi (1998: 96) juga menjelaskan bahasa secara metodologis penolakan tersebut akan lebih jelas jika dibandingkan dengan aktivitas verbal non basa-basi, seperti aktivitas marah atau serius. Bagi aktivitas marah atau serius, penutur dapat mengakui kepada mitra tuturnya bahwa ia marah atau serius. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa basa-basi berkaitan dengan. ihwal. maknawi. kebertegursapaan,. kesopansantunan,. dan. keramahtamahan. Tegur sapa, sopan santun dan ramah tamah menyangkut perangkat etika, tata susila, dan tata krama pergaulan yang melokal jika ditanyakan. Basa-basi juga bermakna penolakan dari yang sebenarnya. Basa-basi dipahami sebagai ungkapan yang tidak sungguh-sungguh, purapura, dan kebohongan. Dengan demikian basa-basi dapat dikatakan sebagai tuturan untuk menjalin solidaritas dan harmonisasi. Menurut. Jakobson. (1980). dalam. tesis. Waridin. (2008:15). mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang digunakan untuk memulai,. mempertahankan,. atau. memutuskan. komunikasi. untuk. memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan. Arimi (1998:170) melalui tesisnya membagi tuturan basa-basi berdasarkan daya tuturannya menjadi basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basa-basi keterlamian, dan basa-basi keakraban. Sedangkan basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basabasi polar personal. Berikut contoh pemakaian basa-basi murni dan basabasi polar. Contoh: (3) Pak Ramzi. : Selamat pagi, pak. Silakan mampir dulu?. Pak Ramdan : Selamat pagi juga, Pak Ramzi. Iya Pak, terima kasih lain kali saja. Pada dialog (3) konteksnya ketika Pak Ramdan sedang berjalan di depan rumah Pak Ramzi dan Pak Ramzi sedang duduk-duduk di teras rumah. Tuturan tersebut termasuk basa-basi karena digunakan ketika Pak Ramzi bertemu dengan Pak Ramdan. Ungkapan “Selamat pagi” dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang menandai realitas pagi dan ungkapan tersebut merupakan basa-basi murni. Kemudian pada tuturan “Silakan mampir dulu?” menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya karena Pak Ramzi melihat Pak Ramdan sedang berjalan di.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. depan rumahnya. Tuturan “Iya pak, terima kasih lain kali saja” menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya, karena tuturan Pak Ramdan bukan bersungguh-sungguh menyakinkan tuan rumah bahwa dia akan mampir, melainkan hanya untuk sopan santun menolak untuk mampir di rumah Pak Ramzi dan tuturan tersebut merupakan basa-basi polar. Basa-basi. dapat. dikatakan. termasuk. tindak. tutur. ilokusi. komunikatif. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa fungsi basa-basi yang termasuk ke dalam klasifikasi Skema Tindak Tutur (STT) yang diklasifikasikan oleh Ibrahim (1993:16) dalam Susilo (2014:45). Ibrahim (1993:16) dalam skripsi Susilo (2014:45-46) mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi komunikatif ke dalam skema tindak tutur. Skema tersebut didasari atas maksud ilokusi atau sikap yang terekspresikan, yang digunakan untuk membedakan tindak-tindak ilokusi yang semuanya homogen. Tindak itu diidentifikasi oleh maksud-maksud yang ada dalam tindak itu (pengenalan mitra tutur terhadap sikap yang diekspresikan penutur), ciri-ciri pembeda setiap tipe tindak ilokusi menspesifikasi hal-hal yang harus mitra tutur identifikasi dalam tahap akhir STT. Klasifikasi tindak tutur ilokusi komunikatif menurut Ibrahim (1993:16) dalam Susilo (2014:46) sebagai berikut: 1) Constantif merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi dengan ekspresi maksud sehingga mitra tutur membentuk atau memegang kepercayaan. yang. serupa.. Tuturan. constantifs:. Assertives,. Predictives, Retrodictives, Descriptives, Ascriptives, Informatives,.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. Confirmatives, Concessives, Retractives, Assentives, Dissentives, Responsives, Suggestives, dan Suppositives. 2) Directive mengekspresikan sikap penutur terhadap tindakan prospektif oleh mitra tutur dan kehendaknya terhadap tindakan mitra tutur.Tuturan directives: Requestives, Questions, Requireents, Prohibilities, Premissives, dan Advisories. 3) Commisiver mengekspresikan kehendak dan kepercayaan penutur sehingga ujarannya mengharuskannya untuk melakukan sesuatu. Tuturan commisivers: Promise dan Offers. 4) Aknowledgment mengekspresikan perasaan mengenai mitra tutur atau dalam kasus-kasus di mana ujaran berfungsi secara formal, kehendak penutur bahwa ujarannya memenuhi kriteria sosial untuk mengekspresikan perasaan dan kepercayaan tertentu seperti. Basabasi sebagai pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara dengan penyimak masuk dalam klasifikasi acknowledgements. Acknowledgments merupakan tuturan yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur atau dalam kasus-kasus di mana ujaran berfungsi secara formal, kehendak penutur bahwa ujarannya memenuhi kriteria harapan sosial untuk mengekspresikan perasaan dan kepercayaan tertentu. Tuturan yang termasuk acknowledgements adalah sebagai berikut:.

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. a) Apologize (meminta maaf) Apologize. (meminta. maaf). yaitu. fungsi. tuturan. untuk. mengekspresikan penyesalan sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur menyesal telah melakukan kesalahan terhadap mitra tutur. b) Condole (belasungkawa) Condole. (belasungkawa). yaitu. ungsi. tuturan. yang. mengekspresikan rasa simpati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur bersimpati dengan mitra tutur yang mengalami musibah. c) Congratulate (mengucapkan selamat) Congratulate (mengucapkan selamat) yitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena adanya kabar baik sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur senang dengan sesuatu yang diraih oleh mitra tutur. d) Greet (memberi salam) Greet (memberi salam) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang. e) Thanks (berterimakasih) Thanks (berterimakasih) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan teriama kasih karena mendapat bantuan sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur benar-benar mengucapkan terima kasih kepada mitra tutur..

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 36. f) Bid (meminta/ mengundang) Bid (meminta) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur berharap dengan yang dilakukan mitra tutur akan baik atau menyenangkan. g) Accept (menerima) Accept (menerima) yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai) basa-basi dari mitra tutur sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur menghargai dengan apa yang dilakukan oleh mitra tutur. h) Reject (menolak) Reject. (menolak). yaitu. fungsi. tuturan. untuk. menolak. (melanggar) basa-basi dari mitra tutur sehingga mitra tutur percaya. bahwa. penutur. kurang. menghargai. apa. yang. diharapakan oleh mitra tutur. Komponen dan klasifikasi tindak tutur ilokusi komunikatif tersebut dapat digunakan sebagai faktor pendukung dalam melakukan analisis basa-basi bahasa.. 2.2.6. Kategori Fatis Sebagai. salah. satu. ahli. bahasa. Indonesia,. Kridalaksana. menyampaikan gagasannya tentang kategori fatis. Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan.

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 37. pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Kelas kata ini biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawancara bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan. Karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam non-standar. Maka kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat non-standar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional. Ada bentuk fatis yang terdapat di awal kalimat, misalnya “Kok kamu pergi juga?”, ada yang di tengah kalimat, misalnya “Bukan dia, kok, yang mengambil uang itu!”, dan ada pula yang di akhir kalimat, misalnya “Saya hanya lihat saja, kok!”. Kategori fatis mempunyai wujud bentuk bebas, misalnya kok, deh, atau selamat, dan wujud bentuk terikat misalnya –lah atau pun. Bentuk dan jenis kategori fatis terbagi atas: (1). Partikel dan kata fatis. (a). ah menekankan rasa penolakan atau acuh tak acuh, misalnya: “Ah masa sih!”. (b). ayo menekankan ajakan, misalnya: “Ayo kita pergi!” Ayo mempunyai variasi yo bila diletakkan di akhir kalimat. Ayo. juga bervariasi dengan ayuk dan ayuh. (c). deh digunakan untuk menekankan: (1). pemaksaan dengan membujuk, misalnya:.

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 38. “Makan deh, jangan malu-malu.” Dalam hal ini deh berdekatan tugasnya dengan partikel –lah. (2). pemberian persetujuan, misalnya: “Boleh deh.”. (3). pemberian garansi, misalnya: “Makanan dia enak deh!”. (4). sekedar penekanan, misalnya: “Saya benci deh sama dia.”. (d). dong digunakan untuk: (1). menghaluskan perintah, misalnya: “Bagi dong kuenya.”. (2). menekankan kesalahan kawan bicara, misalnya: “Ya jelas dong.”. (e). ding menekankan pengakuan kesalahan pembicara, misalnya: “Eh, iya ding salah!”. (f). halo digunakan untuk (1). memulai dan mengukuhkan pembicaraan di telepon, misalnya: “Halo, 345627!”. (2). menyalami kawan bicara yang dianggap akrab, msalnya: “Halo, Martha, ke mana aja nih?”.

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. (g). 39. kan apabila terletak pada akhir kalimat atau awal kalimat, maka kan merupakan kependekan dari kata bukan atau bukankah, dan tugasnya ialah menekankan pembuktian, misalnya: “Kan dia sudah tahu?” “Bisa saja, kan?” Apabila kan terletak di tengah kalimat, maka kan juga bersifat menekankan pembuktian atau bantahan, misalnya: “Tadi kan sudah dikasih tahu!”. (h). kek mempunyai tugas (1). menekankan pemerincian, misalnya: “Elu kek, gue kek, sama saja.”. (2). menekankan perintah, misalnya: “Cepetan kek, kenapa sih?”. (3). menggantikan kata saja, misalnya: “Elu kek yang pergi!”. (i). kok menekankan alasan dan pengingkaran, misalnya: “Saya Cuma melihat saja kok!” “Dia kok yang ambil, bukan saya.” Kok dapat juga bertugas sebagai pengganti kata tanya mengapa atau kenapa bila diletakkan di awal kalimat, misalnya: “Kok sakit-sakit pergi juga?”. (j). –lah menekankan kalimat imperati, dan penguat sebutan dalam kalimat, misalnya:.

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 40. “Biar sayalah yang pergi.” (k). lho bila terletak di awal kalimat, bersifat seperti interjeksi yang menyatakan kekagetan, misalnya: “Lho, kok jadi gini sih?” Bila terletak di tengah atau di akhir kalimat, maka lho bertugas menekankan kepastian, misalnya: “Saya juga mau lho.” “Ini lho yang saya dengar kabar jelek nih.”. (l). mari menekankan ajakan, misalnya: “Mari makan.”. (m). nah selalu terletak pada awal kalimat dan bertugas untuk minta supaya kawan bicara mengalihkan perhatian ke hal lain, misalnya: “Nah, bawalah uang ini dan belikan aku nasi sebungkus.”. (n). pun selalu terletak pada ujung konstituen pertama kalimat dan bertugas menonjolkan bagian tersebut, misalnya: “Orang tua murid pun prihatin melihat kenakalan anak-anak itu.”. (o). selamat diucapkan kepada kawan bicara yang mendapatkan atau mengalami sesuatu yang baik, misalnya: “Selamat ya.”. (p). sih memiliki tugas: (1). menggantikan tugas –tah, dan –kah, misalnya: “Siapa sih namanya, Dik?”. (2). sebagai makna „memang‟ atau „sebenarnya‟, misalnya:.

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 41. “Bagus sih bagus, Cuma mahal amat.” (3). menekankan alasan, misalnya: “Abis Gatot dipukul sih!”. (q). toh bertugas menguatkan maksud; ada kalanya memiliki arti yang sama dengan tetapi, misalnya: “Saya toh tidak merasa bersalah.” “Biarpun sudah kalah, toh dia lawan terus.”. (r). ya bertugas: (1). mengukuhkan atau membenarkan apa yang ditanyakan kawan bicara, bila dipakai pada awal ujaran, misalnya: (Apakah rencana ini jadi dilaksanakan?) “Ya tentu saja.”. (2). minta persetujuan atau pendapat kawan bicara, bila dipakai pada akhir ujaran, misalnya: “Jangan pergi, ya!” “Ke mana, ya?”. (s). yah digunakan pada awal atau di tengah-tengah ujaran, tetapi tidak pernah pada akhir ujaran, untuk mengungkapkan keragu-raguan atau ketidakpastian terhadap apa yang diungkapkan oleh kawan bicara atau yang tersebut dalam kalimat sebelumnya, bila dipakai pada awal ujaran; atau keragu-raguan atau ketidakpastian atau isi konstituen ujaran yang mendahuluinya, bila dipakai di tengah ujaran, misalnya:.

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 42. “Yah, apa aku bisa melakukannya?” “Orang ini, yah, tidak mempunyai keterampilan apa-apa.” (2). Frase fatis. (a). frase dengan selamat dipergunakan untuk memulai dan mengakhiri interaksi antara pembicara dan kawan bicara, sesuai dengan keperluan dan situasinya, misalnya: selamat pagi. selamat siang. selamat sore. selamat malam. selamat jumpa. selamat jalan. selamat belajar. selamat tidur. selamat makan. selamat hari jadi. selamat ulang tahun. (Kata selamat dapat berdiri sendiri). (b). terima kasih digunakan setelah pembicara merasa mendapatkan sesuatu dari kawan bicara.. (c). turut berduka cita digunakan sewaktu pembicara menyampaikan bela sungkawa.. (d). assalamu’alaikum digunakan pada waktu pembicara meulai interaksi.. (e). wa’alaikumsalam digunakan untuk membalas kawan bicara yang mengucapkan assalamu‟alaikum.. (f). Insya Allah diucapkan oleh pembicara ketika menerima tawaran mengenai sesuatu dari kawan bicara. Selain frase fatis yang digunakan dalam ragam lisan, ada pula frase fatis yang digunakan dalam ragam tulis, misalnya:.

Gambar

Tabel 1. Rincian Keluarga Pendidik .............................................................

Referensi

Dokumen terkait