• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

4.2 Hasil dan Pembahasan

4.2.1 Wujud Basa-basi Berbahasa

4.2.1.2 Terima Kasih (B)

Basa-basi terima kasih merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa

acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi.

Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

Wujud Basa-basi Tuturan (B1)

P = Matur nuwun wes gelem ngumbahke klambi, Pak. (Terima kasih sudah mau menyucikan baju, Pak.) MT = Pada-pada Bu, nuwun yo wes masake.

(Sama-sama Bu, makasih ya sudah masakin.)

(Kontek Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur

merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 50 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 54 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengucapkan terima kasih kepada MT karena sudah mau mencucikan baju.)

Tuturan (B1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul 10.00 WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 54 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur dan mitra tutur sedang sarapan. Penutur ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada mitra tutur.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (B1) termasuk dalam kategori acknowledgments subkategori terima kasih. Hal ini dikarenakan tuturan merupakan bentuk ekspresi ungkapan

rasa terima kasih dari penutur terhadap sesuatu hal yang telah dilakukan mitra tutur dan mitra tutur percaya bahwa penutur benar-benar berterimakasih kepada mitra tutur yang telah melakukan suatu hal pada penutur. Penutur menyampaikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur saat sedang sarapan bersama dan penutur menyadari benar bahwa perlu mengucapkan rasa terima kasihnya beberapa kali agar mitra tutur benar mempercayainya bahwa penutur sangat menghargai hal yang telah diperbuat mitra tutur.

Selain itu, dalam tuturan (B1) terdapat tuturan “Matur nuwun” yang dalam bahasa Indonesia berarti terima kasih, yang dapat memperkuat bahwa tuturan (B1) merupakan wujud basa-basi subkategori terima kasih. Tuturan (B1) termasuk wujud basa-basi karena dalam tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur tidak menginginkan mitra tutur beranggapan bahwa penutur merupakan orang yang tidak tahu berterima kasih sehingga untuk mempertahankan hubungan dengan mitra tutur maka penutur megekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Penutur mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur untuk mempererat relasi dengan mitra tutur sebagai sepasang suami istri.

Tuturan (B1) muncul secara otomatis dalam suatu situasi tutur karena pada saat itu penutur dan mitra tutur sedang sarapan bersama. Penutur yang

sejak pagi melihat mitra tutur mencuci baju hingga menjemurnya, ketika sarapan bersama penutur langsung menyampaikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur. Merujuk pada teori Arimi (1998:34) dalam tesisnya yang menyatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Tuturan (B1) merupakan wujud basa-basi murni karena tuturan tersebut sesuai dengan realitas bahwa mitra tutur telah membantu penutur. Jadi, pada tuturan (B1) terlihat bahwa penutur mengucapkan terma kasih kepada mitra tutur dan ingin menjalin relasi yang lebih hangat dengan mitra tutur.

Wujud Basa-basi Tuturan (B5)

P = Ma, bikinin telor mata sapi dong.

MT = Ya sebentar. (menggoreng telor). Ini Kak. P = Thanks ya, Ma.

(Terima kasih ya, Ma.)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang makan pada malam hari. Penutur

merupakan seorang pelajar. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 13 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 40 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermakud berterima kasih kepada MT karena telah menggorengkan telor.)

Tuturan (B5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari pukul 19.00 WIB. Penutur merupakan seorang pelajar berusia 13 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 40 tahun. Suasana di ruang tengah santai

karena saat itu mitra tutur sedang menonton tayangan televisi dan penutur menghampirinya. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk membuatkan telor mata sapi karena penutur ingin makan malam dengan telor. Mitra tutur menggoreng telor dan memberikannya kepada penutur. Penutur mengucapkan “thanks” yang berarti terima kasih agar mitra tutur merasa bahwa penutur menghargai bantuan mitra tutur.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturannya, tuturan (B5) termasuk dalam kategori acknowledgments subkategori terima kasih. Hal ini dikarenakan tuturan tersebut merupakan bentuk ekspresi rasa terima kasih dari penutur kepada mitra tutur yang telah menggorengkan telor. Selain itu terdapat tuturan “thanks” yang dalam bahasa Indonesia berarti “terima kasih” yang memperkuat bahwa tuturan tersebut merupakan basa-basi subkategori terima kasih. Penutur menggunakan partikel fatis pada tuturannya. Partikel fatis yang digunakan dalam tuturan (B5) yaitu “ya”. Partikel fatis “ya” digunakan untuk menegaskan rasa terima kasih penutur kepada mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara.

Tuturan (B5) merupakan basa-basi polar karena tuturan “thanks” yang disampaikan oleh penutur digunakan untuk menunjukkan sikap yang lebih sopan serta menghargai mitra tutur yang telah menggorengkan telor dan tidak sepenuhnya mengucapkan terima kasih karena telah digorengkan telor. Hal ini

sejalan dengan teori Arimi (1998: 340) dalam tesisnya yang mengatakan bahwa

basa-basi polar merupakan wujud basa-basi yang tuturannya berlawanan dengan realitasnya dan penutur memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan sikap yang lebih sopan. Oleh karena itu, tuturan (B5) merupakan tuturan basa-basi polar karena tuturan tersebut menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya.

Dokumen terkait