• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sangat menarik saat kita cermati perusahaan mobil terbesar saat ini Toyota Corp dan sang pemilik perusahaan tersebut, Akio Toyoda. Saya mendapati tiga tulisan berkaitan dengan penarikan produk mobil Toyota di bulan Februari 2010 oleh koran Kompas, yaitu tanggal 6 Februari 2010 'Reputasi Jadi Taruhan', 20 Februari 2010 'Toyoda Hadapi Kongres AS' dan 'Toyoda Meminta Maaf' pada tanggal 27 Februari 2010.

29 Januari 2009, Toyota menarik 1.37 juta mobil terkait permasalahan dengan sabuk pengaman dan knalpot; 24 Agustus 2009, Toyota menarik 688.000 kendaraan di China karena bermasalah dengan kelistrikan; 9 Februari 2010, Toyota menarik mobil jenis hibrida 'Pirus' yang berjumlah 270.000 unit. Sungguh merupakan berita yang tidak menyenangkan bagi para pelanggan Toyota dan dunia otomotif. Namun salah satu kebijakan di Toyota adalah melaporkan 'masalah' terlebih dahulu. Sebab bila kesempurnaan benar-benar dapat terungkap, maka kemampuan menyelesaikan masalah dari seluruh tim bisa diaplikasikan untuk memperbaiki keadaan. Mungkin itulah kuncinya, mengapa Toyota tetap menjadi pilihan, dan Toyota tetap besar seperti sekarang ini.

Di Toyota, menyimpan masalah dipandang sebagai menghambat upaya perbaikan terus menerus. Untuk menjadi baik setiap hari maka masalah harus dijadikan prioritas. Masalah harus diselesaikan segera. Menurut James Wiseman, seorang Vice President Corporate Affair Toyota untuk Toyota Engineering dan Manufacturing (TEMA)–Amerika Utara, mengatakan bahwa ”Kabar baik bisa menunggu sampai kabar yang kurang baik didiskusikan, diperdebatkan, dan sepenuhnya diselesaikan dengan tuntas.” James Wiseman adalah orang yang selalu bicara positif dan terbuka, melaporkan hal-hal baik

pada awal rapat, dan mengakhiri rapat dengan hal-hal yang disebutnya sebagai masalah, itu saat-saat awal dia bekerja di Toyota hingga pada salah satu rapat staf mingguan James Wiseman mendapatkan komentar dari Akio Toyoda. “Jim-san, kita semua tahu Anda adalah manajer yang baik, karena kalau tidak, kami tidak akan mempekerjakan Anda. Tapi tolong beritahu saya masalah yang Anda hadapi supaya bisa kita pecahkan bersama.”

Sebuah keadaan yang terbalik pada normalnya organisasi di mana saya pernah bekerja. Kebanyakan dari mereka, para atasan saya mengharapkan berita baik untuk saya sampaikan terlebih dahulu, baru kemudian… bahkan kalaupun sempat, berita buruk disampaikan, …dan bila mungkin disarankan untuk segera menyimpannya di bawah karpet. Sungguh apa yang ada di Toyota berbeda dari apa yang saya pernah alami.

Sebuah pelajaran yang sangat baik bagi kita untuk menggali lebih dalam dan mencari tahu apa yang seharusnya bisa dilakukan dengan lebih baik. Masalah adalah prioritas.

Sering kali kita melihat begitu banyak para pimpinan organisasi bisnis dan bahkan pemerintahan yang berdiri di atas podium sembari sesumbar tentang betapa hebatnya prestasi perusahaan, membuat rekor, membuka pasar-pasar baru, dan mengambil alih pasar dari pesaing. Namun sering lupa bahkan enggan, malu untuk tampil gagah mengakui kesalahan dan meminta maaf atas kesalahan yang terjadi.

Watanabe seorang Senior Managing Director Toyota, 2005, pernah berdiri di hadapan kamera dan media massa untuk meminta maaf dan mengutamakan pemecahan masalah dengan menghilangkan penundaan untuk segera menarik kendaraan bermasalah di Eropa, dan mengambil posisi

proaktif, menginformasikan kepada pelanggan segera setelah masalah kualitas ditemukan. Watanabe mengatakan, ”Pendeteksian dan penyelesaikan dini adalah kuncinya. Dan saya mengatakan kepada seluruh karyawan Toyota untuk tidak ragu melakukan penarikan. Hal ini teramat penting bagi pelanggan. Daripada memperlama periode penarikan atau memikirkan masalahnya sebagai suatu yang tidak serius, hal terpenting untuk dilakukan adalah memperbaiki mobil dan memperbaiki kesalahan yang ada sedini mungkin.”

Pada awal Februari 2010, Bob Carter, Group Vice President dan General Manager Toyota, mengatakan hal yang sama terkait penarikan mobil hibrida Pirus, “Kami harus yakin atas keselamatan para konsumen sekaligus memperbaiki kepercayaan terhadap Toyota. Itu merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Tindakan ini penting sampai semua hal tuntas. Kami akan melakukan segala sesuatu dengan cepat untuk mengatasi situasi.” Dan pada 24 Pebruari 2010, Akio Toyoda di hadapan Kongres Amerika mengatakan, “Dari lubuk hati yang paling dalam, secara tulus saya bersedih untuk setiap kecelakaan yang dialami para pengemudi Toyota. Saya meminta maaf.”

Budaya yang dimiliki Toyota Corp adalah budaya siap menerima fakta, budaya yang baik untuk dicontoh bagi kehidupan kita maupun organisasi di mana tempat kita hidup meniti karir. Ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Jack Welch dalam enam prinsip kepemimpinan efektif di General Electric, “Hadapi kenyataan sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang Anda harapkan” dan “Berterusteranglah dengan semua orang”.

Perusahaan terhebat sekalipun punya kelemahan sehingga seringkali membuat kesalahan. Selama manusia

masih mengambil bagian, maka kesalahan akan selalu ada, baik dalam tugas kecil maupun keputusan yang besar yang dapat mempengaruhi masa depan organisasi. Di Toyota ketidaksempurnaan tidak pernah diabaikan, masalah menjadikan prioritas untuk bertindak, berita buruk tidak untuk dihindari atau disembunyikan di bawah karpet, tetapi diperlakukan dengan rasa hormat dan penuh perhatian serta diakui secara terbuka sebagai hal penting yang menjadi prioritas untuk diselesaikan segera.

Hukum Tuhan adalah hukum kepastian. Manusia memiliki kelemahan, alpa, salah, dan pelupa. Dan manusia memiliki tugas yang mulia yaitu bertindak, mencari tahu apa yang baik dan benar dari sebuah kesalahan, bahkan bagi kesalahan yang paling fatal pun itu bisa menjadi berkah, bila memang itu menjadikan diri lebih baik, tentu karena itu baik. Sebab Tuhan itu Maha Baik yang mengetahui segala yang terjadi dan hanya atas ijin Tuhan-lah semuanya itu terjadi. Tidak ada berkah yang diberikan Tuhan tanpa maksud kebaikan bagi makhluknya.

Maka menjadi pribadi yang pemaaf, berani berkata benar, berani mengakui kesalahan, dan berani meminta maaf adalah sikap pribadi yang dekat dengan kebaikan. Maafkanlah tanpa mensyaratkan kepentingan, sebab memaafkan itu sudah baik, dan meminta maaf adalah sebuah keberanian bersikap.

Berbaik sangka adalah sikap baik, sikap yang mendekatkan pada kebaikan dan dicintai Tuhan.

Kalimat Pendorong Semangat

Mencapai Keberhasilan :

83. Kedewasaan adalah kemampuan untuk mengabulkan permintaan maaf dan tidak mengeluh ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik.

(Jim Rohn; Motivator kelas Dunia)

84. Permohonan maaf adalah seperti minyak wangi; Itu akan dapat mengubah keadaan canggung menjadi kehangatan berkah yang luar biasa.

(Margaret Lee Runbeck; Penulis buku dan puisi dari AS)

85. Memaafkan tidak akan mengubah masa lalu, tetapi akan menjadikan masa depan Anda lebih baik dan terbentang luas.

(Paul Boese; Ahli pertanian dan tumbuhan dari Belanda)

86. Kau adalah magnet hidup. Apa yang kau tarik ke dalam kehidupanmu pasti selaras dengan pikiranmu yang paling dominan.

(Brian Tracy; Penulis dan Pengusaha sukses)

87. Tiada satupun di antara kita yang bisa mengubah masa lalu kita, tetapi kita semua bisa mengubah masa depan kita.

(Colin Powell; Mantan Menteri Luar Negeri AS)

88. Kehidupan kita hanya akan membaik ketika kita mengambil resiko, dan resiko pertama serta tersulit yang bisa kita ambil adalah bersikap jujur kepada diri sendiri.

(Walter Anderson; Editor majalah terkenal Amerika Serikat)

89. Pertahankan keterbatasanmu, maka keterbatasanmu akan menjadi milikmu.

19