DOSA BESAR
D. Meminum Khamr
1. Pengertian Khamr
Khamr secara kebahasaan berarti menghalangi, dan menutupi. Dinamakan demikian karena khamr dapat menyelubungi dan menghalangi akal. Disebut khamr karena mempunyai pengaruh negatif yang dapat menutup atau melenyap-kan akal pikiran. M. Quraish Shihab menjelasmelenyap-kan khamr adalah segala sesuatu yang memabukkan, apapun bahan mentahnya. Minuman yang berpotensi memabukkan bila diminum dengan kadar normal oleh seorang normal, maka minuman itu adalah khamar sehingga haram hukum meminumnya, baik diminum banyak maupun sedikit serta baik ketika ia diminum memabukkan secara faktual atau tidak.
MUI (Majelis Ulama Indonesia) mendefinisikan khamr sebagai segala sesuatu, baik minuman atau wujud lain yang dapat menghilangkan akal dan digunakan untuk bersenang-senang sehingga dari definisi ini penyalahgunaan obat-obatan termasuk obat bius termasuk dalam katagori khamr. Nabi Muhammad Saw. bersabda:
ََ
أَا َمُهْنَعَ ُاللهَ َي ِ ضَرَ َر َمُعَ ِنْباَ ِنَع
َ، ر ْم َخَ ٍر ِك ْس ُمَ ُّلُكَ:َلاَقَ َمهل َسَوَ ِهْيَلَعَ ُاللهَىهلَصَ هي ِبهنلاَ هن
)ملسمَهاور(َ ماَر َحَ ٍر ِك ْس ُمَ ُّلُكَو
Artinya : “Dari Umar ra, ia berkata : ‘saya tidak mau kecuali berasal dari Nabi Saw. Beliau bersabda: tiap-tiap yang memabukkan disebut khamr dan tiap-tiap khomr hukumnya haram”. (HR Muslim)
Merujuk kepada pengertian tersebut, maka jenis khamr tidak hanya berarti minuman keras yang terbuat dari anggur, tetapi mencakup segala sesuatu yang memabukkan apakah ia berbentuk minuman ataukah dalam bentuk lain seperti makanan, tablet, sigaret (dihisap), cairan yang disuntikkan, dan sebagainya semuanya termasuk dalam pengertian khamr. Sudah menjadi ijma’ ulama bahwa minuman keras (khamr) itu hukumnya haram, mengkonsumsinya adalah termasuk salah satu dosa besar, Allah Swt. berfirman:
58 Akidah Akhlak Kelas XI
َََٰ
طۡي هشلٱَ ِل َمَعَ ۡنِ مَ ٞس ۡجِرَ ُملۡزََٰ لۡٱ َوَ ُبا َصنَ ۡ لۡٱ َوَ ُر ِسۡيَ ۡلۡٱَوَ ُرۡمَخ ۡلٱَاَمهنِإَْا وُنَماَءَ َنيِذهلٱَاَهُّيَأ ََٰيَ ۡ
َ ِن
ََنو ُح ِل ۡفُتَ ۡمُكهلَعَلَُهوُبِنَتۡجٱَف
.ََ
َ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minuman) khomr , berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (Al-Maidah [5]: 90)
2. Dampak Mengkonsumsi Khamr
a. Melanggar larangan agama
Di antara hikmah dilarangnya khamr adalah untuk melindungi akal manusia, karena apabila seseorang mengkonsumsi khamr maka akan hilang akalnya sehingga membawa dampak kepada perbuatan jahat lainnya, misalnya: membunuh, mencuri, dll. Untuk itu Allah Swt. menyamakan perilaku mengkonsumsi khamr sama dengan perilaku setan, untuk itu harus dihindari. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Māidah (5): 90.
َ
َ ۡ
لۡٱ َوَ ُبا َصنَ ۡ
لۡٱ َوَ ُر ِسۡيَ ۡلۡٱَوَ ُرۡمَخ ۡلٱَاَمهنِإَْا وُنَماَءَ َنيِذهلٱَاَهُّيَأ ََٰي
َ ِنطۡي هشلٱَ ِل َمَعَ ۡنِ مَ ٞس ۡجِرَ ُمََٰ لۡزََٰ
ََنو ُح ِل ۡفُتَ ۡمُكهلَعَلَُهوُبِنَتۡجٱَف
.
َََ
َ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khomr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”. (QS. Al-Māidah [5]: 90)
b. Memicu perbuatan jahat lainnya
Abdullah bin ‘Amr berpendapat bahwa minum-minuman keras merupakan dosa yang paling besar, dan tidak diragukan lagi bahwa perbuatan itu merupakan induk dari segala keburukan dan orang yang meminumnya akan dilaknat. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Māidah (5): 91.
َهد ُصَي َوَ ِر ِسۡيَ ۡلۡٱَوَِرۡمَخۡلٱَيِفََء اَضۡغَبۡلٱَوََةَوََٰدَعۡلٱَُمُكَنۡيَبََعِقوُيَنَأَ ُنََٰطۡي هشلٱَُديِرُيَاَمهنِإ
َ ۡم ُك
ََنوُهَتن ُّمَمُتنأَ ۡل َهَفَِۡۖةَٰوَ َلهصلٱَ ِنَعَوَِ هللَّٱَِرۡكِذَنَع
َََ
Artinya: Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al Mâ’idah (5) : 91)
c. Terlarang melaksanakan ibadah
Al Quran menjelaskan tentang bahaya mabuk-mabukan yang dikaitkan dengan masalah ibadah, karena ibadah harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan
ketulusan maka tidak akan dapat dipenuhi oleh mereka yang hilang akal sehatnya.
ََنوُلو ُقَتَا َمَْاو ُمَلۡعَتَ َٰى هت َحَ َٰىَرك ُسَ ۡمُتنََٰ َ
أ َوََة َٰوَل هصلٱَْاوُبَر ۡقَتَلََْاوُن َما َءَ َني ِذَ هلٱَاَهُّيَأ ََٰي
َ
َ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,” (QS. An-Nisa’ [4]: 43)
d. Menimbulkan gangguan mental organik
Minuman beralkohol dapat menimbulkan ganggguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berprilaku.
e. Mendapat sanksi 1) Sanksi agama
Al-Nasa’i dari Ibnu Umar menyampaikan, bahwa Rasulullah Saw., bersabda,“Tidak akan masuk surga pembangkang dan pecandu minuman keras.“ Para fuqaha menyampaikan bahwa peminum khamr itu dikenakan had atau hukuman (sanksi). Imam Syafi'i dan Abu Daud berpendapat dicambuk 40 kali dera, sesuai yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. dan yang diperintahkan pada masa Abu Bakar. Hal ini didasarkan pada hadiś:
َ)َهيلعَقفتمَهاور(َ َنْيِعَبْرأَ َو ْحَنَ ِنْيَ َت َدْيِرَجِبَُهَدَلَجَفََرْمَخلْاَ َبِر َشَْدَقَ ٍلُجَرِبََيِتُأ
Artinya: Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi Saw. didatangkankepadanya seseorang meminum khamr, maka Nabi menderanya 40 kali. (HR. Bukhari dan Muslim)
2) Sanksi hukum
Sanksi hukum terhadap orang yang mabuk-mabukan sudah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana/KUHP pasal 356, 537, 538, dan 539.
Pasal 536
(1) Barang siapa terang dalam keadaan mabuk berada di jalan umum, diancam dengan pidana denda paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah.
(2) Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat satu tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena pelanggaran yang sama atau yang dirumuskan dalam pasal 492, pidana denda dapat diganti dengan pidana kurungan paling lama tiga hari.
(3) Jika terjadi pengulangan kedua dalam satu tahun setelah pemidanaan pertama berakhir dan menjadi tetap, dikenakan pidana kurungan paling lama dua minggu.
(4) Pada pengulangan ketiga kalinya atau lebih dalam satu tahun, setelah pemidanaan yang kemudian sekali karena pengulangan kedua kalinya atau lebih menjadi tetap, dikenakan pidana kurungan paling lama tiga bulan.
60 Akidah Akhlak Kelas XI Pasal 537
Barang siapa di luar kantin tentara menjual atau memberikan minuman keras atau arak kepada anggota Angkatan Bersenjata di bawah pangkat letnan atau kepada istrinya, anak atau pelayan, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga minggu atau pidana denda paling tinggi seribu lima ratus rupiah.
Pasal 538
Penjual atau wakilnya yang menjual minuman keras yang dalam menjalankan pekerjaan memberikan atau menjual minuman keras atau arak kepada seorang anak di bawah umur enam belas tahun, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga minggu atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 539
Barang siapa pada kesempatan diadakan pesta keramaian untuk umum atau pertunjukkan rakyat atau diselenggarakan arak-arakan untuk umum, menyediakan secara cuma-cuma minuman keras atau arak dan atau menjanjikan sebagai hadiah, diancam dengan pidana kurungan paling lama dua belas hari atau pidana denda paling tinggi tiga ratus tujuh puluh lima rupiah.
3. Menghindari Perilaku Minum Khamr
a. Meningkatkan ketaatan dengan ibadah dan amal saleh.
b. Meyakini bahwa mengkonsumsi miras dalam segala bentuknya adalah perbuatan keji dan diancam masuk neraka.
c. Menyadari dengan sepenuh hati bahwa mengkonsumsi minuman keras itu tidak ada gunanya, bahkan akan merusak masa depan.
d. Meningkatkan kualitas akhlak.
e. Meningkatkan wawasan keilmuan dan kreatifitas diri. f. Menghindar diri dari lingkungan yang tidak baik.
4. Hikmah Larangan Perilaku Minum Khamr
a. Masyarakat terhindar dari kejahatan yang dilakukan seseorang yang diakibatkan pengaruh minuman keras dan narkotika.
b. Menjaga kesehatan jasmani dan ruhani dari penyakit yang ditimbulkan dari pengaruh minuman keras dan narkotika.
c. Masyarakat terhindar dari sikap kebencian dan permusuhan akibat pengaruh minuman keras dan narkotika.
d. Menjaga hati agar tetap taqorrub kepada Allah dan mengerjakan salat sehingga selalu memperoleh cahaya hikmat. Minuman keras dan narkotika yang mengganggu kestabilan jasmani dan ruhani menyebabkan hati seseorang bertambah jauh dari mengingat Allah, hati menjadi gelap dan keras sehingga mudah sekali berbuat apa yang menjadi larangan Allah.
E. Judi
1. Pengertian Judi
Dalam Ensiklopedia Indonesia, judi diartikan sebagai suatu kegiatan pertaruhan untuk memperoleh keuntungan dari hasil suatu pertandingan, permainan atau kejadian yang hasilnya tidak dapat diduga sebelumnya. Dalam pengertian syar'i, judi merupakan terjemahan dari maysir , yaitu segala bentuk permainan dengan taruhan uang (benda berharga lainnya) dimana yang menang mengambil uang tersebut. Allah Swt. menjelaskan permasalahan ini dalam QS. al-Maidah (5): 90 berikut:
َََٰ
طۡي هشلٱَ ِل َمَعَ ۡنِ مَ ٞس ۡجِرَ ُملۡزََٰ لۡٱ َوَ ُبا َصنَ ۡ َ ۡ
لۡٱ َوَ ُر ِسۡيَ ۡلۡٱَوَ ُرۡمَخ ۡلٱَاَمهنِإَْا وُنَماَءَ َنيِذهلٱَاَهُّيَأ ََٰي
َ ِن
ََنو ُح ِل ۡفُتَ ۡمُكهلَعَلَُهوُبِنَتۡجٱَف
.َ
ََ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khomr, berjudi (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan . Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah [5]: 90)
2. Unsur-Unsur Judi
a. Permainan
Unsur pertama dari judi adalah adanya perbuatan yang dilakukan, yaitu biasanya berbentuk permainan atau perlombaan yang dilakukan untuk bersenang-senang atau untuk mengisi waktu senggang guna menghibur hati. Yang terlibat dalam perjudian tidak selamanya para pemain, tetapi bisa jadi penonton atau siapa saja yang memanfaatkan permainan tersebut untuk taruhan, apapun bentuknya taruhan tersebut.
b. Untung-untungan.
Unsur yang kedua dalam perjudian adalah untung-untungan, yaitu untuk memenangkan permainan atau perlombaan ini lebih banyak digantungkan kepada unsur spekulatif/ kebetulan. Begitu juga orang yang tidak terlibat dalam permainan tersebut melakukan tindakan spekulasi atau untung-untungan untuk menebak pemenang dari permainan atau perlombaan tersebut.
c. Ada taruhan
Taruhan merupakan unsur penting dalam perjudian. Para pihak yang terlibat dalam perjudian tersebut melakukan taruhan untuk menebak pemenang dalam permainan atau perlombaan yang dijadikan taruhan. Taruhan yang dipertaruhkan oleh penjudi bisa berupa uang ataupun harta benda lainnya. Bahkan kadang istripun bisa dijadikan taruhan.
3. Dampak Negatif Perilaku Judi
a. Judi adalah perbuatan rijs yang berarti kotoran manusia, bau busuk dan menjijikkan.
b. Judi adalah perbuatan setan.
62 Akidah Akhlak Kelas XI
d. Menghilangkan semangat untuk bekerja.
e. Melupakan zikrullah dan salat, karena orang yang judi akan selalu merasa tidak puas terhadap apa yang diperolehnya. Andaipun menang maka dia akan senantiasa merasa belum cukup dengan hasil judinya, apalagi yang kalah.
4. Menghindari Perilaku Judi
a. Para tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemerintah harus bergandeng tangan untuk bersama-sama memberantas perjudian.
b. Setiap individu berusaha menghindari pergaulan dengan penjudi.
c. Setiap pelaku perjudian harus menyadari bahwa perilaku judi adalah melanggar ketentuan agama dan negara dengan cara segera bertaubat dan memperbaiki diri dengan amal shaleh.
d. Berusaha mencari rizki yang halal dan qana’ah.
e. Senantiasa berjuang untuk menunaikan kewajiban secara istiqamah baik terhadap keluarga, lingkungan dan kepada Allah Swt.
5. Hikmah Larangan Perilaku Judi
a. Melindungi kehidupan sosial dari akibat buruk yang ditimbulkan dari perjudian. b. Etos kerja akan meningkat, sehingga produktifitas individu dan masyarakat akan
meningkat.
c. Rizki yang diperoleh dengan jalan halal akan mendatangkan keberkahan.
d. Masing-masing individua akan menjadi bersemangat untuk bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
e. Memupuk perasaan malu dan kasih sayang terhadap sesama manusia.
f. Terciptanya kedamaian, kebahagiaan dan marwah (kehormatan) individu dan masyarakat.
F. Mencuri
1. Pengertian Mencuri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mencuri diartikan sebagai mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi. Sedangkan dalam istilah syara’, mencuri didefinisikan sebagai berikut:
َ ِفهلَكُ ْلۡاَ ُذْخَأََيِه
–
َ
َ ِلِقاَعْلاَ ِغِلاَبْلاَ ْيَأ
–
َ
َِحَ ْنِمَا با َصِنَ َغلاَبَا َذِإََ ةَيْفَخَِرْيَغْلاََلاَم
َ ِرْيَغَ ْنِمٍَزْر
َِذْو ُخأَْلۡاَ ِلاَ ْلۡاَا َذَهَىِفَ ةَهْب ُشَُهَلَ َنْوُكَيَ ْنَأْ
Artinya : “Perbuatan orang mukallaf yang mengambil harta orang lain secarasembunyi-sembunyi, jika harta tersebut mencapai satu nishab, terambil dari tempat simpanannya, dan orang yang mengambil tidak mempunyai andil kepemilikan terhadap harta tersebut.”
2. Dampak Mencuri
a. Bagi Pelakunya
1) Mengalami kegelisahan batin, pelaku pencurian akan selalu dikejar-kejar rasa bersalah dan takut jika perbuatanya terbongkar.
2) Mendapat hukuman, apabila tertangkap, seorang pencuri akan mendapatkan hukuman sesuai undang-undang yang berlaku.
3) Mencemarkan nama baik, seseorang yang telah terbukti mencuri nama baiknya akan tercemar di mata masyarakat
4) Merusak keimanan, seseorang yang mencuri berarti telah rusak imanya. Jika ia mati sebelum bertobat maka ia akan mendapat azab yang pedih.
b. Bagi Korban dan Masyarakat
1) Menimbulkan kerugian dan kekecewaan, peristiwa pencurian akan sangat merugikan dan menimbulkan kekecewaan bagi korbanya.
2) Menimbulkan ketakutan, peristiwa pencurian menimbulkan rasa takut bagi korban dan masyarakat karena mereka merasa harta bendanya terancam. 3) Memunculkan hukum rimba, perbuatan pencurian merupakan perbuatan yang
mengabaikan nilai-nilai hukum. Apabila terus berlanjut akan memunculkan hukum rimba dimana yang kuat akan memangsa yang lemah.
3. Menghindari Perilaku Mencuri
a. Mensykuri nikmat Allah
Manusia cenderung tak pandai mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepadanya. Sehingga mereka beranggapan bahwa rizki yang dimilikinya adalah hasil dari jerih payahnya sendiri. Padahal sebenarnya rizki merupakan karunia Allah yang diberikan kepada hambanya. Untuk itu, perilaku mencuri merupakan salah satu perwujudan dari tidak bersyukurnya seseorang terhadap jaminan rizki yang telah dijanjikan Allah. Dengan demikian meningkatkan rasa syukur kepada Allah merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk menghindari perilaku mencuri. Allah Swt. berfirman:
َهنِإَ ۡمُتۡرَفَكَنِئَلَوَۡۖۡمُكهن َديِزَ َلَۡۡمُتۡرَك َشَنِئَلَۡمُكُّبَرَ َنهذَأَتَۡذِإَو
َ
َٞدي ِد َشلَيِباَ َذَع
َ
Artinya:
Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku, sangat berat. (QS. Ibrahim [14]: 7)
b. Menghormati hak milik orang lain
Islam sangat menghormati hak milik yang dimiliki oleh setiap orang. Salah satu bentuk penghormatan terhadap hak milik ini dinyatakan al-Qur’an dengan larangan memakan atau menggunakan hak milik orang lain secara tidak sah, sebagaimana firman-Nya:
64 Akidah Akhlak Kelas XI
َ ِساهنلٱَ ِلََٰوْمَأََْنِ مَا قيِرَفَ۟اوُلُكْأَتِلَ ِماهكُحْلٱَىَلِإَ اَهِبَ۟اوُلْدُتَوَ ِل ِطََٰبْلٱِبَمُكَنْيَبَمُكَلََٰوْمَأَ۟ا وُلُكْأَتَ َلََو
ََنو ُمَلْعَتَ ْمُتنأ َوَ ِمَ ْثِ ْلْٱِب
Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 188)
c. Meningkatkan etos kerja
Salah satu penyebab perilaku mencuri adalah malas bekerja. Pelaku pencurian biasanya ingin mendapatkan harta dengan cara yang mudah, tanpa susah-susah beakerja keras. Dengan dilarangnya mencuri maka akan meningkatkan semangat kerja/etos kerja dan menghindari kemalasan, sehingga perilaku mencuri dapat dicegah.
4. Hikmah Larangan Mencuri
a. Terjaminnya hak milik. Seseorang akan menjadi tenang karena harta benda yang diperoleh terlindungi dari pencurian.
b. Setiap orang akan termotivasi untuk bekerja keras sehingga terhindar dari perilaku malas.
c. Terjaminnya tata kehidupan sosial yang damai dan harmonis. Dengan dilarangnya mencuri maka seseorang akan merasakan ketenangan terhadap harta benda yang dimilikinya. Pada akhirnya, ketenangan ini akan membawa dampak yang positif terhadap kehidupan sosial di masyarakat. Seseorang tidak akan merasa khawatir beraktifitas di luar rumah dan meninggalkan harta miliknya.
d. Dengan adanya ancaman hukum bagi pelaku pencurian, maka orang akan hati-hati, dan tidak melakukan pencurian.